Sebutkan beberapa kerajaan besar yang banyak mewariskan kultur nilai pancasila

Kerajaan maritim merujuk kepada kerajaan-kerajaan yang ekonominya bergantung pada perdagangan dan pelayaran. Di Indonesia, kerajaan-kerajaan maritim sempat berjaya di masanya. Kerajaan-kerajaan maritim di Indonesia banyak yang awalnya merupakan pendatang, kemudian mendirikan kerajaan di Indonesia.

Tercatat sebanyak 6 kerajaan maritim Hindu-Budha yang pernah menetap dan menguasai sebagian wilayah Indonesia. Di artikel kali ini, kita akan membahas kerajaan-kerajaan maritim Hindu-Budha tersebut.

Kutai

Kerajaan Kutai berdiri di abad ke-5 SM di dekat Sungai Mahakam, Kalimantan Timur. Tidak banyak peninggalan sejarah yang menceritakan tentang kerajaan ini, kecuali prasasti 7 yupa yang ditemukan di Muara Kaman. Prasasti tersebut ditulis dalam bahasa Sansekerta dan huruf Pallawa. Prasasti 7 yupa menceritakan tentang raja-raja yang pernah memimpin Kerajaan Kutai, yaitu Kudungga, Aswawarman, dan Mulawarman. Kutai dipercaya sebagai kerajaan Hindu tertua di Indonesia.

Tarumanegara

Kerajaan Tarumanegara didirikan pada abad ke-5 SM dan terletak di Jawa Barat. Wilayah kekuasaannya meliputi Banten hingga Cirebon. Beberapa sumber sejarah yang membahas kerajaan ini adalah buku karya Claudius Ptolomeus, berita dari Gunawarman (pendeta dari Khasmir), dan berbagai macam prasasti, seperti Prasasti Ciaruten dan Prasasti Pasir Kaleangkak.

Sumber ekonomi kerajaan ini adalah pertanian dan peternakan. Masyarakat Tarumanegara juga mulai mengenal dan membudayakan teknik menulis pada batu atau prasasti jika dilihat dari peninggalan-peninggalannya.

Mataram Kuno

Mataram Kuno berdiri pada abad ke-8 SM dan berlokasi di Jawa Tengah. Kerajaan ini merupakan salah satu kerajaan yang memiliki sumber sejarah terlengkap. Mereka meninggalkan banyak prasasti, yaitu Prasasti Mantyasih, Prasasti Kedu, Prasasti Kalasan, Prasasti Kalitung, Prasasti Kelurak, Prasasti Dinoyo, dan Prasasti Canggal.

(Baca juga: Mengenal 5 Kerajaan Islam Tertua di Indonesia)

Dari sisi politik, Kerajaan Mataram Kuno dipimpin oleh dua dinasti, yaitu Dinasti Sanjaya dan Dinasti Syailendra. Kerajaan ini tergolong ke dalam kerajaan agraris yang rakyatnya bermatapencaharian sebagai petani. Tapi karena Mataram Kuno cenderung tertutup, mereka mengalami sedikit kesulitan dalam hal pengembangan ekonomi.

Kerajaan Mataram Kuno menghasilkan produk-produk kebudayaan yang hingga saat ini masih dapat kita nikmati. Peninggalan Dinasti Sanjaya adalah Candi Gedong Sanga dan Candi Dieng. Sementara itu, peninggalan Dinasti Syailendra meliputi Candi Borobudur, Candi Mendut, dan Candi Pawon.

Sriwijaya

Kerajaan Sriwijaya dipercaya berdiri abad ke-7 SM. Terdapat perdebatan mengenai lokasi kerajaan ini. Ada yang menyebut bahwa Kerajaan Sriwijaya bertempat di Palembang, sementara sebagian lain percaya kalau kerajaan ini berlokasi di Minagatamwan, Jambi. Sumber sejarah yang merujuk kepada kerajaan ini pun cukup banyak, yaitu berupa prasasti, naskah, piagam, serta berita dari Cina.

Sriwijaya meninggalkan prasasti di dalam dan luar negeri. Beberapa prasasti peninggalan Sriwijaya yang berada di dalam negeri adalah Prasasti Kedukan Bukit, Prasasti Talang Tuwo, Prasasti Kota Kapur, dan Prasasti Amoghapasa. Sementara itu, prasasti yang ditinggalkan di luar negeri adalah Prasasti Linggor, Prasasti Nalanda, Prasasti Laiden, dan lain-lain.

Dari sisi politik, Kerajaan Sriwijaya berhasil mengembangkan politik ekspansi. Karena itu, kerajaan ini mendapat julukan sebagai Negara Nusantara pertama. Sriwijaya juga berhasil menguasai Selat Mahaka dan dipandang sebagai penguasa perdagangan nasional dan internasional.

Singasari

Kerajaan Singasari adalah salah satu kerajaan maritim di Indonesia yang didirikan oleh Ken Arok di Malang, Jawa Timur pada tahun 1222. Sumber sejarah yang menjelaskan keberadaan kerajaan ini adalah Kitab Negarakertagama karya Mpu Prapanca yang menceritakan tentang raja-raja yang memerintah Singasari. Ada pula Kitab Pararaton yang memaparkan tentang misteri Ken Arok. Raja-raja yang pernah memimpin Singasari berdasarkan Negarakertagama adalah Ken Arok, Anusapati, Tohjoyo, Rangawuni, dan Kertanegara.

Ekonomi Kerajaan Singasari bertumpu pada pertanian, perdagangan, dan pelayaran. Kondisi ekonomi Singasari semakin membaik di masa pemerintahan Kertanegara. Singasari meninggalkan berbagai produk kebudayaan berupa candi dan patung. Beberapa candi peninggalan Singasari adalah Candi Kidal, Candi Jago, dan Candi Singasari. Sementara itu, patung-patung yang ditinggalkan adalah patung Ken Dedes dan Kertanegara.

Majapahit

Berdasarkan sumber sejarah, Kerajaan Majapahit bertempat di sekitar Sungai Brantas, Mojokerto. Majapahit dikenal sebagai kerajaan Hindu terbesar di Indonesia dan dijuluki sebagai kerajaan nasional kedua karena berhasil menguasai sebagian besar wilayah Nusantara.

Kerajaan Majapahit didirikan oleh Raden Wijaya, yaitu menantu dari raja Singasari terakhir, Kertanegara. Raden Wijaya dinobatkan sebagai raja tahun 1293 M dengan gelar Sri Kertarajasa Jayawardhana. Raden Wijaya meninggal tahun 1309 M dan digantikan oleh putranya Jayanegara.

Jayanegara kemudian diteruskan oleh Tribhuana Tunggadewi. Setelah mengundurkan diri di tahun 1350, Tribhuana Tunggadewi menunjuk anaknya, Hayam Wuruk, sebagai raja. Hayam Wuruk ditemani oleh Gajah Mada sebagai mahapati. Di bawah kepemimpinan Hayam Wuruk, Majapahit berhasil menaklukkan wilayah Nusantara. Gajah Mada meninggal di tahun 1364 M, sementara Hayam Wuruk meninggal tahun 1389 M. Hayam Wuruk digantikan oleh Wikramawardhana yang menjabat selama 12 tahun sebelum wafat di tahun 1429 M.

Kerajaan Majapahit bergantung pada pertanian dan perdagangan di sektor ekonomi. Di bawah kepemimpinan Hayam Wuruk, Majapahit membangun jalan lalu lintas dan pelabuhan. Barang-barang yang didagangkan oleh Majapahit di antaranya adalah beras, rempah-rempah, dan kayu cendana.

Kerajaan Majapahit meninggalkan berbagai candi sebagai produk kebudayaan, yaitu Candi Panataran, Candi Brahu, Candi Bentar, Candi Bajang Ratu, dan Candi Tikus. Majapahit juga meninggalkan berbagai karya sastra, seperti Kitab Negarakertagama, Kitab Sutasoma, Kitab Paraton, dan Kitab Arjunawijaya.

Tahukah Sobat SMP bahwa dahulu kala Indonesia terdiri atas banyak kerajaan? Ada Kerajaan Kutai, Kerajaan Sriwijaya, Kerajaan Tarumanegara, Kerajaan Demak, Kerajaan Majapahit, Kerajaan Samudera Pasai, dan masih banyak lagi. Karena itu, terdapat banyak istana kerajaan yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. 

Sayangnya, tidak semua istana kerajaan masih berdiri hingga sekarang. Kebanyakan istana kerajaan yang sudah tua telah hancur karena serangan musuh sehingga tidak diketahui keberadaannya saat ini. Nah, kali ini Direktorat SMP akan membahas mengenai lima istana kerajaan yang ada di Indonesia yang masih berdiri hingga saat ini.

1. Istana Maimun Medan

Istana Maimun berada di Kota Medan, Sumatera Utara. Istana ini adalah Istana Kerajaan Deli yang dibangun oleh rajanya yang bernama Sultan Maimun Al Rasyid Perkasa Alamsyah. Arsiteknya berasal dari Italia dan arsitekturnya merupakan perpaduan gaya Melayu (Islam), Spanyol, India, dan Italia. Warna istana ini adalah kuning, khas Melayu. Pintu dan jendelanya lebar-lebar seperti umumnya bangunan Eropa. Pengaruh Islam terlihat pada bentuk atap yang melengkung seperti perahu terbalik. Istana megah ini dibangun di atas tanah seluas 2.772 m2 , sedangkan bangunannya seluas 772 m2. Saat ini, Istana Maimun tidak lagi dipakai untuk tempat tinggal sultan melainkan berubah menjadi tempat wisata dimana masyarakat dapat melihat peninggalan Kesultanan Maimun. 

2. Istana Sekala Brak Lampung

Di selatan Pulau Sumatra, tepatnya di Lampung, juga terdapat kerajaan, yaitu Kerajaan Sekala Brak. Istananya disebut dengan Lamban Gedung. Lamban Gedung berbentuk panggung sehingga kita harus menaiki tangga apabila ingin masuk. Ada dua lantai pada istana tersebut. Ruangan yang ada di Lamban Gedung pada umumnya mirip dengan rumah adat rakyat, yaitu ruang keluarga, kamar, ruang belakang, dapur, dan ruang untuk mencuci perabotan. Loteng Lamban Gedung biasanya dipakai untuk tempat penyimpanan barang-barang keperluan adat. Atap Lamban Gedung berbentuk runcing dengan satu pusat di tengah. Lamban Gedung juga dihiasi dengan ukiran ornamen berupa tumbuhan dan hewan.

3. Istana Alwatzikhoebillah Sambas

Salah satu kerajaan di Kalimantan Barat adalah Kerajaan Sambas. Kerajaan ini memiliki istana yang disebut dengan Istana Alwatzikhoebillah. Istana ini terletak di pinggir pertemuan antara Sungai Subah, Sungai Sambas Kecil, dan Sungai Teberau. Memasuki kompleks istana ini berarti harus melewati gerbang yang berbentuk segi delapan. Istana Kasultanan Sambas yang terdiri atas tiga bangunan berjajar. Bangunan yang berada di tengah adalah bangunan utamanya. Di situlah Sultan Sambas beraktivitas sehari-hari.Bangunan di sisi kiri ialah tempat untuk menjamu tamu dan bangunan di sisi kanan dipakai untuk menyiapkan kebutuhan sultan dan keluarga. Ketiga bangunan tersebut saling terhubung.

4. Keraton Sumenep

Baca Juga  5 Aplikasi Pembuat Kuis Daring Untuk Pembelajaran

Keraton Sumenep terletak di Kota Sumenep, Jawa Timur. Keraton Sumenep merupakan warisan raja-raja Sumenep yang dulu pernah berkuasa. Keraton Sumenep dibangun oleh Lauw Piango yang berkebangsaan Tiongkok. Konsep bangunan keraton terbilang unik karena menggunakan perpaduan gaya Jawa, Arab, Tiongkok, dan Eropa dalam rancangannya. Gerbang masuk menuju keraton dikenal dengan istilah labhang mesem yang berarti ‘gerbang tersenyum’ yang melambangkan keramahan masyarakat Sumenep pada setiap orang yang datang ke keraton. Saat ini sebagian keraton difungsikan sebagai museum sedangkan bagian pendopo kerap digunakan sebagai tempat kegiatan acara pemerintahan dan pagelaran seni dan budaya.

5. Kedaton Tidore

Istana Kesultanan Tidore yang juga dikenal dengan istilah Kedaton Kie terletak di Kota Tidore, Maluku Utara. Kedaton Kie berada di area perbukitan yang langsung menghadap ke laut. Kedaton Kie didirikan pada masa pemerintahan Sultan Tidore ke-28 pada tahun 1810. Kedaton Kie merupakan bangunan dua lantai yang berdiri di atas lahan berukuran 150 meter x 100 meter. Bagian depan kedaton berbentuk prisma beratap limasan segi enam. Bagian belakang kedaton berbentuk persegi panjang dengan atap limasan yang menyerupai trapesium. Pada tahun 1912, terjadi konflik internal kerajaan yang mengakibatkan Kedaton Kie mengalami kerusakan total. Saat ini, Kedaton Kie telah dibangun kembali dengan bentuk yang disesuaikan dengan kondisi Kedaton sebelum mengalami kerusakan.

Nah, itulah bangunan istana kerajaan yang ada di Indonesia. Tidak hanya kelima istana tersebut, masih banyak lho istana kerajaan yang tersebar di tanah air. Bila ada kesempatan, jangan lupa untuk berkunjung dan melihat langsung kemegahan istana-istana tersebut, ya. 

Penulis: Pengelola Web Direktorat SMP

Referensi: 

http://repositori.kemdikbud.go.id/10696/