Siapakah 2 dinasti yang yang memerintah Kerajaan Mataram Kuno secara bersamaan adalah?

KERAJAAN MATARAM KUNO menjadi salah satu Kerajaan tertua di Pulau Jawa. Kerajaan besar yang awalnya lahir dan berkedudukan di Jawa Tengah ini pada akhirnya memindahkan pemerintahannya ke Jawa Timur, akibat bencana alam gunung meletus dan adanya peperangan.

Selama kurun waktu dari periode Jawa Tengah hingga Jawa Timur inilah terdapat sebanyak 16 raja yang berkuasa. Buku "Babad Tanah Jawi" dari tulisan Soedjipto Abimanyu mengisahkan runtutan raja-raja yang memerintah di Kerajaan Mataram. Hal ini didasari pada Prasasti Mantyasih yang kemudian terlihat 16 raja yang berkuasa di Mataram.

Di awali dari Sanjaya, yang merupakan pendiri Kerajaan Mataram kuno atau yang dikenal dengan Kerajaan Medang. Dilanjutkan dengan Rakai Panangkaran yang menandai awal berkuasanya Wangsa Sailendra yang mengawali pembangunan Candi Borobudur. Dilanjutkan dengan Rakai Panunggalan alias Dharanindra, yang menjadi raja ketiga Mataram kuno, di masa Rakai Panunggalan inilah Kerajaan Sriwijaya ditaklukkan, bahkan perluasan wilayah kekuasaan sampai ke Kamboja dan Campa.

BACA JUGA:Cerita Mistis Penemuan Kepingan Emas di Situs Srigading Peninggalan Mataram Kuno 

Raja keempat Mataram kuno yang berkuasa yakni Rakai Warak alias Samaragrawira, ayah dari Balaputradewa raja Sriwijaya Wirawairimathana. Berlanjut ke Rakai Garung atau Samaratungga Sri Maharaja Samarotungga. Di masa Samaratungga yang memerintah pada 792 - 835 inilah candi megah kebanggaan Indonesia diselesaikan pembangunannya.

Candi Borobudur ini diselesaikan pada 825, dan kini menjadi kebanggaan masyarakat Indonesia. Untuk memperkuat aliansi Dinasti Sailendra dengan penguasa Sriwijaya, Samaratungga menikahi Dewi Tara, putri Dharmasetu. Dari pernikahan itu memiliki seorang putra pewaris tahta Balaputradewa, dan Pramodawardhani yang menikahi dengan Rakai Pikatan, putra Sri Maharaja Rakai Garung, raja kelima Kerajaan Medang.

BACA JUGA:Adanya Peradaban Maju di Malang Sebelum Mataram Kuno Era Mpu Sindok 

Rakai Pikatan suami Pramodawardhani menjadi raja keenam yang menjadi awal kebangkitan Dinasti Sanjaya yang ditandai dengan Candi Prambanan. Rakai Pikatan terdapat dalam daftar para raja Mataram versi Prasasti Mantyasih. Namun nama aslinya menurut Prasasti Argapura adalah Mpu Manuku.

Baca Juga: Tidak Hanya Berantas Pencurian Ikan, Ini Bukti Nyata Ketegasan KKP

Raja ketujuh dari Kerajaan Medang yakni Rakai Kayuwangi atau Dyah Lokapala. Menurut Prasasti Wantil atau Prasasti Siwagerha tanggal 12 November 856, Dyah Lokapala naik tahta jadi raja menggantikan ayahnya sang Jatiningrat, gelar Rakai Pikatan sebagai brahmana. Rakai Watuhumalang menjadi raja kedelapan Mataram kuno, ia naik tahta setelah terjadi perebutan kekuasaan antara Rakai Gurunwangi dan Rakai Kayuwangi, yang notabene merupakan anak dari Rakai Pikatan.

Rakai Watukura Dyah Balitung, menjadi raja ke-9 di Medang. Ia naik tahta sepeninggal Rakai Watukura, usia berhasil menaklukkan Rakai Gurunwangi dan Rakai Limus. Pada akhir pemerintahan Dyah Balitung, terjadi persekutuan antara Mpu Daksa denhan Rakai Gurunwangi, sesuai dengan sumber di Prasasti Taji Gunung. Di masa Dyah Balitung pula pusat kerajaan telah berpindah dari Mamratipura ke Poh Pitu, sekitar Kedu.

Raja ke-10 Mataram Kuno yakni Mpu Daksa. Ia naik tahta menggantikan Dyah Balitung yang merupakan saudara iparnya. Hubungan kekerabatan ini didasari pada bukti bahwa Daksa sering disebut namanya bersamaan dengan istri Balitung pada beberapa prasasti.

Rakai Layang Dyah Tulodong, naik tahta menjadi raja ke-11 menggantikan Mpu Daksa. Pada Prasasti Ritihang yang dikeluarkan oleh Mpu Daksa, terdapat tokoh Rakryan Layang, namun nama aslinya tidak terbaca. Namun identifikasi dari ciri-cirinya diketahui sosok Rakryan Layang merupakan seorang perempuan.

Diduga kuat Rakryan Layang ini merupakan anak dari Mpu Daksa yang kemudian menikahi dengan seorang laki-laki bernama Dyah Tulodong. Ia pun mendapatkan gelar Rakai Layang, yang naik tahta menggantikan mertuanya Mpu Daksa.

Rakai Sumba Dyah Wawa menjadi raja berikutnya dari Kerajaan Mataram kuno. Ia naik tahta menjadi raja ke-12 didasari pada bukti sejarah Prasasti Wulakan tanggal 14 Februari 928. Namun tak banyak sumber informasi mengenai Dyah Wawa saat memerintah di Kerajaan Mataram kuno.

Raja ke-13 Mataram kuno adalah Mpu Sindok. Di masa Mpu Sindok inilah pusat ibukota kerajaan berpindah ke Jawa Timur. Tercatat ini merupakan pemindahan keempat setelah pemindahan dari Medang, dipindahkan oleh Rakai Pikatan ke Mamrati, berlanjut ke Poh Pitu, kemudian dikembalikan lagi ke Mataram atau Medang di masa Dyah Wawa. Lantas Mpu Sindok akhirnya memindahkan ibukota kerajaan ke Jawa Timur, karena adanya dugaan bencana alam gunung meletus dan adanya peperangan.

Sri Lokapala, menjadi raja ke-14 dan merupakan menantu dari Mpu Sindok. Lokapala yang berasal dari Bali ini dinikahkan dengan anak Mpu Sindok Sri Isana Tunggawijaya. Peninggalan sejarah Sri Lokapala yakni Prasasti Gedangan pada 950 yang berisi anugerah Desa Bungur Lor dan Desa Ansana, kepada para pendeta Buddha di Bodhinimba.

Makuthawangsawardhana menjadi raja penerus seusai Lokapala. Ia menjadi raja ke-15 di Kerajaan Mataram kuno era Jawa Timur. Sayang di masa pemerintahannya tak banyak yang diketahui secara pasti. Namanya hanya ditemukan di Prasasti Pucangan sebagai kakek dari Airlangga. Pada prasasti itu disebutkan Makuthawangsawardhana memiliki putri bernama Mahendradatta, yaitu ibu dari Airlangga.

Raja terakhir Kerajaan Mataram kuno yakni Dharmawangsa Teguh, sebagaimana terdapat di Prasasti Pucangan 1041 yang dikeluarkan oleh Raja Airlangga. Airlangga sendiri menyebut dirinya merupakan anggota keluarga Dharmawangsa Teguh. Di masa Dharmawangsa Teguh Kerajaan Mataram kuno menemui ajalnya setelah serangan mendadak Raja Wurawuri dari Lwaram, yang merupakan sekutu Kerajaan Sriwijaya.

Serangan ini dilancarkan saat Raja Dharmawangsa Teguh tengah mengadakan pesta pernikahan putrinya dengan Airlangga. Dharmawangsa Teguh tewas dalam serangan tersebut, sementara Airlangga berhasil melarikan diri dan membuat kerajaan baru bernama Kerajaan Kahuripan.

Jawaban:

Jawaban No 1

Mataram Kuno atau Mataram (Hindu)merupakan sebutan untuk dua dinasti, yakniDinasti Sanjaya dan Dinasti Syailendra, yang berkuasa di Jawa Tengah bagian selatan. Dinasti Sanjaya yang bercorak Hindu didirikan oleh Sanjaya pada tahun 732. Beberapa saat kemudian, Dinasti Syailendra yang bercorakBuddha Mahayana didirikan oleh Bhanu pada tahun 752. Kedua dinasti ini berkuasa berdampingan secara damai. Nama Mataramsendiri pertama kali disebut pada prasasti yang ditulis di masa raja Balitung.

Dinasti Syailendra.

Dinasti Syailendra diduga berasal dari daratanIndocina "Bangsa Chin" dan "Kerajaan Asoka" (sekarang Thailand dan Kemboja). Dinasti ini bercorak Budha Mahayana, didirikan oleh Bhanu pada tahun 752. Pada awal era Mataram Kuno, Dinasti Syailendra cukup dominan dibanding Dinasti Sanjaya. Pada masa pemerintahan raja Indra (782-812), Syailendra mengadakan ekspedisi perdagangan ke Sriwijaya. Ia juga melakukan perkawinan politik: puteranya, Samaratungga, dinikahkan dengan Dewi Tara, puteri raja Sriwijaya. Pada tahun 790, Syailendra menyerang dan mengalahkan Chenla (Kamboja), kemudian sempat berkuasa di sana selama beberapa tahuan. Peninggalan terbesar Dinasti Syailendra adalah Candi Borobudur yang selesai dibangun pada masa pemerintahan raja Samaratungga (812-833). "Maharaja Dewa dari Kerajaan Asoka Memerintahkan anak-anaknya untuk menyebarkan ajaran yang dianut mereka (Yakni Hindu, sedangkan Bangsa Chin menyebarkan agama budha)... Bangsa Sanjaya cikal bakalnya dari Kerajaan Asoka sedangkan Bangsa Syailendra cikal bakalnya dari Bangsa Chin ("Bukan Ching")

Dinasti Sanjaya.

Tak banyak yang diketahui sejarah Dinasti Sanjaya sejak sepeninggal Raja Sanna. Rakai Pikatan, yang waktu itu menjadi pangeran Dinasti Sanjaya, menikah denganPramodhawardhani (833-856), puteri raja Dinasti Syailendara Samaratungga. Sejak itu pengaruh Sanjaya yang bercorak Hindu mulai dominan di Mataram, menggantikan Agama Buddha. Rakai Pikatan bahkan mendepak Raja Balaputradewa (putera Samaratungga dan Dewi Tara). Tahun 850, era Dinasti Syailendra berakhir yang ditandai dengan larinya Balaputradewa ke Sriwijaya.

Pada tahun 910, Raja Tulodong mendirikanCandi Prambanan. Prambanan merupakan kompleks candi Hindu terbesar di Asia Tenggara. Pada masa ini, ditulis karya sastraRamayana dalam Bahasa Kawi. Tahun 928, Raja Mpu Sindok memindahkan istana Kerajaan Mataram dari Jawa Tengah ke Jawa Timur (Medang). Perpindahan ini diduga akibat letusan Gunung Merapi, atau mendapat serangan dari Sriwijaya.

Jawaban No 2

  1. Prasasti Sojomerto
  2. Prasasti Kalasan
  3. Prasasti Kelurak
  4. Prasasti Ratu Boko
  5. Prasasti Nalanda
  6. Prasasti Mantyasih

Jawaban No 3

Raja pertama Kerajaan Mataram Kuno adalah Raja Sanjaya yang dikenal sebagai raja yang besar, gagah berani dan bijaksana. Kerajaan Mataram Kuno pernah diperintah oleh dua dinasti, yaitu Dinasti Sanjaya dan Dinasti Sailendra. Dinasti Sanjaya bercorak Hindu sementara Dinasti Syailendra bercorak Buddha.

Jawaban No 4

kerajaan mataram kuno di mataram kerajaan terpecah karena terdapat 4 pemerintahan . yaitu pemerintahan kasunan surakarta, kasultanan yogyakarta, puro mangkunegaran, dan puro pakualaman

Agamanya: Nama lain dari kerajaan Mataram Kuno Medang. Kerajaan ini pernah dipimpin oleh tiga wangsa (dinasti), yaitu wangsa Sanjaya, wangsa Syailendra, dan wangsa Isyana. Wangsa Sanjaya merupakan pendiri kerajaan ini. Mereka merupakan pemeluk agama Hindu beraliran Siwa.

Jawaban No 5

Pada masa rakai pikatan, kerajaan mataram kuno dapat bersatu kembali karena perkawinan Rakai Pikatan yang beragama Buddha dengan Pramodhawardani, putri dari Samaratungga, yang beragama Hindu. Penyatuan Dinasti Syailendra dengan Dinasti Sanjaya ini pada tahun 832 M

Jawaban No 6

  1. Candi Borobudur
  2. Candi Sewu
  3. Candi Bubrah
  4. Candi Plaosan
  5. Candi sari
  6. Candi Lumbung
  7. Candi Prambanan
  8. Candi Pandawa Lima

Jawaban No 7

  1. Candi Dieng
  2. Candi Cetha
  3. Candi Brahma
  4. Candi Sambisari
  5. Candi Banyunibo
  6. Candi Gedong Songo
  7. Candi Badut
  8. Candi Sukuh

Penjelasan:

Jika jawaban ini betul, tolong jadikan jawaban tercerdas!