Menyakiti kedua orangtua dengan menjadi anak yang nakal adalah contoh anak yang

Halodoc, Jakarta – Kebanyakan orangtua mendidik anaknya dengan harapan agar ia dapat tumbuh menjadi anak yang baik, penurut, dan hormat kepada orangtua. Namun sayangnya, tidak semua anak mudah untuk diatur agar disiplin. Beberapa anak lebih suka menuruti keinginannya yang terkadang melanggar aturan. Anak yang sering melawan kerap dilabeli sebagai anak nakal.

Namun, setiap orangtua harus tahu cara yang paling efektif untuk menghadapi anak nakal. Langkah yang salah dapat membuat anak semakin tidak taat bahkan bisa terbawa hingga ia dewasa. Semua ini membutuhkan kesabaran dan langkah yang tepat agar anak kembali mudah untuk diatur dan taat dengan perkataan orangtua. Ketahui langkah-langkah yang tepat di sini!

Baca juga: Mengapa Anak Cenderung Bersikap "Nakal" saat Ada Ibu?

Beberapa Cara Efektif untuk Menghadapi Anak Nakal

Perilaku normal anak bergantung pada usia, kepribadian, dan perkembangan fisik serta emosionalnya. Hal ini dapat menjadi masalah apabila tidak sesuai dengan harapan keluarga. Secara keseluruhan, perilaku anak dapat bergantung pada lingkungan di sekitarnya dan dipengaruhi oleh sosial serta budaya. Peran orangtua juga tidak dapat luput untuk memengaruhi segala sikap anaknya.

Namun, setiap orangtua juga tidak dianjurkan menggunakan kekerasan untuk mendidik anak yang nakal. Nah, berikut ini cara-cara yang bisa ibu lakukan untuk menghadapi anak nakal:

1. Tidak Mencap-nya Dengan Sebutan Anak Nakal

Setiap Si Kecil susah dinasehati atau susah diatur, ibu atau ayah sebaiknya tidak langsung memarahinya. Terlebih lagi sampai memberinya cap “anak nakal”, “anak bandel”, dan sebagainya. Tahukah kamu, label “anak nakal” yang orangtua berikan, tanpa sadar bisa melukai hati Si Kecil dan membuatnya menjadi patah semangat,  bahkan hilang rasa percaya pada ayah dan ibunya.

Si Kecil juga akan merasa usahanya untuk berbuat baik akan sia-sia, karena ia sudah diberi cap nakal tersebut. Jadi, langkah yang lebih baik untuk dilakukan  jika setiap anak melakukan kesalahan adalah mendekati Si Kecil dan pelan-pelan berikan pengertian padanya bahwa perbuatannya itu tidak baik. Duduklah di sisinya, tatap matanya, dan tanyalah apa alasan Si Kecil melakukan hal yang dianggap tidak baik. Jika kamu mengetahui alasannya, ibu dapat memberi nasihat yang tepat. Dengan begitu, anak juga bisa lebih memahami kenapa ia tak boleh melakukan hal serupa di kemudian hari.

Baca juga: Mitos atau Fakta, Anak Kedua Lebih Nakal dan Pemberontak?

2. Berikan Contoh yang Baik

Saat orangtua mengharapkan anak mempunyai perilaku yang baik dan sopan, ada baiknya memulai dari memperbaiki diri sendiri terlebih dahulu agar bisa menjadi contoh yang baik. Cara mendidik anak yang paling efektif adalah dengan memberinya teladan lewat perilaku sehari-hari, bukan cuma lewat banyak nasihat. Bila orangtua berperilaku tidak sesuai dengan nasihat yang mereka berikan pada anak, maka jangan heran bila anak tidak akan mendengarkan nasihat tersebut.

3. Hindari Membentak Anak di Depan Umum

Saat Si Kecil melakukan kesalahan di depan umum, tahan keinginan untuk memarahi dan membentaknya saat ada banyak orang di sekitarnya. Jika ibu memarahi anak di depan umum, tentu cara ini sangat tidak bijaksana. Si Kecil mungkin saja tidak sengaja melakukan kesalahan tersebut dan ibu harus benar-benar mencari waktu dan tempat yang tepat untuk menasehatinya.

Jadi, berusahalah kendalikan emosi dan bawalah Si Kecil ke ruangan yang lebih sepi. Lalu tanyakan baik-baik saat menghadapi anak yang sedang nakal. Setelah itu, baru ibu dapat menasihatinya dengan lembut. Cara ini lebih efektif untuk membuat anak dapat menyadari dan menyesali kesalahannya, daripada caci maki yang akan membuat ia semakin tertekan.

Baca juga: Anak Jahil Bukan Berarti Nakal, Ini yang Harus Dilakukan

4. Buat Aturan dan Beri Sanksi yang Tegas

Jika anak masih nakal dan bandel, meskipun kamu sudah seringkali menasihatinya dan memberi contoh, maka cara yang sebaiknya harus menetapkan aturan. Kemudian, beri anak sanksi bila ia melanggar aturan tersebut. Misalnya, ibu membuat aturan bermain dengan batas hanya sampai jam 8 malam. Nah, bila ia masih nakal dan tidak mau berhenti saat batas jam sudah tiba, maka ibu bisa menghukumnya dan tidak mengizinkannya bermain lagi sampai jangka waktu tertentu. Tentu saja orangtua tidak dianjurkan menggunakan kekerasan untuk mendisiplinkan anak, karena cara tersebut hanya akan menyakiti dan membuat ia semakin liar.

5. Jangan Terlalu Sering Memberi Toleransi

Bila ibu sudah membuat aturan dan menetapkan sanksi, maka lakukanlah sesuai dengan ketentuan yang dibuat. Jangan terlalu sering memberi anak toleransi ketika ia melanggar peraturan. Semakin sering kamu memberinya toleransi, semakin Si Kecil akan menganggap remeh aturan dan menjadi makin sulit diatur.

Bila ibu masih bingung menghadapi anak yang sangat nakal, coba bicarakan saja pada dokter melalui aplikasi Halodoc. Ibu bisa mendiskusikan masalah perilaku Si Kecil kepada dokter dan minta saran melalui Video/Voice Call dan Chat kapan dan di mana saja. Jadi, tunggu apa lagi? Download Halodoc sekarang juga di App Store dan Google Play.

Referensi:
Verywell Family. Diakses pada 2021. 5 Ways to Handle Disrespectful Behavior From Children.
Psychology Today. Diakses pada 2021. 9 Ways to Transform Bratty Behavior.

Reporter : Mutia Nugraheni

Jangan sampai anak yang kita urus sejak bayi, dirawat dengan penuh kasih sayang menjadi anak durhaka.

Dream - Mendidik, merawat dan mengasuh anak memang bukan perkara mudah. Ada kalanya mereka mudah diberitahu tapi sering juga terjadi konflik dan saling adu pendapat.

Setiap orangtua tentu ingin anaknya kelak jadi pribadi yang baik, bertanggung jawab dan mengamalkan nilai-nilai Islam dalam kehidupannya.

Tuntutan Jadi 'Good Mom' Bikin Ibu Bekerja Dihantui Rasa Bersalah

Sebagai seorang muslim, prinsip-prinsip akidah dan akhlak tentunya wajib diajarkan pada buah hati. Jangan sampai anak yang kita urus sejak bayi, dirawat dengan penuh kasih sayang
menjadi anak durhaka.

Durhaka berasal dari kata al-‘aqqu yang berarti al-qath’u yaitu memutus, membelah, merobek, atau memotong. Dalam Islam, anak dikatakan durhaka pada orangtua (uquuqul walidain)
apabila melakukan perbuatan atau mengucapkan sesuatu yang menyakiti hati orangtuanya.

Banyak faktor yang membuat seorang menjadi durhaka, berikut beberapa di antaranya, seperti dikutip dari Muslimah.or.id.

Menyakiti kedua orangtua dengan menjadi anak yang nakal adalah contoh anak yang
© Dream

1. Kebodohan
Kebodohan bisa dibilang merupakan penyakit yang 'mematikan'. Orang bodoh adalah musuh bagi dirinya sendiri. Apabila seseorang tidak mengetahui akibat dari kedurhakaan dan hasil yang diperoleh dari berbakti kepada kedua orangtua, baik secara langsung ataupun tidak langsung, maka hal itu akan membawa seseorang kepada kedurhakaan dan memalingkan dari berbakti.

Jadi sebisa mungkin berikanlah ilmu agama yang baik pada anak-anak sejak kecil. Hal ini merupakan 'modal' bagi mereka baik dunia maupun akhirat agar tidak menjadi orang-orang yang bodoh dan mengalami kerugian.

2. Pendidikan yang tidak baik
Orangtua yang tidak mendidik anak-anaknya agar bertakwa, berbakti, menyambung silaturrahim, dan mencari kemuliaan, maka hal itu akan membawa mereka kepada sikap membangkang dan durhaka.

Asuhan penuh kasih sayang, jadi teladan yang baik serta selalu mendampingi anak-anak adalah kunci agar kelak anak-anak menjadi pribadi lemah lembut dan tahu cara menempatkan diri serta menghormati orangtuanya.

3. Adanya pertentanganKedua orangtua mengajarkan sesuatu kepada anak-anaknya, akan tetapi keduanya tidak mengamalkan apa yang telah mereka ajarkan, bahkan terkadang keduanya melakukan hal yang

bertentangan dengan hal itu. Perkara ini akan memancing sang anak untuk melakukan pembangkangan dan kedurhakaan.

Misalnya selalu menyuruh salat, tapi tak pernah salat. Memaksa anak-anak untuk ibadah puasa tapi justru tak menjalankannya. Orangtua akan kehilangan wibawa karena pertentangan ini dan membuat anak jadi tak menghormati.

4. Kedurhakaan orangtua kepada ibu-bapaknyaHal ini merupakan salah satu sebab terjadinya kedurhakaan kepada orangtua. Apabila orang tua durhaka kepada ibu-bapaknya (kakek dan nenek sang anak), niscaya keduanya akan

dihukum dengan kedurhakaan anak-anak mereka kepadanya.

Hal ini sering terjadi karena dua hal yaitu karena anak-anak akan meniru orang tuanya dalam berbuat durhaka danbalasan diberikan sesuai dengan jenis amalannya.

Penjelasan selengkapnya baca di sini.

Sumber: Muslimah.or.id


Page 2

3 dari 5 halaman

Dream - Mengalami rasa sedih, marah, kecewa, bahagia adalah hal wajar dan dirasakan semua orang baik anak lelaki maupun anak perempuan. Mengungkapkan emosi yang sedang dirasakan sangat penting untuk dilakukan demi kesehatan mental.

Sayangnya pada anak lelaki, mereka seringkali dianggap sosok yang harus selalu kuat dan dominan. Padahal ada kalanya mereka butuh menangis dan bersikap manis saat sedang bahagia.

Pastikan Kebutuhan Cairan Si Kecil Terpenuhi Demi Kesehatan Ginjalnya

Menyakiti kedua orangtua dengan menjadi anak yang nakal adalah contoh anak yang
© MEN

Sementara saat marah atau kecewa, malah dianggap wajar anak lelaki mengeluarkan emosi negatifnya. Seperti memukul, menendang, melempar dan sebagainya. Tentunya hal ini merupakan kesalahan besar.

" Anak laki-laki perlu mengingat satu hal yang paling penting dalam hal perasaan mereka (terutama kemarahan), yaitu mereka selalu punya pilihan bagaimana meresponsnya," kata Meg Meeker, seorang dokter anak.

Ia menjelaskan, ketika anak lelaki masih usia dini, perkembangan emosinya belum sempurna. Tugas orangtua adalah mencontohkan dan membimbingnya untuk bisa mengontrol dan merespons emosi yang muncul dengan baik dan tidak merugikan dirinya maupun orang lain.

Bagaimana caranya? Empat cara ini penting untuk dilakukan sejak dini.

Kenali Emosi
Sebelum si anak lelaki dapat mengatasi emosinya, ia perlu mengidentifikasinya. Contohnya, mungkin dia marah pada ayahnya karena tak jadi jemput di sekolah, padahal perasaan sebenarnya di balik permukaan adalah kesedihan. Ajari anak untuk melihat lebih dalam emosi yang dialami dan apa yang muncul di permukaan. Dengan begitu anak bisa mengungkapkannya dengan baik.


Page 3