Mengapa Nabi Muhammad memerintahkan sahabatnya hijrah?

Mengapa Nabi Muhammad memerintahkan sahabatnya hijrah?

Dhafi Quiz

Find Answers To Your Multiple Choice Questions (MCQ) Easily at cp.dhafi.link. with Accurate Answer. >>


Mengapa Nabi Muhammad memerintahkan sahabatnya hijrah?

This is a List of Available Answers Options :

  1. Raja Najasi tidak suka dengan orang nasrani
  2. Raja Najasi memberikan kebebasan beragama
  3. Raja Najasi memberikan kekayaan yang melimpah
  4. Raja Najasi menanamkan saham politik kepada kaum muslimin


The best answer is B. Raja Najasi memberikan kebebasan beragama.

Reported from teachers around the world. The correct answer to ❝Sebab Rasulullah SAW memerintahkan para sahabatnya hijrah ke Abbesinia .... ❞ question is B. Raja Najasi memberikan kebebasan beragama.
I Recommend you to read the next question and answer, Namely Berikut yang termasuk faktor penyebab hijrahnya Nabi Muhammad SAWke Madinah adalah ....  with very accurate answers.

Click to See Answer

Dhafi Quiz Is an online learning educational site to provide assistance and insight to students who are in the learning stage. they will be able to easily find answers to questions at school.We strive to publish Encyclopedia quizzes that are useful for students. All facilities here are 100% Free. Hopefully, Our site can be very useful for you. Thank you for visiting.

News.schmu.id, Sejarah Islam. Kenapa Nabi Muhammad Hijrah?. Perjuangan Rasulullah SAW dalam menyebarkan agama Islam secara terbuka mendapat tentangan keras dari kaum Quraisy. Itu salah satu alasannya Mengapa Nabi Muhammad SAW dan para sahabat hijrah ke Madinah?.

Mengapa Nabi Muhammad memerintahkan sahabatnya hijrah?
ilustrasi via merdeka.com

Peristiwa hijrah yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW dan para sahabat tidak lepas dari campur tangan kaum Quraisy terhadap kaum muslimin. Dikutip dari kitab Sirah Nabawiyah karya Abdul Hasan al-Ali Hasani an-Nadwi, berikut beberapa alasannya mengapa nabi muhammad saw dan para sahabatnya hijrah:

1. Kenapa Nabi Muhammad Hijrah?-Siksaan Quraisy terhadap Muslim

Rasulullah SAW menyaksikan bencana yang menimpa para pengikutnya. Bahkan, banyak dari mereka disiksa dalam kehidupan nyata. Sementara dia tidak bisa melindungi mereka.

Kemudian, dia berkata kepada mereka, “Jika kamu pergi ke tanah Abyssinia. Memang, ada seorang raja yang tidak akan dianiaya oleh orang-orang yang ada di dekatnya. Tanah Abyssinia adalah tanah kebenaran. Kamu harus berada di sana sampai Tuhan memberi ruang untukmu.”

Atas seruan Nabi Muhammad SAW, akhirnya rombongan muslim yang terdiri dari 10 laki-laki dan 4 perempuan berangkat ke Abyssinia. Ini adalah migrasi pertama umat Islam. Diantaranya adalah Utsman bin Affan dan istrinya, Ruqayyah binti Rasulullah SAW. Mereka dipimpin oleh Utsman bin Mazh’un.

2. Penyerangan dan Pelecehan Orang Quraisy kepada Nabi SAW

Alasan kedua mengapa Nabi Muhammad dan para sahabat hijrah adalah karena kaum Quraisy melakukan berbagai upaya untuk menghalangi Nabi SAW dalam dakwahnya. Mereka tidak berhasil membuat para pemuda yang masuk Islam kembali kepada mereka, sedangkan misi Nabi SAW juga tidak santai. Jadi, mereka membujuk orang-orang bodoh di antara mereka untuk menyangkal, menyakiti, mengirim sihir, dan sihir kepada Nabi SAW.

3. Pentingnya dakwah Islam dan meringankan beban Rasulullah SAW

Dalam Sirah Nabawiyah dikatakan bahwa alasan lain di balik migrasi umat Islam ke Mekah adalah karena pentingnya dakwah Islam. Selain itu juga sebagai salah satu upaya meringankan beban Rasulullah SAW.

Dari orang-orang yang merantau dapat diketahui luasan wilayah kemanusiaan, jenis-jenisnya, dan cakupannya pada berbagai tingkatan dan status sosial masyarakat Mekkah. Ada kaya dan miskin, orang tua dan anak-anak, laki-laki dan perempuan di antaranya adalah penduduk asli Mekah.

Hal ini menunjukkan besarnya pengaruh, kekuatan, dan kesempurnaan dakwah yang dibawa oleh Nabi SAW.

4. Baiat Anshar (Madinah)

Sebelum hijrah untuk kedua kalinya, ada dua kali baiat dari penduduk Madinah. Baiat pertama dilakukan di Gunung Aqaba diikuti oleh 13 orang. Mereka bersumpah untuk memeluk Islam. Peristiwa itu disebut Perjanjian Aqabah I.

Kemudian pada tahun 622 M, terjadi ikrar kedua atau dikenal dengan Perjanjian Aqabah II. Beberapa riwayat menyebutkan bahwa baiat ini diikuti oleh 73 orang. Rasulullah SAW meminta baiat kepada kaum Anshar untuk membela Islam dan melindunginya serta para pengikutnya. Kemudian, ia memerintahkan para sahabat dan umat Islam di Mekah untuk pergi ke Madinah.

Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla telah memberikan saudara-saudaramu di negeri yang aman.” Mendengar kata-kata ini, mereka berbondong-bondong ke Medina. Sementara itu, Rasulullah SAW tetap berada di Mekkah hingga menunggu izin Allah SWT untuk hijrah.

Namun migrasi kedua ini mendapat tekanan yang lebih berat dari kaum Quraisy dibandingkan dengan migrasi pertama. Dikutip dari buku Hijrah Dalam Pandangan Al-Qur’an karya Ahzami Samiun Jazuli, saat bertemu kembali dengan Raja Najasy, mereka mendapat perlakuan berbeda dari yang pertama.

Adapun umat Islam yang mengikuti migrasi kedua lebih banyak dari sebelumnya. Ibnu Ishaq menjelaskan bahwa mereka berjumlah 83 orang, termasuk Amr bin Yasir. As-Suhaili mengatakan bahwa itu adalah pendapat terkuat yang diriwayatkan oleh para sejarawan seperti Waqidi, Ibnu Uqbah, dan lainnya.

Baca juga: Kisah Nabi Muhammad SAW

Selain empat alasan di atas, meninggalnya dua orang terdekatnya, yakni Siti Khadijah dan Abu Thalib juga menjadi penyebabnya. alasan nabi muhammad dan para sahabat hijrah ke Yastrib atau Madinah. Tepatnya pada 13 tahun pasca kenabian.

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Bukan tanpa alasan jika Rasulullah SAW memerintahkan para sahabat untuk hijrah ke Abessinia yang raja dan mayoritas rakyatnya memeluk Nasrani.   "Rasulullah memilih Etiopia (Abessinia atau al-Habasyah) karena pada zaman itu, negeri tersebut masih menjalankan injil secara murni," kata pakar hadis dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr Ahmad Luthfi Fathullah.

Ia mengatakan, kelompok yang menjalankan injil secara murni akan terbuka dan mudah menerima Islam. Mereka juga dapat memahami sikap Rasulullah SAW dan kenabiannya. "Al-Habasyah adalah satu-satunya negeri pada zaman Rasulullah yang menjalankan injil secara murni. Berbeda dengan wilayah Nasrani yang sudah melenceng dari Injil seperti Romawi."Dijelaskan Luthfi, pada masa hijrah pertama ini jumlah umat yang sudah memeluk Islam belum sampai 100 orang sehingga masih banyak wilayah menjadi kantong Nasrani.

Menurutnya, ada hikmah yang bisa dipetik dari peristiwa hijrah yang pertama ini. Yakni, jika di suatu tempat kita berada dalam kondisi terdesak maka bisa pindah ke tempat lain. Jika suatu saat kondisi di tempat asal membaik, sebaiknya kita pulang.

Lutfi menganalogikan hal tersebut dengan orang menimba ilmu. Jika daerah asal tidak mendukung, dia bisa hijrah ke daerah lain yang lebih mendukung. "Jika sudah mendapatkan ilmu maka ia bisa kembali ke kampung halaman untuk membangun kampung halaman."

Pada hijrah gelombang kedua ke Abessinia, jumlahnya sahabat yang ikut bertambah menjadi sekitar 80 orang. Nah, pada hijrah kedua ini, menurut Lutfi, sang raja yang beragama Nasrani akhirnya memeluk Islam. Karena itu, saat sang raja wafat, Rasulullah SAW yang berada di Madinah menyempatkan untuk melakukan shalat ghaib bagi jenazah Raja Najasyi.

Hijrah ke Etiopia ini, lanjut Luthfi, memberi pelajaran kepada para sahabat Nabi kala itu. Yakni, hijrah harus dilakukan dengan persiapan. Di antaranya harus memilih tempat yang bisa menerima kita. Sekadar contoh, para sahabat Rasulullah SAW pernah berupaya hijrah ke Thaif. Namun, upaya yang dilakukan setelah hijrah ke Etiopia ini menumbuk kegagalan dan penolakan.

Lain halnya dengan hijrah ke Madinah yang menuai sukses. "Hal itu lantaran melalui proses panjang. Rasulullah terlebih dahulu mengumpulkan pengikut di Madinah. Setelah ada sahabat yang bisa menerima Islam di Madinah, barulah Rasulullah dan sahabat hijrah ke sana."