Salah satu peninggalan kerajaan mataram kuno adalah ditemukannya situs liyangan

Salah satu peninggalan kerajaan mataram kuno adalah ditemukannya situs liyangan
Sejumlah pekerja membersihkan bangunan kuno berupa pagar batu di situs Liyangan, Purbosari, Temanggung. ANTARA/Anis Efizudin

TEMPO.CO, Temanggung - Balai Arkeologi Yogyakarta mulai melakukan ekskavasi Situs Liyangan di bagian atas atau sebelah barat sungai yang membelah kompleks situs tersebut.

Baca: Fosil Gajah Purba Ditemukan di Pati


Baca: Balai Arkeologi Yogya Temukan Pecahan Gerabah di Situs Liyangan

Kepala Balai Arkeologi Yogyakarta Sugeng Riyanto di Temanggung, Jumat, 26 Oktober 2018, mengatakan ekskavasi berusaha membuka bagian atas yang berdasarkan survei ada beberapa titik yang menjadi perhatian.

Situs Liyangan yang merupakan peninggalan zaman Mataram Kuno tersebut terletak di lereng Gunung Sindoro, di Dusun Liyangan, Desa Purbosari, Kecamatan Ngadirejo, Kabupaten Temanggung.

"Di bagian atas itu ada talud bolder atau batu sungai, arang bekas rumah, dan batu candi yang ada reliefnya," katanya.

Talud bolder menunjukkan kalau di bagian timur dan barat itu, sebelumnya menyatu dan diduga sungai itu muncul setelah terjadi letusan Gunung Sindoro. Talud bolder itu juga menunjukkan adanya lahan pertanian yang luas.

Selanjutnya arang-arang yang ditemukan diduga bekas rumah dan hal itu dianggap langka. "Sekarang kita punya data di lapangan hanya satu arang bekas rumah di bagian bawah yang sekarang ditutup seng. Kalau nanti di bagian atas dibuka dan bisa membuktikan bekas rumah karena komponen-komponennya sudah jelas ada bambu, kayu, dan ijuk, maka ada dua unit bekas rumah yang bisa disaksikan pengunjung nantinya," katanya.

Sugeng mengatakan dengan temuan batu-batu candi yang ada ukiran atau relief, diduga batu candi itu dibangun kemudian, mungkin abad ke-9, sedangkan candi awal yang dibangun bentuknya batur-batur di halaman satu.

Pada ekskavasi kali ini, tim dibantu geomorfolog untuk mengetahui lingkungan kunonya. Selain penelitian arkeologi juga dilakukan penelitian geomorfologi untuk mengetahui dulu itu lingkungan kunonya seperti apa," katanya.

ANTARA

Solopos.com, TEMANGGUNG — Situs Liyangan di Dusun Liyangan, Desa Purbasari, Kecamatan Ngadirejo, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah merupakan salah satu bukti peradaban kuno di Nusantata. Terletak di lereng timur Gunung Sindoro dan berjarak sekitar 20 kilometer dari arah barat laut Kota Temanggung, situs bersejarah ini diperkirakan terkubur akibat letusan Gunung Sindoro yang tepat berada di belakangnya.

Dilansir dari Okezone.com, Kamis (25/11/2021), situs ini tenggelam dalam lapisan lahar sekitar 5 hingga 12 meter dan berhasil ditemukan ileh penambang pasir pada 2008 silam. Situs ini berasal dari abad ke-6 Masehi dan merupakan perkambungan kuno yang mengembangkan sistem pertanian dan pengairan.

PromosiHotel Paling Recommended Dekat Pantai di Jepara, Ya d’Season Premiere

Kolam Cinta 

Di situs tersebut juga terdapat sumber mata air Jumprit yang setiap tahunnya dimanfaatkan untuk upacara Waisak oleh umat Buddha. Menariknya lagi, situs ini memiliki objek wisata kolam cinta, kolam renang alam yang menawarkan kesehatan mata air Sindoro. Dinamakan kolam cinta karena bentuknya mirip dengan lambang hati.

Baca Juga: Bruk! Wagub Jateng Jatuh saat Buka Pelatihan Siaga Tanggap Bencana

Untuk mencapai kolam cinta, Anda harus menuruni lebih anak tangga yang terbuat dari tanah. Letaknya berada lebih rendah dibanding situs Candi Liyangan. Jika berenang di tempat ini, Anda akan dimanjakan dengan pemandangan situs purbakala dan keindahan Gunung Sindoro yang indah dan mempesona.

Dihimpun dari Wikipedia, pada 2010 hingga 2011 lalu, dilakukan penelitan dan penggalian lebih lanjut yang dilakukan oleh Balai Arkeologi Yogyakarta dan dari penelitian tersebut disimpulkan bahwa situs tersebut bukan merupakan candi besar tetapi sebuah perdusunan dari masa Mataram Kuno. Berdasarkan gambaran hasil survei penjajakan, Balai Arkeologi Yogyakarta menyimpulkan bahwa Situs Liyangan merupakan situs dengan karakter kompleks dan memiliki  indikasi sebagai situs permukiman, situs ritual, sekaligus situs pertanian

Baca Juga: Gandatapa, Peninggalan Majapahit di Lereng Gunung Slamet

Situs Liyangan memiliki kekhasan yang tidak ditemukan pada situs temuan lainnya dari masa Hindu di Jawa: di situs ini ditemukan sisa-sisa kayu dan bijian serealia (gabah) yang hangus. Penggalian lanjutan menemukan struktur saluran kuno yang diduga telah dibangun pada masa pra-Hindu. Sejak 2015, situs liyangan telah menjadi wisata sejarah yang banyak dikunjungi wisatawan.

Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini". Klik link https://t.me/soloposdotcom kemudian join/bergabung. Pastikan Anda sudah menginstall aplikasi Telegram di ponsel.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Situs Liyangan merupakan sebuah situs pemukiman kuno dalam bentuk bebatuan yang berada di Dusun Liyangan, Desa Purbasari, Kecamatan Ngadirejo, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah. Pada awalnya situs ini tidak sengaja ditemukan dillahan tanah warga yang dijadikan sebagai tempat penambangan pasir. Karena pada saat penambangan ini dilakukan ternyata terdapat tumpukan bebatuan yang keras dan tersusun rapi,dan juga diprediksi terdapat sisa bangunan seperticandi, rumah, jalan, serta berbagai artefak yang ada di Liyangan. Maka kemudian dilakukan sebuah penggalian secara luas dan dilakukakan penelitian oleh beberapa arkeolog. Salah satunya dari Balai Arkeologi Yogyakarta pada tahun 2010 dan 2011. Berdasarkan hasil penelitian dari Arkeologi menyimpulkan bahwa Situs Liyangan memrupakan situs dengan karakter kompleks indikasi sebgai situs pemukiman, situs ritual, sekaligus situs permukiman.

Penggalian pertama dilakukan pada tahun 2008, sedangkan untuk awal mula penggalian pasir dilakukan pada tahun 2004-2005. Sebelum dibebaskan tanah situs ini milik perorangan atau warga masyarakat dusun Liyangan dan kemudian dari pihak pemerintah membeli tanah yang sebelumnya milik warga tersebut.

Penggalian pasir untuk pencarian situs yang tertimbun tanah ini tetap berjalan sampai sekarang, dan sudah menyebar luas sampai sebelah jalan penghubung di desa ini. Proses penggalian awal seluas 5 Ha dan setelah dilakukan beberapa penelitian ternyata situs ini diprediksi memiliki luas 8-12Ha. Karena mengingat potensi situs masih banyak dan luas, sehingga dari BPCB Jawa Tengah terus bergerak dalam mengumpulkan situs maupun penemuan peninggalan dari kerajaan zaman dulu. Dapat diketahui mengapa perluasan pencarian masih dilakukan, karena sebelumnya sudah menemukanpenemuan dalam bentuk rumah kayu, yang  isinya berupa papan dinding dan balokan-balokan pengikat rumah kayu ini dan juga terdapat bijian serealita (gabah yang sudah hangus).

Di kawasan situs liyangan ini sudah ditemukan 10 penemuan situs, baik yang bentuknya masih menyerupai situs ataupun candi maupun sudah tinggal beberapa persen saja. Penemuan pertama berjumlah 1 situs warisan budaya dan tidak sengaja dan ditemukan oleh orang desa asli Liyangan. Situs Liyangan ini ada kemungkinan belum tersentuh oleh penjajah Belanda.

Banyak pengunjung  yang datang ke kawasan cagar budaya situs Liyangan, hal ini dinilai menjadi daya tarik pengunjung karena memiliki karakteristik atau daya tarik tersendiri di Kabupaten Temanggung. Mulai dari wisatawan lokal maupun wisatawan luar daerah. Sedangkan untuk registrasi pembayaran tiket masuk situs liyangan ini tidak dikenakan biaya atau geratis.

            Dengan background sebagai mahasiswa Seni Arsitektur, saya sangat tertarik dan ingin mengkaji lebih banyak tentang situs peninggalan sejarah, baik  candi maupun bangunan. Karena dengan mempelajari sejarah dan peninggalan sebuah karya seni bangunan dimasa lalu akan menambah ilmu dan referensi untuk proses pengembangan dunia seni dan arsitektur..  

Disekitar situs liyangan juga terdapat situs peninggalan sejarah lainnya, yaitu situs Jumprit. Situs jumprit ini berisi makam, yang sekelilingnya terdapat mata air dan terdapat juga bangunan seperti candi kecil. Berada disamping persis jalan alternatif dari Ngadirejo Temanggung menuju arah Tambi Wonosobo. Situs liyangan dan situs jumprit memiliki beberapa perbedaan, salah satunya karakter batu yang ditampilkan dalam candi ini. Untuk situs liyangan sedikit berwarna kehitaman, karena batu yang digunakan adalah batu andesit hitam, sedangkan yang di situs jumprit berwarna keputih-putihan.

Situs liyangan ini merupakan peninggalan dari kerajaan mataram, sedangkan jumprit adalah peninggalan kerajaan mataram. Jadi secara umur pun situs liyangan ini lebih dulu ada dibanding dengan situs yang berada didesa sebelahnya/jumprit.

Sebagai generasi muda dan masyarakat Indonesia yang kaya akan cagar budaya kita harus bangga dengan peninggalan-peninggalan karya seni monumental dan bersejarah. Situs Liyangan sebagai aset bangsa Indonesia, sebagai bukti sejarah peradaban Mataram kuno sangat penting untuk dilestarikan oleh masyarakat Indonesia terutama generasi muda pada khususnya. Kita juga harus mengenal dan mempelajari Situs Liyangan dan ikut serta dalam melestarikannnya.

Situs Liyangan memberi manfaat yang banyak bagi masyarakat Indonesia dan dunia, diantarnya yaitu:

1.Situs Liyangan menguak peradaban Mataram Kuno.

Situs Liyangan adalah kawasan pemukiman yang mencakup sisa-sisa bangunan (candi, rumah), jalan, sawah/ladang, serta berbagai artefak yang berlokasi di Dusun Liyangan, Desa Purbasari, Ngadirejo, Temanggung, Jawa Tengah. Tapak ini hingga tahun 2020 memiliki luas l.k. 4 hektare dan mungkin akan meluas, terletak di lereng timur Gunung Sindoro

Salah satu peninggalan kerajaan mataram kuno adalah ditemukannya situs liyangan

Candi Liyangan saat diekskavasi.

Meskipun laporan penemuan artefak di sini telah ada sebelumnya, secara resmi penemuan situs ini diumumkan pada tahun 2008.[1] Penggalian arkeologi dilakukan setelah kegiatan penambangan pasir di tapak tersebut melaporkan penemuan struktur bangunan. Penemuan pertama berupa talud, yoni, arca, dan batu-batu candi. Penemuan selanjutnya sebuah bangunan candi yang tinggal bagian kaki dan di atasnya terdapat sebuah yoni yang unik (memiliki tiga lubang). Candi ini dinamakan candi Liyangan.

Penelitian dan penggalian lebih lanjut dilakukan Balai Arkeologi Yogyakarta pada 2010 dan 2011 menyimpulkan bahwa situs tersebut bukan merupakan candi besar tetapi sebuah perdusunan dari masa Mataram Kuno. Berdasar gambaran hasil survei penjajakan, Balai Arkeologi Yogyakarta menyimpulkan bahwa Situs Liyangan merupakan situs dengan karakter kompleks; indikasi sebagai situs permukiman, situs ritual, sekaligus situs pertanian.[2] Situs Liyangan memiliki kekhasan yang tidak ditemukan pada situs temuan lainnya dari masa Hindu di Jawa: di situs ini ditemukan sisa-sisa kayu dan bijian serealia (gabah) yang hangus.[3]

Penggalian lanjutan menemukan struktur saluran kuno yang diduga telah dibangun pada masa pra-Hindu.[4]

  • Arkeologi Jawa[pranala nonaktif permanen] - Hasil penelitian situs Liyangan 2011
  • Kab Temanggung - Basis data kabupaten Temanggung

  1. ^ "Kompas.com Mengungkap Temuan Situs Liyangan". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-09-01. Diakses tanggal 2012-02-06. 
  2. ^ ditpcbm (23 Februari 2016). "Delineasi Situs Liyangan". Indonesiana. Platform Kebudayaan. Diakses tanggal 25 Juni 2020. 
  3. ^ Iswinarno, Chandra (23 Oktober 2014). "Butiran jagung purba ditemukan di Situs Liyangan". merdeka.com. Diakses tanggal 25 Juni 2020. 
  4. ^ Administrator (2 Mei 2016). "Peradaban Sebelum Mataram Kuno di Liyangan". tempo.co. Diakses tanggal 25 Juni 2020. 

Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Situs_Purbakala_Liyangan&oldid=19360766"