Lihat Foto Show KOMPAS.com - Masuknya Hindu dan BUddha ke Indonesia melalui kalur perdagangan. Hubungan perdagangan antara China (Asia Timur) dan India (Asia Selatan) yang melintasi kawasan Asia Tenggara termasuk Indonesia sudah terjalin dari awal masehi. Indonesia merupakan daerah strategis dalam perdagangan, termasuk pelayaran. Hal ini yang menyebabkan pengaruh Hindu-Buddha yang berkembang di India menyebar ke Indonesia. Berdasarkan buku Sejarah Politik dan Kekuasaan (2019) karya Tappil Rambe dan kawan-kawan, hubungan pelayawan dan perdagangan Nusantara dengan bangsa asing memberikan pengaruh positif bagi keduanya. Masyarakat Nusantara mendapatkan berbagai kebudayaan baru, termasuk mengadopsi sebagian kebudayaan dari bangsa India. Sebelum Hindu-Buddha masukSebelum masuknya pengaruh kebudayaan India ke Nusantara, masyarakat masih menganut kepercayaan animisme dan dinamisme. Kepercayaan itu dipegang teguh oleh masyarakat Indonesia ketika kebudayaan India masuk. Periode Hindu-Buddha dimulai sekitar abad ke-3, di mana pada masa itu masyarakat Nusantara belum mengenal agama dan masih menganut kepercayaan animisme dan dinamisme. Baca juga: Pengaruh Kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia Teori masuknya Hindu-BuddhaBanyak teori dan opini yang diberikan para ahli sejarah tentang masuknya agama Hindu- Buddha ke Nusantara. Berikut beberapa teori masuknya Hindu-Buddha ke Nusantara: Teori BrahmanaTeori Brahmana diungkap oleh J.C Van Leur. Dia menyatakan bahwa agama dan kebudayaan Hindu-Buddha yang datang ke Nusantara dibawa oleh golongan Brahmana.
Golongan Brahmana adalah golongan agama. Mereka sengaja diundang oleh penguasa waktu itu. Ini didasarkan pada pengamatan terhadap sisa-sisa peninggalan kerajaan bercorak Hindu-Buddha. Terutama pada prasasti-prasasti yang menggunakan bahasa Sansekerta dan huruf Pallawa. Di India bahasa Sansakerta hanya digunakan dalam kitab suci dan upacara keagamaan dan hanya golongan Brahmana yang mengerti dan menguasai penggunaan bahasa tersebut. Dalam teori kesatria menyatakan jika masuk agama dan kebudayaan Hindu-Buddha ke Nusantara dibawa oleh kasta ksatri. Karena sekitar abad ke-4 hingga abad ke-6 di India sering terjadi peperangan. Sehingga kasta ksatria yang terdiri dari kaum bangsawan ada yang mengalami kekalahan, kemudian melarikan diri mencari daerah baru hingga ke Nusantara. Teori Kesatrian ini dikemukan oleh sejarawan C.C Berg. Baca juga: Teori Waisya, Masuknya Hindu-Buddha ke Indonesia Lewat Perdagangan Teori WaisyaKebudayaan Hindu-Buddha dapat masuk ke Nusantara dikarenakan adanya perkawinan antara pedagang dengan wanita di lokal yang diam di Nusantara. Hal tersebut dikemukakan sebagai salah satu teori masuknya agama Hindu di Nusantara, teori yang dimaksud tersebut adalah Teori Waisya. Teori Waisya dikemukakan oleh Prof. Dr. N. J. Krom. Dia mengatakan jika proses masuknya kebudayaan Hindu-Buddha melalui hubungan dagang antara India dan Nusantara. Kaum Waisya yang berdagang ke Nusantara mengikuti angin musim. Jika angin musim tidak memungkinkan akan kembali. Saat tiba di Nusantara biasanya mereka menetap sementara waktu, sekitar enam bulan. Selama menetap, mereka memanfaatkan untuk menyebarkan kebudayaan Hindu-Buddha. Teori Arus Balik Dalam teori arus balik ini menyatakan banyak orang Nusantara yang sengaja datang ke India untuk berziarah dan belajar agama Hindu-Buddha. Setelah kembali ke Nusantara mereka menyebarkan ajaran Hindu-Buddha ke masyarakat. Teori ini dikemukakan oleh F.D.K. Bosch. Baca juga: Contoh Sikap Kepahlawanan Masa Kerajaan Hindu, Buddha, dan Islam Teori arus balik di dukung dengan pendapat Van Leur. Menurutnya orang-orang Nusantara memiliki peran dalam proses masuknya kebudayaan India. Mereka penasaran dengan kebudayaan tersebut. Di sana, mereka menetap selama beberapa waktu dan kemudian kembali pulang ke Nusantara. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Lihat Foto KOMPAS.com - Agama Hindu dan Buddha pada awalnya berkembang di India. Setelah itu, barulah menyebar ke negara-negara di dunia, termasuk Indonesia. Masuknya Hindu dan Buddha di nusantara dimulai pada awal masehi, melalui jalur perdagangan. Hal ini dipengaruhi oleh posisi Indonesia yang sangat srategis dalam bidang pelayaran dan perdagangan. Melalui hubungan perdagangan, muncul pengaruh bagi kedua belah pihak dan terjadilah akulturasi kebudayaan. Candi Hindu maupun Buddha pada dasarnya merupakan perwujudan akulturasi budaya lokal dengan budaya India. Masuknya agama Hindu dan Buddha di Indonesia kemudian memunculkan pembaruan besar. Misalnya berakhirnya zaman prasejarah Indonesia dan perubahan dari kepercayaan kuno (animisme dan dinamisme) menjadi kehidupan beragama yang memuja Tuhan dengan kitab suci. Kebudayaan Hindu dengan mudah diterima rakyat nusantara karena adanya persamaan kebudayaan Hindu dengan kebudayaan nusantara. Baca juga: Jejak Permukiman Peradaban Hindu-Buddha di Indonesia Teori masuknya Hindu-Buddha ke IndonesiaPara ahli memiliki perbedaan pendapat terkait proses masuknya agama Hindu-Buddha ke Indonesia. Perbedaan tersebut kemudian memunculkan sejumlah teori.
Berikut teori-teori tentang masuknya Hindu-Buddha ke nusantara. 1. Teori Kesatria Teori ini menyatakan bahwa agama Hindu-Buddha dibawa oleh golongan prajurit (kesatria) yang mendirikan kerajaan di nusantara. Terdapat lima ahli yang mencetuskan teori ini, yakni R.C. Majundar, F.D.K. Bosch, C.C. Berg, Mookerji, dan J.L. Moens. Namun, Teori Kesatria juga tidak luput dari beberapa kelemahan berikut.
Baca juga: Jejak Ekonomi Peradaban Hindu-Buddha di Indonesia 2. Teori Waisya Teori Waisya dikemukakan oleh N.J. Krom, yang berpendapat bahwa agama Hindu-Buddha masuk ke Indonesia dibawa oleh pedagang dari India. Agama tersebut bisa disebarkan dengan cara pernikahan, hubungan dagang, atau interaksi dengan penduduk setempat saat pedagang dari India bermukim untuk sementara waktu di nusantara. Teori ini diperkuat dengan keberadaan Kampung Keling, yaitu perkampungan para pedagang India di Indonesia. Selain itu, perdagangan merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan masyarakat.
Kendati demikian, teori Waisya juga memiliki kelemahan, di antaranya:
Baca juga: Jejak Arsitektur Peradaban Hindu-Buddha di Nusantara 3. Teori Brahmana Teori Brahmana dicetuskan oleh J.C. van Leur, yang berpendapat bahwa agama Hindu dibawa oleh kaum brahmana yang berhak memelajari dan mengerti isi kitab suci Weda. Kedatangan mereka diduga atas undangan para penguasa lokal yang tertarik dengan agama Hindu. Sebelum kembali ke India, kaum brahmana tidak jarang meninggalkan kitab Weda sebagai hadiah bagi raja di nusantara. Teori Brahmana juga mempunyai kelemahan, yaitu:
Baca juga: Jejak Agama Peradaban Hindu-Buddha di Nusantara 4. Teori Sudra Teori ini percaya bahwa masuknya agama Hindu-Buddha ke Indonesia dibawa oleh orang-orang India berkasta sudra. Hanya sediki yang setuju dengan teori ini, salah satunya adalah Von van Feber, yang mempunyai alasan sebagai berikut.
Teori ini menimbulkan kontroversi karena kaum sudra terdiri dari kelompok dengan derajat terendah sehingga dianggap tidak layak menyebarkan agama Hindu.
Selain itu, kaum sudra tidak berniat pergi dari India untuk menyebarkan agama, mereka juga tidak menguasai bahasa Sanskerta yang digunakan dalam kitab Weda. Baca juga: Awal Pengaruh Hindu Buddha di Nusantara 5. Teori Arus Balik Teori ini dicetuskan oleh F.D.K. Bosch untuk menyanggah Teori Waisya dan Kesatria. Menurutt Bosch, masyarakat Indonesia memiliki peranan dalam penyebaran dan pengembangan agama Hindu-Buddha. Akibat interaksi dengan orang-orang India, masyarakat pribumi kemudian belajar agama Hindu-Buddha di tempat yang disebut sangga. Setelah belajar bahasa Sanskerta, kitab suci, sastra, dan budaya tulis, penduduk lokal kemudian mendalami agama Hindu-Buddha di India. Mereka kemudian kembali ke nusantara untuk mengembangkan agama dan kebudayaan Hindu-Buddha kepada masyarakat. Teori ini diperkuat dengan prasasti Nalanda, yang menyebutkan bahwa Raja Balaputradewa dari Sriwijaya meminta raja India untuk membangun wihara di Nalanda sebagai tempat menimba ilmu bagi para tokoh Sriwijaya. Sementara penyebaran agama Buddha dilakukan melalui misi dharmaduta pada abad 2 masehi. Pelaksanaan misi ini dibuktikan dengan penemuan arca Buddha di Sempaga, Jember, dan Bukit Siguntang yang berasal dari India Selatan. Baca juga: Wilayah Kekuasaan Kerajaan Sriwijaya
Kerajaan yang menerima corak budaya India adalah Kerajaan Kutai, Kerajaan Tarumanegara, Mataram Kuno, Majapahit, dan kerajaan-kerajaan di Bali. Jalur masuk Hindu-Buddha ke IndonesiaMasuknya pengaruh Hindu-Buddha ke nusantara dibawa oleh pedagang dan pendeta dari India serta Cina dari dua jalur. 1. Jalur darat Penyebaran pengaruh Hindu-Buddha di Indonesia melalui jalur darat mengikuti para pedangang lewat Jalur Sutra. Yakni membentang dari India utara menuju Bangladesh, Myanmar, Thailand, Semenanjung Malaya, kemudian ke Indonesia. 2. Jalur laut Penyebaran pengaruh Hindu-Buddha di Indonesia melalui jalur laut dilakukan dengan mengikuti rombongan kapal pedagang yang biasa beraktivias pada jalur India-Cina. Rute pelayaran dimulai dari India menuju Myanmar, Thailand, Semenanjung Malaya, dan berakhir di Indonesia. Referensi:
|