Nama asli dari tokoh nasional dari kawasan Timur dimana daerah terdapat remaph rempah adalah

TEMPO.CO, Jakarta - Purworejo, Jawa Tengah selain memiliki kawasan wisata, juga memiliki sejarah. Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo juga sependapat dengan julukan Purworejo sebagai Kota Pejuang, sebab di daerah ini lahir banyak pahlawan nasional dan tokoh-tokoh besar Indonesia. Inilah beberapa tokoh pahlawan yang berasal dari Purworejo serta perannya untuk kemerdekaan Indonesia:

1. WR SupratmanNama pria yang satu ini sudah tidak asing lagi di telinga kita. WR Supratman merupakan komposer serta pencipta lagu kebangsaan, Indonesia Raya. Lagu tersebut pertama kali dinyanyikan dalam nada-nada instrumental alat musik biola ketika Kongres Pemuda II pada 28 Oktober 1928 di Jakarta.

2. Oerip Soemohardjo
Oerip Soemohardjo lahir di Purworejo. Mengutip dari Perpustakaan Universitas Sriwijaya, pria yang lahir pada 22 Februari 1893 ini dapat terlihat dalam pengorgandiisasian dalam TKR, yaitu adanya komademen yang membawahi divisi, di Jawa terdapat 3 Komademen dan Sumatera terdapat satu Komademen dan juga membentuk susunan organisasi MT-TKR; dan Oerip Soemohardjo dapat dianggap sebagai peletak dasar dari Tentara Nasional Indonesia (TNI). Ia juga sebagai pemikir dalam teknis dan strategi organisasi kemiliteran di Indonesia.

3. Ahmad Yani
Jenderal (Anumerta) Ahmad Yani lahir di Purworejo, Jawa Tengah, pada 19 Juni 1922 dari pasangan Sarjo bin Suharyo dan Murtini. Jenderal Ahmad Yani memiiki peran penting dalam memperjuangkan integrasi pada masa revolusi kemerdekaan dengan aktif memimpin langsung operasi penumpasan gerakan separatisme antara lain Pemberontakan Di/TII di Jawa Tengah dan Pemberontakan PRRI di Sumatera Barat.

4. Kasman Singodimedjo
Kasman Singodimedjo adalah Jaksa Agung Indonesia periode 1945 hingga 1946 serta merupakan mantan Menteri Muda Kehakiman pada Kabinet Amir Syariffudin II. Ia juga menjabat sebagai Ketua KNIP (Komite Nasional Indonesia Pusat) yang merupakan cikal bakal DPR.

Pada masa pendudukan Jepang, Kasman adalah merupakan komandan tentara Pembela Tanah Air (PETA) Jakarta. Ia berpartisipasi dalam pasukan pengamanan ketika upacara pembacaan teks proklamasi kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945.

Kasman menjadi salah satu anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Ia termasuk dalam enam orang anggota PPKI tambahan ketika Presiden Sukarno menambah jumlah anggota PPKI dari 21 orang menjadi 27 orang.

Semasa menjadi anggota PPKI, Kasman memiliki peran dalam penghilangan tujuh kata dalam naskah pembukaan UUD 1945. Tujuh kata tersebut yaitu, "Dengan kewajiban menjalankan syari’at Islam bagi pemeluknya". Perwakilan kawasan Indonesia timur keberatan memasukkan tujuh kata ini karena mayoritas mereka nonmuslim. Atas hal ini, dalam perembukan, Kasman menjadi pelobi tokoh Islam lain agar tujuh kata ini dihilangkan untuk menghormati perwakilan Indonesia timur tersebut.

5. Sarwo Edhie Wibowo
Sarwo Edhie Wibowo lahir di Pangenjuru, Purworejo pada 25 Juli 1925 adalah seorang tokoh militer Indonesia. Ia adalah ayah dari Kristiani Herawati, ibu negara Republik Indonesia, yaitu istri dari Presiden ke-6 Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono. Ia memiliki peran yang sangat besar dalam penumpasan Pemberontakan Gerakan 30 September dalam posisinya sebagai panglima RPAKD (atau disebut Kopassus pada saat ini).

VALMAI ALZENA KARLA

Baca: Kabupaten Purworejo Sentra Rempah-rempah Olahan Bahan Baku

PurworejoWR SupratmanSarwo Edhie WibowoAhmad Yani Ganjar Pranowo


Capres PDIP merupakan hak prerogatif Megawati Soekarnoputri selaku Ketua Umum PDIP. Apa hak prerogatif dan siapa saja yang memilikinya?

Baca Selengkapnya

Hubungan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri dengan Surya Paloh dan SBY dinilai buruk sementara PKS tak memiliki irisan ideologi.

Baca Selengkapnya

Megawati dianggap sedang memberikan kesempatan kepada Puan Maharani dengan tidak mengeluarkan nama capres pada Rakernas PDIP.

Baca Selengkapnya

Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri mengungkap sejumlah kriteria calon presiden yang akan diusung partainya di Pilpres 2024.

Baca Selengkapnya

Rakernas PDIP hari ini rampung. Ganjar Pranowo membacakan rekomendasi yang menyatakan soal capres merupakan prerogatif Megawati.

Baca Selengkapnya

NasDem menyiapkan bakal capres Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Panglima TNI Andika Perkasa dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo

Baca Selengkapnya

Ganjar Pranowo menyatakan tegak lurus dengan keputusan Kongres PDIP pada 2019 yang mengamanatkan calon presiden berada di tangan Ketua Umum Megawati Soekarnoputri.

Baca Selengkapnya

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengaku belum menerima salinan surat rekomendasi sebagai bakal calon presiden dari Partai NasDem.

Baca Selengkapnya

Presiden Jokowi menjawab diplomatis saat ditanya soal pilihannya antara Ketua DPR Puan Maharani atau Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.

Baca Selengkapnya

Ganjar Pranowo merasa teguran Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri soal kader-kader yang bermanuver menjelang Pilpres 2024 tak ditujukan untuk dia.

Baca Selengkapnya

Jakarta -

Berkat jasa para pahlawan nasional Indonesia, negara kita dapat menyatakan kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945. Merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), definisi dari pahlawan adalah orang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya membela kebenaran.

Dalam kamus tersebut, pahlawan juga diartikan sebagai pejuang yang gagah berani serta hero.

Pemerintah memberikan gelar pahlawan nasional atas perbuatan yang dinilai heroik. Artinya, perbuatan tersebut dapat dikenang dan diteladani selamanya oleh warga negara Indonesia atau perbuatan tersebut mengandung jasa yang amat tinggi bagi bangsa Indonesia.

Negara kita memiliki banyak pahlawan nasional yang dapat kita ingat sekaligus tiru sikap-sikap positifnya oleh para siswa. Beberapa contohnya akan dipaparkan di bawah ini.

14 Pahlawan Nasional Indonesia

1. Cut Nyak Dien

Cut Nyak Dien merupakan pahlawan yang lahir di Aceh Besar tahun 1848. Semasa Perang Aceh, dirinya berdiri memimpin pasukan untuk melawan Belanda.

Cut Nyak Dien tak gentar melawan Belanda karena juga ingin membalas kematian suaminya yang meninggal akibat perang. Perjuangan Cut Nyak Dien pun membawa dirinya ke sosok Teuku Umar yang pada akhirnya menjadi suami kedua beliau.

Sayangnya dia ditangkap, diasingkan, lalu meninggal di Sumedang tanggal 06 November 1908. Cut Nyak Dien turut dimakamkan di sana.

2. Tuanku Imam Bonjol

Peto Syarif yang dikenal sebagai Tuanku Imam Bonjol adalah sosok yang lahir di Kampung Tanjung Bunga, Sumatra Barat pada 1772. Di sana, dia adalah seorang ulama dan pimpinan masyarakat.

Sebagai buntut pertentangan kaum Adat dan kaum Paderi (kaum agama), Imam Bonjol akhirnya melawan Belanda. Dirinya berjuang bersama kaum Paderi pada tahun 1803 sampai 1838.

Gara-gara pengkhianatan Belanda, Imam Bonjol ditangkap dan diasingkan ke Cianjur, lalu Ambon, hingga yang terakhir ke Manado. Imam Bonjol pada akhirnya wafat pada 06 November 1864 saat usianya 92 tahun.

3. Jenderal Soedirman

Jenderal Soedirman lahir di Bodas Karangjati tanggal 24 Januari 1916. Dia adalah seorang panglima besar sekaligus jenderal pertama dan termuda di Indonesia. Ketika berusia 31 tahun, Jenderal Soedirman bergabung dengan pahlawan kemerdekaan yang lain dalam melawan penjajah Jepang, Belanda, serta Sekutu.

Jenderal Soedirman berjuang dengan luar biasa, bahkan saat sakit pun dia tidak menyerah dan melawan musuh bersama anak buahnya. Dirinya meninggal akibat penyakit pada tanggal 29 Januari 1950 di Magelang, lalu dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Semaki DI Yogyakarta.

4. Pangeran Diponegoro

Pangeran Diponegoro memiliki nama kecil Raden Mas Ontowiryo. Ia lahir di D.I. Yogyakarta pada 11 November 1785.

Pangeran Diponegoro merupakan anak sulung Sultan Hamengkubuwono III yang dikenal sejak kepemimpinannya pada Perang Diponegoro tahun 1825-1830.

Perang tersebut menelan korban terbanyak dalam sejarah Indonesia. Pada tahun 1830, Belanda bersiasat licik dengan pura-pura mengajak Pangeran Diponegoro untuk berunding di Magelang. Dalam perundingan itu, dia ditangkap lalu dibuang ke Manado. Setelah dari sana, dia dipindah ke Ujung Pandang dan meninggal di sana tanggal 08 Januari 1985.

Selain dianugerahi sebagai pahlawan nasional, Pangeran Diponegoro juga mendapat beberapa penghormatan seperti didirikannya Museum Monumen Pangeran Diponegoro serta namanya dijadikan sebagai nama jalan, stadion, hingga universitas.

5. Sultan Hasanuddin

Sultan Hasanuddin memiliki julukan Ayam Jantan dari Timur. Dia adalah Pahlawan Nasional asal Sulawesi Selatan yang merupakan putra kedua dari Sultan Malikusaid. Sultan Hasanuddin lahir tahun 1631 di Makassar.

Pasca diangkat sebagai Sultan Kerajaan Gowa, dia berusaha menggabungkan beberapa kerajaan kecil di wilayah Indonesia Timur dan melawan Belanda dengan sengit.

Hal ini mengakibatkan Belanda meminta bantuan tentara ke Batavia untuk menerobos benteng terkuat Gowa, yakni Somba Opu, pada tanggal 12 Juni 1669. Sultan Hasanuddin kemudian mengundurkan diri dan wafat pada 12 Juni 1670.

6. Ki Hadjar Dewantara

Ki Hajar Dewantara atau Raden Mas Soewardi Soerjaningrat lahir di DI Yogyakarta pada 02 Mei 1889. Dirinya adalah sosok yang mendirikan perguruan Taman Siswa pada 1929 dan berkontribusi pada pribumi saat itu yang tidak dapat sekolah.

Ki Hadjar Dewantara pernah menjadi Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan setelah kemerdekaan. Dia wafat 26 April 1959 dan dimakamkan di DI Yogyakarta.

7. Kapitan Pattimura

Kapitan Pattimura atau Thomas Matulessy lahir di Ambon pada 1783. Pattimura melawan Belanda karena mereka menguasai Maluku, menindas rakyatnya, memaksa kerja rodi, dan menguras kekayaan Maluku.

Pattimura juga menyatukan Kerajaan Ternate dan Tidore untuk mengusir penjajah pada tahun 1817. Sebetulnya, Belanda pernah menawarkan kerja sama, namun Pattimura menolaknya. Sosok ini dihukum mati pada 16 Desember 1817.

8. Raden Ajeng Kartini

Raden Ajeng Kartini lahir sebagai putri Bupati Jepara pada tanggal 21 April 1879. Semasa masih hidup, dia memperjuangkan kesetaraan hak perempuan dan membangun sekolah perempuan bernama Yayasan Kartini pada tahun 1912. Sekolah Kartini ada di Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Malang, dan lain sebagainya.

Kartini meninggal saat masih muda, yakni pada umur 25 tahun pada 17 September 1904 di Rembang. Buku Habis Gelap Terbitlah Terang adalah kumpulan dari surat-surat Kartini.

9. Dewi Sartika

Selain Kartini, ada pula Pahlawan Nasional Dewi Sartika yang memperjuangkan pendidikan khusus perempuan. Dia lahir pada 04 Desember 1884 di Cicalengka.

Dewi Sartika memiliki latar belakang keluarga ningrat yang membuatnya bisa mengenyam pendidikan, sehingga dirinya terinspirasi mendirikan Sekolah Istri atau sekolah khusus perempuan se-Hindia Belanda.

Berkat jasanya itu, Dewi Sartika juga mendapat anugerah Bintang Perak dari pemerintah Hindia Belanda. Saat perang kemerdekaan, Dewi Sartika mengungsi ke Cinean dan wafat pada 11 September 1947.

10. Prof. Muhammad Yamin

Muhammad Yamin adalah anggota Jong Sumatranen Bond yang lahir pada 28 Agustus 1903 di Sawahlunto. Tokoh ini dikenal sebagai bagian dari yang merumuskan Sumpah Pemuda dalam Kongres Pemuda II serta penggagas falsafah Pancasila dalam BPUPKI. Muhammad Yamin meninggal pada 17 Oktober 1962 dan dikebumikan di tanah kelahirannya.

11. Sutan Syahrir

Sutan Syahrir lahir pada 05 Maret 1909 di Padang Panjang, Sumatra Barat. Pahlawan nasional Indonesia satu ini sudah memulai sepak terjang di kancah politik saat mendirikan Jong Indonesia atau Pemuda Indonesia.

Sutan Syahrir terkenal atas jasanya mengorganisir kemerdekaan Indonesia bersama Bung Karno dan Bung Hatta. Pada awal kemerdekaan, Sutan Syahrir pernah menjabat sebagai perdana menteri.

Kemudian, pada masa Orde Lama dia dipenjara dan jatuh sakit. Syahrir pun dikirim ke Swiss untuk berobat. Ia kemudian wafat pada 09 April dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata.

12. Haji Agus Salim

Haji Agus Salim mempunyai peran yang besar pada masa perjuangan kemerdekaan dan setelahnya. Pahlawan ini lahir 08 Oktober 1884 di Kota Gadang.

Semasa masih hidup, Haji Agus Salim memimpin organisasi Islam terbesar Sarekat Islam, menjadi anggota PPKI, memimpin surat kabar, dan banyak melakoni peran lainnya.

Agus Salim adalah tokoh Indonesia yang menguasai banyak bahasa asing. Pahlawan yang dikenal sebagai diplomat ulung itu meninggal di Jakarta 04 November 1954.

13. Ir. Sukarno

Sukarno atau Bung Karno lahir 06 Juni 1901 di Kota Surabaya. Sejak sekolah di HBS Surabaya, dia sudah aktif dalam aktivitas pergerakan nasional.

Setelah sepak terjangnya itu, Bung Karno menjadi Presiden Indonesia pertama mulai tahun 1945 sampai 1967.

Banyak peran penting yang dilakoni Bung Karno, mulai dari mencetuskan dasar negara Pancasila, menjadi proklamator, hingga orator yang membangkitkan semangat perjuangan rakyat.

Bung Karno wafat 21 Juni 1970 dan dimakamkan di Blitar, Jawa Timur.

14. Drs. Mohammad Hatta

Bung Hatta lahir tanggal 09 Agustus 1902 di Bukittinggi. Pahlawan nasional ini pernah menempati banyak posisi penting, contohnya perdana menteri dalam kabinet Hatta I, Hatta II, serta RIS.

Wakil Presiden pertama Indonesia ini juga mendapat julukan Bapak Koperasi. Dirinya dan Bung Karno disebut sebagai Pahlawan Proklamator. Bung Hatta meninggal di Jakarta pada Maret 1980.

Simak Video "Mahfud Ajak Jaga Masjid Agar Tak Direbut Paham Radikalisme"



(nah/kri)


Page 2

Jakarta -

Berkat jasa para pahlawan nasional Indonesia, negara kita dapat menyatakan kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945. Merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), definisi dari pahlawan adalah orang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya membela kebenaran.

Dalam kamus tersebut, pahlawan juga diartikan sebagai pejuang yang gagah berani serta hero.

Pemerintah memberikan gelar pahlawan nasional atas perbuatan yang dinilai heroik. Artinya, perbuatan tersebut dapat dikenang dan diteladani selamanya oleh warga negara Indonesia atau perbuatan tersebut mengandung jasa yang amat tinggi bagi bangsa Indonesia.

Negara kita memiliki banyak pahlawan nasional yang dapat kita ingat sekaligus tiru sikap-sikap positifnya oleh para siswa. Beberapa contohnya akan dipaparkan di bawah ini.

14 Pahlawan Nasional Indonesia

1. Cut Nyak Dien

Cut Nyak Dien merupakan pahlawan yang lahir di Aceh Besar tahun 1848. Semasa Perang Aceh, dirinya berdiri memimpin pasukan untuk melawan Belanda.

Cut Nyak Dien tak gentar melawan Belanda karena juga ingin membalas kematian suaminya yang meninggal akibat perang. Perjuangan Cut Nyak Dien pun membawa dirinya ke sosok Teuku Umar yang pada akhirnya menjadi suami kedua beliau.

Sayangnya dia ditangkap, diasingkan, lalu meninggal di Sumedang tanggal 06 November 1908. Cut Nyak Dien turut dimakamkan di sana.

2. Tuanku Imam Bonjol

Peto Syarif yang dikenal sebagai Tuanku Imam Bonjol adalah sosok yang lahir di Kampung Tanjung Bunga, Sumatra Barat pada 1772. Di sana, dia adalah seorang ulama dan pimpinan masyarakat.

Sebagai buntut pertentangan kaum Adat dan kaum Paderi (kaum agama), Imam Bonjol akhirnya melawan Belanda. Dirinya berjuang bersama kaum Paderi pada tahun 1803 sampai 1838.

Gara-gara pengkhianatan Belanda, Imam Bonjol ditangkap dan diasingkan ke Cianjur, lalu Ambon, hingga yang terakhir ke Manado. Imam Bonjol pada akhirnya wafat pada 06 November 1864 saat usianya 92 tahun.

3. Jenderal Soedirman

Jenderal Soedirman lahir di Bodas Karangjati tanggal 24 Januari 1916. Dia adalah seorang panglima besar sekaligus jenderal pertama dan termuda di Indonesia. Ketika berusia 31 tahun, Jenderal Soedirman bergabung dengan pahlawan kemerdekaan yang lain dalam melawan penjajah Jepang, Belanda, serta Sekutu.

Jenderal Soedirman berjuang dengan luar biasa, bahkan saat sakit pun dia tidak menyerah dan melawan musuh bersama anak buahnya. Dirinya meninggal akibat penyakit pada tanggal 29 Januari 1950 di Magelang, lalu dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Semaki DI Yogyakarta.

4. Pangeran Diponegoro

Pangeran Diponegoro memiliki nama kecil Raden Mas Ontowiryo. Ia lahir di D.I. Yogyakarta pada 11 November 1785.

Pangeran Diponegoro merupakan anak sulung Sultan Hamengkubuwono III yang dikenal sejak kepemimpinannya pada Perang Diponegoro tahun 1825-1830.

Perang tersebut menelan korban terbanyak dalam sejarah Indonesia. Pada tahun 1830, Belanda bersiasat licik dengan pura-pura mengajak Pangeran Diponegoro untuk berunding di Magelang. Dalam perundingan itu, dia ditangkap lalu dibuang ke Manado. Setelah dari sana, dia dipindah ke Ujung Pandang dan meninggal di sana tanggal 08 Januari 1985.

Selain dianugerahi sebagai pahlawan nasional, Pangeran Diponegoro juga mendapat beberapa penghormatan seperti didirikannya Museum Monumen Pangeran Diponegoro serta namanya dijadikan sebagai nama jalan, stadion, hingga universitas.

5. Sultan Hasanuddin

Sultan Hasanuddin memiliki julukan Ayam Jantan dari Timur. Dia adalah Pahlawan Nasional asal Sulawesi Selatan yang merupakan putra kedua dari Sultan Malikusaid. Sultan Hasanuddin lahir tahun 1631 di Makassar.

Pasca diangkat sebagai Sultan Kerajaan Gowa, dia berusaha menggabungkan beberapa kerajaan kecil di wilayah Indonesia Timur dan melawan Belanda dengan sengit.

Hal ini mengakibatkan Belanda meminta bantuan tentara ke Batavia untuk menerobos benteng terkuat Gowa, yakni Somba Opu, pada tanggal 12 Juni 1669. Sultan Hasanuddin kemudian mengundurkan diri dan wafat pada 12 Juni 1670.

6. Ki Hadjar Dewantara

Ki Hajar Dewantara atau Raden Mas Soewardi Soerjaningrat lahir di DI Yogyakarta pada 02 Mei 1889. Dirinya adalah sosok yang mendirikan perguruan Taman Siswa pada 1929 dan berkontribusi pada pribumi saat itu yang tidak dapat sekolah.

Ki Hadjar Dewantara pernah menjadi Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan setelah kemerdekaan. Dia wafat 26 April 1959 dan dimakamkan di DI Yogyakarta.

7. Kapitan Pattimura

Kapitan Pattimura atau Thomas Matulessy lahir di Ambon pada 1783. Pattimura melawan Belanda karena mereka menguasai Maluku, menindas rakyatnya, memaksa kerja rodi, dan menguras kekayaan Maluku.

Pattimura juga menyatukan Kerajaan Ternate dan Tidore untuk mengusir penjajah pada tahun 1817. Sebetulnya, Belanda pernah menawarkan kerja sama, namun Pattimura menolaknya. Sosok ini dihukum mati pada 16 Desember 1817.

8. Raden Ajeng Kartini

Raden Ajeng Kartini lahir sebagai putri Bupati Jepara pada tanggal 21 April 1879. Semasa masih hidup, dia memperjuangkan kesetaraan hak perempuan dan membangun sekolah perempuan bernama Yayasan Kartini pada tahun 1912. Sekolah Kartini ada di Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Malang, dan lain sebagainya.

Kartini meninggal saat masih muda, yakni pada umur 25 tahun pada 17 September 1904 di Rembang. Buku Habis Gelap Terbitlah Terang adalah kumpulan dari surat-surat Kartini.

9. Dewi Sartika

Selain Kartini, ada pula Pahlawan Nasional Dewi Sartika yang memperjuangkan pendidikan khusus perempuan. Dia lahir pada 04 Desember 1884 di Cicalengka.

Dewi Sartika memiliki latar belakang keluarga ningrat yang membuatnya bisa mengenyam pendidikan, sehingga dirinya terinspirasi mendirikan Sekolah Istri atau sekolah khusus perempuan se-Hindia Belanda.

Berkat jasanya itu, Dewi Sartika juga mendapat anugerah Bintang Perak dari pemerintah Hindia Belanda. Saat perang kemerdekaan, Dewi Sartika mengungsi ke Cinean dan wafat pada 11 September 1947.

10. Prof. Muhammad Yamin

Muhammad Yamin adalah anggota Jong Sumatranen Bond yang lahir pada 28 Agustus 1903 di Sawahlunto. Tokoh ini dikenal sebagai bagian dari yang merumuskan Sumpah Pemuda dalam Kongres Pemuda II serta penggagas falsafah Pancasila dalam BPUPKI. Muhammad Yamin meninggal pada 17 Oktober 1962 dan dikebumikan di tanah kelahirannya.

11. Sutan Syahrir

Sutan Syahrir lahir pada 05 Maret 1909 di Padang Panjang, Sumatra Barat. Pahlawan nasional Indonesia satu ini sudah memulai sepak terjang di kancah politik saat mendirikan Jong Indonesia atau Pemuda Indonesia.

Sutan Syahrir terkenal atas jasanya mengorganisir kemerdekaan Indonesia bersama Bung Karno dan Bung Hatta. Pada awal kemerdekaan, Sutan Syahrir pernah menjabat sebagai perdana menteri.

Kemudian, pada masa Orde Lama dia dipenjara dan jatuh sakit. Syahrir pun dikirim ke Swiss untuk berobat. Ia kemudian wafat pada 09 April dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata.

12. Haji Agus Salim

Haji Agus Salim mempunyai peran yang besar pada masa perjuangan kemerdekaan dan setelahnya. Pahlawan ini lahir 08 Oktober 1884 di Kota Gadang.

Semasa masih hidup, Haji Agus Salim memimpin organisasi Islam terbesar Sarekat Islam, menjadi anggota PPKI, memimpin surat kabar, dan banyak melakoni peran lainnya.

Agus Salim adalah tokoh Indonesia yang menguasai banyak bahasa asing. Pahlawan yang dikenal sebagai diplomat ulung itu meninggal di Jakarta 04 November 1954.

13. Ir. Sukarno

Sukarno atau Bung Karno lahir 06 Juni 1901 di Kota Surabaya. Sejak sekolah di HBS Surabaya, dia sudah aktif dalam aktivitas pergerakan nasional.

Setelah sepak terjangnya itu, Bung Karno menjadi Presiden Indonesia pertama mulai tahun 1945 sampai 1967.

Banyak peran penting yang dilakoni Bung Karno, mulai dari mencetuskan dasar negara Pancasila, menjadi proklamator, hingga orator yang membangkitkan semangat perjuangan rakyat.

Bung Karno wafat 21 Juni 1970 dan dimakamkan di Blitar, Jawa Timur.

14. Drs. Mohammad Hatta

Bung Hatta lahir tanggal 09 Agustus 1902 di Bukittinggi. Pahlawan nasional ini pernah menempati banyak posisi penting, contohnya perdana menteri dalam kabinet Hatta I, Hatta II, serta RIS.

Wakil Presiden pertama Indonesia ini juga mendapat julukan Bapak Koperasi. Dirinya dan Bung Karno disebut sebagai Pahlawan Proklamator. Bung Hatta meninggal di Jakarta pada Maret 1980.

Simak Video "Mahfud Ajak Jaga Masjid Agar Tak Direbut Paham Radikalisme"


[Gambas:Video 20detik]
(nah/kri)