Sahabat yang memimpin tim dalam pembukaan Alquran yang dijadikan standar untuk umat Islam bernama

Sahabat yang memimpin tim dalam pembukaan Alquran yang dijadikan standar untuk umat Islam bernama

Sahabat yang memimpin tim dalam pembukaan Alquran yang dijadikan standar untuk umat Islam bernama
Lihat Foto

Dok. Shutterstock / Kingmaya Studio

Ilustrasi Al Quran.

KOMPAS.com - Al Quran adalah kitab suci umat Islam yang menjadi pegangan dan dasar petunjuk kehidupan.

Ketika wahyu Al Quran diturunkan kepada Nabi Muhammad, sahabat Nabi masih banyak yang tidak bisa membaca dan menulis.

Oleh karena itu, pada awalnya, ayat-ayat Al Quran umumnya hanya dihafal saja oleh para sahabat Nabi.

Lantas, kapan penulisan Al Quran dan pengumpulannya dimulai hingga akhirnya menjadi kitab seperti yang digunakan pedoman oleh umat Islam saat ini?

Baca juga: Perang Yamamah, Pertempuran Abu Bakar Melawan Nabi Palsu

Penulisan Al Quran era Nabi Muhammad

Ketika Nabi Muhammad masih hidup, beberapa sahabat yang pandai membaca dan menulis ditugaskan untuk mencatat setiap Al Quran yang turun.

Salah satu sahabat yang bertugas sebagai penulis Al Quran adalah Zaid bin Tsabit.

Ketika itu, di Mekkah dan Madinah belum mengenal kertas, sehingga ayat Al Quran ditulis di pelepah kurma, tulang-tulang, dan kulit hewan.

Saat itu, Al Quran yang ditulis di berbagai media belum disatukan atau dibukukan, karena masih ada ayat yang belum diturunkan.

Baca juga: Sejarah Turunnya Al Quran

Pembukuan Al Quran era Khalifah Abu Bakar

Setelah Nabi Muhammad wafat pada 632, muncul kekhawatiran akan punahnya Al Quran di benak Umar bin Khattab.

Hal ini disebabkan banyak para penghafal Al Quran yang gugur saat berperang melawan kemurtadan dan nabi palsu.

Oleh karena itu, Umar bin Khattab kemudian mengusulkan kepada Khalifah Abu Bakar untuk membukukan Al Quran.

Mendengar usulan Umar bin Khattab, pembukuan Al Quran pun dimulai pada masa Khalifah Abu Bakar.

Khalifah Abu Bakar kemudian melakukan kodifikasi atau pengumpulan naskah-naskah Al Quran.

Kodifikasi Al Quran era ini ditandai dengan penyusunan Al Quran dalam suatu naskah yang rapi dan berurutan.

Baca juga: Perang Riddah, Pertempuran Abu Bakar Melawan Kaum Murtad

Pembukuan Al Quran era Khalifah Utsman bin Affan

Selain Abu Bakar, sahabat Nabi yang membukukan Al Quran adalah Khalifah Utsman bin Affan.

Alasan dibukukannya Al Quran pada masa ini adalah semaki luasnya wilayah Islam dan semakin banyak orang yang tertarik untuk menjadi Muslim.

Terlebih lagi, saat itu ada banyak versi Al Quran yang beredar dengan bacaan dan model penulisan yang berbeda.

Mereka yang telah memeluk Islam dan ingin memelajari Al Quran, yang menjadi sumber ajaran agamanya, pun menjadi bingung.

Oleh karena itu, Khalifah Utsman bin Affan kemudian mengambil kebijakan baru untuk menyamakan bentuk penulisan Al Quran.

Khalifah Utsman bin Affan membentuk tim yang membukukan Al Quran, yang beranggotakan Zaid bin Tsabit, Said bin Al-As, dan Abdurrahman bin Al-Harits.

Baca juga: Musailamah al-Kadzab, Nabi Palsu yang Menjiplak Al Quran

Proses kodifikasi era Khalifah Utsman bin Affan melahirkan suatu ilmu Al Quran yang dikenal dengan Ilmu Rasm Al Quran atau Ilmu Rasmi Al-Usmani.

Ilmu Rasm Al Quran atau Ilmu Rasmi Al-Usmani ini kemudian menjadi salah satu kajian dalam ulumul Quran.

Pembukuan Al Quran akhirnya selesai, yang mana salinan mushaf asli Al Quran di masa Khalifah Utsman bin Affan terkenal dengan nama Mushaf Utsmani.

Sementara versi lain yang beredar sebelum terbit Al Quran Mushaf Utsmani dibakar oleh Khalifah Utsman bin Affan.

Hal ini dilakukan supaya tidak ada perbedaan bacaan dan tulisan dalam Al Quran yang membingungkan umat Islam.

Hingga saat ini, Al Quran yang dibaca oleh umat Islam di seluruh dunia merupakan Al Quran dengan Mushaf Utsmani.

Referensi:

  • Yusuf, Kadar M. (2021). Studi Al Quran. Jakarta: AMZAH.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Konsep periodasi dalam sejarah

Sebutkan dan jelaskan tentang teori pembentukan alam semesta dan pembentukan bumi ​

apa pentingnya mengetahui biografi para tokoh perumus pancasila ??​

Siapa Jenderal Yang Menggambar Rumah Seperti Kuburan​

please dunk bantu ya......​

Buatlah time line dari BPUPKI sampai sidang PPKI ke tiga beserta penjelasan singkat Terimakasih :)

2. Pada masa renaisans muncul teori-teori baru mengenai bumi dan alam semesta. Teori-teori tersebut mendorong bangsa-bangsa Eropa melakukan penjelajah … an samudra untuk. ​.

Nabi Muhammad adalah suri teladan bagi seluruh umat manusia. Dalam berdagang,tujuan Rasulullah saw. Selain mencari laba adalah a. Membuka kemitraan ba … rub. Meningkatkan mutu barang c. Menguatkan tali silaturahmid. Bersedekah kepada fakir miskin ​.

Jelaskan secara singkat mengenal perkembangan teknologi

salah satu peran negara surya dalam mendukung kemerdekan negara indonesia di antara nya sebagai a mengirim pasukan untuk membatu pasukan indonesia b m … endorong isu indonesia agar di bahas dlm pbb c menghentikan konsulatikan nya di belanda d memplokade pasukan belanda yang menunjuk ke indonesia e melayakan aksiprotes kepada pihak belanda ​

KULTUM RAMADHAN HARI KE-22
“NUZULUL QUR’AN DAN SEJARAH PEMBUKUAN AL-QUR’AN”

Sahabat yang memimpin tim dalam pembukaan Alquran yang dijadikan standar untuk umat Islam bernama

Foto: Panmud Gugatan PA Kuala Pembuang saat menyampaikan Kultum Ramadhan
di musholla PA Kuala Pembuang (05/05/2021)

Kuala Pembuang│pa-kualapembuang.go.id

KUALA PEMBUANG - Selasa, 04 Mei 2021. Qamaruddin, S.H.I, M.H., Panitera Muda Gugatan PA Kuala Pembuang menyampaikan kultum di hari ke-22 Ramadhan tentang sejarah dan hikmah turunnya Al-Qur’an. Sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an Surat  Al-Isra ayat 9, Allah SWT berfirman bahwa, “Sesungguhnya Al-Qur’an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang mu’min yang mengerjakan amal shaleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar”.

Qamaruddin kemudian mengulas tentang sejarah diturunkannya Al-Qur’an yang terjadi dalam 2 (dua) cara. Pertama, Al-Qur’an diturunkan secara lengkap di malam Lailatul qadar dari Lauh Al-Mahfudz ke Baitul Izzah atau langit dunia pada bulan suci Ramadansebagaimana diinformasikan dalam surah Al-Qadar ayat pertama: "Sesungguhnya kami telah menurunkannya [Al-Qur’an] pada malam kemuliaan [Lailatul qadar]”. Kedua, setelah diturunkan di langit dunia, lalu wahyu Al-Qur’an tersebut diturunkan secara bertahap kepada Nabi Muhammad SAW sesuai dengan konteks dan kebutuhan, berlangsung selama 22 tahun, 2 bulan dan 22 hari secara berangsur-angsur.

Sejarah periodisasi Al-quran sepanjang perjalanan turunnya wahyu kepada Nabi Muhammad SAW, para ulama membagi sejarah Al-quran dalam 2 (dua) periode, yaitu periode sebelum hijrah dan periode selepas hijrah. Ayat-ayat Al-quran yang turun sebelum hijrah dikenal dengan sebutan ayat-ayat Makiyah, sementara ayat-ayat Al-quran yang turun usai hijrah dikenal dengan ayat-ayat Madaniyah.  Pada periode sebelum hijrah terdapat 86 surah makiyah yang diturunkan selama 12 tahun lima bulan. Pada umumnya, isi ayat-ayat makiyah berkenaan dengan akidah dan penguatan tauhid. Wahyu Al-quran di periode sebelum hijrah merupakan pokok ajaran Islam untuk mengokohkan keimanan umat yang ditindas oleh orang-orang kafir Quraisy. Pada kedua, terdapat  28 surah yang turun selama 9 tahun 9 bulan, ayat-ayat madaniyah umumnya berkaitan dengan muamalat, syariat, dan hukum-hukum Islam.

Lebih lanjut, pria asal kota kretek Kudus tersebut menjelaskan tentang sejarah pembukuan Al-Quran yang pada masa Rasulullah SAW, belum terkumpul rapi seperti sekarang karena proses perjalanan wahyu yang masih berlangsung selama hidup. Pengumpulan Al-quran di masa kenabian ini dikenal dengan dua cara, yaitu melalui tulisan (jam'u fi as-suthur) dan melalui hafalan (jam'u fi ash-shudur). Sahabat-sahabat penulis wahyu diantaranya adalah Zaid bin Tsabit, Ali bin Abi Talib, Muawiyah bin Abu Sufyan, Ubay bin Ka’ab. Adapun media tulis yang digunakan saat itu adalah pelepah kurma, lempengan batu, daun lontar, kulit bintang, kayu, pelana, potongan tulang binatang, dan lain sebagainya. Selain langsung dituliskan, banyak sahabat yang langsung menghafalkannya ketika dibacakan oleh Nabi Muhammad SAW.

Pasca Rasulullah SAW meninggal, terdapat kebutuhan untuk membukukan dan menstandardisasi Al-quran agar tetap utuh dan terjaga keotentikannya.
Para khalifah, dimulai dari Abu Bakar As-Shiddiq hingga Utsman bin Affan merasa perlu untuk mengumpulkan dan membukukan Al-quran menjadi kesatuan yang utuh. Setelah terjadinya perang Yamamah di masa khalifah Abu Bakar, banyak dari para hafiz atau penghafal Al-quran dari para sahabat mati syahid, sehingga dihhawatirkan Al-quran akan bernasib sama seperti kitab-kitab suci lain yang banyak terdistorsi karena telat dibukukan, maka Umar bin Khattab mengusulkankepada Abu Bakar agar Al-quran segera dikumpulkan. Kemudian khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq memerintahkan Zaid bin Tsabit agar memimpin proyek pengumpulan Al-quran tersebut.

Pada masa khalifah Utsman bin Affan Usai kemudian dilakukan standardisasi terhadap perbedaan dialek (lahjah) kemudian disatukan agar tidak menimbulkan perpecahan di kalangan umat Islam, sehingga mushaf yang umum ditemui sekarang dikenal dengan cara penulisan Utsman atau Rasm Utsmani.

Perjalanan panjang sejarah penulisan Al-quran ini makin mengokohkan keotentikan Al-quran. Bukti bahwa Al-quran merupakan kitab suci ilahi dijelaskan dalam surah Hud ayat 13: "Bahkan mereka mengatakan, 'Dia [Muhammad] telah membuat-buat Al-quran itu.' Katakanlah, '[Kalau demikian], datangkanlah sepuluh surah semisal dengannya [Alqur'an] yang dibuat-buat, dan ajaklah siapa saja di antara kamu yang sanggup selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar". Allah SWT menantang jika ada yang berani mengingkari kebenaran Al-quran, maka diminta untuk membuat surah seperti surah Al-quran. Tentunya tidak seorang pun yang bisa membuat semacam Al-quran. Hal tersebut menandakan bahwa Al-quran benar-benar otentik dan berasal dari Allah SWT.

Diakhir kultum, beliau mengajak jamaah kultum khusus di bulan Ramadhan untuk bersemangat didalam membaca Al-Qur’an, sehingga bisa menjadi golongan orang yang ahli membaca Al-Qur’an (Talil Qur’an) yang dirindukan surga dan tetap berupaya untuk tafakkur terhadap makna yang terkandung didalamnya. (Redaksi/QMR)