Siapa sajakah tokoh empat serangkai dan apa peranannya di masa pemerintahan Jepang di Indonesia?

Bukan tanpa alasan Kota Surabaya mendapat julukan sebagai Kota Pahlawan. Kegigihan perjuangan para pahlawan yang terlibat dalam pertempuran di Surabaya menjadi inspirasi yang mengobarkan semangat perjuangan pejuang-pejuang di berbagai kota di Indonesia. 

Show

Para pahlawan Surabaya yang terlibat dalam pertempuran tersebut berjasa tak hanya bagi kota kelahirannya, tetapi juga untuk Indonesia secara keseluruhan. Saat bertandang ke Surabaya, Anda bisa mengunjungi Tugu Pahlawan untuk mengetahui kisah kepahlawanan mereka.

Namun, jika Anda tak sabar untuk mengetahui siapa saja para pahlawan dalam pertempuran di Surabaya untuk mempertahankan kemerdekaan, berikut ini adalah tokoh-tokoh berpengaruh yang bisa Anda cari tahu lebih dalam.

1. Bung Tomo

Memanfaatkan radio sebagai alat perjuangan dalam mewujudkan kemerdekaan adalah spesialisasi tokoh yang memiliki nama asli Sutomo ini. Akrab dipanggil Bung Tomo, jurnalis media elektronik ini dikenal punya kemampuan orasi luar biasa yang membuat semangat para pejuang semakin berkobar. Tanpa orasi-orasinya, rasanya sulit membayangkan para pejuang tetap bersemangat saat Belanda memberikan ultimatum untuk menyerahkan Surabaya. “Lebih baik kita hancur lebur daripada tidak merdeka. Semboyan kita tetap: merdeka atau mati!“ adalah salah satu kalimat paling terkenal yang pernah diucapkan oleh Bung Tomo.

2. KH. Mas Mansur

Dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia, tokoh Empat Serangkai yang terdiri dari Bung Karno, Bung Hatta, Ki Hajar Dewantara, dan KH. Mas Mansur sering disebut-sebut sebagai tokoh sentral pejuang tanpa senjata yang mengawal kemerdekaan Indonesia. Nah, KH. Mas Mansur ternyata merupakan salah satu pejuang Surabaya yang berjuang lewat organisasi dan karya tulisannya. Ia memang tak mengangkat senjata, namun kiprahnya di bidang politik membuat NICA mengincarnya dan membuatnya di penjara hingga meninggal di tahanan.

3. HR. Mohammad Mangoendiprodjo

Lahir di Sragen, Jawa Tengah, HR. Mohammad Mangoendiprodjo dikenal sangat aktif dalam memperjuangkan kemerdekaan di daerah Jawa Timur, khususnya saat terjadi pertempuran di Surabaya. Perannya dalam mengoordinir pengambilan senjata dari tentara Jepang untuk mempersenjatai Tentara Keamanan Rakyat membuatnya jadi tokoh yang amat diperhitungkan. Bahkan di pertempuran Surabaya, ia memegang kunci penting negosiasi gencatan senjata dengan Brigadir Mallaby.

4. Gubernur Suryo

Sebagai Gubernur pertama Jawa Timur saat terjadinya Pertempuran Surabaya, peran Gubernur Suryo sama pentingnya dengan Mangoendiprodjo sehubungan dengan perjanjian gencatan senjata dengan Brigadir Mallaby. Hal paling diingat mengenai Gubernur Suryo adalah ketegasannya menentang saat Inggris memberikan ultimatum pada Indonesia agar menyerahkan Surabaya setelah kematian Mallaby. Dalam pidatonya lewat RRI, Gubernur Suryo menyatakan bahwa Arek-arek Suroboyo tidak akan pernah menyerah pada ultimatum Inggris dan akan melawan hingga tetes darah penghabisan.

5. Mayjen Sungkono

Dalam Pertempuran Surabaya, Mayjen Sungkono memegang peranan penting sebagai Panglima Angkatan Perang Surabaya. Ia berperan ganda sebagai pemimpin pertempuran yang berani dan penyulut semangat para pejuang hingga mereka tak takut akan persenjataan lengkap dan mutakhir milik tentara Inggris. Meski dengan hanya persenjataan minim hasil rampasan dari tentara Jepang, para pejuang di Surabaya mampu membuat pasukan Inggris kewalahan.

Meski Pertempuran Surabaya berakhir dengan kekalahan jika dilihat dari penguasaan wilayah, tetapi kemenangan Indonesia ada di sisi mentalitas perjuangan bangsa. Daerah-daerah lain yang mengetahui perjuangan Arek-arek Suroboyo yang tak kenal takut pada penjajah mengobarkan semangat yang tak bisa padam di berbagai daerah di Indonesia. Para pejuang Surabaya telah membuktikan bahwa di bawah tekanan macam apapun, kemerdekaan adalah hal yang tidak bisa dikompromikan.

Beberapa tokoh nasional Indonesia yang dikenal sebagai “Empat Serangkai” ditunjuk Jepang sebagai pemimpin Pusat Tenaga Rakyat (PUTERA) yang dibentuk Jepang pada tahun 1943 diantaranya adalah, kecuali… .

A. Ki Hajar Dewantara

B. KH Ahmad Dahlan

C. Mohammad Hatta

D. Soekarno

E. K.H Mas Mansyur

Pembahasan:

Putera merupakan organisasi bentukan Jepang sebagai pengganti dari 3A. Tujuan Jepang membentuk Putera adalah untuk mengerahkan tenaga rakyat dalam rangka membantu Jepang. Pimpinan dari Putera dikenal dengan sebutan Empat Serangkai yang terdiri dari:

  1. Ki Hajar Dewantara
  2. Mohammad Hatta
  3. Soekarno
  4. K.H Mas Mansyur

Sedangkan Ahmad Dahlan merupakan pendiri dari organisasi Muhammadiyah

Untuk meteri secara lengkap mengenaiMasa PendudukanJepang di Indonesia silahkan klik link youtube berikut ini. Jika bermanfaat, jangan lupa subscribe, like, komen dan share. Terimakasih

Kunci jawaban:

Beberapa tokoh nasional Indonesia yang dikenal sebagai “Empat Serangkai” ditunjuk Jepang sebagai pemimpin Pusat Tenaga Rakyat (PUTERA) yang dibentuk Jepang pada tahun 1943 diantaranya adalah, kecuali… . B. KH Ahmad Dahlan

Siapa sajakah tokoh empat serangkai dan apa peranannya di masa pemerintahan Jepang di Indonesia?

Mari berlomba lomba dalam kebaikan. Semoga isi dari blog ini membawa manfaat bagi para pengunjung blog. Terimakasih

Pada masa pendudukan Jepang dibentuk organisasi PUTERA. Organisasi tersebut menggantikan Gerakan 3A yang dianggap lebih menguntungkan bangsa Indonesia. Organisasi PUTERA dipimpin oleh empat serangkai yang terdiri atas Ir. Sukarno, Moh Hatta, Ki Hajar Dewantara, dan K.H. Mansyur. Keempat tokoh tersebut berasal dari golongan nasionalis dan agamawan untuk menarik simpati bangsa Indonesia.

Dengan demikian, jawaban yang tepat adalah A.

Pusat Tenaga Rakyat (disingkat Putera) adalah organisasi yang dibentuk pemerintah Jepang di Indonesia pada 16 April 1943 dan dipimpin oleh Empat Serangkai, yaitu Ir. Soekarno, M. Hatta, Ki Hajar Dewantoro, dan K.H. Mas Mansyur.[1]

Strukturnya organisasi Putera dimulai dari pimpinan pusat sampai pimpinan daerah yang dibagi sesuai dengan tingkatnya, yaitu syu, ken, dan gun. Putera juga mempunyai beberapa orang penasihat yang berasal dari orang-orang Jepang. Mereka adalah S. Miyoshi, G Taniguci, Iciro Yamasaki, dan Akiyama. Gerakan ini tidak dibiayai pemerintah Jepang. Walaupun demikian, para pemimpin bangsa diperbolehkan untuk menggunakan fasilitas Jepang seperti koran dan radio. [2]

Tujuan

Tujuan Putera adalah untuk membujuk kaum Nasionalis dan kaum Intelektual untuk mengabdikan pikiran dan tenaganya untuk kepentingan perang melawan sekutu, dan diharapkan dengan adanya pemimpin orang Indonesia, maka rakyat akan mendukung penuh kegiatan ini.

Dalam tempo singkat Putera dapat berkembang sampai ke daerah dengan anggotanya merupakan kumpulan organisasi profesi seperti Persatuan Guru Indonesia, Perkumpulan Pegawai Pos, Radio,Telegraf, Perkumpulan Istri Indonesia, Barisan Banteng, Badan Perantara Pelajar Indonesia, dan Ikatan Sport Indonesia.[1]

Selain itu, Putera bertugas untuk memusatkan segala potensi rakyat guna membantu Jepang dalam perang. Selain tugas propaganda, Putera juga bertugas memperbaiki bidang sosial ekonomi. Dengan cara ini, para pemimpin dapat berkomunikasi secara leluasa kepada rakyat. Pada akhirnya, gerakan ini ternyata berhasil mempersiapkan mental masyarakat untuk menyambut kemerdekaan dua tahun kemudian. Banyak unsur masyarakat yang mendukung bergabung. Di antaranya Persatuan Guru Indonesia, Perkumpulan Pegawai Pos Menengah, Pegawai Pos Telegraf Telepon dan Radio, serta Pengurus Besar Istri Indonesia di bawah pimpinan Maria Ulfah Santoso.[3]

Referensi

  1. ^ a b "Pusat Tenaga Rakyat | Portal Resmi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta". jakarta.go.id. Diakses tanggal 2020-08-14. [pranala nonaktif permanen]
  2. ^ Media, Kompas Cyber. "Putera, Organisasi Propaganda Jepang Pimpinan Empat Serangkai Halaman all". KOMPAS.com. Diakses tanggal 2020-08-15. 
  3. ^ Mulyatari, Dwi (2015-02-25). ""Buku Putih" Masa Pendudukan Jepang". Wacana, Journal of the Humanities of Indonesia. 2: 139. doi:10.17510/wjhi.v2i1.277. 
Siapa sajakah tokoh empat serangkai dan apa peranannya di masa pemerintahan Jepang di Indonesia?

Artikel bertopik sejarah Indonesia ini adalah sebuah rintisan. Anda dapat membantu Wikipedia dengan mengembangkannya.

  • l
  • b
  • s

Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pusat_Tenaga_Rakyat&oldid=20492136"