Pada masa remaja ada 4 empat dimensi PERUBAHAN remaja yang terdiri dari

ISLAMIC COUNSELING VOL 1 NO. 02 TAHUN 2017, STAIN CURUP

P-ISSN 2580-3638, E-ISSN 2580-3646

Perkembangan Fisik Dan Body Image Remaja

Hartini. M.Pd. Kons

Universitas Pendidikan Indonesia Bandung

Abstrak

Pengkajian tahap perkembangan hendaknya dapat memberikan pemahaman dan

informasi yang berguna bagi remaja, orang tua, orang dewasa maupun guru di sekolah.

Berbagai perubahan-perubahan yang dialami remaja sering menimbulkan kebingguan

dan permasalahan yang dapat mempengaruhi kondisi psikologis remaja dan orang-orang

disekitar para remaja sehingga sangat penting para remaja dan orang-orang disekitar

remaja mengetahui dan memahami berbagai perubahan yang dialami remaja.

Pengetahuan dan pemahaman tentang perkembangan fisik remaja merupakan informasi

awal yang sangat penting diketahui karena perubahan fisik yang dialami oleh remaja

akan mempengaruhi berbagai perkembangan lainya seperti perkembangan kognitif,

moral, sosial, dan religius sehingga kajian tentang perkembangan fisik diharapkan dapat

memberikan berbagai informasi dan pemahaman dan akan mengantisipasi serta

meminimalis berbagai permasalahan yang akan dihadapi oleh remaja sehingga

diperolehnya berbagai problem solving yang dihadapi remaja orang tua, orang dewasa

maupun guru di sekolah . Adapun kajian yang akan dibahas dalam perkembangan fisik

remaja ini berawal dari penjelasan tentang siapa remaja dilihat dari berbagai aspek,

kajian dilanjutkan dengan pembahasan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan

fisik remaja, ciri-ciri remaja, proses perkembangan fisik remaja, dampak psikologis

terhadap perubahan fisik remaja serta kendala apa saja yang dialami dalam proses

perubahan fisik remaja serta body image remaja dan perilakunya.

PENGANTAR

Masa remaja adalah masa yang paling banyak mengalami perubahan secara psikologis,

biologis dan fisiologis. Kondisi ini terjadi melalui berbagai transisi dari berbagai

dimensi yang dalam proses perkembanganya mengalami perubahan-perubahan yang

berdampak pada munculnya kondisi yang membinggungkan, keragu-raguan, ketakutan-

ketakutan dan kecemasan-kecemasan. Berbagai perubahan ini ada yang dapat dilalui

oleh remaja dengan baik dan ada juga sebagain remaja yang mengalami hambatan dan

ISLAMIC COUNSELING VOL 1 NO. 02 TAHUN 2017, STAIN CURUP

P-ISSN 2580-3638, E-ISSN 2580-3646

gangguan dalam proses perkembangannya sehingga dapat menghambat pencapaian

tugas perkembangan selanjutnya.

Pengkajian tahap perkembangan hendaknya dapat memberikan pemahaman dan

informasi yang berguna bagi remaja, orang tua, orang dewasa maupun guru di sekolah.

Berbagai perubahan-perubahan yang dialami remaja sering menimbulkan kebingguan

dan permasalahan yang dapat mempengaruhi kondisi psikologis remaja dan orang-orang

disekitar para remaja sehingga sangat penting para remaja dan orang-orang disekitar

remaja mengetahui dan memahami berbagai perubahan yang dialami remaja.

Pengetahuan dan pemahaman tentang perkembangan fisik remaja merupakan informasi

awal yang sangat penting diketahui karena perubahan fisik yang dialami oleh remaja

akan mempengaruhi berbagai perkembangan lainya seperti perkembangan kognitif,

moral, sosial, dan religius sehingga kajian tentang perkembangan fisik diharapkan dapat

memberikan berbagai informasi dan pemahaman dan akan mengantisipasi serta

meminimalis berbagai permasalahan yang akan dihadapi oleh remaja sehingga

diperolehnya berbagai problem solving yang dihadapi remaja orang tua, orang dewasa

maupun guru di sekolah . Adapun kajian yang akan dibahas dalam perkembangan fisik

remaja ini berawal dari penjelasan tentang siapa remaja dilihat dari berbagai aspek,

kajian dilanjutkan dengan pembahasan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan

fisik remaja, ciri-ciri remaja, proses perkembangan fisik remaja, dampak psikologis

terhadap perubahan fisik remaja serta kendala apa saja yang dialami dalam proses

perubahan fisik remaja serta body image remaja dan perilakunya.

DEFINISI REMAJA

Adolescence atau remaja berasal dari bahasa latin adolescere yang berarti

„tumbuh‟ atau “tumbuh menjadi dewasa”. Bangsa primitive pada zaman purbakala

mengatakan bahwa masa remaja atau masa puber tidak ada bedanya dengan masa-masa

lain dalam rentang kehidupan, anak dianggap dewasa apabila sudah mampu mengadakan

reproduksi (Elizabeth B Hurlock. 1991).

Istilah adolenscence seperti yang dipergunakan

saat ini, mempunyai arti yang lebih luas mencakup kematangan mental, emosional,

sosial dan fisik. Pandangan ini diungkap oleh Piaget dengan menyatakan bahwa :

“Secara Psikologis, masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi

dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak-anak tidak lagi merasa di bawah

tingkatan orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang

sama, sekurang-kurangnya dalam masalah bak…. Integrasi dalam masyarakat

Elizabeth B Hurlock. 1980. Developmental Psychology. A life-span approach, fifth edition. McGraw-Hill. Inc. pp. 206

ISLAMIC COUNSELING VOL 1 NO. 02 TAHUN 2017, STAIN CURUP

P-ISSN 2580-3638, E-ISSN 2580-3646

(dewasa) mempunyai banyak aspek efektif, kurang lebih berhubungan dengan

masa puber” (Piaget, J.1969)

Masa puber yang dialami remaja atau masa puberitas merupakan suatu periode

kedewasaan kerangka tubuh dan seksual yang cepat, terutama terjadi pada awal remaja

merupakan suatu periode dimana kematangan kerangka seksual terjadi secara pesat

terutama pada awal remaja.(Santrock John W.1983)

Masa Pubertas juga merupakan

masa transisi periode antara masa kanak-kanak dan dewasa, di mana sebuah

pertumbuhan Semburan terjadi, karakteristik seksual sekunder muncul kesuburan adalah

dicapai, dan perubahan psikologis yang mendalam mengambil Tempat (National

Research Council, Board on Children, Youth, and Families. 1999).

dari pertumbuhan,

pengembangan, dan pematangan yang dimulai pada akhir dari masa kanak-kanak sekitar

10 tahun. (Neil J. Salkind. 2006)

Pubertas dianggap masa stress yang dialami remaja, Untungnya, selama beberapa

dekade terakhir, konsepsi masa remaja sebagai masa badai dan tekanan (Blos, 1962;

Hall, 1904) digantikan oleh pandangan yang lebih seimbang bahwa remaja sebagai

periode ketika biologis, kognitif, emosional, dan fungsi sosial menjadi direorganisasi.

Mayoritas remaja dipandang sebagai individu yang mengalami ketidakmampuan dalam

berperilaku yang diinginkan. Periode direorganisasi biologis merupakan periode

pertumbuhan dan perkembangan struktur tubuh atau fisik yakni sejak mulai pubertas

dan waktu pubertas, terjadi pengaruh yang interaktif antara hormon, pertumbuhan fisik,

perubahan emosi, masalah perilaku, kognisi, dan aktivitas seksual.

FAKTOR-FAKTOR PERKEMBANGAN FISIK REMAJA

Masa remaja dianggap mulai pada saat anak secara seksual menjadi matang dan

berakhir saat ia mencapai usia matang secara hukum. Secara umum remaja dibagi

menjadi dua bagian yakni awal masa remaja dan akhir masa remaja. Masa remaja

dimulai pada usia 13-16 tahun yakni awal masa remaja dan usia 16-17 tahun yakni akhir

masa remaja dimana merupakan periode yang sangat singkat. Anak remaja laki-laki

lebih lambat matang daripada anak perempuan sehingga remaja laki-laki mengalami

(Piaget, J.1969. The Intellectual development of the adolescence: Psychosocial perspectives, New York: Basic Books. p.22-26)

Santrock John W.1983. Life-Span Development : 5 E. University of Texas At Dallas. C. Brown Communication, Inc.) p. 7

National Research Council, Board on Children, Youth, and Families. (1999). Adolescentdevelopment and the biology of puberty.

Washington:National Academy Press. p. 1

Neil J. Salkind. 2006 , Encyclopedia of human development. the United States of America. Sage Publications, Inc. p. 28

Richard M. Lerner, M. Ann Easterbrooks, Jayanthi Mistry. (2003) Handbook Of Psychology. Volume 6 Developmental

Psychology. By John Wiley & Sons, Inc., Hoboken, New Jersey..

ISLAMIC COUNSELING VOL 1 NO. 02 TAHUN 2017, STAIN CURUP

P-ISSN 2580-3638, E-ISSN 2580-3646

periode awal remaja yang lebih singkat sehingga sering kali remaja laki-laki nampak

kurang matang dibandingkan remaja perempuan. (Elizabeth B. Hurlock, 1991)

.

Menurut Neil J. Salkind. (2006)

fase perkembangan fisik remaja diawali saat

masa puberitas tiba meliputi awal masa remaja (usia 10-14 tahun), sebagian remaja

mulai mengalami lonjakan pertumbuhan fisik dan mulai pematangan seksual yang

mengakibatkan terjadinya perubahan yang signifikan di semua domain fungsi. Masa

remaja Tengah (usia 14-17 Tahun) Pembangunan fisik Kebanyakan remaja mengalami

terus meningkat di spesialisasi keterampilan motorik kasar, massa otot, kekuatan, dan

daya tahan cardiopulmonary. beberapa remaja mungkin menemukan kesulitan untuk

menyesuaikan diri somatik pertumbuhan menyembur, yang dapat mengakibatkan

kejanggalan sementara atau kecanggungan. Beberapa pemuda dapat menjadi sangat

prihatin tentang kenaikan normal mereka berat badan dan ukuran. Hal ini dapat

mengakibatkan diet yang berlebihan dan olahraga, membersihkan, atau tindakan

pengendalian berat badan patogen lainnya. Motor, Visual, dan Pembangunan auditory

Semua keterampilan di domain ini sepenuhnya dikembangkan di akhir masa remaja

tengah, dengan pengecualian dari menjepit pegang, yang terus berkembang pada akhir

masa remaja. Sedangkan Akhir Masa remaja (usia 17-21 tahun) Selama tahap

perkembangan, remaja menghadapi lulus SMA, tes penempatan, dan sering kegiatan

perguruan tinggi atau pilihan karir. Pada akhir masa remaja akhir, yang paling muda

mencapai penuh fisik, kognitif, sosial, dan kematangan emosional, dan sebagian besar

masalah emansipasi pada dasarnya diselesaikan. Pembangunan fisik Spesialisasi

keterampilan motorik kasar, keuntungan di kekuatan, dan kapasitas aerobik sepenuhnya

dikembangkan; Namun, beberapa remaja dapat terus berkembang kecepatan dan

peningkatan ukuran; perubahan ini terjadi pada tingkat yang lebih lambat dibandingkan

dengan selama masa remaja tengah, dan betina terus menumpuk massa lemak. Mereka

Visi sepenuhnya dikembangkan.

Ada beberapa faktor penyebab terjadinya perkembangan fisik pada diri remaja

yaitu terjadinya produksi hormon yang sangat banyak yakni zat-zat kimia yang sangat

kuat yang disekresikan oleh kelenjar-kelenjar endokrin dan dibawa keseluruh tubuh oleh

aliran darah (Dyk, 1993) konsentrasi hormone-hormon tertentu meningkat secara

dramatis selama masa remaja (Rabin & Chrousos, 1991; Susman & Dorn, 1991).

Adapun hormone tersebut yaitu hormon testosteron (testosterone) ialah suatu hormone

yang berkaitan dengan perkembangan alat kelamin, pertambahan tinggi dan perubahan

Elizabeth B Hurlock. 1980. Developmental Psychology. A life-span approach, fifth edition. McGraw-Hill. Inc. pp. 206

Op cit

Op cit, Neil J. Salkind. 2006 P. 34

ISLAMIC COUNSELING VOL 1 NO. 02 TAHUN 2017, STAIN CURUP

P-ISSN 2580-3638, E-ISSN 2580-3646

suara pada anak laki-laki. Sedangkan hormon estradiol ialah suatu hormon yang

berkaitan dengan perkembangan buah dada, Rahim, dan kerangka pada anak-anak

perempuan.

Perubahan secara fisiologis ditandai oleh 2 komponen. Menurut Counts et al.,

1987, dua komponen tersebut yaitu adrenarche dan gonadarche, yang dianggap

peristiwa independen dikontrol oleh mekanisme terpisah yakni komponen pertama

pubertas, adrenarche (kebangkitan kelenjar adrenal), dimulai antara usia 6 dan 9 tahun.

Adrenarche merupakan maturasi dari korteks adrenal yang ditandai dengan peningkatan

sekresi androgen adrenal yaitu dehydroepiandrosterone (DHEA),

dehydroepiandrosterone sulfat (DHEAS) dan androstenedion meningkat hormonal awal

adrenal androgen sekresi terjadi sebelum perubahan fisik eksternal, seperti itu

pengembangan rambut kemaluan. Komponen kedua pubertas, gonadarche, adalah

reaktivasi yang dari hipotalamus-hipofisis gonadotropin-gonadal ( hasilnya kematangan

fisik pengembangan karakteristik seksual primer (Testis dan ovarium) dan karakteristik

seksual sekunder Rambut kemaluan, rambut tubuh, dan pertumbuhan genital dan

payudara). Itu puncak dari gonadarche dan fungsi reproduksi menarche untuk anak

perempuan dan anak laki-laki spermarche untuk. dimulai pada usia 8-10 tahun untuk

anak perempuan dan 10-11tahun pada anak laki-laki.

sedangkan menurut suntrock

(1983) bahwa perubahan hormonal dan perubahan tubuh pada remaja ini terjadi rata-rata

2 tahun lebih awal pada anak perempuan usia 10,5 tahun dari pada anak laki-laki 12.5

tahun.

CIRI-CIRI PERKEMBANGAN FISIK REMAJA

Perubahan dan perkembangan fisik pada remaja tidaklah sama dan terdapat

perbedaan individual, yakni terjadinya penurunan dalam laju pertumbuhan dan

perkembangan internal lebih menonjol daripada perkembangan ekternal yang secara

normal akan terjadi disetiap diri remaja. Menurut Santrock (1983)

ada 4 perubahan

tubuh yang paling menenjol pada remaja perempuan yakni : Pertambahan tinggi badan

yang cepat, Menarche (Menstruasi) ,Pertumbuhan buah dada, Pertumbuhan rambut

kemaluan. Sedangkan 4 perubahan yang menonjol pada remaja laki-laki yakni :

pertambahan tinggi badan yang cepat, pertumbuhan penis, pertumbuhan testis,

pertumbuhan rambut kemaluan.

(Santrock John W.1983. Life-Span Development : 5 E. University of Texas At Dallas. C. Brown Communication, Inc.) p. 7

Op cit Richard M. Lerner, M. Ann Easterbrooks, Jayanthi Mistry. p. 298

Op cit , Santrock John Wp. 8

Ibid p. 8

ISLAMIC COUNSELING VOL 1 NO. 02 TAHUN 2017, STAIN CURUP

P-ISSN 2580-3638, E-ISSN 2580-3646

Awal masa puber anak laki-laki, suara mulai menurunkan; kumis mulai tumbuh

anak laki-laki, yang melibatkan pematangan organ reproduksi dan menyertainya

karakteristik seksual sekunder. Dalam perempuan, menstruasi pertama terjadi pada akhir

masa pubertas. Pada akhir pubertas, individu menjadi mampu reproduksi.

(Resource

Book. 2005) menurut Elizabeth B Hurlock (1980) mengemukakan bahwa ada 2 aspek

perubahan dan perkembangan fisik yang dialami remaja yakni :

Tinggi yakni rata-rata perempuan

mencapai tinggi yang matang antara

usia 17 dan 18 tahun, rata-rata remaja

laki-laki setahun sesudahnya. Anak

yang biasa diberi imunisasi biasanya

lebih tinggi dari usia ke usia,

dibandingkan dengan bayi yang tidak

diberi imunisasi karena anak banyak

menderita sakit sehingga cendrung

memperlambat pertumbuhan

Berat yakni perubahan berat badan

mengikuti jadwal yang sama dengan

Sistem Percernaan, perut menjadi lebih

panjang dan tidak lagi terlampau

berbentuk pipa, bertambah panjang dan

bertambah besar. Otot-otot di perut dan

dinding-dinding usus menjadi· l lebih

tebal dan lebih kuat, hati bertambah

berat dan kerongkongan bertambah

panjang

Sistem Peredaran Darah, yakni jantung

tumbuh pesat selama masa remaja,

pada usia tujuh belas atau delapan belas.

Beratnya dua belas kali berat pada

Resource Book. 2005 Child and Adolescent Development. the Pennsylvania Child Welfare Training Program University of

Pittsburgh, School of Social Work 403 East Winding Hill Road Mechanicsburg). p.54

ISLAMIC COUNSELING VOL 1 NO. 02 TAHUN 2017, STAIN CURUP

P-ISSN 2580-3638, E-ISSN 2580-3646

perubahan tinggi, tetapi berat badan

sekarang tersebar ke bagian-bagian

tubuh yang tadinya hanya

mengandung sedikit lemak atau tidak

megandung lemak samasekali.

Proporsi tubuh yaitu berbagai anggota

tubuh lambat laun mencapai

perbandingan tubuh yang baik.

Misalnya badan melebar dan

memanjang sehingga anggota badan

tidak lagi kelihatan terlalu panjang.

Organ Seks yaitu baik organ seks

prima maupun organ sex wanita

mencapai ukuran yang matang pada

akhir masa remaja tetapi fungsinya

belum matang sampai beberapa tahun

kemudian

waktu lahir, . Panjang dan tebal dindinq

pembuluh daran meningkat dan

mencapai tingkat kematangan bilamana

jantung sudah matang.

Sistem Pemapasan, yakni kapasitas

paru-paru anak perempuan hampir

matang pada usia tujuh belas tahun;

anak laki-laki mencapai tingkat

kematanqan beberapa tahun tahun

kemudian.

Sistem Endokrin yakni kegiatan gonad

yang meningkat pada masa puber

menyebabkan ketidakseimbanqan

sementara dari seluruh sistern

endokrin pada awal puber. Kelenjar-

kelenjar seks berkembang pesat dan

berfungsi, meskipun belum mencapai

ukuran matang sampai akhir masa

remaja atau awal masa dewasa

Jaringan tubuh yakni, perkembangan

kerangka berhenti rata-rata pada usia

delapan belas tahun, jaringan selain

tulang berkembang sampai tulang

mencapai ukuran matang khususnya bagi

perkembangan jaringan otot.15

Elizabeth B Hurlock. 1980. Developmental Psychology. A life-span approach, fifth edition. McGraw-Hill. Inc. pp. 211

ISLAMIC COUNSELING VOL 1 NO. 02 TAHUN 2017, STAIN CURUP

P-ISSN 2580-3638, E-ISSN 2580-3646

PROSES PERKEMBANGAN FISIK REMAJA

Masa pubertas dapat mulai sejak usia 8 atau akhir usia 15 pada anak perempuan

dan sejak usia 9,5 tahun dan hingga akhir usia 15 anak laki-laki. Ini adalah penanda

mendefinisikan awal remaja. Akhir masa remaja umumnya terjadi antara usia 17 dan 21

tahun dan ditandai dengan individu mencapai fisik penuh dan jatuh tempo

perkembangan atau dewasa muda. Ini fase perkembangan melibatkan fisik yang

signifikan, hormonal, kognitif, emosional, dan perubahan sosial. Sebuah perspektif

perkembangan saraf remaja menyatakan bahwa sebagian besar perubahan terjadi terjadi

pada tiga tumpang tindih tahapan: awal, tengah, dan akhir. awal masa remaja menandai

masa pubertas, remaja tengah ditandai dengan pertumbuhan puncak dan pematangan

fisik, dan masa remaja akhir menandai akhir dari pubertas dan integrasi semua

keterampilan fungsional. (Neil J. Salkind. 2006)

Adapun proses perkembangan fisik merupakan proses berfungsinya dua

komponen pubertas yakni, gonadarche, adalah reaktivasi yang dari hipotalamus

hipofisis gonadotropin gonadal Sistem, yang awalnya telah diaktifkan selama janin dan

perkembangan bayi awal. Gonadarche dimulai sekitar usia 9 sampai 10 tahun pada anak

perempuan kulit putih dan 8 sampai 9 tahun pada anak perempuan Afrika Amerika

(Herman-Giddens et al., 1997) dan pada 10 sampai 11 tahun anak laki-laki (Grumbach

& Styne, 1992). Gonadarche adalah apa yang kebanyakan orang sebut sebagai

Neil J. Salkind. 2006 , Encyclopedia of human development. the United States of America. Sage Publications, Inc. p. 28

ISLAMIC COUNSELING VOL 1 NO. 02 TAHUN 2017, STAIN CURUP

P-ISSN 2580-3638, E-ISSN 2580-3646

"pubertas" dan memerlukan kematangan seksual dan kematangan reproduksi. Pada

gonadarche, aktivasi HPG-axis dan hasilnya kematangan fisik dalam pengembangan

karakteristik seksual primer (Testis dan ovarium) dan karakteristik seksual sekunder

(Rambut kemaluan, rambut tubuh, dan pertumbuhan genital dan payudara). Itu puncak

dari gonadarche dan fungsi reproduksi menarche untuk anak perempuan dan anak laki-

laki spermarche untuk.

pubertas yang (Gonadarche) menandai perkembangan

kemampuan reproduksi, fisiologi pubertas menjadi identik dengan bahwa pematangan

reproduksi. Gonadarche terjadi ketika GnRH generator denyut (neuron di hipotalamus

basal medial) diaktifkan kembali atau reaugmented (Knobil, 1988; Medhamurthy, gay,

& Plant, 1990; Tersawa, Bridson, Nass, Noonan, & Dierschke, 1984)

dan gonad seks

steroid hormon meningkat sekresi. Itu mekanisme untuk pemahaman itu sistem kontrol

yang mendefinisikan waktu pubertas dan neurobiologis dasar reaugmentation ini pulsa

GnRH generator terus menjadi spekulatif (Plant, 1995; Suter, Pohl, & Plant, 1998).

Banyak dari apa yang kita tahu tentang pubertas didasarkan pada model primata

nonmanusia. Pada manusia, penelitian pada masa pubertas jauh lebih sulit membawa di

luar karena sering seri pengambilan sampel darah pada malam hari di prapubertas anak-

anak diperlukan sebagai sekresi pulsatil gonadotropin pertama terjadi pada malam hari.

Selain itu, tes yang sangat sensitif yang wajib untuk mendeteksi konsentrasi rendah

gonadotropin dan steroid gonad. Demikian, beberapa studi manusia yang tersedia di

masa pubertas, dan pada mereka yang ada, sampel ukuran kecil dan tidak mungkin wakil

dari umum populasi.

Hormon dan pertumbuhan perubahan pada masa pubertas adalah konsekuensi

dari proses neuroendokrin rumit. Pada hari-hari awal penelitian pada komponen

endokrin pubertas, penekanannya adalah pada spesifisitas c melepaskan hormon atau

spesifik hormon fi c seperti testosteron dan estrogen. Penekanannya saat ini adalah pada

saraf (Plant, 1998) dan kontrol genetic pubertas. Secara khusus, para identifikasi gen

yang spesifik dan ekspresi gen yang bertanggung jawab untuk onset dan perkembangan

pubertas sekarang adalah fokus penelitian. Mengingat kemajuan ini, penjelasan yang

paling diterima secara luas dari masa pubertas adalah ekspresi gen mengendalikan

GnRH pulsa generator dan reaktivasi sumbu HPG. Selain itu, korteks, sistem limbik, dan

Richard M. Lerner, M. Ann Easterbrooks, Jayanthi Mistry. (2003) Handbook Of Psychology. Volume 6 Developmental

Psychology. By John Wiley & Sons, Inc., Hoboken, New Jersey..p. .298

Terasawa, E., Noonan, J. J., Nass, T. E., & Loose, M. D. (1984). Posterior hypothalamic lesions advance the onset of puberty in

the female rhesus monkey. Endocrinology, 115, 2241-2250.

Op, cit Richard M. Lerner, M. Ann Easterbrooks, Jayanthi Mistry. P 299

ISLAMIC COUNSELING VOL 1 NO. 02 TAHUN 2017, STAIN CURUP

P-ISSN 2580-3638, E-ISSN 2580-3646

sistem neurotransmitter memodulasi fungsi hipotalamus (Brooks-Gunn c& Reiter1990)

dan dengan demikian pubertas.

Masa puberitas merupakan proses kematangan yang dialami oleh manusia yang ditandai

dengan adanya pertumbuhan dan perkembangan biologis dan fisiologis. Menurut John

Bancrof dan June Machover Reinisch (1990)

bahwa dalam kematangan manusia

aktivitas gonad (ovarium pada wanita dan testis pada pria) adalah kendali dua hormon

yang diproduksi oleh hipofisis anterior (Gambar. 1-1). hormon-hormon perangsang

folikel ini (FSH) dan hormon lu teinizing (LH) - yang juga biasa disebut sebagai

gonadotro pin (untuk review, lihat Steiner & Cameron, 1989)

. Pada wanita dewasa,

aktivitas ovarium adalah sifat cyclicin dengan ovulatio terjadi sekitar sebulan sekali.

FSH bertindak dalam ovarie yang terutama untuk merangsang pertumbuhan folikel

ovarium (struktur ovarium yang berisi perempuan sel germinal, ovum). Oleh minggu ke

masing-masing siklus folliclehas tunggal biasanya dipilih dan mulai berkembang pesat

mensekresi jumlah berlebihan dari hormon estrogen steroid. Sekitar akhir minggu kedua

pada setiap siklus, meningkatnya tingkat estroge bertindak di hipofisis menyebabkan

pelepasan lonjakan LH dan FSH. Th gonadotropin surge, pada gilirannya, memicu

proses ovulasi di whic yang follicleruptures matang dan melepaskan ovum ke dalam

tabung Lopian terdekat fal. Di bawah stimulasi LH, yang pecah follicleundergoes bio

chemicaland struktural reorganizationto menjadi korpus luteum. Sel dari korpus luteum

mensekresikan estrogen dan progesteron, hormon tha tindakan pada lapisan

endometrium rahim untuk siap untuk implantatio dari ovum dibuahi. Jika tidak terjadi

pembuahan, korpus luteum regresi setelah sekitar 2 minggu. Penarikan pelabuhan

dukungan hormonal pada endometrium pada akhir setiap siklus hamil mengarah t

pengelupasan jaringan endometrium (yaitu, menstruasi). fungsi testis pada orang dewasa

juga dirangsang oleh LH dan FSH LH bertindak pada sel-sel Leydig dari testis untuk

merangsang testosteron produksi pro. Testosteron, bertindak dalam tubulus seminiferus,

dalam hubungannya dengan FSH, untuk merangsang spermatogenesis. als testosteron

memainkan peran trofik penting dalam merangsang aksesori ducts sebuah kelenjar

saluran reproduksi pria, produk yang keluar dari whic sangat penting untuk menjaga

integritas fungsional sperma. LH dan FSH produksi dan pelepasan dikendalikan oleh

peptida kecil hormon, gonadotropin-releasing hormone (GnRH). GnRH adalah pro

diproduksi oleh neuron di hipotalamus (wilayah otak di terletak tidak langsung di atas

ibid

John Bancrof dan June Machover Reinisch (1990). Adolesence and puberity. New York

Oxford

Oxford University Press

Steiner, R. A., & Cameron, J. L. (1989). Endocrine control of reproduction. In B. Hille, A. Fuchs, R. Steiner, & A. Scher (Eds.),

Textbook of physiology (pp 1289-1342). Philadelphia: Saunders.

ISLAMIC COUNSELING VOL 1 NO. 02 TAHUN 2017, STAIN CURUP

P-ISSN 2580-3638, E-ISSN 2580-3646

hipofisis), akson yang berakhir pada tempat tidur capillar dari eminensia median. GnRH

dilepaskan dari terminal akson diangkut ke hipofisis anterior oleh pembuluh darah dari

hipotalamus yang sistem portal hypophyseal. neuron GnRH mengirimkan akson ke saya

keunggulan kemudian muncul api secara terkoordinasi, mengirimkan pulsa dari GnRH

ke hipofisis anterior, dan mengakibatkan rilis berdenyut dari gonadotropin hipofisis.

Mekanisme (s) dimana GnRH neurons dirangsang untuk api secara berdenyut

terkoordinasi masih belum diketahui saat ini. Frekuensi dan amplitudo berdenyut pergi

rilis nadotropin bervariasi tergantung pada kondisi fisiologis, dihasilkan dari perubahan

frekuensi rilis GnRH. Misalnya, dalam fase midfollicular dari siklus menstruasi rendah

penguat LH terjadi kira-kira sekali setiap 90 menit, sedangkan selama fase midluteal

LH dirilis di pulsa besar amplitudo pada frekuensi lambat sekitar sekali setiap 8 jam.

produksi dan pelepasan. Hal ini diketahui bahwa sejumlah sistem saraf dalam sistem

saraf pusat dapat memodulasi aktivitas neuron GnRH, termasuk sistem saraf yang

melepaskan neurotransmit- seperti ters sebagai norepinefrin, serotonin, dan peptida opiat

endogen.

Hormon yang diproduksi oleh gonad (yaitu, estrogen dan progesteron pada wanita dan

testosteron pada pria) memiliki pengaruh penghambatan pada GnRH aktivitas neuron.

steroid gonad juga mengerahkan efek negatif-umpan balik secara langsung pada tingkat

hipofisis anterior untuk menekan aktivitas sel-sel yang mensekresi LH dan FSH. Betina

memiliki sistem umpan balik positif tambahan dengan yang sangat tinggi tingkat

estrogen yang dihasilkan oleh tindakan folikel ovarium matang di hipofisis untuk

merangsang pelepasan gelombang LH dan FSH. Proses kematangan ini akan dialami

oleh setiap manusia sejak masuk fase remaja. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada

gambar di bawah ini :

ISLAMIC COUNSELING VOL 1 NO. 02 TAHUN 2017, STAIN CURUP

P-ISSN 2580-3638, E-ISSN 2580-3646

Namun sebuah studi Herman-Giddens et al, 1997

;. Tentang A study from the

Pediatric Research and Office Settings network, diperoleh data bahwa dari 17.000 anak

perempuan rentang usia 3- 12 tahun yang datang mengunjungi dokter bahwa 6,7% dari

anak perempuan kulit putih dan 27,2% dari Afrika gadis Amerika yang menunjukkan

tanda-tanda pubertas pada usia 7 tahun (yaitu, payudara dan / atau pengembangan

rambut kemaluan). Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa pubertas mungkin terjadi

sekitar 1 tahun awal pada anak perempuan kulit putih dan 2 tahun sebelumnya gadis

Afrika di Amerika. Namun, penelitian belum diselesaikan pada sampel nonclinical untuk

mengkonfirmasi bahwa ini adalah kasus untuk gadis pada umumnya. Relatif sedikit

penelitian telah diperiksa perbedaan dalam perjalanan pubertas antara berbeda kelompok

etnis; ini jelas daerah yang layak perhatian tambahan (Lerner & Galambos, 1998).

Pertumbuhan fisik dan Pembangunan masa pubertas menyebabkan remaja untuk

mendapatkan 25% dari tinggi dewasa akhir nya (hingga 10 cm per tahun), mendapatkan

50% dari berat badan orang dewasa yang ideal; pengalaman penggandaan organ utama,

pematangan tulang wajah, penurunan jaringan limfoid, genital pematangan, primer dan

karakteristik seks sekunder, dan sistem saraf pusat (SSP) pematangan, memicu kenaikan

hormon seks termasuk adrenal hormon, estrogen (hormon wanita), dan testosterone

(Hormon pria). Itu paling signifikan fisik perubahan pubertas melibatkan peningkatan

berurutan dalam Genital sistem dan karakteristik sekunder. Ini perubahan terjadi lebih

periode 2 sampai 4 tahun dihasilkan di kecepatan tinggi puncak dan pertumbuhan

rambut kemaluan. Wanita mulai untuk mengembangkan payudara (thelarche), tumbuh

rambut ketiak, dan menstruasi. mengalami pertumbuhan laki-laki rambut kemaluan

(pubarche), awal testis dan penis pertumbuhan, emisi nokturnal, ditandai perubahan

suara, pertumbuhan rambut wajah, dan pengembangan otot. Bukan itu biasa bagi

perempuan untuk menjadi lebih tinggi dan lebih berat dari anak laki-laki pada usia yang

sama selama masa remaja awal. Otak Pertumbuhan dan Pembangunan Selain

pertumbuhan fisik, adoles- muda persen mengalami CNS pematangan tanpa peningkatan

ukuran otak. Perkembangan otak terdiri dari miliaran Sel-sel yang berada di tempat

(dengan kehidupan janin akhir). Neurologis penghinaan pada awal masa remaja dapat

Herman-Giddens, M. E., Slora, E. J., Wasserman, R. C., Bourdony, C. J., Bhapkar, M. V., Koch, G. G., & Hasemeier, C. M.

(1997). Secondary sexual characteristics and menses in young girls seen in office practice: A study from the Pediatric Research and

Office Settings network. Pediatrics, 99, 505512.

ISLAMIC COUNSELING VOL 1 NO. 02 TAHUN 2017, STAIN CURUP

P-ISSN 2580-3638, E-ISSN 2580-3646

memiliki samping utama berdampak pada paparan perkembangan selanjutnya terhadap

infeksi dan racun. Selain itu, efek dari penghinaan ini ke otak dapat diamati pada remaja

muda yang terkena infeksi dan racun yang merusak mereka otak dalam rahim. ancaman

lain dari lingkungan yang dapat menyebabkan cedera otak yang cukup besar akibat dari

paparan kekerasan, malnutrisi, kemiskinan, dan efek samping dari stres kronis. Beberapa

ahli berpendapat bahwa para perkembangan periode penawaran awal masa remaja

sebuah jendela dari kesempatan untuk memperbaiki kerusakan atau deficit dalam fungsi

otak atau koneksi neurocortical. Mereka menawarkan bahwa itu otak remaja pada tahap

ini pembangunan adalah diperbaiki dan mengatakan bahwa karena plastisitas dari otak

tisu, sel-sel otak memiliki kemampuan yang luar biasa untuk beradaptasi dengan

perubahan dan tantangan yang terjadi sepanjang kehidupan. Intervensi dirancang untuk

merangsang berbagai fungsi otak dapat meningkatkan atau pengaruh itu keterkaitan sel-

sel otak atau sirkuit otak. Seperti itu lingkungan stimulasi juga important Adolescence

adalah masa transisi dari pertumbuhan, pengembangan, dan pematangan yang dimulai

pada akhir dari masa kanak-kanak sekitar 10 tahun. (Neil J. Salkind. 2006)

Perubahan gonad Fungsi di Pubertas

Perubahan dalam sistem reproduksi yang paling jelas ciri pubertas melibatkan

pematangan gonad dan pengembangan berikutnya dari karakteristik seksual sekunder,

yang dihasilkan dari peningkatan produksi hormon steroid gonad. Perempuan

pematangan pubertas melibatkan amplifikasi proses pertumbuhan folikel ovarium dan

steroidogenesis, yang terjadi sampai batas tertentu sebelum pubertas (Van Wagenen &

Simpson, 1973).

Peningkatan produksi hormon steroid oleh ovarium merangsang

proliferasi dinding rahim, dan penarikan dukungan steroid pada akhir setiap siklus

mengarah ke menstruasi. Menstruasi pertama disebut sebagai menarche dan saya biasa

digunakan sebagai penanda pubertas, meskipun itu adalah peristiwa yang relatif

terlambat dalam kaskade kejadian yang menyebabkan pubertas pematangan sistem

reproduksi. Peningkatan produksi steroid ovarium juga merangsang pembesaran

payudara, pertumbuhan rambut kemaluan, dan deposisi lemak tubuh dalam pola

perempuan yang khas. Pada akhirnya, pematangan pubertas ovarium mengarah ke

pembentukan fungsi ovarium siklik, dengan ovulasi biasa. Umumnya siklus ovulasi

pertama terjadi beberapa bulan setelah menarche, dan pembentukan siklus ovulasi

Neil J. Salkind. 2006 , Encyclopedia of human development. the United States of America. Sage Publications, Inc. p. 28

Van Wagenen, G., & Simpson, M. E. (1973). Postnatal development of the ovary in Homo sapiens and Macaca mulatta. New

Haven, CT: Yale University Press.

ISLAMIC COUNSELING VOL 1 NO. 02 TAHUN 2017, STAIN CURUP

P-ISSN 2580-3638, E-ISSN 2580-3646

berturut tidak terjadi selama berbulan-bulan untuk tahun setelah menarche (Rowell,

1977;

Apter, Viinikka, & Vihko, 1978).

Pada pria, perkembangan pubertas testis memerlukan stimulasi sel Leydig

untuk menghasilkan jumlah peningkatan testosteron, testic pertumbuhan ular yang

dihasilkan dari proliferasi tubulus dan elemen seluler yang terlibat dalam produksi

sperma, dan akhirnya produksi sperma matang (Van Wagenen &: Simpson, 1954;

Agustus, Grumbach, &: Kaplan, 1972;

Dang & Meussy-Dessolle, 1984

). Selain

memainkan peran penting dalam pematangan testis dan produksi sperma, meningkatkan

produksi hormon testis merangsang pertumbuhan genitalia eksterna laki-laki,

menyebabkan pengembangan pola rambut maskulin (di daerah, termasuk pertumbuhan

janggut dan kebotakan), dan mengarah ke peningkatan massa otot .

Perubahan Gonadotropin Sekresi di Pubertas

pematangan gonad pada laki-laki dan hasil betina dari peningkatan sekresi

gonadotropin hipofisis anterior, LH dan FSH (Styne & Grumbach, 1978;

Steiner &

Bremner, 1981

; Tanaman, 1983) .Tidak hanya melakukan mean tingkat sirkulasi LH

dan FSH meningkat, namun amplitude pulsa LH individu juga meningkatkan (BOYAR

et al, 1974a;.

Steiner & Bremner, 1981). Namun, penelitian pada manusia

menunjukkan bahwa frekuensi LH pulsa mirip pada anak-anak sebelum pubertas dan

dewasa (Penny, Olambiwonnu, & Frasier, 1977;.

Jakacki et al, 1982)

. pematangan

pubertas sekresi pulsatile gonadotropin dibedakan dengan pola yang sangat berbeda dari

rilis LH, dengan ketinggian nokturnal amplitudo pulsa (Boya et al, 1974a;

Beck &

Rowell, T. E. (1977). Variation in age at puberty in monkeys. Folia Primatologia, 27, 284-290.

Apter, D., Viinikka, L., & Vihko, R. (1978). Hormonal pattern of adolescent menstrual cycles. Journal of Clinical Endocrinology

and Metabolism, 47, 944- 954.

Van Wagenen, G., & Simpson, M. E. (1954). Testicular development in the rhesus monkey. Anatomical Records, 118, 231-251.

August, G. P., Grumbach, M. M., & Kaplan, S. L. (1972). Hormonal changes in puberty. III. Correlation of plasma testosterone,

LH, FSH, testicular size, and bone age with male pubertal development. Journal of Clinical Endocrinology and Metabolism, 34, 319-

326.

Dang, D. C., & Meusy-Dessolle, N. (1984). Quantitative study of testis histology and plasma androgens At onset of

spermatogenesis in the prepubertal laboratory-born macaque(Macaca fascicularis). Archives Of Andrology, 12(Suvpl.), 43-51.

Styne, D. M., & Grumbach, M. M. (1978). Puberty in the male and female: Its physiology and disorders. In S. S. C. Yen & R. B.

Jaffe (Eds.), Reproduc live endocrinology, physiology, pathophysiology and clinical management (pp. 189-235). Philadelphia:

Saunders.

Steiner, R. A., & Bremner, W. J. (1981). Endocrine correlates of sexual development in the male monkey, Macaca fascicularis.

Endocrinology, 309, 914-918.

Boyar, R. M., Rosenfeld, R. S., Kapen, S., Finkelstein, J. W., Roffwarg, H. P., Weitzman, E. D., & Hellman, L. (1974a). Human

puberty. Simultaneous augmented secretion of luteinizing hormone and testosterone during sleep. Journal of Clinical Investigation,

54, 609-618.

Penny, R., Olambiwonnu, N. O., & Frasier, S. D. (1977). Episodic fluctuations of serum gonadotropins in pre- and postpubertal

girls and boys. Journal of Clinical Endocrinology and Metabolism, 45, 307-311

Jakacki, R. I., Kelch, R. P., Sauder, S. E., Lloyd, J. S., Hopwood, N. J., & Marshall, J. C. (1982). Pulsatile secretion of luteinizing

hormone in children. Journal of Clinical Endocrinology and Metabolism, 55, 453-458.

Boyar, R. M., Rosenfeld, R. S., Kapen, S., Finkelstein, J. W., Roffwarg, H. P., Weitzman, E. D., & Hellman, L. (1974a). Human

puberty. Simultaneous augmented secretion of luteinizing hormone and testosterone during sleep. Journal of Clinical Investigation,

54, 609-618

ISLAMIC COUNSELING VOL 1 NO. 02 TAHUN 2017, STAIN CURUP

P-ISSN 2580-3638, E-ISSN 2580-3646

Wuttke, 1980

; Steiner & Bremner, 1981). Pada manusia, amplifikasi nokturnal ini LH

sekresi unik untuk pubertas dan tidak diamati selama masa kanak-kanak atau di orang

dewasa yang matang (BOYAR et al., 1972) .Dalam rhesus dan cynomolgus monyet,

amplifikasi nokturnal LH sekresi terus sepanjang masa dewasa (Steiner et al., 1980

Tanaman & Zorub, 1982) .Dalam manusia, peningkatan malam di LH sekresi telah

terbukti berhubungan dengan tidur (Kapen et al., 1974)

, dan mungkin mencerminkan

peningkatan tidur terkait di GnRH sekresi. Menariknya, pola yang sama dari sekresi

malam hari LH tinggi terlihat pada orang dewasa pulih dari anoreksia nervosa, gangguan

kejiwaan di mana aktivitas sistem reproduksi regresi ke keadaan sebelum pubertas

selama periode diri inflictedstarvation (Boyaret al., 1974a PIRKE et al ., 1979).

Meskipun sifat mencolok dari pola perkembangan ini LH sekresi, tidak muncul untuk

menjadi penting untuk pematangan gonad (Wildt, Marshall, & Knobil, 1980)

, dan

kami masih tidak mengerti korelasi, jika ada, antara pola perkembangan LH sekresi dan

pemicu untuk peningkatan pubertas sekresi gonadotropin (Gambar. 1-2 dan 1-3).

Studi pada monyet mengebiri (Plant, 1985)

dan manusia dengan disgenesis

gonad (Conte, Grumbach, & Kaplan, 1975

; Levine, Loriaux, & Cutler, 1983)

telah

menunjukkan bahwa peningkatan pubertas sekresi gonadotropin terjadi dengan atau

tanpa gonad pada dasarnya waktu yang sama. Temuan ini menunjukkan bahwa waktu

onset pubertas tidak tergantung pada kegiatan gonad.

Peningkatan pubertas sekresi gonadotropin tampaknya didorong oleh

peningkatan GnRH sekresi. dukungan yang sangat baik untuk konsep ini berasal dari

penelitian yang menunjukkan bahwa pemberian GnRH eksogen (di pulsa per jam) ke

prapubertas monyet rhesus perempuan terangsang dewasa seperti siklus menstruasi

(Wildt et al., 1980). Temuan ini dan penelitian serupa di kera jantan prapubertas,

menunjukkan bahwa GnRH eksogen dapat memulai sekresi testosteron dini dan

Beck, W., & Wuttke, W. (1980). Diurnal variations of plasma luteinizing hormone, follicle-stimulating hormone, and prolactin in

boys and girls from birth to puberty. Journal of Clinical Endocrinology and Metabolism, 50, 635- 639.

Steiner, R. A., Peterson, A. P., Yu, J. Y. L., Conner, H., Gilbert, M., terPenning, B., & Bremner, W.

J. (1980). Ultradian luteinizing hormone and testosterone rhythms in the adult male monkey, Macaca fasckularis. Endocrinology,

107, 1489-1493.

Kapen, S., Boyar, R. M., Finkelstein, J. W., Hellman, L., & Weitzman, E. D. (1974). Effect of sleep-wake cycle reversal on

luteinizing hormone secretory pattern in puberty. Journal of Clinical Endocrinology

And Metabolism, 39 ,293-299.

Wildt, L., Marshall, G., & Knobil, E. (1980). Experimental induction of puberty in the infantile female rhesus monkey. Science,

207, 1373-1375.

Plant, T. M. (1985). A study of the role of the postnatal testes in determining the ontogeny of gonadotropin secretion in the male

rhesus monkey (Macaca mulatta). Endocrinology, 116,1341-1350.

Conte, F. A., Grumbach, M. M., & Kaplan, S. L. (1975). A diphasic pattern of gonadotropin secretion in patients with the

syndrome of gonadal dysgenesis. Journal of Clinical Endocrinology and Metabolism, 40, 670-674.

Levine, R. J., Loriaux, D. L., & Cutler, Jr., G. B. (1983). Developmental changes in neuroendocrine regulation of gonadotropin

secretion in gonadal dysgenesis. Journal of Clinical Endocrinology and Metabolism,57,288-293.

ISLAMIC COUNSELING VOL 1 NO. 02 TAHUN 2017, STAIN CURUP

P-ISSN 2580-3638, E-ISSN 2580-3646

spennatogenesis (Marshall, Wickings, & Nieschlag, 1985)

, jelas menunjukkan bahwa

reproduktif ketenangan sebelum pubertas tidak karena keterbatasan dalam kapasitas

fungsional dari hipofisis atau gonad, melainkan muncul akibat dari sekresi GnRH tidak

cukup. Dengan demikian jelas bahwa isu sentral dalam memahami physiologicalcontrol

dari proses pubertas adalah identifikasi mekanisme yang aktivitas hipotalamus neuron

GnRH meningkat pada saat pubertas

Marshall, G. R., Wickings, E. J., & Nieschlag, E. (1985). Pulsatile GnRH administration in Immature male monkeys. Acta

Endocrinologica, 108 (Suppl. 267), 179.

ISLAMIC COUNSELING VOL 1 NO. 02 TAHUN 2017, STAIN CURUP

P-ISSN 2580-3638, E-ISSN 2580-3646

Dari perspektif endokrin, pubertas didefinisikan sebagai periode antara onset sekresi

gonadotropin hipofisis dan pencapaian yang kompetensi reproduksi (fertilitas). efek

belajar dari pubertas pada perilaku memerlukan pemeriksaan semua manifestasi pubertas

termasuk perubahan morfologi (yaitu, pengembangan seks sekunder karakteristik),

perubahan neuroendokrin, dan perubahan dalam sistem saraf modulasi sumbu endokrin

Morfologi Pubertas Pubertas dikaitkan dengan dua perubahan fisik utama: peningkatan

pertumbuhan somatik (yang pubertas "percepatan pertumbuhan") disertai dengan

pematangan karakteristik seksual sekunder - rambut kemaluan, perkembangan alat

kelamin, dan, pada anak perempuan, pertumbuhan payudara. Urutan sangat konsisten

dalam penampilan fitur fisik memungkinkan penggunaan mereka sebagai penanda

pematangan seksual. Disintesis penanda individu ke dalam tahap pematangan seksual

("Tanner tahap") yang memiliki sangat disederhanakan tujuan kuantifikasi dari proses

kematangan seksual (Gambar 3.1). Pertumbuhan somatik mempercepat tak lama setelah

timbulnya pematangan seksual. Re perbedaan merenung fl di usia sekresi steroid seks,

yang percepatan pertumbuhan terjadi sebelumnya rata-rata pada anak perempuan (usia

10-12 tahun) dari anak laki-laki (usia 12-14 tahun). Pertumbuhan somatik mencakup

peningkatan pesat dalam

ISLAMIC COUNSELING VOL 1 NO. 02 TAHUN 2017, STAIN CURUP

P-ISSN 2580-3638, E-ISSN 2580-3646

Endokrin Perubahan

Gambar 3.1. Urutan dari perubahan fisik pubertas, termasuk somatik pertumbuhan,

pematangan kelamin, dan perkembangan karakteristik seksual sekunder, untuk anak laki-laki

(panel atas) dan perempuan (panel bawah). Diadaptasi dari Wheeler, 1991.

DAMPAK PSIKOLOGIS TERHADAP PERUBAHAN BENTUK FISIK

Menurut Elizabeth B. Hurlock (1991) Ada beberapa dampak psikologis yang

dialami remaja terhadap perubahan bentuk tubuh yang dialaminya terhadap sikap yang

dilakoninya yakni, Penampilan yakni, perubahan perubahan yang meningkatkan

penarnpilan diri seseorang akan diterima dengan senang hati dan mengarah sikap

yang rnenvenangkan. sedangkan perubahan- perubahan yang mengurangi

penampilan diri akan ditolak, dan segala cara akan · diusahakan untuk

menutupinya. Perilaku, kalau perubahan-perubahan perilaku seperti yang terjadi

selama masa puberitas dan usia lanjut, hal ini akan berpengaruh pada sikap terhadap

perubahan-perubahan yang kurang menyenangkan. Hal sebaliknya terjadi kalau

perubahan-perubahan yang menyenangkan, misalnya ketidak berdayaan masa bayi

berkembang secara bertahap menuju kemandirian masa kanak-kanak. Stereotip

Budaya, dari media massa, orang mempelajari stereotip budaya yang dikaitkan

denqan berbagai usia. Dan stereotip ini dipakai untuk meenilai orang-orang dalam

Mary A. Carskadon. 2002. Adolescent Sleep Patterns, ( Biological, Social, and Psychological Influences). Cambridge

University Press. New York. P. 29

ISLAMIC COUNSELING VOL 1 NO. 02 TAHUN 2017, STAIN CURUP

P-ISSN 2580-3638, E-ISSN 2580-3646

usia-usia tersebut. Nilai-nilai budaya setiap kebudayaan mempunyai nilai-nilai

tertentu yang dikaitkan dengan usia-usia. yang berbeda. Karena produktivitas

·maksimum di kaitkan dengan kemudaan dari usia muda hingga pertengahan

dewasa dalam kebudayaan Amerika saat ini. maka sikap terhadap kelompok usia

ini lebih menyenangkan ketimbang sikap terhadap terhadap usia terhadap usia-usia

lainya. Perubahan Peranan, Sikap rerhadap orang dari bermacam-macam usia

sangat dipengaruhi oleh peran yang mereka mainkan. Kalau orang mengubah

peran mereka, mereka kurang senang, seperti pensiun atau menjanda, maka sikap

masyarakat terhadap mereka kurang simpatik. Pengalaman Pribadi, yakni Pengalaman

pribadi mempunvai pengaruh yang besar temadap sikap individu dalam

rnenghadapi perubahan-perubahan yang terjadi dalam perkembangan karena

kewenangan dan kewibawaan para eksekutif usia pertengahan. Menurun pada saat

mereka menjelang pensiun. Sikap-sikap mereka terhadap ketuaan rnisalnya, menjadi

kurang rnenyenangkan sikap-sikap ini sernakin dipertajam oleh sikap-sikap sosial

yang kurang menyenangkan

KENDALA PERKEMBANGAN FISIK

Awal masa puber anak perempuan lebih rentan untuk masalah seperti merokok,

minum,depresi, gangguan makan, diri negative, image, isolasi, perilaku patuh, dan

kurang popularitas sedangkan untuk anak laki-laki, suara mulai menurunkan; kumis

mulai tumbuh . anak laki-laki, yang melibatkan pematangan organ reproduksi dan

menyertainya karakteristik seksual sekunder. Dalam perempuan, menstruasi pertama

terjadi pada akhir masa pubertas. Pada akhir pubertas, individu menjadi mampu

reproduksi.

(The University of Pittsburgh. 2005) namun dalam proses

perkembanganya biologis ada sebagaian remaja mengalami berbagai hambatan ataupun

kendala diantaranya kekurangan hormon pertumbuhan sehingga dengan kurangnya

jumlah hormon pertumbuhan pada akhir masa kanak-kanak dan awal masa puber

menyebabkan anak menjadi lebih kecil dari rata-rata pada waktu ia matang. Kekurangan

hormon gonad atau kalau hormon gonad tidak cukup banyak dikeluarkan atau

dikeluarkan agak lambat untuk dapat mengawasi hormon pertumbuhan, maka

pertumbuhan anggota badan berlangsung terlalu lama dan individu menjadi lebih besar

dari rata-rata. Kurangnya jumlah hormon gonad juga mempengaruhi perkembangan

normal organ-organ seks dan ciri-ciri seks sekunder sehingga individu tetap kekanak-

(The University of Pittsburgh. 2005 Resource Book.Child and Adolescent Development. the Pennsylvania Child Welfare Training

Program University of Pittsburgh, School of Social Work 403 East Winding Hill Road Mechanicsburg). p.54

ISLAMIC COUNSELING VOL 1 NO. 02 TAHUN 2017, STAIN CURUP

P-ISSN 2580-3638, E-ISSN 2580-3646

kanakan atau mengambil ciri-ciri lawan jenisbergantung pada kapan terjadinya

gangguan dalam siklus perkembangan. Persediaan hormon gonad yang berlebihan juga

menyebabkan ketidak seimbangan dalam berfungsinya kelenjar pituitary dan gonad

menyebabkan produksi hormon gonad dalam jumlah yang berlebihan pada usia sangat

muda yakni masa puber dialami lebih awal pada usia 5-6 tahun . ini dikenal sebagai

masa puber yang terlalu awal atau puberity precox. Meskipun anak tersebut matang

secara seksual dalam arti bahwa organ-organ seks sudah mulai berfungsi, tetapi

bentuknya masih kecil dan ciri-ciri seks sekunder belum berkembang seperti anak yang

matang pada usia yang normal. (Elizabeth. B. Hurlock. 1991)

BODY IMAGE REMAJA

Monks (1999)

membatasi usia remaja antara 12 hingga 21 tahun, yang terbagi

dalam 3 fase, yaitu remaja awal (usia 12 hingga 15 tahun), remaja tengah/madya (usia

15 hingga 18 tahun) dan remaja akhir (usia 18 hingga 21 tahun). Masa remaja

merupakan periode pematangan organ reproduksi manusia dan terjadi perkembangan

identitas pribadi, sistem nilai moral , etika, perasaan harga diri dan pengembangan body

image. Masa remaja terjadi pertumbuhan dan perkembangan secara dramatis dalam

siklus kehidupan. Dampak psikologis yang dialami remaja terhadap perubahan bentuk

tubuh berpengaruh terhadap sikap yang dilakoni remaja (Elizabeth B. Hurlock, 1991).

Perubahan psikologis remaja menyebabkan remaja disibukan dengan tubuh mereka dan

mengembangkan citra individual mengenai body image (Jhon W. Santrok, 2002).

Menurut Aquino, Orense, Tanchoco, Amarra, Tajan, dan Cruz (2009)

, body

image merupakan perasaan yang muncul pada diri seseorang terhadap penampilannya.

Body image juga merupakan pandangan seseorang mengenai daya tarik tubuh yang

dimiliki, penyimpangan ukuran tubuh, pandangan mengenai batasan- batasan tubuh,

keakuratan persepsi mengenai perasaan jasmaniah/fisik (Schilder 1999 dan Fisher dalam

Grogan, 1999. Thompson, J. Kevin, Heinberg, Leslie J., Altabe, Madeline & Tantleff-

Dunn, Stacey, 2002)

Grogran, (1999)

membagi body image, ke dalam tiga aspek yaitu : 1. Persepsi

(perceptions), meliputi penilaian terhadap ukuran tubuh yang dimiliki. Hal ini biasanya

Op cit

Monks, F. J. (1999). Psikologi perkembangan. Yogyakarta: Gadjah Mada. University Press.

Op cit,

Aquino, Mildred T., Orense, Consuelo L., Tanchoco, Celeste C., Amarra, Sofia V., Tajan, Merlyn G., & Cruz, Evelyn O. Dela.

(2009). Correlates of Body Image Satisfaction Among Economycally Depressed Urban Filipino Women. Philipine

Journal of Science, (138 (1): 67-74)

Thompson, J. Kevin, Heinberg, Leslie. J, Altabe, Madeline, & Tantleff-Dunn, Stacey. (2002). Exacting Beauty. Washington:

American Psychological Association.

Grogan, Sarah. (1999). Body Image: Understanding Body Dissatisfaction in Men, Women, and Children. London: Routledge

ISLAMIC COUNSELING VOL 1 NO. 02 TAHUN 2017, STAIN CURUP

P-ISSN 2580-3638, E-ISSN 2580-3646

diikuti dengan membandingkan diri sendiri dengan orang lain (Gillen & Lefkowits,

2011)

, 2. Pemikiran (thoughts), meliputi evaluasi terhadap daya tarik tubuh yang

dimiliki. Setiap individu memiliki standar mengenai penampilan fisik dalam pikirannya,

hal ini dapat mempengaruhi evaluasi mengenai tubuh yang dimiliki, sehingga evaluasi

terhadap diri yang dihasilkan dapat berupa evaluasi positif dan evaluasi negatif

(Heatherton, 1993).

3. Perasaan meliputi perasaan yang berhubungan dengan bentuk

tubuh dan ukuran tubuh yang dimiliki. Perasaan yang muncul dapat berupa perasaan

positif atau negatif dengan tubuh yang dimiliki. Para perempuan yang memiliki

perasaaan negatif terhadap tubuhnya bisa menjadi stres dan cemas dengan tubuh yang

dimiliki, bila bentuk dan ukuran tubuh mereka belum mencapai tubuh ideal (Devaraj &

Lewis, 2010).

Cash (2003) menambahkan 2 hal yang berbeda dari pendapat Grogran

(1999)

bahwa seseorang terkait dengan persepsi dan sikap diri terhadap tubuhnya

bukan karena pemikiran dan perasaan saja namun juga disebabkan oleh 1.Kepercayaan

meliputi cara pandang dan perasaan mengenai bentuk tubuhnya, sehingga lebih mudah

beradaptasi dengan bentuk tubuhnya sendiri 2. Perilaku (behaviors), meliputi perilaku-

perilaku yang muncul dari perasaan dan pemikiran yang dimiliki oleh seseorang

terhadap bentuk tubuhnya.

Body image akan perubahan pada bentuk tubuh dan ukuran tubuh menyebabkan

banyak ambivalensi di kalangan remaja, yang mengarah ke pengembangan citra tubuh

yang buruk (Brown, 2013)

. Jenis kelamin merupakan faktor yang mempengaruhi

dalam perkembangan body Image seseorang (Dacey dan Kenny, 2001

, Cash dan

Pruzinsky, 2002)

. Jenis kelamin adalah faktor paling penting dalam perkembangan

body image seseorang (Chase, 2001).

Media yang muncul memberikan gambaran ideal mengenai figure perempuan

dan laki-laki yang dapat mempengaruhi body image seseorang(Cash & Purzinsky, 1990

dalam Lemberg & Cohn, 1999)

. Konsep tubuh yang ideal pada perempuan adalah

tubuh langsing (Sanggarwaty, 2003)

, sedangkan pada laki-laki adalah tubuh berisi,

Gillen, Meghan M. & Lefkowitz, Eva S. (2011). Body Size Perceptions in Racially/Ethnically. North American Journal of

Psychology, (Vol. 13, No.3, 447-468).

Heatherton, Todd F. (1993). Body Dissatisfaction, Self-Focus, And Dieting Status Among Women. Psychology of Addictive

Behavior, (Vol. 7, No. 4, 225-231).

Devaraj, Sowmya & Lewis, Vivienne. (2010). Enhancing Positive Body Image in Women: An Evaluation of A Group Intervention

Program. Journal of Applied Biobehavioral Research, (Vol. 15, No. 2, pp. 103-116)

Op cit

Brown, Judith E. Et.al. 2013. Nutrition Through the Life Cycle. Wadsworth: USA

Dacey, J. & Kenny, M. (2001). Adolescent development (2th ed). USA: Brown & Benchmark Publishers.

Cash, T. F. & Pruzinsky, T. (2002). Body images: A handbook of theory, research, and clinical practice. Guilford Press

Chase, M. E. (2001). Identity development and body image dissatisfaction in college females. New York: Guilford Publications.

Lemberg, R., & Cohn, L. (1999). Eating dirsorders: a reference sourcebook (2 ed.). Arizona: The Oryx Press

Sanggarwaty, Ratih. (2003). Kiat menjadi model profesional. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

ISLAMIC COUNSELING VOL 1 NO. 02 TAHUN 2017, STAIN CURUP

P-ISSN 2580-3638, E-ISSN 2580-3646

berotot, berdada bidang, serta biseps yang menonjol (McCabe & Ricciardeli, 2004)

.

Kepedulian terhadap penampilan dan body image tubuh yang ideal dapat mengarah

kepada upaya obsesif seperti mengontrol berat badan (Davison & Birch dalam Papalia

2008)

. Hasil penelitian Pope, Philips, dan Olivardia (2000)

menunjukkan bahwa

perempuan lebih memperhatikan penampilan fisik dibandingkan laki-laki. Penjelasan ini

bukan berarti penampilan fisik yang menarik hanya pada perempuan saja tetapi laki-laki

pun terkadang memperhatikan penampilan mereka.

Casper dan Offer (1990)

menyatakan kepuasan tumbuh berdasarkan jenis

kelamin menunjukkan bahwa pada remaja laki-laki , kepuasan tubuh dikaitkan dengan

fisik yang maskulin, Sedangkan bagi remaja perempuan, kepuasaan tubuh dikaitkan

dengan berat badan. Dimensi ketidakpuasan tubuh berbeda untuk jenis kelamin (Franzoi

& Shield, 1984)

remaja perempuan cenderung lebih puas dengan tubuh mereka

khususnya dengan kaki, paha, dan pantat, dibandingkan dengan anak laki-laki

(Siberstein, Striegel-Moore, Timko, & Rodin, 1988)

. Namun apabila harapan tersebut

tidak sesuai dengan kondisi tubuh aktualnya, maka hal ini dianggap sebagai body image

yang negatif (Germov & Williams, 2005)

.

Ketidakpuasan terhadap body image pada remaja perempuan umumnya

mencerminkan keinginan untuk menjadi lebih langsing (Davison, Markey, & Birch

dalam Markey, 2005)

. Sedangkan pada remaja laki-laki ketidakpuasan terhadap

tubuhnya juga timbul karena keinginan untuk menjadi lebih besar, lebih tinggi, dan

berotot (Evans, 2008)

. Hal ini disebabkan karena adanya figur ideal yang menjadi

panutan yang dapat diperoleh dari faktor luar seperti media. Media dapat mempengaruhi

gambaran ideal akan sosok tubuh seseorang, baik itu laki-laki maupun perempuan.

Semakin sering melihat sosok tubuh sempurna, maka semakin besar obsesi untuk bisa

McCabe, M. P. (2004). A longitudinal study of pubertal timing and extreme body change behaviors among adolescent boys and

girls. [on-line]. Available FTP:

Papalia, D. E., Olds, S. W., & Feldman, R. D. (2008). Human development (Psikologi perkembangan edisi kesembilan). Jakarta:

Kencana.

Pope, H.G., Phillips, K.A., & Olivardia, R. (2000). The Adonis complex: The secret crisis of male body obsession. Sydney: The

Free Press

Casper, R. C., & Offer, D. (1990). Weight and dieting concerns in adolescents, fashion or symptom? Pediatrics , 86, 384-390.B21

Stephen L. Franzoi & Stephanie A. Shields, (1984). The Body Esteem Scale: Multidimensional Structure and Sex Differences in a

College Population. Journal of Personality Assessment. 48, 173-178

Siberstein, L. R., Striegel-Moore, R. H., Timko, C., & Rodin, J. (1988). Behavioural and psychological implications of body

dissatisfaction: Do men and women differ? Sex Roles, 19, 219-232

Germov J, Williams L. 2005. A Sociology of Food and Nutrition: The Social Appetite. Victoria: Oxford University Press

Markey, Charlotte N. and Markey Patrick M. (2005). Relations between body image and dieting behaviors: An examination of

gender differences. Journal of sex roles, vol. 53, vos. 7/8, October 2005 (C_ 2005)

Evans, Retta R., Jane Roy, Brian G., Karen We., & Donna B. (2008). Ecological strategies to promote healthy body image among

children. The journal of school health, 78 (7), 359-367.

ISLAMIC COUNSELING VOL 1 NO. 02 TAHUN 2017, STAIN CURUP

P-ISSN 2580-3638, E-ISSN 2580-3646

seperti model dalam majalah (Harmatz, Gronendyke & Thomas, dalam Mills &

D‟Alfonso 2007)

.

Dorongan psikologis yang dialami remaja dapat mempengaruhi dalam

menentukan pola makannya sehingga remaja menjadi sensitif tentang body image .

Remaja obesitas sangat rentan terhadap diskriminasi sosial. Body image, dan

gangguannya, adalah penentu penting dari praktek diet dan risiko gizi pada remaja,

khususnya di kalangan perempuan (WHO, 2005)

. Pada Umumnya remaja melakukan

diet, berolahraga, melakukan perawatan tubuh, mengkonsumsi obat pelangsing dan lain-

lain untuk mendapatkan berat badan yang ideal (Dacey & Kenny, 2001)

. Hal ini

dilakukan karena remaja menyadari bahwa mereka yang menarik biasanya mendapat

perlakuan lebih baik dari pada mereka yang kurang menarik (Hurlock, 1999)

.

Sedangkan persepsi negatif remaja terhadap body image akan menghambat

perkembangan kemampuan interpersonal dan kemampuan membangun hubungan yang

positif dengan remaja lain (Dacey dan Kenny, 2001)

Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa perhatian terhadap gambaran

tubuh sangat kuat terjadi pada masa remaja, baik pada remaja laki-laki maupun

perempuan. Perasaan puas dan tidak puas terhadap fisik akan mempengaruhi penilaian,

pemikiran, persepsi, kepercayaan dan perilaku remaja. Para remaja melakukan berbagai

usaha agar mendapatkan gambaran tubuh yang ideal sehingga terlihat menarik dengan

melakukan berbagai usaha.

DAFTAR PUSTAKA

Alsaker, F. D. (1992). Pubertal timing, overweight and psychological adjustment.

Journal of Early Adolescence, 12, 396-419.

Apter, D., Viinikka, L., & Vihko, R. (1978). Hormonal pattern of adolescent

menstrual cycles. Journal of Clinical Endocrinology and Metabolism, 47, 944-

954.

Aquino, Mildred T., Orense, Consuelo L., Tanchoco, Celeste C., Amarra, Sofia V.,

Tajan, Merlyn G., & Cruz, Evelyn O. Dela. (2009). Correlates of Body Image

Satisfaction Among Economycally Depressed Urban Filipino Women.

Philipine Journal of Science, (138 (1): 67-74)

Mills, J. S., & D‟Alfonso, S. R. (2007). Competition and male of body image: Increased drive for muscularity following failure to

female. Journal of social and clinical psychology, 26(4), 505-519

WHO. 2005. Nutritional in adolescence - Issues and Challanges for Health Sector.Geneva 2005

Dacey, J. & Kenny, M. (2001). Adolescent development (2th ed). USA: Brown & Benchmark Publishers

Hurlock. B. E. (1999). Psikologi perkembangan: Suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan (edisi kelima). Jakarta: Penerbit

Erlangga

Dacey, J. & Kenny, M. (2001). Adolescent development (2th ed). USA: Brown & Benchmark Publishers

ISLAMIC COUNSELING VOL 1 NO. 02 TAHUN 2017, STAIN CURUP

P-ISSN 2580-3638, E-ISSN 2580-3646

August, G. P., Grumbach, M. M., & Kaplan, S. L. (1972). Hormonal changes in

puberty. III. Correlation of plasma testosterone, LH, FSH, testicular size, and

bone age with male pubertal development. Journal of Clinical Endocrinology

and Metabolism, 34, 319-326.

Beck, W., & Wuttke, W. (1980). Diurnal variations of plasma luteinizing hormone,

follicle-stimulating hormone, and prolactin in boys and girls from birth to

puberty. Journal of Clinical Endocrinology and Metabolism, 50, 635- 639.

Boyar, R. M., Rosenfeld, R. S., Kapen, S., Finkelstein, J. W., Roffwarg, H. P.,

Weitzman, E. D., & Hellman, L. (1974a). Human puberty. Simultaneous

augmented secretion of luteinizing hormone and testosterone during sleep.

Journal of Clinical Investigation, 54, 09-618.

Brown, Judith E. Et.al. 2013. Nutrition Through the Life Cycle. Wadsworth: USA

Cash, T. F. & Pruzinsky, T. (2002). Body images: A handbook of theory, research,

and clinical practice. Guilford Press

Casper, R. C., & Offer, D. (1990). Weight and dieting concerns in adolescents,

fashion or symptom? Pediatrics , 86, 384-390.B21

Chase, M. E. (2001). Identity development and body image dissatisfaction in college

females. New York: Guilford Publications.

Conte, F. A., Grumbach, M. M., & Kaplan, S. L. (1975). A diphasic pattern of

gonadotropin secretion in patients with the syndrome of gonadal dysgenesis.

Journal of Clinical Endocrinology and Metabolism, 40, 670-674.

Dacey, J. & Kenny, M. (2001). Adolescent development (2th ed). USA: Brown &

Benchmark Publishers

Dang, D. C., & Meusy-Dessolle, N. (1984). Quantitative study of testis histology and

plasma androgens At onset of spermatogenesis in the prepubertal laboratory-

born macaque(Macaca fascicularis). Archives Of Andrology, 12(Suvpl.), 43-

51.

Devaraj, Sowmya & Lewis, Vivienne. (2010). Enhancing Positive Body Image in

Women: An Evaluation of A Group Intervention Program. Journal of Applied

Biobehavioral Research, (Vol. 15, No. 2, pp. 103-116)

Elizabeth B Hurlock. 1980. Developmental Psychology. A life-span approach, fifth

edition. McGraw-Hill. Inc. pp. 206

Evans, Retta R., Jane Roy, Brian G., Karen We., & Donna B. (2008). Ecological

strategies to promote healthy body image among children. The journal of

school health, 78 (7), 359-367.

Germov J, Williams L. 2005. A Sociology of Food and Nutrition: The Social

Appetite. Victoria: Oxford University Press

Gillen, Meghan M. & Lefkowitz, Eva S. (2011). Body Size Perceptions in

ISLAMIC COUNSELING VOL 1 NO. 02 TAHUN 2017, STAIN CURUP

P-ISSN 2580-3638, E-ISSN 2580-3646

Racially/Ethnically. North American Journal of Psychology, (Vol. 13, No.3,

447-468).

Grogan, Sarah. (1999). Body Image: Understanding Body Dissatisfaction in Men,

Women, and Children. London: Routledge

Heatherton, Todd F. (1993). Body Dissatisfaction, Self-Focus, And Dieting Status

Among Women. Psychology of Addictive Behavior, (Vol. 7, No. 4, 225-231).

Herman-Giddens, M. E., Slora, E. J., Wasserman, R. C., Bourdony, C. J., Bhapkar, M.

V., Koch, G. G., & Hasemeier, C. M. (1997). Secondary sexual characteristics

and menses in young girls seen in office practice: A study from the Pediatric

Research and Office ttings network. Pediatrics, 99, 505512.

Hurlock. B. E. (1999). Psikologi perkembangan: Suatu pendekatan sepanjang

rentang kehidupan (edisi kelima). Jakarta: Penerbit Erlangga

J. (1980). Ultradian luteinizing hormone and testosterone rhythms in the adult male

monkey, Macaca fasckularis. Endocrinology, 107, 1489-1493.

Joanne M. Williams, Candace Currie. Self-Esteem and Physical Development in

Early Adolescence: Pubertal Timing and Body Image. University of

Edinburgh. Journal of Early Adolescence, Vol. 20 No. 2, May 2000 129-149

Jakacki, R. I., Kelch, R. P., Sauder, S. E., Lloyd, J. S., Hopwood, N. J., & Marshall, J.

C. (1982). Pulsatile secretion of luteinizing hormone in children. Journal of

Clinical Endocrinology and Metabolism, 55, 453-458.

John Bancrof dan June Machover Reinisch (1990). Adolesence and puberity. New

York Oxford Oxford University Press

Kapen, S., Boyar, R. M., Finkelstein, J. W., Hellman, L., & Weitzman, E. D. (1974).

Effect of sleep-wake cycle reversal on luteinizing hormone secretory pattern in

puberty. Journal of Clinical Endocrinology And Metabolism, 39 ,293-299.

Lamb, C. S., Jackson, L., Cassidy, P., & Priest, D. (1993). Body figure preferences of

men and women: A comparison of two generations. Gender Roles, 28, 345-

358.

Lemberg, R., & Cohn, L. (1999). Eating dirsorders: a reference sourcebook (2 ed.).

Arizona: The Oryx Press

Levine, R. J., Loriaux, D. L., & Cutler, Jr., G. B. (1983). Developmental changes in

neuroendocrine regulation of gonadotropin secretion in gonadal dysgenesis.

Journal of Clinical Endocrinology and Metabolism,57,288-293.

Mary A. Carskadon. 2002. Adolescent Sleep Patterns, ( Biological, Social, and

Psychological Influences). Cambridge University Press. New York. P. 29

Markey, Charlotte N. and Markey Patrick M. (2005). Relations between body image

and dieting behaviors: An examination of gender differences. Journal of sex

roles, vol. 53, vos. 7/8, October 2005 (C_ 2005)

ISLAMIC COUNSELING VOL 1 NO. 02 TAHUN 2017, STAIN CURUP

P-ISSN 2580-3638, E-ISSN 2580-3646

Marshall, G. R., Wickings, E. J., & Nieschlag, E. (1985). Pulsatile GnRH

administration in Immature male monkeys. Acta Endocrinologica, 108 (Suppl.

267), 179.

McCabe, M. P. (2004). A longitudinal study of pubertal timing and extreme body

change behaviors among adolescent boys and girls. [on-line]. Available FTP:

Mills, J. S., & D‟Alfonso, S. R. (2007). Competition and male of body image:

Increased drive for muscularity following failure to female. Journal of social

and clinical psychology, 26(4), 505-519

Monks, F. J. (1999). Psikologi perkembangan. Yogyakarta: Gadjah Mada. University

Press.

National Research Council, Board on Children, Youth, and Families. (1999).

Adolescentdevelopment and the biology of puberty. Washington:National

Academy Press. p. 1

Neil J. Salkind. 2006 , Encyclopedia of human development. the United States of

America. Sage Publications, Inc. p. 28

Papalia, D. E., Olds, S. W., & Feldman, R. D. (2008). Human development (Psikologi

perkembangan edisi kesembilan). Jakarta: Kencana.

Penny, R., Olambiwonnu, N. O., & Frasier, S. D. (1977). Episodic fluctuations of

serum gonadotropins in pre- and postpubertal girls and boys. Journal of

Clinical Endocrinology and Metabolism, 45, 307-311

Piaget, J.1969. The Intellectual development of the adolescence: Psychosocial

perspectives, New York: Basic Books. p.22-26)

Plant, T. M. (1985). A study of the role of the postnatal testes in determining the

ontogeny of gonadotropin secretion in the male rhesus monkey (Macaca

mulatta). Endocrinology, 116,1341-1350.

Pope, H.G., Phillips, K.A., & Olivardia, R. (2000). The Adonis complex: The secret

crisis of male body obsession. Sydney: The Free Press

Resource Book. 2005 Child and Adolescent Development. the Pennsylvania Child

Welfare Training Program University of Pittsburgh, School of Social Work

403 East Winding Hill Road Mechanicsburg). p.54

Richard M. Lerner, M. Ann Easterbrooks, Jayanthi Mistry. (2003) Handbook Of

Psychology. Volume 6 Developmental Psychology. By John Wiley & Sons,

Inc., Hoboken, New Jersey.. P. 299

Rowell, T. E. (1977). Variation in age at puberty in monkeys. Folia Primatologia, 27,

284-290.

Sanggarwaty, Ratih. (2003). Kiat menjadi model profesional. Jakarta: PT Gramedia

ISLAMIC COUNSELING VOL 1 NO. 02 TAHUN 2017, STAIN CURUP

P-ISSN 2580-3638, E-ISSN 2580-3646

Santrock John W.1983. Life-Span Development : 5 E. University of Texas At Dallas.

C. Brown Communication, Inc.) p. 7

Siberstein, L. R., Striegel-Moore, R. H., Timko, C., & Rodin, J. (1988). Behavioural

and psychological implications of body dissatisfaction: Do men and women

differ? Sex Roles, 19, 219-232

Stattin, H., &Magnusson, D. (1990). Pubertal maturation in female development.

Hillsdale, NJ: Lawrence Erlbaum.

Steiner, R. A., & Bremner, W. J. (1981). Endocrine correlates of sexual development

in the male monkey, Macaca fascicularis. Endocrinology, 309, 914-918.

Steiner, R. A., & Cameron, J. L. (1989). Endocrine control of reproduction. In B.

Hille, A. Fuchs, R. Steiner, & A. Scher (Eds.), Textbook of physiology (pp

1289-1342). Philadelphia: Saunders.

Steiner, R. A., Peterson, A. P., Yu, J. Y. L., Conner, H., Gilbert, M., terPenning, B., &

Bremner, W.

Stephen L. Franzoi & Stephanie A. Shields, (1984). The Body Esteem Scale:

Multidimensional Structure and Sex Differences in a College Population.

Journal of Personality Assessment. 48, 173-178

Styne, D. M., & Grumbach, M. M. (1978). Puberty in the male and female: Its

physiology and disorders. In S. S. C. Yen & R. B. Jaffe (Eds.), Reproduc live

endocrinology, physiology, pathophysiology and clinical management (pp.

189-235). Philadelphia: Saunders.

Terasawa, E., Noonan, J. J., Nass, T. E., & Loose, M. D. (1984). Posterior

hypothalamic lesions advance the onset of puberty in the female rhesus

monkey. Endocrinology, 115, 2241-2250.

The University of Pittsburgh. 2005 Resource Book.Child and Adolescent

Development. the Pennsylvania Child Welfare Training Program University

of Pittsburgh, School of Social Work 403 East Winding Hill Road

Mechanicsburg). p.54+B23

Thompson, J. Kevin, Heinberg, Leslie. J, Altabe, Madeline, & Tantleff-Dunn, Stacey.

(2002). Exacting Beauty. Washington: American Psychological Association.

Van Wagenen, G., & Simpson, M. E. (1954). Testicular development in the rhesus

monkey. Anatomical Records, 118, 231-251.

WHO. 2005. Nutritional in adolescence - Issues and Challanges for Health

Sector.Geneva 2005

Wildt, L., Marshall, G., & Knobil, E. (1980). Experimental induction of puberty in

the infantile female rhesus monkey. Science, 207, 1373-1375

ISLAMIC COUNSELING VOL 1 NO. 02 TAHUN 2017, STAIN CURUP

P-ISSN 2580-3638, E-ISSN 2580-3646