Pada tahun berapa kerajaan samudra pasai mengalami kemunduran ... * 1509 1510 1511 1512 1513

Jakarta -

Hai detikers, di pembahasan kali ini akan membahas mengenai salah satu kerajaan islam di Indonesia. Kerjaan tersebut adalah Kerajaan Samudra Pasai. Tidak perlu berlama-lama, inilah pembahasan mengenai kerajaan tersebut. Mari simak!

Kerajaan Samudra Pasai

Kerajaan Samudra Pasai atau yang juga dikenal sebagai Kesultanan Pasai merupakan kerajaan Islam yang pertama di Nusantara. Belum banyak hal yang diketahui tentang kerajaan yang ini, namun Hikayat Raja-Raja Pasai serta catatan dari perjalanan Ibnu Batutah menjadi bukti atau lebih tepat disebut sebagai rujukan mengenai adanya ataupun eksistensi dari kerajaan atau Kesultanan Pasai tersebut.

Beberapa makam raja ditemukan, bahkan beberapa koin juga di dalam kaitannya catatan-catatan itu.Kerajaan Islam ini berdiri saat pengaruh dari Kerajaan Majapahit sedang di saat tinggi-tingginya, sehingga bisa untuk dimaklumi jika penemuan yang mana menggambarkan atau memperlihatkan mengenai eksistensi atau aktivitas kerajaan ini tidak banyak yang bisa ditemukan.

Kerajaan Islam ini sendiri diduga berdiri sekitar tahun 1200-an hingga pada 1521 diserbu oleh Portugis yang mana sebagai rangkaian dari usaha dalam mengamankan perdagangan Selat Malaka. Kesultanan Pasai jika dilihat di jaman sekarang terletak di wilayah utara Provinsi Aceh. Lebih tepatnya lokasi tersebut ada di sekitar kota Lhokseumawe. Posisi dari kerajaan ini sebenarnya sangat strategis.

Hal itu mengingat Selat Malaka merupakan jalur perdagangan internasional Cina-India. Maka Pasai berusaha untuk meningkatkan pengaruhnya pada bidang perdagangan. Jatuhnya Malaka pada tahun 1511 pun menjadi berkah untuk kerajaan ini yang disinggahi oleh para pedagang Islam, meskipun Samudra Pasai pun sepuluh tahun kemudian akhirnya jatuh ke tangan Portugis.

Pendiri dari Kesultanan Pasai adalah Marah Silu yang mempunyai gelar Sultan Malik as-Saleh di tahun 1267. Marah Silu dicatat sebagai pengganti penguasa yang sebelumnya. Tapi, dalam Hikayat Raja-Raja Pasai dan Ibnu Batutah tercatat jika Marah Silu adalah raja pertama Pasai.

3 Raja di Kerajaan Samudra Pasai yang Pernah Berkuasa

Berdasarkan Hikayat Raja-Raja Pasai, kurang lebih selama 250 tahun kerajaan berdiri sudah ada 20 orang raja yang pernah berkuasa. Lebih tepatnya sultan yang berjumlah 19 dan seorang ratu. Selain nama-namanya, tidak ada cukup banyak hal yang dapat diketahui mengenai raja-raja kerajaan Islam ini. Hal itu dikarenakan penemuan-penemuan yang ada tidak dapat menjelaskan lebih detil dan rinci.

Namun karena di artikel ini membahas mengenai kerajaan Islam ini, maka akan dibahas juga tentang beberapa raja yang pernah berkuasa tersebut. Simak yang di bawah ini.

1. Sultan Malik as-Saleh (Tahun 1267-1297)

Marah Silu atau Sultan Malik as-Saleh oleh para ahli diduga sebagai penguasa yang beragama Islam pertama di Nusantara. Hal itu mengingat letak dari Pasai yang sebagai titik awal dari kedatangan pedagang Arab.

2. Sultan Muhammad Malik az-Zahir (Tahun 1297-1326)

Sultan Muhammad Malik az-Zahir merupakan putra dari Malik as-Saleh. Pada masa kekuasaannya, Sultan Muhammad Malik az-Zahir memperkenalkan tentang koin emas yang menjadi mata uang untuk perdagangan masyarakat.

3. Sultan Mahmud Malik az-Zahir (Tahun 1326-1349)

Sultan Mahmud Malik az-Zahir merupakan putra dari Sultan Muhammad Malik as-Zahir. Sultan Mahmud berkuasa sebagai raja ketiga Pasai. Di masa kekuasaannya, Sultan Mahmud menerima kunjungan dari Ibnu Batutah selama dua pekan.

Runtuhnya Kerajaan Samudra Pasai

Kerajaan tidak selamanya mengalami kejayaannya. Tentunya ada masa Kerajaan itu akan runtuh. Begitupula Pasai. Di tahun 1521, yang mana pada saat itu berada di bawah kekuasaan Sultan Zain Al-Abidin, kerajaan ini diserang oleh Portugis yang iri pada kemajuan dari perdagangan mereka yang sangat pesat.

Portugis yang mempunyai angkatan perang lebih tangguh dan kuat pada akhirnya berhasil untuk menaklukkan kerajaan Islam ini. Keadaan dari kerajaan yang lemah ini, lalu oleh Sultan Ali Mughayat Syah yang merupakan raja Kerajaan Aceh Darussalam dimanfaatkan, dimana beliau mengambil alih kerajaan.

Di tahun 1524, akhirnya Pasai masuk ke Kerajaan Aceh Darussalam atau lebih tepatnya dimasukkan. Hal itu tersebut terbukti dengan Lonceng Cakra Donya dipindahkan ke Kerajaan Aceh Darussalam dari yang awalnya milik Kerajaan Samudra Pasai.

(pal/pal)

Samudra Pasai merupakan kerajaan yang diduga sebagai kerajaan Islam pertama di Indonesia. Kesultanan yang dikenal juga dengan nama Samudera Darussalam ini tercatat eksis sejak abad ke-13, dan berdiri ketika pengaruh Majapahit sedang mencapai puncaknya. Lantas, bagaimana sejarah Kerajaan Samudra Pasai tersebut? Yuk intip beberapa ulasan berikut.

Masa Berdirinya Kerajaan Samudra Pasai

Kerajaan Samudra Pasai berada di pesisir Sumatera bagian utara, Aceh. Lokasi ini bahkan tak jauh dari Selat Malaka. Pasalnya kerajaan ini digagas oleh Nazimullar al Kamil, seorang laksamana laut dari Mesir pada abad ke-13. 

Nazimullah ini pada dasarnya diperintah oleh Kesultanan Mamluk dari Kairo untuk merebut pelabuhan Kembayar di Gujarat sebagai tempat pemasaran barang perdagangan dari timur.

Posisi Selat Malaka sebagai jalur perdagangan internasional antara Cina dan India membuat wilayah ini dimanfaatkan dengan baik. Bahkan, pada awal berdirinya kerajaan ini Nazimullah mengangkat Marah Silu sebagai pemimpin sekaligus pendiri Kerajaan Samudra Pasai. 

Jasa yang diberikan untuk mengembangkan kerajaan ini bahkan membuatnya mendapat gelar sebagai Sultan Malik al-Saleh. Struktur pemerintahan yang dihadirkan oleh kerajaan ini dilakukan secara turun temurun. 

Sejarah Kerajaan Samudra Pasai bahkan menghadirkan jabatan sultan sebagai pemimpin kerajaan dan beberapa jabatan lain seperti Menteri Besar, Komandan Militer, Bendahara, Laksamana, Sekretaris Kerajaan Kepala Mahkamah Agama dan Syahbandar.

Baca juga: Sejarah Kerajaan Demak, Kesultanan Islam Pertama di Jawa

Kejayaan Kerajaan Samudra Pasai

Kondisi pusat pemerintahan Kerajaan Samudra Pasai yang terletak di jalur perdagangan membuat wilayah ini semakin berkembang. 

Terlebih lagi kerajaan ini mampu menjalin hubungan baik dengan para musafir, termasuk kerajaan islam di India dan Arab yang datang melalui proses perdagangan untuk menjalin hubungan ekonomi sekaligus agama Islam.

Proses perjalanan Kerajaan Samudra Pasai mulai dari pendirian hingga akhir memiliki 20 raja yang pernah memimpin. Terdapat Sultan Malik as-Saleh (1267-1297), Sultan Muhammad Malik az-Zahir (1297-1326), Sultan Mahmud Malik az-Zahir (1326-1349), Sultan Zain al-Abidin Malik az-Zahir (1349-1406), Ratu Nahrasyiyah (1406-1428), Sultan Zainal Abidin II (1428-1438), Sultan Shalahuddin (1438-1462) dan lainnya.

Dari beberapa masa pemerintahan tersebut, sejarah Kerajaan Samudra Pasai pernah menuai masa kejayaan ketika dipimpin oleh Sultan Mahmud Malik az-Zahir. Pada tahun 1346 Masehi, Ibnu Bathutah sempat mengunjungi kerajaan ini dan melihat adanya kapal di Negeri Cina. Kondisi ini sangat menunjukkan adanya relasi Kerajaan Samudra Pasai secara luas.

Masa kejayaan yang diperoleh kerajaan ini bahkan menjadikan wilayah kerajaan sebagai pusat perniagaan penting. Kerajaan Samudra Pasai juga banyak dikunjungi oleh para saudagar dari berbagai negara seperti Cina, Arab, India, Persia dan Siam. 

Kerajaan ini bahkan memiliki mata uang dirham emas sebagai uang resmi yang digunakan untuk menjalankan proses perdagangan. Kerajaan ini juga menghadirkan kehidupan ekonomi, sosial dan budaya yang baik. 

Pasalnya perkembangan Kerajaan Samudra Pasai mampu menghadirkan hegemoni terhadap pelabuhan penting di berbagai wilayah. 

Pusat perkembangan agama Islam yang terjadi di kerajaan ini juga menghadirkan karya tulis terbaik dengan memanfaatkan huruf arab untuk menulis bahasa melayu.

Kondisi letak yang sangat strategis dan makmur membuat kerajaan ini mendapatkan serangan dari Kerajaan Majapahit. Meski demikian, Kerajaan Samudra Pasai akhirnya mampu merengkuh masa keemasan kembali pada masa Ratu Nahrasyiyah (1406-1428). 

Ratu Nahrasyiyah berhasil menghadirkan sejarah Kerajaan samudra Pasai yang baik dengan  mengatasi trauma dan mengembangkan agama islam.

Perkembangan agama Islam yang sangat pesat juga melahirkan berkembangan ilmu tasawuf yang banyak diterjemahkan dalam bahasa melayu. Salah satu kitab yang dihadirkan dari perkembangan ini adalah Durru al-Mahzum. Kitab tersebut berisi informasi terkait peran penting Kerajaan Samudra Pasai sebagai pusat tamadun Islam di Asia Tenggara.

Baca juga: Sempat Berjaya, Ini Sejarah Kerajaan Sriwijaya dari Awal

Kemunduran Kerajaan Samudra Pasai

Kemunduran Kerajaan Samudra Pasai terjadi akibat serangan luar yang mengusik kedamaian di wilayah ini. Kerajaan Samudra Pasai yang hanya memiliki daerah kekuasaan di Aceh ternyata banyak mendapatkan serangan akibat kemakmuran yang dimilikinya. Pasalnya kerajaan ini akhirnya dihancurkan oleh kekuasaan Portugis.

Meski demikian, runtuhnya Kerajaan Samudra Pasai sebenarnya terjadi akibat tidak ada lagi penerus yang mampu memimpin kerajaan dengan baik. 

Hal ini dapat diketahui dari masa kehancuran kerajaan yang tercatat terjadi pada tahun 1521. Sedangkan sultan terakhir yang memimpin kerajaan ini yaitu Sultan Zainal Abidin IV telah berakhir pada tahun 1517.

Kemunduran pada masa itu terjadi akibat lemahnya kekuatan dalam negeri. Sejarah Kerajaan Samudra Pasai yang telah mengalami kemunduran ini hanya bisa dilihat dari beberapa peninggalan hingga saat ini. 

Beberapa peninggalan tersebut terdiri dari makam yang nama sultan dengan huruf arab, koin dengan bahan emas dan perak, serta beberapa karya tulis.

Kerajaan Samudra Pasai adalah kerajaan yang berhasil menghadirkan kemakmuran bagi rakyatnya dengan memilih lokasi strategis dan menjalin hubungan dengan beberapa para saudagar dari berbagai negara. 

Sayangnya, kemakmuran yang dimiliki oleh wilayah ini diserang oleh Kerajaan Majapahit dan Portugis hingga mengalami kemunduran dan kehancuran tak tersisa.

Baca juga: Mengintip Sejarah Kerajaan Tarumanegara serta Peninggalannya