Pejuang perempuan yang membantu pattimura dalam melawan belanda ....

Mom's Life

Annisa Afani   |   Haibunda

Senin, 16 Aug 2021 15:50 WIB

Pejuang perempuan yang membantu pattimura dalam melawan belanda ....
caption

Jakarta -

Jauh sebelum kelahiran RA Kartini sebagai pahlawan revolusi wanita, Indonesia juga memiliki pejuang yang tak kalah tangguh, Bunda. Ia adalah Martha Christina Tiahahu.

Gadis kelahiran 4 Januari 1800 di Desa Abubu, Nusa Tenggara Laut, Maluku itu, merupakan anak tunggal. Ia adalah anak dan permata satu-satunya Kapitan Paulus Tiahahu dan sang istri.

Sayangnya, kebahagiaan Kapitan Paulus Tiahahu itu tak berlangsung lama. Itu karena istrinya meninggal dunia saat anaknya masih berusia balita.

Akibatnya, Kapitan Paulus harus mengurus anaknya seorang diri. Martha lantas menjadi amat dekat pada sang ayah, yang merupakan seorang pejuang melawan penjajah Hindia Belanda bersama Thomas Matulessy Pattimura atau Kapitan Pattimura.

Mengutip dari buku MARTHA CHRISINA TIAHAHU: Mutiara dari Nusa Laut yang Cinta Tanah Air karya Indah Ratna, diceritakan bahwa selama hidupnya, Martha tak terpisahkan dari sang ayah. Hal ini membuatnya menjadi sosok pemberani dan memiliki pendirian teguh.

Bahkan, Martha kerap diikutsertakan dalam rapat pejuang untuk melawan penjajah Belanda, Bunda. Dengan kebiasaan tersebut, Martha lama-kelamaan menjadi paham bahwa keadaan tanah kelahirannya dalam kondisi tak baik. Desanya diinjak-injak penjajah dan tak sedikit pahlawan dari sana gugur demi mempertahankan negeri.

Dengan perasaan sedih dalam hati atas kondisi tersebut, keberaniannya terus tumbuh dan kuat. Ia pun bertekad untuk menjadi pejuang seperti sang ayah sejak berusia muda.

Saat tumbuh menjadi seorang remaja, Martha memiliki pesona dengan rambut hitam ikalnya yang digerai panjang, Bunda. Ia memiliki senyum yang manis, gigi putih nan rapi, serta bergerak dengan begitu lincah.

Kala itu banyak remaja seusianya yang merasa kagum pada Martha. Meski begitu, ia tak memedulikannya dan hanya berfokus pada perjuangan demi desa dan tanah kelahiran.

Tak sedikit pula bahwa saat itu, teman-teman Martha sudah menikah dan memiliki anak. Namun ia sangat berbeda karena memilih untuk sibuk dalam berbagai pertempuran.

Perjuangan yang Martha lakukan pun turut didukung oleh ayahanda. Ayahnya tak pernah melarang putri semata wayangnya itu untuk terus bergerilya, bahkan ia  ditugaskan sebagai pembawa senjata saat berperang.

Ayah dan anak ini menjadi kompak dan sebagai pendukung bagi satu sama lain selama di medan perang. Martha selalu mendampingi sang ayah di mana pun perang berlangsung dan tak jarang ia turut angkat senjata saat perjuangan tersebut tengah berlangsung.

Martha pun tak lupa memberi semangat bagi wanita di Ouw dan Ulath. Ia berharap agar kaum wanita di sana ikut membantu pria dalam peperangan.

Keikutsertaan wanita dalam perang saat itu sempat membuat Belanda kewalahan. Mereka juga merasa khawatir karena baru di tanah Maluku lah, pejuang wanitanya memiliki semangat juang yang tinggi. Bahkan Martha sendiri menjadi sosok yang disegani oleh penjajah Belanda sebagai lawannya kala itu.

Simak perjuangan Martha Christina Tiahahu selanjutnya di halaman berikut ya, Bunda.

Ajari juga Si Kecil mengenal nama Presiden Indonesia sejak dahulu hingga sekarang dalam video berikut:

(AFN/som)

Jum'at, 14 Januari 2022 - 05:00 WIB

Martha Christina Tiahahu, pahlawan nasional usia 17 tahun yang gigih angkat senjata berperang melawan Belanda.Foto/ist

Martha Christina Tiahahu adalah gadis pejuang kemerdekaan yang mengangkat senjata di usia 17 tahun. Gadis kelahiran 1800 tersebut terjun di medan pertempuran melawan tentara kolonial Belanda dalam Perang Pattimura tahun 1817. Dia merupakan anak dari Paulus Tiahahu, kapitan dari negeri Abubu yang juga pembantu Thomas Matulessy dalam Perang Pattimura tahun 1817 melawan Belanda.Keberanian dan konsekuennya gadis kelahiran Desa Abubu di Pulau Nusalaut sangat terkenal di kalangan pejuang, masyarakat luas, bahkan para musuh. Meski seorang perempuan dan masih remaja, semangatnya menggelora untuk mengalahkan musuh.

Baca juga: Nyimas Gamparan, Pimpin Pendekar Perempuan Banten Melawan Belanda hingga Kalang Kabut

Mengutip Ensiklopedi Pahlawan Nasional, sejak awal perjuangan, ia selalu ikut mengambil bagian dan pantang mundur. Dengan rambutnya yang panjang terurai ke belakang serta berikat kepala sehelai kain berang (merah) ia tetap mendampingi ayahnya dalam setiap pertempuran baik di Pulau Nusalaut maupun di Pulau Saparua.

Siang dan malam ia selalu hadir dan ikut dalam pembuatan kubu-kubu pertahanan. Ia bukan saja mengangkat senjata, tetapi juga memberi semangat kepada kaum wanita di negeri-negeri agar ikut membantu kaum pria di setiap medan pertempuran sehingga Belanda kewalahan menghadapi kaum wanita yang ikut berjuang.

Jum'at, 14 Januari 2022 - 05:00 WIB

Martha Christina Tiahahu, pahlawan nasional usia 17 tahun yang gigih angkat senjata berperang melawan Belanda.Foto/ist

Martha Christina Tiahahu adalah gadis pejuang kemerdekaan yang mengangkat senjata di usia 17 tahun. Gadis kelahiran 1800 tersebut terjun di medan pertempuran melawan tentara kolonial Belanda dalam Perang Pattimura tahun 1817. Dia merupakan anak dari Paulus Tiahahu, kapitan dari negeri Abubu yang juga pembantu Thomas Matulessy dalam Perang Pattimura tahun 1817 melawan Belanda.Keberanian dan konsekuennya gadis kelahiran Desa Abubu di Pulau Nusalaut sangat terkenal di kalangan pejuang, masyarakat luas, bahkan para musuh. Meski seorang perempuan dan masih remaja, semangatnya menggelora untuk mengalahkan musuh.

Baca juga: Nyimas Gamparan, Pimpin Pendekar Perempuan Banten Melawan Belanda hingga Kalang Kabut

Mengutip Ensiklopedi Pahlawan Nasional, sejak awal perjuangan, ia selalu ikut mengambil bagian dan pantang mundur. Dengan rambutnya yang panjang terurai ke belakang serta berikat kepala sehelai kain berang (merah) ia tetap mendampingi ayahnya dalam setiap pertempuran baik di Pulau Nusalaut maupun di Pulau Saparua.

Siang dan malam ia selalu hadir dan ikut dalam pembuatan kubu-kubu pertahanan. Ia bukan saja mengangkat senjata, tetapi juga memberi semangat kepada kaum wanita di negeri-negeri agar ikut membantu kaum pria di setiap medan pertempuran sehingga Belanda kewalahan menghadapi kaum wanita yang ikut berjuang.

Pahlawan wanita yang membantu perjuangan Pattimura dalam melawan penjajah Belanda bernama?

  1. Kristina Panjaitan
  2. Martha Tilaar
  3. Kristina martha Tiahahu
  4. Kristina Hakim
  5. Semua jawaban benar

Jawaban: C. Kristina martha Tiahahu

Dilansir dari Encyclopedia Britannica, pahlawan wanita yang membantu perjuangan pattimura dalam melawan penjajah belanda bernama kristina martha tiahahu.

Kemudian, saya sangat menyarankan anda untuk membaca pertanyaan selanjutnya yaitu Tempat Pangeran Diponegoro diasingkan sampai wafatnya adalah di daerah? beserta jawaban penjelasan dan pembahasan lengkap.


Pejuang perempuan yang membantu pattimura dalam melawan belanda ....

Patung Christina Martha Tiahahu, Ambon. (Warsono/National Geographic Indonesia)

Nationalgeographic.co.id—Jika kita pernah main ke kawasan Blok M, Jakarta Selatan, kita mungkin pernah melihat atau bahkan mengunjungi Taman Martha Tiahahu. Tapi tahukah Anda siapa dia?

Martha Tiahahu adalah panglima peramng perempuan termuda di pasukan Kapitan Pattimura saat perang melawan Belanda. Perempuan bernama lengkap Martha Christina Tiahahu ini sudah jadi panglimang perang di usianya yang baru 17 tahun.

Martha Christina Tiahahu lahir pada tanggal 4 Januari 1800 di Desa Abubu, Nusa Laut, Maluku. Dia merupakan putri sulung dari Kapitan Paulus Tiahahu, salah satu pemimpin tentara rakyat Maluku.

Dengan rambut panjangnya yang terurai ke belakang serta berikat kepala sehelai kain berang (merah), ia mendampingi ayahnya angkat senjata untuk mengusir penjajah di Pulau Nusa Laut maupun di Pulau Saparua. Berbekal semangat pantang menyerah dan kabaressi (artinya keberanian dalam bahasa Maluku), perempuan muda itu tegak berdiri di deretan laskar perlawanan terhadap Belanda yang dipimpin Kapitan Pattimura. Sang srikandi muda itu bertekad kuat untuk mengusir para penjajah Belanda dari tanah Maluku.

Di pasukan Pattimura, Martha Tiahahu ikut berperan dalam sejumlah peristiwa penting. Salah satunya dalam pertempuan merebut Benteng Duurstede dari Belanda pada 17 Mei 1817.

Baca Juga: Kisah Perjuangan Martha Christina Tiahahu, Srikandi dari Tanah Maluku

Martha Tiahahu juga turut berperan dalam pertempuran melawan Belanda di Pulau Saparua. Tepatnya di Desa Ouw, Ullath. Di tengah keganasan pertempuran itu, Martha memberikan kobaran semangat kepada Pasukan Nusa Laut untuk menghancurkan musuh.

Pekikan semangat Martha telah membakar semangat kaum perempuan untuk turut mendampingi kaum laki-laki di medan pertempuran.

Pada pertempuran tersebut, Richemont, seorang pimpinan perang Belanda dapat dibunuh oleh pasukan Martha Tiahahu. Dari segala penjuru pasukan rakyat mengepung. Sorak sorai pasukan bercakalele. Teriakan yang menggigilkan memecah udara dan membuat rambut roma berdiri.

Pejuang perempuan yang membantu pattimura dalam melawan belanda ....

Martha Christina Tiahahu (Lutfi Fauziah)


Page 2

Pejuang perempuan yang membantu pattimura dalam melawan belanda ....

Patung Christina Martha Tiahahu, Ambon. (Warsono/National Geographic Indonesia)

Keikutsertaan Martha Tiahahu dan laskar perempuan lainnya dalam pertempuran di Maluku ini menunjukkan betapa gigihnya perempuan Malku dan betapa pentingnya peran perempuan dalam perjuangan kemerdekaan di Indonesia. Selain itu, keikutsertaan Martha Tiahahu juga menunjukkan semangat rakyat Maluku untuk berjuang mengerahkan seluruh kemampuan dan tidak lagi memandang gender dan agama.

Baca Juga: Marie Thomas dan Anna Warouw, Si 'Kembar' Pelopor Dokter Perempuan di Indonesia

Dalam suatu Operasi Pembersihan pada bulan Desember 1817 Martha Christina Tiahahu beserta 39 orang lainnya tertangkap. Dia tidak dihukum mati karena usianya masih sangat belia, yakni hampir 18 tahun.

Martha kemudian dibawa dengan kapal Eversten ke Pulau Jawa untuk dipekerjakan secara paksa di perkebunan kopi. Perjalanan Martha ke Jawa di atas kapal Eversten diwarnai pemberontakan.

Selama di atas kapal itu pula, kondisi kesehatan Martha Christina Tiahahu semakin memburuk, ia menolak makan dan pengobatan. Akhirnya pada tanggal 2 Januari 1818, setelah kapal melewati Tanjung Alang, Martha Christina Tiahahu menghembuskan napasnya yang terakhir.

Jenazah Martha Christina Tiahahu dibuang di Laut Banda. Barulah sekitar 150 tahun kemudian, Martha Christina Tiahahu secara resmi diakui sebagai Pahlawan Nasional Indonesia berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 012/TK/Tahun 1969.

Baca Juga: Marie Thomas, Dokter Wanita Indonesia Pertama yang Kini Jarang Dikenal

Kiprah perjuangan Martha Christina Tiahahu tidak hanya diapresiasi dengan didirikannya Taman Martha Tiahahu di kawasan Blok M Jakarta. Di Maluku, pemerintah daerah setempat juga membuat sebuah Taman Monumen untuk didedikasikan bagi sang pejuang wanita Maluku itu.

Pejuang perempuan yang membantu pattimura dalam melawan belanda ....

Imaji lanskap Teluk Ambon diambil dari bukit kecil tempat patung Christina Martha Tiahahu, Ambon. (Zika Zakiya)

Dikutip dari laman resmi Indonesia Kaya, monumen itu berada di wilayah Karang Panjang, bagian Kota Ambon yang berbukit-bukit. Hanya membutuhkan waktu sekitar 10 menit saja dari pusat Kota Ambon untuk sampai ke tempat ini dengan kendaraan bermotor. Letak Monumen ini tepat bersebelahan dengan Kantor DPRD Provinsi Maluku.

Karena berada di daerah ketinggian, dari Taman Monumen ini kita dapat melihat pemandangan Kota Ambon beserta lautan lepas yang menjadi latarnya. Biasanya waktu yang tepat untuk menikmati pemandangan ini adalah ketika malam hari, saat lampu-lampu kota sudah menyala dengan begitu indah.

Bagian utama Taman Monumen ini adalah sebuah patung Martha Christina Tiahahu yang cukup besar dan menghadap ke pusat Kota Ambon serta laut lepas. Konon, sangat sulit untuk membuat patung berdiri dengan seimbang. Patung baru dapat berdiri dengan seimbang setelah dihadapkan ke Laut Banda, tempat jenazah Martha Christina Tiahahu disemayamkan di kedalaman laut.