Siapa tokoh utama dalam cerita berjudul Kisah Putri Tangguk

Ilustrasi Kisah Putri Tangguk. (Foto: https://pixabay.com/id/)

Putri Tangguk merupakan sebuah kisah mitos yang berasal dari Provinsi Jambi. Kisah Putri Tanggung mengandung pesan-pesan moral yang dapat dijadikan sebagai pedoman dalam kehidupan sehari-hari. Dikutip dari buku Koleksi Terbaik Cerita Rakyat Nusantara yang ditulis oleh Putri K (2017: 23), kisah Putri Tangguk sering dijadikan nasihat orang tua kepada anak-anaknya agar tidak menjadi orang yang sombong dan menyia-nyiakan padi. Siapa tokoh dalam kisah berjudul kisah Putri Tangguk, sehingga kisah ini menjadi sangat menarik untuk dibaca?

Nah, artikel kali ini akan membahas lebih lanjut mengenai kisah Putri Tangguk dari Provinsi Jambi.

Kisah Putri Tangguk dari Jambi

Ilustrasi Kisah Putri Tangguk. (Foto: https://pixabay.com/id/)

Berikut adalah ringkasan cerita Putri Tangguk yang dikutip dari buku Rangkuman 100 Cerita Rakyat Indonesia: Dari Sabang Sampai Merauke yang ditulis oleh Irwan Rouf & Shenia Ananda (2013: 29):

Di negeri Bunga, Kecamatan Danau Kerinci Jambi, hiduplah Putri Tangguk bersama suami dan tujuh anaknya. Untuk memenuhi kebutuhan hidup, ia bersama suaminya menanam padi di sawahnya yang tidak terlalu luas, tetapi dapat menghasilkan padi yang banyak. Mereka bekerja siang dan malam, sehingga lupa mengurus anak-anaknya dan bersilaturahmi dengan tetangga.

Suatu hari, Putri Tangguk berkata kepada suaminya bahwa ia ingin fokus mengurus anak-anak dan bersilaturahmi dengan tetangga. Suaminya pun menyetujuinya. Akhirnya, mereka menyusun rencana untuk memenuhi semua lumbung padi sebagai persedian selama beberapa bulan, sehingga mereka tidak perlu bekerja.

Keesokan harinya, mereka berangkat ke sawah dan mengajak ketujuh anaknya. Dalam perjalanan, tiba-tiba Putri Tangguk terpeleset dan jatuh karena jalanan licin bekas hujan. Karena kesal ia menghardik jalanan tersebut. Setelah menuai padi, ia menyerakkan sebagian padi seperti pasir agar jalan tidak licin lagi. Mulai hari itu, Putri Tangguk tidak pernah menuai padi lagi, ia mengisi hari-harinya dengan menenun kain.

Kesibukannya menenun kain ternyata membuatnya lupa mengurus anak. Suatu ketika, ketujuh anaknya lapar dan minta makan. Ia terkejut kaleng tempat beras kosong semua. Lumbung berang pun juga kosong. Ia pun bergegas memeriksa sawah yang sudah berbulan-bulan ia tinggalkan, tetapi batang padi pun tidak ada.

Ia pun teringat perlakuannya menganggap padi seperti pasir. Pada malam harinya, ia bermimpi seorang lelaki tua berjenggot panjang berpakaian warna putih mengatakan bahwa Putri Tangguk dan keluarga akan sengsara. Ia pun sangat sedih dan menyesali perbuatannya.

Pertanyaan: Siapa tokoh cerita dalam kisah berjudul kisah Putri Tangguk?

Jawaban: Dalam cerita "Kisah Putri Tangguk" terdapat tokoh utama dan tokoh tambahan. Tokoh utama adalah Putri Tangguk. Tokoh Tambahan adalah suami Putri Tangguk, segerombolan padi, dan anak putri Tangguk.

Semoga informasi ini bermanfaat! (CHL)

Asked by wiki @ 20/08/2021 in B. Indonesia viewed by 42762 persons

Asked by wiki @ 26/08/2021 in B. Indonesia viewed by 33146 persons

Asked by wiki @ 08/08/2021 in B. Indonesia viewed by 13585 persons

Asked by wiki @ 29/07/2021 in B. Indonesia viewed by 13033 persons

Asked by wiki @ 09/08/2021 in B. Indonesia viewed by 12175 persons

Asked by wiki @ 02/08/2021 in B. Indonesia viewed by 10768 persons

Asked by wiki @ 03/08/2021 in B. Indonesia viewed by 9800 persons

Asked by wiki @ 31/08/2021 in B. Indonesia viewed by 7241 persons

Asked by wiki @ 05/08/2021 in B. Indonesia viewed by 7040 persons

Asked by wiki @ 09/08/2021 in B. Indonesia viewed by 6322 persons

Asked by wiki @ 31/08/2021 in B. Indonesia viewed by 5639 persons

Asked by wiki @ 31/07/2021 in B. Indonesia viewed by 5636 persons

Asked by wiki @ 02/08/2021 in B. Indonesia viewed by 5405 persons

Asked by wiki @ 09/08/2021 in B. Indonesia viewed by 4801 persons

Asked by wiki @ 20/08/2021 in B. Indonesia viewed by 4646 persons

Pertanyaan

Kisah Putri Tangguk

Siapa tokoh utama dalam cerita berjudul Kisah Putri Tangguk


    Putri Tangguk tinggal bersama suami dan ketujuh anaknya di daerah Jambi. Putri Tangguk memiliki sepetak sawah yang ditanami padi. Anehnya, setiap selesai panen, padinya selalu muncul dan siap untuk dipanen kembali. Bahkan, ketujuh lumbung Putri Tangguk hampir penuh untuk menampung hasil panennya.

    Saat panen terakhir, Putri Tangguk mengajak suami dan semua anaknya ke sawah. Mereka memasukkan hasil panen ke gerobak.

    ”Panen sudah selesai. Sepertinya, persediaan padi kita sudah cukup untuk beberapa bulan,” kata Putri Tangguk.

    Kemudian, mereka mendorong gerobak bersama-sama. Di tengah perjalanan, Putri Tangguk jatuh terpeleset.

    ”Aduuuuh...,” teriak Putri Tangguk.

    ”Hati-hati, Bu. Semalam hujan deras. Jalannya menjadi licin,” kata suami Putri Tangguk sambil membantunya berdiri.

    ”Gara-gara hujan, jalannya licin. Perjalanan ke rumah masih jauh, bisa-bisa aku terjatuh lagi,” gerutu Putri Tangguk.

    Putri Tangguk mengambil padi dari gerobaknya. Kemudian, padi ditebar di jalan. Melihat perilaku ibunya, si anak sulung pun bertanya.

    ”Apa yang Ibu lakukan? Mengapa Ibu membuang padi itu ke jalan?”

    ”Ibu tidak membuang padi. Padi ini Ibu gunakan sebagai pengganti pasir. Ibu menebarnya agar jalan ini tidak licin lagi,” jawab Putri Tangguk.

    ”Istriku, bukankah padi itu untuk kita makan? Tidak baik rasanya jika membuang-buang makanan,” nasihat suami Putri Tangguk.

    Putri Tangguk tidak mengindahkan nasihat suaminya. Bahkan, Putri Tangguk membantahnya.

    ”Masa bodoh. Bukankah padi kita sudah banyak. Apa kau mau aku terjatuh lagi dan tulangku patah?” bantah Putri Tangguk sambil terus menebar padi ke jalan.

    Setelah panen terakhir, Putri Tangguk tidak pernah kembali ke sawah. Ia berada di rumah untuk merawat ketujuh anaknya. Suatu malam anak bungsu Putri Tangguk merengek karena lapar. Akhirnya, Putri Tangguk ke dapur untuk mengambil nasi. Alangkah terkejutnya ketika ia mendapati pancinya kosong.

    ”Mengapa panci ini kosong? Bukankah tadi masih tersisa sedikit nasi?” tanya Putri Tangguk dalam hati.

    Karena si bungsu terus merengek, Putri Tangguk pun memutuskan untuk menanak nasi. Namun, Putri Tangguk kembali terkejut ketika mendapati beras yang ia simpan dalam kaleng juga menghilang.

    ”Ke mana perginya beras itu? Aku ingat masih banyak beras di sini sebelumnya. Jangan-jangan ada orang yang mencurinya,” kata Putri Tangguk.

    Kemudian, Putri Tangguk membujuk anak bungsunya untuk tidur. Besok ia berencana untuk menumbuk padi yang disimpan di lumbungnya.

    Pagi harinya Putri Tangguk terkejut mendengar teriakan suaminya.

    ”Istriku...istriku...cepat kemari,” teriak suami Putri Tangguk.

    Putri Tangguk segera berlari menemui suaminya. Ia menghampiri suaminya yang berada di depan pintu lumbung. Ia pun bertanya kepada suaminya.

    ”Ada apa suamiku?” tanya Putri Tangguk dengan cemas.

    ”Aku tidak tahu, istriku. Lumbung ini sudah kosong saat aku membukanya,” jawab suami Putri Tangguk.

    Putri Tangguk dan suaminya bergegas memeriksa lumbung yang lain. Betapa terkejutnya mereka ketika mendapati ketujuh lumbungnya telah kosong. Putri Tangguk pun menangis.

    ”Apa yang terjadi padaku? Tadi malam nasi dan beras hilang. Sekarang padi di lumbung pun juga ikut menghilang,” jerit Putri Tangguk.

    ”Jangan cemas, istriku. Bukankah kita masih memiliki sawah. Besok kita ke sawah. Siapa tahu padinya telah menguning,” hibur suami Putri Tangguk.

    Keesokan paginya Putri Tangguk mengikuti suaminya ke sawah dengan cemas. Setibanya di sawah, tangis Putri Tangguk semakin keras karena mendapati sawahnya telah berubah menjadi semak belukar.

    Putri Tangguk menagis seharian. Bahkan, ia tidak mau pulang dan menunggui sawahnya hingga tertidur. Dalam mimpinya, Putri Tangguk didatangi segerombolan padi yang dapat berbicara.

    ”Hai, Putri Tangguk. Inilah buah dari kesombonganmu. Masih ingatkah engkau ketika membuang kami ke jalan?” tanya padi-padi itu.

    ”Kau telah menghina kami. Kau telah menjadikan kami pasir untuk alas jalanmu. Kami ini dipanen untuk dimakan, bukan untuk dibuang sembarangan. Dengan membuang kami, berarti kamu tidak membutuhkan kami untuk makananmu,” kata padi-padi itu lagi.

    Putri Tangguk hanya bisa diam dan tidak menjawab. Ia menyesali kebodohannya. Ia pun memohon maaf kepada padi-padi itu.

    ”Tak bisakah kalian memaafkanku? Aku telah menyesali perbuatanku,” kata Putri Tangguk sambil menangis.

    ”Sekarang kau dan keluargamu harus bekerja keras. Bersihkan sawah ini, bajaklah, lalu tanamlah kami kembali. Setelah tiga bulan, barulah kalian dapat memanen kami kembali,” jawab padi-padi itu.

    Ketika Putri Tangguk ingin menjawab, ia tersentak bangun dari tidurnya. Putri Tangguk pun kembali pulang. Kemudian, ia menceritakan mimpinya kepada suaminya. Keesokan harinya keluarga Putri Tangguk bergotong royong membersihkan sawah dan menanam padi. Ia dan keluarganya merawat sawah dan menjaga padinya dengan baik. Mereka menunggu dengan sabar hingga padi yang mereka tanam siap dipanen. Putri Tangguk juga berjanji tidak akan menyia-nyiakan sebutir padi pun hasil panen dari sawahnya.

Disadur dari Kisah Putri Tangguk, http://dongengceritarakyat.com/cerita-rakyat-jambi-cerita-daerah-jambi-terbaik/  

Jawablah pertanyaan berikut berdasarkan cerita berjudul Kisah Putri Tangguk tersebut!


3. Siapa tokoh utama dan tokoh tambahan dalam cerita di depan?

Siapa tokoh utama dalam cerita berjudul Kisah Putri Tangguk