AKURAT.CO, Islam adalah agama yang diturunkan Allah Swt untuk menyempurnakan agama-agama terdahulu. Kehadirannya merupakan sebuah rahmat dan mesti disebarkan ke umat manusia di muka bumi ini. Seseorang, bisa dikatakan sudah masuk Islam apabila ia sudah mengucap dua kalimat syahadat. Sekarang ini, populasi umat Islam di seluruh dunia sudah sangat banyak. Jika kita melihat betapa sulitnya dakwah yang dilakukan Nabi Muhammad di awal-awal kenabian, siapa sajakah orang yang bersedia masuk Islam di masa awal itu? 1. Siti Khadijah radhiallahu anha Ia adalah istri Rasulullah saw, orang yang pertama kali memeluk Islam setelah mendengar cerita suaminya ketika mendapatkan wahyu. Sebagai perempuan mulia, Khadijah langsung percaya terhadap apa yang diceritakan Nabi Muhammad saw bahwa ia telah diangkat menjadi nabi. Sifat terpuji Khadijah pernah diceritakan oleh Ibnu Ishaq dan Al-Waqidi. Rasulullah saw tidak pernah mendengar sesuatu yang menyakitkan dari Khadijah, tidak pernah membantah dan juga tidak pernah mendustakan. Kegelisahan dan penderitaan yang dirasakan Rasulullah saw, telah dihapus oleh Allah Azza wa Jalla, atau berkurang dengan perantaraan Khadijah ra. Sungguh, beliau adalah seorang istri yang sangat berjasa. Wajarlah jika Rasulullah saw sangat mencintainya. 2. Ali bin Abi Thalib Beliau adalah orang yang pertama kali masuk Islam di kalangan anak-anak (8 tahun). Perjumpaannya dengan Nabi Muhammad dan Siti Khadijah membawa Ali kecil langsung bersedia mengucap dua kalimat syahadat. Saat itu, Nabi saw dan Khadijah sedang melaksanakan salat, kemudian Ali menanyakan apa yang sedang dilakukan Nabi. Setelah dijelaskan bahwa yang dilakukan Nabi adalah salat, maka ia pun langsung masuk Islam tanpa meminta izin kepada orang tuanya terlebih dahulu. 3. Abu Bakar Ash-Shidiq Abu Bakar Ash-Shidiq merupakan laki-laki dewasa yang pertama yakin dengan ajaran Nabi Muhammad saw. Ia bahkan yang pertama kali membenarkan Rasulullah saw ketika mengalami peristiwa Isra Miraj. 4. Zaid bin Haritsah Dia adalah seorang budak yang pertama kali masuk Islam. Sebagai seorang budak, ia adalah lelaki yang sangat taat kepada Rasulullah saw. Bahkan ketika Zaid diminta memilih apakah ingin kembali ke ayah dan bibinya, Zaid lebih memilih untuk ikut Rasulullah saw. Keempat orang yang pertama kali masuk Islam tersebut sering disebut assabinun al-awwalun. Wallahu a'lam. [] Pemeluk Islam pertama (bahasa Arab: السَّابِقُونَ الأَوَّلُونَ, translit. al-sabiqun al-awwalun) adalah orang-orang terdahulu yang pertama kali masuk/memeluk Islam. Mereka dari golongan kaum Muhajirin dan Anshar,[1] mereka semua sewaktu masuk Islam berada di kota Mekkah, sekitar tahun 610 Masehi pada abad ke-7.[2] Pada masa penyebaran Islam awal, para sahabat nabi di mana jumlahnya sangat sedikit dan golongan as-sabiqun al-awwalun yang rata-ratanya adalah orang miskin dan lemah.
Akar kalimat as-sabiqun dalam bahasa Arab berakar dari huruf S-B-Q (س-ب-ق Sin-Ba-Qaf), sabaqa (سبق) sebuah kata kerja yang artinya "mendahulukan", "pergi sebelum", "lebih dahulu", "melampaui", juga berarti "sudah" atau "sebelum"; "aksi pendahulu", "bergerak sebelumnya" dan sebagainya, contoh:
yang artinya melewati atau melampaui. Sabaqa: berpacu (kata kerja). Sabiq: bertindak.[3] Kemudian kalimat al-awwalun terdiri dari huruf A-W-L (ء-و-ل Hamzah-Wau-Lam), awwal (أول) sebuah kata yang artinya "pertama" atau "awal", kemudian kata ini diserap kedalam bahasa Indonesia, yang memiliki makna yang sama pula.
Nabi Muhammad dilahirkan di tengah-tengah masyarakat terbelakang yang senang dengan kekerasan, pertempuran dan penyembahan berhala. Ia sering menyendiri ke Gua Hira', sebuah gua bukit dekat Mekkah, yang kemudian dikenali sebagai Jabal An Nur karena bertentangan sikap dengan kebudayaan Arab pada zaman tersebut. Di sinilah ia sering berpikir dengan mendalam, memohon kepada Allah supaya memusnahkan kekafiran dan kebodohan. Pada suatu malam, ketika Nabi Muhammad sedang bertafakur di Gua Hira', Malaikat Jibril mendatanginya. Jibril membangkitkannya dan menyampaikan wahyu Allah di telinganya. Ia diminta membaca. Ia menjawab, "Saya tidak bisa membaca". Jibril mengulangi tiga kali meminta agar Nabi Muhammad membaca, tetapi jawabannya tetap sama. Akhirnya, Jibril berkata:
Ini merupakan wahyu pertama yang diterima oleh Muhammad. Ketika itu ia berusia 40 tahun. Wahyu turun kepadanya secara berangsur-angsur dalam jangka waktu 23 tahun. Wahyu tersebut telah diturunkan menurut urutan yang diberikan Muhammad, dan dikumpulkan dalam kitab bernama al-mushaf yang juga dinamakan al-Quran (bacaan). PendakwahanSirriyyah (rahasia)Selama tiga tahun pertama, Nabi Muhammad hanya menyebarkan agama terbatas kepada teman-teman dekat dan kerabatnya, pendapat ini dikemukakan oleh Ibnu ishaq dan Al-Waqidi. Kebanyakan dari mereka yang percaya dan meyakini ajaran Muhammad adalah para anggota keluarganya, tetapi tidak semua orang terdekatnya mau menerima dakwah ini. Sebagai contoh Abu Thalib yang tidak meyakini ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad. Begitu pula dengan salah satu pamannya yang bernama Abu Lahab, bahkan menjadi penentang keras dakwah Muhammad. Nabi Muhammad menjadi nabi dan berdakwah pada kisaran tahun 610 - 614 Masehi. Setelah adanya wahyu, surat Al-Muddatstsir: 1-7, yang artinya:
Dengan turunnya surat Al-Muddatsir ini, mulailah Rasulullah berdakwah. Mula-mula ia melakukannya secara sembunyi-sembunyi di lingkungan keluarga, sahabat, pengasuh dan budaknya. Orang pertama yang menyambut dakwahnya adalah Khadijah, istrinya. Dialah yang pertama kali masuk Islam. Menyusul setelah itu adalah Ali bin Abi Thalib, saudara sepupunya yang kala itu baru berumur 10 tahun, sehingga Ali menjadi lelaki pertama yang masuk Islam. Kemudian Abu Bakar, sahabat karibnya sejak masa kanak-kanak. Baru kemudian diikuti oleh Zaid bin Haritsah, bekas budak yang telah menjadi anak angkatnya, dan Ummu Aiman, pengasuh Nabi Muhammad sejak ibunya masih hidup. Setelah mereka, lalu masuk yang lainnya. Abu Bakar sendiri kemudian berhasil mengislamkan beberapa orang teman dekatnya, seperti, Utsman bin Affan, Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin Auf, Sa'ad bin Abi Waqqas, dan Thalhah bin Ubaidillah. Dari dakwah yang masih rahasia ini, belasan orang telah masuk Islam. Sedangkan menurut sejarah Islam, putri Abu Bakar yaitu Aisyah adalah orang ke 21 atau 22 yang masuk Islam.[4] TerbukaDakwah secara sirriyyah ini dilakukan selama kurang lebih 3 tahun dan setelah orang Islam berjumlah 40 orang,[5] maka turunlah ayat
Nabi Muhammad mulai terbuka menjalankan dakwah secara terang-terangan. Mula-mula ia mengundang kerabat karibnya bangsa Quraisy dalam sebuah jamuan. Pada kesempatan itu ia menyampaikan ajarannya. Namun ternyata hanya sedikit yang menerimanya. Sebagian menolak dengan halus, sebagian menolak dengan kasar, salah satunya adalah Abu Lahab dan istrinya Ummu Jamil. Mereka sangat membenci ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad. Sebelum kelahiran Nabi Muhammad, orang-orang Arab Quraisy adalah para penyembah berhala. Mereka suka membunuh anak laki-Iaki dan menanam hidup-hidup anak perempuan. Mereka mudah membunuh sebagian yang lain hanya karena hal-hal yang sepele. Oleh karena itu ketika Muhammad mengajak mereka untuk menyembah Allah yang Esa, meninggalkan kepercayaan mereka, mereka marah besar. Mereka yang semula cinta kepadanya berubah menjadi kebencian dan kemarahan. Sedangkan mereka yang semula membenarkan Muhammad, telah berubah menjadi orang-orang yang mendustakannya. Madrasah PertamaNabi Muhammad mulai merasa perlu mencari sebuah tempat bagi para pemeluk Islam dapat berkumpul bersama. Di tempat itu akan diajarkan kepada mereka tentang prinsip-prinsip Islam, membacakan ayat-ayat Al-Qur'an, menerangkan makna dan kandungannya, menjelaskan hukum-hukumnya dan mengajak mereka untuk melaksanakan dan mempraktikkannya. Pada akhirnya Muhammad memilih sebuah rumah di bukit Shafa milik Abu Abdillah al-Arqam bin Abi al-Arqam. Semua kegiatan itu dilakukan secara rahasia tanpa sepengetahuan siapa pun dari kalangan orang-orang kafir. Rumah Abu Abdillah al-Arqam bin Abi al-Arqam ini merupakan Madrasah pertama sepanjang sejarah Islam,[6] tempat ilmu pengetahuan dan amal saleh diajarkan secara terpadu oleh sang guru pertama, yaitu Nabi Muhammad. Ia sendiri yang mengajar dan mengawasi proses pendidikan disana. Daftar as-sabiqun al-awwalunIbnu Hisyam pernah menulis 40 nama as-sabiqun al-awwalun. Ia menulis Khadijah dalam nomor urut pertama, Asma' di nomor urut 18, dan Aisyah di nomor urut 19. Umar bin Khattab berada jauh di bawah Aisyah.[7] Yang termasuk as-sabiqun al-awwalun adalah sebagai berikut:
Khadijah, Zaid bin Haritsah, Ali bin Abi Thalib, Abu Bakar Al-Shiddiq, Ummu Aiman, dan Bilal bin Rabah, merekalah orang yang pertama kalinya mengucap kalimat dua syahadat, lalu menyebar ke yang lainnya. Kesemuanya berasal dari kabilah Quraisy, kecuali Bilal bin Rabah. Daftar di atas tersebut, tidaklah sesuai dengan kronologis urutan sejarah aslinya, dikarenakan penyebaran Islam ini awalnya secara rahasia, maka terlalu sulit untuk mencari siapa saja yang terlebih dahulu memeluk Islam, setelah lima besar pemeluk Islam. ProfesiPada awalnya golongan ini hanya terdiri dari kaum miskin dan lemah, kemudian setelah menempuh waktu semakin bertambah dan masuk beberapa orang dari lapisan golongan masyarakat, yang terdiri dari pemuka adat, pemimpin suku, panglima perang, ibu rumah tangga, anak-anak, majikan, saudagar, pengusaha, pedagang, petani, peternak binatang, pelayan rumah tangga, orang merdeka, budak. Para budak banyak yang tertarik dengan prinsip yang diajarkan oleh Islam, yaitu tentang kesetaraan manusia di hadapan Allah, Rasulullah mempersaudarakan sebagian muslim dari golongan aristokrat Quraisy dengan sekelompok muslim lain yang dari golongan budak. Tidak ada perbedaan antara yang kaya dan miskin, kuat maupun lemah, merdeka maupun budak, Arab maupun non-Arab, semua setara. Menurut kacamata Islam, Allah tidak pernah melihat umat-Nya berdasarkan profesi/ pangkat dan jabatan seseorang, yang Allah nilai hanya iman dan taqwa hamba-Nya. TugasAs-Sabiqun al-Awwalun yang Salaf, memiliki beberapa tugas penting yang harus diemban mereka. Tugas itu meliputi:
Menurut kepercayaan Islam, As-Sabiqun al-Awwalun akan mempunyai tempat tinggal yang mulia, Surga Jannatun Na'im.
Diperkuat oleh dalam hadits mutawatir yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari tentang tiga masa yang mendapatkan kemulian dan keutamaan muslim dan lain-lainnya, dimana Nabi Muhammad bersabda, “Sebaik-baik manusia adalah generasiku, kemudian generasi setelahnya, kemudian generasi setelahnya.”[8] Menurut beberapa hadits yang shahih, agama Islam dikatakan pertama kali muncul dalam keadaan terasing, kemudian akan kembali menjadi asing sebagaimana semula ajaran Islam itu datang. Sementara itu orang di sekelilingnya telah menjadi rusak secara aqidah dan mereka akan memusuhi ajaran Islam itu sendiri.[9][10][11]
|