Pernyataan yang termasuk usaha bekerja keras adalah

Jika Anda melakukan riset mengenai kunci kesuksesan, Anda akan menemukan hanya ada satu hal yang tidak bisa Anda jalani jika Anda ingin berhasil dalam bidang kehidupan apa pun, dan itu adalah kerja keras.

Sukses tidak terjadi secara kebetulan. Dibutuhkan tindakan strategis ke arah yang benar untuk sampai ke sana. Kesuksesan tidak terjadi dalam semalam juga. Ada lebih banyak kegagalan selama perjalanan daripada yang dibolehkan oleh sebagian besar orang untuk mengakuinya. 

Pada akhirnya, itu semua tentang seberapa keras Anda bekerja pada hal yang benar dan sesuatu yang akan membuat Anda lebih dekat dengan tujuan Anda. Tetapi untuk mau menginvestasikan waktu, energi, dan fokus Anda yang berharga, Anda harus benar-benar memahami mengapa kerja keras itu penting. Inilah alasan utamanya.

Baca juga: Kerja Keras vs Kerja Cerdas? Yuk, Baca ini Selengkapnya!

Kerja keras adalah harga yang Anda bayar untuk apa yang akan Anda dapatkan

Jika sukses itu gratis, semua orang pasti memilikinya. Tetapi ada beberapa individu yang sukses dan masing-masing dari mereka telah melakukan pekerjaan yang cukup produktif sebelum mereka menerima imbalan apa pun.

Itu penting, dan itu cukup adil. Saat bekerja keras pada apa yang Anda yakini, Anda memahami nilai sebenarnya.

Anda mulai menghargai pekerjaan itu sendiri, untuk membangun beberapa kualitas yang baik di sepanjang jalan, dan untuk belajar pelajaran hidup yang penting selama itu.

Kerja keras membantu Anda membangun disiplin

Di awal perjalanan, Anda tidak siap untuk menangani kesuksesan dan semua tanggung jawab yang menyertainya. Namun, menghasilkannya dengan keringat dan pengorbanan mempersiapkan Anda untuk itu. Berikut ini beberapa contohnya.

Tidak ada atlet yang benar-benar layak mendapatkan medali sebelum menginvestasikan bertahun-tahun hidupnya ke dalam pelatihan, sebelum menyiapkan tubuhnya untuk bertahan, sebelum membangun kualitas yang diperlukan untuk menjadi juara, dan mengembangkan pola pikir seorang pemenang.

Hal yang sama berlaku untuk hidup Anda juga, tidak peduli apakah itu terkait pekerjaan, di kampus terkait atau kehidupan kencan Anda.

Pengusaha sukses tidak akan mampu mengelola orang secara efektif, membangun produk yang disukai orang, menjalankan perusahaan besar, mengatur waktu dengan baik dan bekerja dengan uang dalam jumlah besar, jika mereka tidak memulai dari nol dan mendapatkan kesempatan untuk mencapai setiap langkah selanjutnya.

Para miliarder juga tidak akan pandai menangani uang mereka, berinvestasi dengan bijak, atau membangun jaringan begitu saja. Mereka butuh bertahun-tahun, trial and error, dan juga kesabaran untuk menghasilkan uang.

Jadi kerja keras, bersama dengan waktu yang dibutuhkan, adalah suatu keharusan dalam perjalanan Anda menuju kesuksesan. Itu membuat Anda menjadi siapa Anda harus berubah untuk menjalani kehidupan yang lebih baik yang menunggu Anda.

Terlebih lagi, semakin keras Anda mengerjakan impian Anda, semakin Anda menjadi percaya diri. Mereka yang kurang percaya diri juga tidak memiliki tekad dan akhirnya kehilangan harapan dan menyerah. Tetapi dengan menginvestasikan energi yang cukup dalam harian ini, Anda mulai lebih percaya pada diri sendiri, Anda yakin bahwa Anda akan berhasil, dan Anda tidak memerlukan dukungan dari orang lain dan tidak ada yang bisa mengecewakan Anda lagi.

Kerja keras mengajarkan Anda nilai-nilai

Kerja keras memberi Anda tujuan, itu membantu Anda mengatasi kemalasan, penundaan, keraguan Anda, ketakutan akan kegagalan, rasa tidak aman, dan kebiasaan buruk Anda.

Anda akan belajar untuk bertekun. Kerja keras membantu menemukan cara untuk menghargai setiap hal yang Anda miliki dan tekad untuk mendapatkan yang lebih baik. Anda akan belajar bersabar, mengambil tindakan daripada menunggu hal-hal baik terjadi. Kerja keras mengajarkan Anda untuk bisa bertanggung jawab atas semua yang Anda miliki atau tidak miliki dalam diri Anda.

Anda membuat keberuntungan sendiri dengan kerja keras

Orang biasa menghabiskan banyak waktu menunggu hal-hal terjadi. Mereka membuat alasan yang tak terhitung jumlahnya untuk menunda mengambil tindakan dan terganggu sepanjang waktu.

Di lain pihak, orang-orang dengan tujuan terus-menerus melakukan sesuatu dan mencoba hal-hal baru untuk maju. Dengan cara ini, mereka menciptakan peluang.

Hukum universal adalah bahwa semakin Anda berfokus pada sesuatu dan mengambil tindakan yang terkait dengannya, semakin banyak pintu yang Anda buka dan semakin banyak kehidupan memberi Anda peluang untuk semakin dekat dengan visi Anda.

Meraih peluang dan memaksimalkannya adalah bagian dari kerja keras. Dan itu wajah keberuntungan yang sebenarnya.

Kerja keras memberi Anda hasil

Ukuran terbaik untuk apapun adalah kemajuan atau progres. Tidak ada hal lain yang membawa hasil lebih banyak secara konsisten daripada kerja keras. Terlebih lagi, aksi kerja keras sendiri mengarah ke lebih banyak aksi dan pada setiap saat, Anda membangun momentum dan memastikan perjalanan Anda berlanjut.

Mengerjakan tujuan Anda sendiri adalah motivasi yang Anda butuhkan untuk terus bergerak maju dan mengatakan tidak terhadap gangguan dari kehidupan sehari-hari.

Melihat hasil membuat Anda merasa puas, berterima kasih, dan benar-benar puas dengan apa yang Anda lakukan. Itu membuat seluruh proses menyenangkan dan Anda menemukan kekuatan untuk bertahan.

Sekarang setelah Anda mengetahui semua ini, seharusnya tidak ada satupun pikiran negatif dalam pikiran Anda terhadap kerja keras. Jangan pernah meragukan kekuatan dan hikmah bekerja keras.

Alih-alih, buat strategi Anda, buat rencana langkah demi langkah dan ambil langkah pertama menuju kesuksesan paling lambat hari ini. Anda tidak akan menyesal! Selamat kerja keras!

Baca juga: Apakah Tanda-Tanda Orang Sukses ini pada Diri Anda?

BEKERJA adalah salah satu konsep yang menjadi perhatian dalam Islam. Bekerja merupakan hal mendasar dalam kehidupan. Hidup manusia dapat berjalan baik jika setiap orang mau bekerja, baik untuk kepentingan individu ataupun kepentingan sosial.

Dengan bekerja, seseorang dapat membangun kepercayaan dirinya. Seseorang yang bekerja tentu berbeda dengan orang yang tidak bekerja sama sekali atau pengangguran dalam masalah pencitraan dirinya. Bahkan dengan bekerja, seseorang akan merasa terhormat di hadapan orang lain. Karena dengan hasil tangannya sendiri, mereka mampu bertahan hidup. Sungguh berbeda jika dibandingkan dengan seorang pengemis yang selalu meminta belas kasih orang lain. Bekerja malahan akan menaikkan derajat suatu bangsa di hadapan bangsa lain.

Mengingat begitu pentingnya masalah bekerja dalam kehidupan, maka Islam memberikan perhatian khusus kepada umat manusia untuk bekerja. Bekerja merupakan upaya untuk melanggengkan kehidupan itu sendiri. Bahkan, bekerja dalam pandangan Islam selalu dikaitkan dengan masalah keimanan. Banyak kalam Allah SWT yang menyebutkan bahwa pembahasan tentang bekerja dengan cara terbaik (amal saleh) selalu disandingkan dengan keimanan kepada Allah SWT. Masalah keimanan selalu diletakkan di awal kalimat sebelum amal saleh. Dalam Al-Quran Surat  Al-‘Ashr ayat 1 – 3, yang artinya, : 1. Demi masa ; 2. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian ; 3. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya menaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.

Dalam Al-Quran Surat At-Taubah ayat 105 yang artinya : “Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.”

Hal ini menunjukkan bahwa dalam Islam, bekerja disejajarkan dengan keimanan, sekaligus sebagai wujud dari keimanan itu sendiri. Hal ini pulalah yang memberikan pemahaman bahwa bekerja hendaknya berada dalam bingkai keimanan kepada Allah SWT. Sebagaimana firman-Nya dalam Al-Quran Surat  Al-Insyiqaaq ayat 6 yang artinya : “Sesungguhnya kamu telah bekerja dengan sungguh-sungguh menuju Tuhanmu, maka pasti kamu akan menemui-Nya.”

Dalam Islam, bekerj abukan sekadar untuk mendapatkan materi, tetapi lebih jauh dan lebih dalam dari itu. Bekerja sebagai upaya mewujudkan firman Allah sebagai bagian dari keimanan. Dengan demikian, bekerja merupakan aktivitas yang mulia. Dengan bekerja, seseorang dapat melaksanakan perintah-perintah Allah SWT lainnya, seperti zakat, infak, dan sedekah. Bahkan Rasulullah SAW menempatkan posisi terhormat bagi mereka yang berinfak dari hasil kerjanya sendiri. Sabda Rasulullah SAW : “Tangan di atas lebih baik daripada tangan yang di bawah.”

Malahan mereka yang bekerja atas dasar niat untuk menafkahi keluarganya dikategorikan sebagai mujahid (pejuang) di jalan Allah. Allah SWT pun menempatkan mereka sebagai syahid (dunia) apabila meninggal saat bekerja untuk mencari penghidupan yang terbaik bagi keluarganya. Sabda Rasulullah SAW : “Sesungguhnya Allah mencintai hamba yang bekerja dan barangsiapa yang bekerja keras untuk keluarganya, maka ia seperti mujahid di jalan Allah.” (HR. Ahmad)

Dalam Islam, bekerja juga merupakan wujud syukur akan nikmat dan karunia Allah SWT. Selain itu, bekerja juga sangat dianjurkan, karena dapat menjaga wibawa dan kehormatan diri. Dengan bekerja, seseorang tak kan meminta-minta dan mengharapkan pemberian orang lain. Allah SWT dan Rasul-Nya melarang para peminta-minta, yaitu mereka yang tidak bekerja dan hanya berpangku tangan. Ibnu Mas’ud mengatakan : “Saya amat benci melihat seorang laki-laki yang menganggur, tidak ada usahanya untuk kepentingan dunia dan tidak pula untuk kepentingan akhirat.”

Bekerja di dunia merupakan salah satu jembatan menuju akhirat. Karena itu, bekerja bukan semata-mata mencari penghidupan dunia. Cara kerja kita akan menentukan, apakah kita akan mendapatkan kebahagiaan di akhirat atau tidak? Maka, setiap langkah kerja kita akan dimintai pertanggungjawabannya di hadapan Allah SWT kelak.

Allah berfirman dalam Al-Quran Surat  Al-Qashash ayat 77, yang artinya : “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.”

Begitu banyak kalam Allah SWT dan hadits Rasulullah SAW yang secara khusus memberikan motivasi untuk bekerja. Bekerja dengan cara terbaik demi mendapatkan rezeki halal dan penghidupan terbaik. Di antaranya dalam Al-Quran Surat  Al-Jumu’ah ayat 10, yang artinya : “Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi ; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.”

 Juga hadits Rasulullah SAW yang diriwayatkan Imam Baihaqi : “Sesungguhnya Allah senang jika salah seorang di antara kamu mengerjakan sesuatu pekerjaan yang dilakukan secara professional.” (HR. Baihaqi)

Banyak orang memaknai rezeki begitu sempit, yaitu sekadar uang atau materi. Pemahaman yang umum melekat adalah rezeki merupakan hasil kerja seseorang dan bukanlah pemberian dari Sang Pemilik Rezeki. Ketika kita mendapatkan kesehatan yang baik, masih bisa menghirup udara dengan bebas, mata masih bisa melihat dengan jernih, telinga masih bisa mendengar dengan jelas, mulut masih bisa berbicara dengan indah, tangan masih bisa digerakkan, dan kaki masih bisa diayunkan untuk melangkah, seakan semua kenikmatan itu bukanlah sebuah rezeki.

Semua itu hanya dianggap sebuah kewajaran biasa. Padahal, di saat salah satu bagian tubuh tidak dapat difungsikan dengan baik, tentu akan banyak mengeluarkan biaya untuk menormalkannya kembali. Untuk itu, tidakkah sesungguhnya kesehatan yang melekat pada diri merupakan rezeki terbesar (setelah keimanan) dari Allah SWT?

Tetapi kebanyakan manusia tidak memahami dan menyadarinya. Untuk itulah, Rasulullah SAW bersabda : “Dua hal yang sering manusia lupakan adalah kesehatan dan kesempatan.”

Rezeki menurut para ulama ialah apa saja yang bisa dimanfaatkan (dipakai, dimakan atau dinikmati) oleh manusia. Rezeki dapat berupa uang, makanan, ilmu pengetahuan, rumah, kendaraan, pekerjaan, anak-anak, istri, kesehatan, ketenangan, serta segala sesuatu yang dirasa nikmat dan membawa manfaat bagi manusia. Rezeki merupakan kelengkapan hidup yang pasti Allah karuniakan kepada mahluk hidup di dunia, khususnya manusia. Sebagaimana ajal, keberadaan rezeki telah dijamin Allah SWT. Tidak ada manusia yang hidup di dunia tanpa dilengkapi rezeki.

Sayangnya, kebanyakan orang memahami rezeki sebagai harta dan materi belaka. Bahkan, lebih sempit lagi, yaitu berupa uang. Dengan demikian, muncul anggapan bahwa jika seseorang tidak memiliki uang berarti dia tidak mendapatkan rezeki. Begitu pula jika seseorang bekerja dan hanya mendapatkan sejumlah kecil uang, dianggap hanya mendapat sedikit rezeki. Sementara itu, pengalaman masa kerja, kebahagiaan, dan lain sebagainya tidak dianggap sebagai sebuah rezeki.

Ada pula pemahaman masyarakat bahwa peluang tempat untuk mengais rezeki hanya dengan bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS). Sementara pekerjaan selain PNS bukanlah tempat yang layak untuk mendapatkan rezeki. Ini merupakan pemahaman yang keliru. Padahal, dalam hadits Rasulullah SAW disebutkan, 99 pintu rezeki manusia diperoleh dari berdagang.

Banyak kalangan memiliki pemahaman berbeda terhadap makna rezeki ini. Pemahaman makna tersebut akan menentukan cara seseorang dalam memperlakukan rezeki yang ada padanya.

Berikut ini tiga model pemahaman tentang makna rezeki :

  1. Sebagian orang memahami bahwa rezeki yang didapat menjadi miliknya sepenuhnya. Tidak ada campur tangan pihak lain dalam mendapatkan rezeki tersebut, baik orang lain ataupun Allah SWT. Baginya, segala sesuatu yang diperoleh adalah hasil kerja kerasnya semata. Orang yang berpaham demikian jauh dari rasa syukur dan sangat sulit untuk membagi rezekinya dengan orang lain. Bagi mereka, berbagi hanya akan mengurangi rezeki yang dimiliki. Mereka tidak sadar bahwa segala sesuatu sesungguhnya hanya milik Allah SWT.
  2. Para ulama memahami makna rezeki sebagai atho’ atau pemberian. Makna tersebut merupakan makna dasar dari kata ar-rizqu dalam bahasa Arab. Dengan pengertian atho’, segala rezeki yang diperoleh seseorang di dunia adalah semata-mata pemberian Allah SWT. Rezeki bukanlah hasil kerja dari seseorang. Sementara, kerja hanyalah sebatas haal (jalan) atau perantara untuk mendapatkan rezeki. Sedangkan, sebab utama diperolehnya rezeki adalah pemberian dari Allah SWT. Ada banyak perantara bagi seseorang untuk mendapatkan rezeki. Bisa melalui kerja yang dilakukan, melalui orang lain, atau menemukan sesuatu di jalan, dan lain sebagainya. Coba renungkan jika rezeki adalah hasil dari kerja kita, tentunya mereka yang bekerja keras dan banting tulang saja yang mendapatkan hasil banyak. Pemahaman tentang rezeki sebagai pemberian Allah SWT akan memudahkan seseorang untuk memenuhi segala aturan-Nya dan berbagi dengan orang lain.
  3. Pemahaman lainnya adalah rezeki yang dimiliki seseorang semata-mata amanah dari Allah SWT. Sebuah amanah yang harus dipertanggungjawabkan kelak di hadapan-Nya. Inilah pemahaman sesungguhnya tentang rezeki. Pemahaman ini akan mengantarkan seseorang pada rasa tanggung jawab yang tinggi terhadap rezeki. Lantaran, Sang Pemilik Rezeki dapat mengambil kembali semua rezeki, kapan pun Dia berkehendak. Jika seseorang telah memiliki pemahaman ini, tentunya ia tak kan menolak kehendak-Nya dan tak kan membuatnya stress atau bingung. Mereka pun akan berhati-hati dalam mengelola rezekinya. Jangan sampai menyinggung perasaan Sang Pemilik Utamanya. Apa pun kehendak Sang Pemilik Rezeki, tentu akan dipenuhinya dengan senang hati sebagai wujud rasa syukur atas rezeki yang dipercayakan pada dirinya. Kalaupun tidak ada rezeki padanya, mereka paham bahwa –mungkin– itulah yang terbaik menurut Sang Pemilik. Meskipun belum diberi kepercayaan, mereka akan terus berupaya menampilkan yang terbaik dalam kehidupan ini. Seraya selalu mendekatkan diri pada-Nya dan menarik simpati-Nya, sehingga Sang Pemilik mempercayakan rezeki pada dirinya.

Bekerja dengan hati nurani adalah bekerja dengan berlandaskan pada pusat kesadaran manusia, yaitu kalbu. Hati nurani adalah hati yang telah diwarnai atau dipenuhi cahaya kebenaran. Sedangkan kalbu merupakan dasar kefitrahan diri. Pada dasarnya, kalbu cenderung pada panggilan kesucian, kebenaran, dan ketaatan kepada Allah SWT. Dalam bekerja, hendaknya mendengarkan suara hati nurani sebagai pengambil kebijaksanaan.

Penanaman nilai-nilai spiritual di dunia kerja diyakini mampu mendorong munculnya motivasi dan produktivitas kerja yang tinggi atas dasar ibadah. Dengan demikian, pekerjaan yang dilakukan secara ikhlas, tanpa pamrih, penuh kesadaran, bertanggung jawab, bersemangat, dan bersungguh-sungguh karena merasa dinilai Allah SWT, suci bersih dari penyimpangan, penyelewengan dan kebohongan, penuh prestasi, terobsesi untuk selalu menampilkan yang terbaik, serta menjadi teladan, contoh terbaik dalam kebaikan bagi lainnya. Berbagai sikap ini harus dibina dan dikembangkan dalam keseharian kerja kita.

Ketika bekerja dengan kesadaran spiritual, seseorang selalu merasa dilihat, dinilai, dan diawasi Allah SWT, sehingga tidak membutuhkan penilaian dari manusia. Ada atau tidak ada pimpinan yang mengontrol, selalu menampilkan sikap yang terbaik dalam setiap langkah pekerjaannya. Kerja spiritual inilah yang diyakini mampu memotivasi sekaligus menjadi modal utama sebuah kesuksesan dalam pencapaian visi perusahaan atau instansi.  (wawan dari berbagai sumber/ DK)