Perbedaan antara imitasi dengan identifikasi adalah A tindakan yang akan diambil oleh seseorang

Perbedaan antara imitasi dengan identifikasi adalah A tindakan yang akan diambil oleh seseorang

Show

Perbedaan Imitasi dan Identifikasi

Imitasi adalah meniru sesuatu yang dilakukan orang lain, seperti cara berpakaian, gaya rambut, gaya bicara dan perilaku lainnya. Sedangkan identifikasi adalah kecenderungan atau keinginan dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan pihak lain. Umumnya yang menjadi objek dari proses identifikasi adalah sang idola.

Antara imitasi dan identifikasi secara umum memang sangat mirip, perbedaan mendasar di antara keduanya adalah kedalaman proses peniruan yang dilakukan. 

Peniruan pada tahap imitasi hanya menggunakan panca indera tanpa memikirkan lebih dalam mengenai baik buruk atau konsekuensi lain dari peniruan yang ia lakukan. 

Sedangkan pada identifikasi, peniruan berada pada level yang lebih tinggi di atas imitasi karena didalam identifikasi terdapat proses imitasi, sugesti dan simpati. Peniruan dilakukan secara sadar serta melibatkan perasaan yang lebih mendalam. Peniruan pada identifikasi dilakukan secara penuh sampai mendekati kemiripan 100 % atau identik. Peniruan ini dilakukan tidak hanya bersifat fisik, namun juga secara psikologis.

Baca tulisan terkait :

Bagaimana Menumbuhkan Rasa Empati dan Simpati Pada Anak?

Contoh imitasi : Seorang anak yang merokok karena meniru ayahnya yang suka merokok. Ia meniru berdasarkan stimulus yang ia terima pada panca indera tanpa memikirkan baik dan buruknya perilaku yang ia tiru. 

Contoh identifikasi : Seorang wanita yang mengidolakan Angelina Jolie misalnya, terobsesi agar ia bisa menjadi seperti artis Hollywood tersebut dengan melakukan berbagai tindakan seperti melakukan operasi bibir, wajah dan bagian tubuh lain agar ia bisa dikatakan mirip dengan Angelina Jolie. Pun demikian dengan cara berjalan, berbicara, atau aktivitas lainnya ia lakukan seperti layaknya sang idola. 

Perbedaan Simpati dan Empati

Simpati merupakan kemampuan untuk merasakan diri seolah – olah dalam keadaan orang lain dan ikut merasakan apa yang dilakukan, di alami, atau di derita orang lain. Sedangkan empati adalah kemampuan untuk menyadari perasaan orang lain dan bertindak (sesuai) untuk membantu. Walau pun terdapat kemiripan antara simpati dan empati, namun terdapat perbedaan di antara keduanya antara lain :

a. Simpati dapat berupa kasih sayang, perasaan tertarik dan kesediaan untuk melakukan kerjasama, sedangkan empati selain berupa kasih sayang, terkait erat dengan rasa iba. Empati juga tidak membutuhkan persetujuan orang yang di empati, namun ia akan tetap memiliki niat untuk membantu.

b. Empati merupakan proses mental yang lebih kompleks dari pada simpati karena selain ikut merasakan keadaan orang lain (empati afektif), ia juga akan menempatkan diri sebagai orang lain (empati kognitif) serta seolah menjadi orang lain yang merasakan diri dan sekelilingnya (empati akurasi).

c. Perwujudan empati lebih terlihat nyata melalui respon adaptif sosial di banding simpati. Atau dengan kata lain empati tidak hanya melibatkan perasaan tapi diwujudkan dalam suatu perbuatan.

d. Berdasarkan asal katanya, simpati berasal dari bahasa Yunani yaitu pathos yang berarti perasaan dan awalan syn- yang berarti bersama, sehingga simpati berarti merasakan bersama orang lain. Sedangkan empati berasal dari kata pathos yang berarti perasaan dan awalan en- yang berarti di dalam sehingga empati berarti mengerti perasaan atau pengalaman orang lain dan merasakannya sesaat seakan – akan merasakannya sendiri.

Dari beberapa perbedaan tersebut, dapat disimpulkan bahwa empati melibatkan perasaan yang lebih mendalam dibanding simpati serta diwujudkan melalui perbuatan untuk membantu. 

Contoh simpati : 

  • Pada saat terjadi musibah bencana banjir, tanah longsor atau gempa bumi, kita ikut marasakan kesedihan yang dialami para korban bencana tersebut, namun sebatas ikut memposisikan diri pada para korban tanpa tindakan nyata untuk membantu.
  • Pada saat berkendara melihat kakek tua sedang berusaha menyebrang jalan muncul perasaan kasihan terhadap kakek tersebut namun tetap melanjutkan perjalanan

Contoh empati

  • Pada saat terjadi musibah bencana banjir, tanah longsor atau gempa bumi, kita ikut marasakan kesedihan yang dialami para korban bencana tersebut, dan karena kita pernah mengalami hal yang sama, perasaan itu kasihan dan iba tersebut muncul lebih dalam dan emosional serta berniat turut serta membantu para korban bencana tersebut
  • Pada saat berkendara melihat kakek tua sedang berusaha menyebrang jalan muncul perasaan kasihan terhadap kakek tersebut menjadi begitu mendalam saat teringat kakek dirumah yang pernah mengalami kecelakaan akibat menyebrang sehingga ia berhenti berkendara untuk membantu kakek tersebut menyebrang.
Sumber : diolah dari berberapa sumber


Page 2

Beranda Partnership Blog Peta Situs

tirto.id - Ciri mendasar dari kehidupan sosial adalah interaksi sosial. Dilansir umn.edu, interaksi sosial juga bisa disebut sebagai cara orang bertindak dengan orang lain dan bereaksi terhadap cara orang lain bertindak.

Soerjono Soekanto dalam bukunya Sosiologi: Suatu Pengantar menjelaskan, interaksi sosial adalah hubungan-hubungan sosial yang dinamis, yang meliputi hubungan antara orang perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara perorangan dengan kelompok manusia.

Buku Psikologi Perkembangan: Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya yang dibuat Monks, F.J menjelaskan faktor terjadinya interaksi sosial yang terjadi di masyarakat, yaitu:

  • Jenis kelamin. Kecenderungan laki-laki untuk berinteraksi dengan teman sebaya atau sejawat lebih besar daripada perempuan.
  • Kepribadian ekstrovert. Orang-orang ekstrovert lebih senang bergaul, dan komformitas daripada introvert.
  • Pengaruh kelompok menjadi makin besar bila jumlah anggotanya semakin bertambah.
  • Keinginan untuk mempunyai status. Adanya dorongan untuk memiliki status inilah yang menyebabkan seseorang berinteraksi dengan sejawatnya, individu akan menemukan kekuatan dalam mempertahankan dirinya di dalam perebutan tempat atau status terlebih di dalam suatu pekerjaan.
  • Interaksi orang tua. Suasana rumah yang tidak menyenangkan dan tekanan dari orang tua menjadi dorongan individu dalam berinteraksi dengan teman sejawatnya.
  • Pendidikan yang tinggi adalah salah satu faktor dalam mendorong individu untuk interaksi, karena orang yang berpendidikan tinggi mempunyai wawasan pengetahuan yang luas, yang mendukung dalam pergaulannya.
  • Interaksi sosial pun menjadi salah satu hal yang membuat pakar keilmuan penasaran untuk menggalinya
  • lebih dalam. Mereka mencoba memahami kehidupan sosial dengan menganalisis bagaimana dan mengapa orang berinteraksi Atau memeriksa berbagai pengaruh sosial pada perilaku individu, termasuk imitiasi dan identifikasi.
Ternyata imitasi dan identifikasi menjadi merupakan proses yang terjadi di dalam diri Anda. Bahkan, salah satu di antara keduanya menjadi identitas Anda.

Imitasi

Dalam buku Psikologi Sosial, Gerungan, W.A. dijelaskan, imitasi empunyai peran yang penting dalam proses interaksi. Salah satu segi positif dari imitasi adalah dapat mendorong seseorang untuk mematuhi kaidah dan nilai-nilai yang berlaku. Akan tetapi imitasi juga dapat menyebabkan hal-hal negatif, misalnya yang ditirunya adalah tindakan-tindakan yang menyimpang dan mematikan daya kreasi seseorang.

Psikolog M.Tarde ikut mempelajari imitasi yang disebutnya sebagai fenomena sosial atau "kunci misteri sosial." Dia menyebutkan, masyarakat merupakan proses imitasi. Menurutnya, pengaruh satu pikiran pada lain dijelaskan oleh proses imitasi saran.

Akibatnya, terdapat perubahan dan gerakan di masyarakat. Dia berpendapat, proses peniruan yang terjadi di seluruh masyarakat dapat dirumuskan menjadi dua yaitu semua imitasi cenderung menyebar ke seluruh masyarakat dalam perkembangan geometris. Selajutnya, imitasi bisa menyebar jika tidak terjadi gangguan.

Sementara, Prof. Baldwin dalam The American Journal of Sociology menggambarkan proses imitasi mirip dengan perkembangan seorang anak yang tengah belajar. Anak bisa meniru ucapan atau perbuatan orang-orang di sekitarnya. Atau lebih tepatnya, menyerap semua proses imitasi secara langsung.

Identifikasi

Di buku yang sama, Gerungan, W.A. membahas mengenai identifikasi. Menurutnya, identifikasi sifatnya lebih mendalam karena kepribadian individu dapat terbentuk setelah melalui beberapa proses. Terkadang dapat berlangsung dengan sendirinya atau disengaja sebab individu memerlukan tipe-tipe ideal tertentu di dalam proses kehidupannya. Identifikasi dalam psikologi berarti dorongan untuk menjadi identik.

Kerstin Sahlin-ANdersson dan Guje Sevon dalam bukunya, menjelaskan identifikasi melibatkan asosiasi dengan kualitas, karakteristik, dan pandangan dari model peran tertentu yang memiliki kualitas yang diinginkan individu untuk diri mereka sendiri.

Ketika seorang pelajar mengidentifikasi dengan seorang panutan, mereka akan mengingat perilaku mereka dan menambahkannya ke dalam daftar tindakan yang dapat mereka hasilkan dan mungkin mereka tiru.

M.J Kehily menuliskan identifikasi diakui sebagai bagian penting dari nilai yang dapat dinikmati orang dalam hidup. Misalnya, mengidentifikasi dengan hubungan, proyek, pekerjaan, dan tujuan, hidup bisa terarah dan dapat berjalan dengan baik.

Kemungkinan proses identifikasi dapat sangat dipengaruhi oleh fenomena sosial-ekonomi. Ketika orang merasa bimbang dan tidak aman, proses identifikasi jadi lebih lama. Mereka jadi tidak bisa membuat bayangan atau gambaran mengenai keputusan yang akan mereka ambil.

Baca juga:

  • 5 Etika Dalam Grup Chat dan Bagaimana Sebaiknya Kita Berinteraksi
  • Tips untuk Orang Tua Agar Anak Aman Berinteraksi dengan Internet

Baca juga artikel terkait INTERAKSI SOSIAL atau tulisan menarik lainnya Desika Pemita
(tirto.id - dsk/dip)


Penulis: Desika Pemita
Editor: Dipna Videlia Putsanra
Kontributor: Desika Pemita

Subscribe for updates Unsubscribe from updates