Mengapa padi tidak habis meskipun ada predator padi tikus di sawah

Mengapa padi tidak habis meskipun ada predator padi tikus di sawah

Mengapa padi tidak habis meskipun ada predator padi tikus di sawah
Lihat Foto

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO

Petani menyemprotkan obat pembasmi hama di Dusun Turi, Desa Giripeni, Kecamatan Wates, Kabupaten Kulon Progo, DI Yogyakarta, Rabu (6/2). Cuaca yang berubah-ubah membuat petani harus mengantisipasi munculnya hama, termasuk tikus, dengan penyemprotan agar tetap dapat panen.

Tiba-tiba petani di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, harus menghadapi serangan hama tikus setelah bertahun-tahun aman. Tikus menggunduli persawahan, menghabiskan tanaman dan bulir padi yang siap panen di daerah lumbung padi Jatim itu.

Semangat Saini, petani di Kecamatan Glagah, Banyuwangi, berapi-api. Minggu lalu, ia dan belasan anggota kelompok tani lainnya beramai-ramai menyiapkan umpan berupa obat pembasmi tikus. Hari itu adalah hari pembasmian tikus massal. Berkarton-karton obat tikus bantuan Pemerintah Kabupaten Banyuwangi didatangkan. Petani dibagi per kelompok, dan umpan sebesar dadu dibungkus satu per satu dengan kertas koran.

Saini kesal dengan serbuan tikus. Mereka memakan tanaman segala umur, dari yang baru ditanam hingga yang siap panen. Kerugian yang diderita petani tak merata, tetapi banyak yang gagal panen. Satu hektar sawah saja bisa merugi Rp 10 juta sebab tikus menyerang padi yang siap panen.

”Dua hektar sawah saya habis dan tak bisa dipanen. Tikus menyerang, bahkan menggerogoti pucuk pohon kelapa di sekitar sawah,” kata Saini.

Asmuni (55), petani lain, juga merugi karena padi di sawahnya ludes dimakan tikus. Kini ia menanam ulang agar bisa panen kembali.

Serang 11 kecamatan

Sejak Desember 2012 hingga Rabu (6/2), tikus menyerang 218 hektar sawah di Banyuwangi. Tikus menyebar di 11 kecamatan di kabupaten penghasil beras itu, seperti Glenmore, Glagah, Srono, Sempu, Rogojampi, Muncar, Gambiran, dan Genteng.

Hama tikus kian merajalela. Serangan ini lebih hebat daripada tahun sebelumnya. Petani sudah mencoba membuat jebakan, tetapi jumlah tikus lebih banyak dari perkiraan, bahkan kian bertambah.

”Tikus itu jika siang bersembunyi di pohon kelapa, dan malam baru menyerang tanaman,” kata Asmuni.

Ibnu Taji, petugas penyuluh lapangan di Kecamatan Glagah dan Licin, mengatakan, sebenarnya ada cara yang lebih alami untuk membasmi tikus, yaitu memakai ular sawah. Namun, ular sawah sering kali ditangkap dan dijual oleh warga lainnya sehingga pembasmian hama tidak berjalan baik.

Terputusnya mata rantai makanan, seperti ular yang menjadi predator tikus, menjadi salah satu penyebab tikus cepat berkembang biak. Dahulu petani di Glagah terbantu oleh ular sawah yang biasa memakan tikus. Kini ular sawah hilang, sebagian lagi ditangkap dan dibunuh karena memasuki area perumahan warga yang merambah sawah, dan sebagian lagi ditangkap untuk dijual sebagai obat. Pola tanam yang tak terputus sepanjang tahun juga membuat siklus hidup tikus terus berlanjut.

Kini petani mengandalkan pembasmian yang tidak alami dengan menyebar racun tikus yang biayanya tak murah. Seorang petani bisa membeli racun tikus senilai Rp 400.000 jika kondisi sawahnya parah.

Ikrori Hudanto, Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Banyuwangi, mengakui, pemerintah membagikan 40.000 boks obat pembasmi tikus secara gratis kepada petani. Jumlah itu ternyata tak cukup untuk melawan serbuan tikus. (nit)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berikutnya

Mengapa padi tidak habis meskipun ada predator padi tikus di sawah

Tikus sawah (Ratus argentiventer)  hama yang relatif sulit dikendalikan. Perkembangbiakan Hama tikus yang cepat serta daya rusak pada tanaman yang cukup tinggi menyebabkan hama tikus selalu menjadi ancaman pada setiap pertanaman. Kerusakan tanaman yang di akibat serangan tikus sangat besar, karena menyerang tanaman sejak di pertanaman hingga menjelang panen. Berkaitan dengan hal tersebut, maka upaya pengendalian untuk menekan populasi tikus harus dilakukan terus menerus mulai dari saat pratanam hingga menjelang panen dengan menggunakan berbagai teknik secara terpadu. Peran serta dan kerjasama masyarakat / kelompok tani, penentu kebijakan dan tokoh masyarakat juga diperlukan selama proses pengendalian hama tikus.

BEBERAPA TEKNIK  PENGENDALIAN

  • TBS (Trap Barrier System)

Pemagaran plastik yang mengelilingi petakan persemaian atau sawah yang dilengkapi perangkap bubu pada tiap jarak tertentu.

Pengendalian dengan peralatan lengkap (pemukul,  emposan, jaring dan sebagainya) yang dilakukan oleh seluruh komponen masyarakat yang terkoordinir dan terencana dalam satu hamparan pertanaman yang luas

Pengumpanan racun tikus dengan rodentisida akut atau antikoagulan yang dicampur gabah atau beras kemudian diletakkan pada lalulintas tikus.

Jaring dipasang pada salah satu sisi hamparan sawah, kemudian di sisi lain secara bersama-sama dilakukan penggiringan tikus dan di tepi jaring beberapa orang menunggu dengan alat pemukul.

Penggenangan lobang-lobang tikus dilakukan pada  saat menjelang pembuatan persemaian.

Membersihkan semak belukar/gulma, membongkar lobang tikus dan perbaikan pematang.

Pengendalian menggunakan musuh alami seperti kucing, anjing dan burung hantu.

Pengaturan pola tanam yaitu dilakukan rotasi antara padi dan palawija dan pengaturan pola tanam secara serempak.

Akhir-akhir ini hasil pengamatan dari petugas OPT  diantaranya kelompok tani Karya Tani Desa wotanngare Kecamatan kalitidu, desa Gading kec Tambakrejo, desa Nganti kec Nraho. telah terjadi serangan OPT tikus ( RATTUS ARGENTIVENTER)  sehingga perlu segera dikendalikan, untuk mengendalikan dianjurkan tindakan dengan cara pengumpanan racun yang berbahan aktif seperti Brodifakum, Coumatetralyl dan lain lain. Atau juga bisa dengan pengemposan liang aktif tikus pada pematang atau tanggul disawah. pengendalian tikus sebaiknya dilakukan sejak dini dan  berkelanjutan secara bersama-sama.Karena tikus merusak tanaman padi pada fase tumbuh dari semai hingga panen bahkan sampai penyimpanan.Kerusakan parah terjadi jika tikus menyerang padi pada fase generatif,karena tanaman sudah tidak mampu membentuk anakan baru.pada serangan berat, tikus merusak tanaman padi mulai dari tengah petak, meluas kearah pinggir dan menyisakan1-2 baris tanaman padi dipinggir petakan. Tikus menyerang tanaman padi pada malam hari siang hari tikus bersembunyi dalam sarangnya ditanggul irigasi ,jalan sawah,pematang dan didaerah perkampungan dekat sawah.Maka dengan hasil pengamatan tersebut  petugas POPT PPL Kelompoktani  beserta anggota bersepakat mengadakan Gerakan pengendalian tikus dengan cara pengumpanan dengan memakai Racun berbahan aktif Brodifakum, Coumatetralyl dan lain lain yang di suport dari Dinas Ketahanan Pangan dan pertanian yang dilaksanakan  Hari Jum`at tanggal 16 April 2021. luas tanaman padi 119 ha , umur tanaman 15 - 20 hst , luas serangan 8 ha dengan intensitas 5.57 %, luas waspada 25 Ha. Rodentisida sebaiknya digunakan pada periode bero dan fase awal vegetatif.

  Semoga Bermanfaat……….

By Admin

Dibuat tanggal 14-06-2021

11101 Dilihat


Page 2

Selamat Datang di Portal Resmi Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Bojonegoro © 2020

Mengapa padi tidak habis meskipun ada predator padi tikus di sawah

Mengapa padi tidak habis meskipun ada predator padi tikus di sawah
Mengapa padi tidak habis meskipun ada predator padi tikus di sawah
Mengapa padi tidak habis meskipun ada predator padi tikus di sawah
Mengapa padi tidak habis meskipun ada predator padi tikus di sawah
Sangat Puas
17 %
Puas
33 %
Cukup Puas
0 %
Tidak Puas
50 %

Mengapa padi tidak habis meskipun ada predator padi tikus di sawah

oleh : Rifqi Ilman Sanjaya

Tanaman pangan merupakan segala jenis tanaman yang dibudidayakan dengan tujuan sebagai sumber makanan pokok. Tanaman pangan biasanya merupakan tanaman yang dapat menghasilkan karbohidrat dan protein. Di Indonesia, tanaman pangan yang sering dibudidayakan adalah padi, jagung, singkong dan sagu. Oleh sebab itu, hasil produksi tanaman pangan sangat penting untuk pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat di Indonesia baik pemenuhan secara kuantitas maupun kualitas (Minarni dkk, 2017). 

Tikus merupukan salah satu hama yang sering mengganggu petani dalam kegiatan budidaya tanaman pangan. Hama tikus sering dijumpai pada budidaya tanaman padi. Serangan hama tikus pada persawahan dapat menimbulkan kerusakan fatal. Pada kasus yang paling fatal dapat mengakibatkan gagal panen sehingga perlu dilakukan pengendalian OPT pada kegiatan usah atani (Surachman dan Suryanto, 2007).

Pengendalian OPT pada kegiatan usaha tani merupakan hal yang penting. Pengendalian OPT berguna agar hasil produksi pertanian baik kualitas maupun kuantitas tetap terjaga. Salah satu pengendalian OPT yang dapat digunakan adalah pengendalian hayati (biological control). Pengendalian OPT ini memanfaatkan musuh alami hama tanaman. Meskipun begitu, diperlukan campur tangan manusia dalam melakukan pengendalian agen hayati (Sopialena, 2018).

Burung hantu merupakan salah satu musuh alami dari tikus sawah sehingga dapat dikategorikan sebagai agen hayati. Burung hantu termasuk hewan nokturnal yang biasa beraktivitas mencari makan dimalam hari. Pemanfaatan burung hantu sebagai pengendali hama tikus di persawahan tergolong lebih ramah lingkungan jika dibandingkan dengan pengendalian hama secara konvensional yang masih menggunakan bahan kimia. Burung hantu mampu memangsa 2 hingga 5 ekor tikus setiap harinya. Pemanfaatan burung hantu sebagai pengendali hama tikus sawah memberikan benefit yang sangat bagus jika dilakukan secara benar. Harapannya dengan pemanfaatan burung hantu sebagai pengendali hama tikus sawah dapat membantu petani dalam mengatasi permasalahan hama tikus serta dapat mengurangi penggunaan bahan kimia sebagai pengendali hama tikus dalam kegiatan budidaya tanaman pangan di Indonesia.  (Kaliky dkk, 2018). 

Tikus sawah merupakan salah satu hama jenis mamalia. Hama jenis ini biasanya merupakan hewan herbivora atau pemakan tumbuhan. Hama tikus memiliki kemampuan berkembang biak secara cepat serta mampu beradaptasi dengan berbagai kondisi agroekosistem yang ada. Jika populasi hama tikus tidak dapat terkontrol maka mengakibat kerusakan pada tanaman budidaya, bahkan akan meningkatkan resiko gagal panen.

Burung hantu dapat digunakan sebagai agen hayati dalam pengendalian hama tikus di persawahan. Burung hantu memiliki kemampuan memangsa 2 hingga 5 ekor tikus dalam semalam. Penggunaan agen hayati burung hantu tergolong aman bagi lingkungan sekitar sehingga akan mengurangi residu racun tikus pada daerah persawahan yang dapat beresiko mengganggu agroekosistem.

Pemanfaatan burung hantu sebagai pengendali hama tikus tergolong murah. Petani hanya perlu mengeluarkan modal untuk membeli burung hantu dan sangkar burung. Selain itu, burung hantu juga merupakan burung yang dapat dilatih sehingga resiko untuk kabur dapat diminimalisir.

Burung hantu yang biasa dimanfaatkan sebagai pengendali hama tikus adalah jenis barn owl (Tyto alba). Alasan memilih burung hantu jenis ini karena barn owl memiliki karakteristik mudah beradaptasi pada lingkungan perkotaan maupun persawahan. Selain itu, barn owl memilki ciri khas lebih rakus jika dibandingkan dengan burung hantu jenis lain.

Burung hantu memiliki kemampuan untuk mendengar suara tikus dalam radius 500 m. Burung hantu memiliki jangkauan terbang hingga 12 km. Barn owl dapat memangsa lebih dari 100 ekor tikus dalam sebulan dengan perkiraan dapat memangsa tikus sawah sebanyak 3600 ekor dalam setahun.

Pemanfaatan burung hantu sebagai pengendali hama tikus sudah banyak diterapkan di Indonesia. Salah satu penerapannya yaitu ada di Kecamatan Semboro Kabupaten Jember pada tahun 2015. Pemanfaatan burung hantu sebagai pengendali hama tikus di Kecamatan Semboro Kabupaten Jember tergolong berhasil. Petani disana sudah mampu untuk melatih burung hantu, mengerti cara pembuatan rumah burung hantu (rubuha), mengerti teknik pelepasan burung hantu serta teknik perawatan burung hantu (Haryadi dkk, 2016).

Kunci sukses dalam pengendalian hama tikus menggunakan agen hayati burung hantu adalah partisipasi dari semua petani dan dilakukan secara konsisten. Pengendalian hama tikus menggunakan agen hayati burung hantu yang dilakukan secara sendiri-sendiri tidak akan mendapatkan hasil yang optimal. Salah satu kendala dalam pemanfaatan agen hayati burung hantu adalah masyarkat yang masih belum sadar akan pentingnya menjaga kelestarian burung hantu. Banyak masyarakat yang mencoba untuk menembak maupun memburu burung hantu tanpa memikirkan efek keberlanjutan khususunya pada ekosistem persawahan. Sehingga diperlukan dukungan masyarakat banyak agar dapat menjaga kelestarian lingkungan di persawahan.

Pengendalian hama tikus pada budidaya tanaman pangan sangat penting dilakukan agar kegiatan usaha tani mendapatkan hasil yang optimal. Pengendalian OPT dengan menggunakan agen hayati burung hantu merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan oleh petani. Pemanfaatan burung hantu sebagai pengendali hama tikus dinilai memberikan keuntungan baik dari sisi biaya maupun lingkungan. Pengendalian menggunakan agen hayati dinilai dapat mengurangi konsumsi petani terhadap racun kimia yang biasa digunakan untuk mengendalikan hama tikus. Harapannya dengan pemanfaatan burung hantu sebagai pengendali hama tikus sawah dapat membantu petani dalam mengatasi permasalahan hama tikus serta dapat mengurangi penggunaan bahan kimia sebagai pengendali hama tikus dalam kegiatan budidaya tanaman pangan di Indonesia.  

Daftar Pustaka

  • Haryadi, N. T., M. W. Jadmiko., dan T. Agustina. 2016. Pemanfaatan Burung Hantu untuk Mengendalikan Tikus di Kecamatan Semboro Kabupaten Jember.
  • Kaliky, R., K. Yolanda., dan Sudarmaji. 2018. Peran Keanekaragaman Hayati untuk Mendukung Indonesia sebagai Lumbung Pangan Dunia. Seminar Nasional dalam Rangka Dies Natalis UNS ke 42 Tahun 2018, 2(1): 23-31.
  • , I. Warman., dan W. Handayani., 2017. Case-Based Reasoning (CBR) pada Sistem Pakar Identifikasi Hama dan Penyakit Tanaman Singkong dalam Usaha Meningkatkan Produktivitas Tanaman Pangan. Teknoif, 5(1): 41-47.
  • 2018. Pengendalian Hayati dengan Memberdayakan Potensi Mikroba. Samarinda: Mulawarman University Press.
  • dan W. A. Suryanto. 2007. Hama Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan Masalah dan Solusinya. Yogyakarta: Kanisius.