Mengapa masyarakat Arab pra Islam membunuh anak perempuan?

Daftar isi

  • 1 Apa alasan masyarakat Arab pra Islam merendahkan derajat perempuan?
  • 2 Bagaimana kedudukan wanita di hadapan bangsa Arab pra Islam?
  • 3 Bagaimana kondisi kaum wanita pada zaman jahiliyah?
  • 4 Siapa nama bayi perempuan dari Eropa?

Karena dizaman sebelum adanya islam mereka beranggapan bahwasannya perempuan itu lemah,makanya mereka kurang menyukai apabila anak mereka yang terlahir didunia ini anak perempuan, mereka lebih berharap yang terlahir anak laki² supaya bisa menggantikan kedudukan dia dimasyarakat, dan anak laki² lebih kuat dibandingkan …

Bagaimana kondisi kaum wanita di Mekah pada masa pra Islam jelaskan?

Kondisi kaum wanita di daerah Mekkah pada masa pra Islam sangat memprihatinkan. Wanita dinilai pembawa sial dan tidak bermartabat. Pada masa pra Islam banyak anak perempuan yang lahir dikubur hidup hidup, dijadikan budak, serta dijadikan korban kekerasan.

Mengapa masyarakat Arab membunuh anak perempuan secara hidup hidup?

Takut aib dan menanggung malu. 2. Takut dengan nasib yang buruk. Terutama jika bayi wanita yang lahir berkulit hitam dan buruk rupa. Menganggap bahwa malaikat merupakan anak perempuan tuhan, sehingga anak perempuan yang dilahirkan harus dikubur hidup-hidup untuk dikembalikan kepada tuhan.

Bagaimana kedudukan wanita di hadapan bangsa Arab pra Islam?

Perempuan pada zaman jahiliyah atau sebelum datangnya agama Islam, bagaikan sebuah benda yang bebas diperlakukan apa saja oleh pihak laki-laki. Dan posisinya menjadi menjadi kelompok kelas dua. Perempuan tugasnya hanya melayani laki-laki dan harus siap kapanpun saat diperlukan.

Bagaimana wajah masyarakat Arab ketika diberi kabar bahwa anaknya lahir seorang perempuan?

Disamping itu, seorang laki-laki pada masa jahiliyah bila diberi kabar bahwa istrinya telah melahirkan anak perempuan, seketika itu merah padamlah wajahnya karena menahan marah, sedih, dan malu seakan sebuah malapetaka besar telah menimpanya.

Mengapa masyarakat Arab pra Islam disebut Jahiliyah?

Sebelum datangnya Islam, bangsa Arab disebut sebagai Arab Jahiliyah. Dahulu, bangsa Arab sering kali menampakkan budaya-budaya yang tidak baik, seperti menyembah patung. Pada zaman tersebut, bangsa Arab bukan menyembah apa yang seharusnya mereka sembah karena belum mengenal Islam.

Bagaimana kondisi kaum wanita pada zaman jahiliyah?

Perempuan pada masa jahiliyah tersebut berada pada tingkat kehinaan dan kerendahan. Mereka menjadi symbol keterbelakangan dan kehinaan. Mereka hidup sebagai sampah dan kotoran masyarakat, dapat diwariskan sebagai sisa harta warisan dan tidak memiliki hak untuk menerima warisan kerabatnya.

Bagaimana kedudukan wanita pada zaman jahiliah sebelum Islam datang dahulu kala?

Bagaimana kedudukan wanita pada masa kolonialisme?

kedudukan wanita pada zaman koloniaal adalah lebih rendah dari laki laki, sehingga pada saat itu para wanita tidak bisa sekolah apalagi keluar rumah, dan berkat R.A kartini kami semua perempuan bisa setara dengan laki laki.

Siapa nama bayi perempuan dari Eropa?

Nama bayi perempuan dari Eropa ini sangat unik dan masih jarang dipakai di Indonesia. Isla diambil dari nama sungai indah di Skotlandia, Inggris. Nama bayi perempuan Eropa keren dan modern ini sangat indah dan bermakna sebuah pulau. Samantha termasuk dalam nama Eopa kristen modern. Nama ini bermakna “yang diberitahu oleh Tuhan”

Apakah nama bayi perempuan Eropa berasal dari Turki?

Nama bayi perempuan Eropa Islami sebagian besar berasal dari turki. Negara turki sudah dikenal lama sebagai salah satu pusat peradaban Islam. Jadi ayah / Bunda tak perlu meragukan lagi makna dan maksud namanya. Demikian berapa ide dan rekomendasi nama bayi perempuan eropa yang bisa namaanakperempuan.net sampaikan.

Mengapa nama Esmé digunakan untuk anak perempuan?

Nama ini awalnya lebih banyak digunakan untuk anak laki-laki, oleh karenanya ketika sapaan Esmé muncul di Skotlandia pada abad ke-16, nama ini digunakan oleh Duke of Lennox pertama, Esmé Stewart. Namun, karena maknanya yang terkesan feminin, pada pertengahan abad ke-20 nama ini lebih banyak digunakan untuk nama anak perempuan.

Pecihitam.org- Pada zaman pra-Islam terdapat beberapa kebudayaan zaman jahiliyyah, salah satunya yaitu kebiasaan pembunuhan anak perempuan pada zaman itu.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.
DONASI SEKARANG

Quraish Shihab menyebutkan tiga alasan terjadinya pembunuhan anak perempuan pada zaman jahiliyyah.

  • Orang tua pada masa masyarakat jahiliyah takut jatuh miskin bila menanggung biaya hidup anak perempuan yang dalam konteks zaman itu, tidak bisa mandiri dan produktif.
  • Masa depan anak-anak dikhawatirkan mengalami kemiskinan (jatuh miskin). Anak perempuan dikubur karena orang tuanya khawatir anak-anak perempuan diperkosa atau berzina.
  • Sesuai dengan seringnya konflik antar kabilah atau peperangan antarsuku, orang tua khawatir anaknya akan ditawan musuh dalam peperangan itu.

Alasan mereka bahwa anak perempuan adalah biang dari petaka karena dari segi fisik perempuan lebih lemah dari pada laki-laki. Ketika lemah, secara otomatis akan menjadi batu sandungan bagi sang ayah atau ketua kelompok dan tidak bisa diajak berperang. Dan akan mengurangi pengaruh kabilahnya dalam percaturan dunia, penghambat pembangunan, kurang bisa mandiri dan menggantungkan pada laki-laki dan itu semua adalah aib bagi mereka maka harus ditutupi kalau perlu dibuang.

Dengan fenomena tersebut, hak-hak perempuan tidak terpenuhi bahkan tidak akan terpenuhi. Penghormatan dan pengagungan kaum perempuan berubah menjadi pelecehan seksual dan psikologi. Inilah salah satu yang ditentang Islam sesuai dengan firman Allah, “Sesungguhnya yang paling mulia di sisi Allah adalah yang paling bertakwa”.

Menurut Quraish Shihab, catatan terpenting yang ingin ia sampaikan ialah bahwa tradisi mengubur anak perempuan hidup-hidup bukan adat yang memperoleh restu dari semua kabilah Arab Jahiliyyah karena kenyataannya, sebagian kabilah justru memberikan tebusan berupa unta bagi orang tua yang bermaksud mengubur anak perempuannya.

Sha’sha’ah bin Najiah, kakek al-Farazdaq, penyair kenamaan zaman Jahiliyyah, yang memberikan dua ekor unta hamil sepuluh bulan kepada orang tua yang akan membunuh anak perempuannya. Konon, ia sempat menyelamatkan sekitar 300-400 orang anak perempuan yang akan dikubur hidup-hidup dengan tebusan unta.

Walaupun masih ada kabilah yang kontra terhadap penguburan hidup-hidup bayi perempuan tetapi kebiasaan tersebut sudah menjadi budaya yang mengakar dan sudah umum dipraktekkan oleh masyarakat Arab Jahiliyyah pada masa itu.

Adat-istiadat Jahiliyah yang berlaku pada masa itu, selain mengubur hidup-hidup setiap bayi perempuan yang dilahirkan,yaitu mengawini perempuan sebanyak yang disukai dan menceraikan mereka sesuka hati, sampai pernah ada kepala suku yang mempunyai tujuh puluh hingga sembilan puluh istri.

Sebagaimana dimaklumi, masyarakat Arab zaman Jahiliyyah mempraktekkan bermacam-macam pola perkawinan. Ada yang disebut nikah ad-dayzan, dimana anak sulung laki-laki dibolehkan menikahi janda (istri) mendiang ayahnya.

Caranya sederhana, cukup dengan melemparkan sehelai kain kepada wanita itu, maka saat itu juga dia sudah mewarisi ibu tirinya itu sebagai istri. Kadangkala dua orang bapak saling menyerahkan putrinya masing-masing kepada satu sama lain untuk dinikahinya. Praktek ini mereka namakan nikah as-syighr.

Ada juga yang saling bertukar istri hanya dengan kesepakatan kedua suami tanpa perlu membayar mahar, yaitu nikah al-badal. Selain itu ada pula yang dinamakan zawaj al istibdha’, dimana seorang suami boleh dengan paksa menyuruh istrinya untuk tidur dengan lelaki lain sampai hamil dan setelah hamil sang istri dipaksa untuk kembali kepada suaminya semula, semata-mata karena mereka ingin mendapatkan bibit unggul dari orang lain yang dipandang mempunyai keistimewaan tertentu.

Bentuk-bentuk pernikahan semacam ini jelas sangat merugikan dan menindas perempuan. Ada juga jenis pernikahan yang disebut dengan nikah al-mukhadanah, yaitu pernikahan seorang wanita yang mempunyai banyak suami (poliandri). Hal seperti ini banyak terjadi antar saudara di kalangan bangsa Arab.

Musdah Mulia menambahkan, beribu tahun sebelum Islam diwahyukan, di berbagai belahan dunia kaum perempuan dipandang tidak memiliki kemanusiaan yang utuh dan oleh karenanya perempuan tidak berhak bersuara, tidak berhak berkarya, dan tidak berhak memiliki harta.

Bahkan, eksistensinya sebagai makhluk manusia pun dipertanyakan. Dari uraian tersebut dapat dilihat bahwa kaum perempuan pada masa pra-Islam atau yang lebih dikenal dengan zaman Jahiliyyah terlihat jelas praktik-praktik kehidupan yang ada belum menunjukkan kesetaraan gender.

Hal ini disebabkan kaum laki-laki Arab jahiliyyah belum memahami hak-hak asasi manusia khususnya hak-hak perempuan. Perempuan dianggap hina dengan alasan berbagai kelemahan-kelemahannya.

Padahal kelemahan perempuan itu bukan karena memang tidak mampu tetapi karena keterbatasan para perempuan yang tidak diberi ruang gerak untuk mengaktualisasikan diri.

  • Author
  • Recent Posts

Mengapa masyarakat Arab pra Islam membunuh anak perempuan?

Alumni Pondok Pesantren Qomaruddin | Sarjana Hukum Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Prodi Perbandingan Madzhab.

Mengapa masyarakat Arab pra Islam membunuh anak perempuan?

Mengapa bangsa Arab membunuh anak perempuan?

Mereka lebih memilih membunuh anak-anak perempuan mereka cuma karena malu dan rasa khawatir berlebihan. Ekspresi mereka ini diabadikan dalam QS. An-Nahl: 58; "Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan dia sangat marah."

Mengapa masyarakat Arab sebelum Islam biasa mengubur anak perempuannya?

Menganggap bahwa malaikat merupakan anak perempuan tuhan, sehingga anak perempuan yang dilahirkan harus dikubur hidup-hidup untuk dikembalikan kepada tuhan.

Kenapa orang Arab membunuh anak anak mereka?

Kaum musyrik Makkah membunuh anak mereka sendiri karena takut miskin. Kedua, karena takut akan mendapat malu di belakang hari.

Mengapa kaum Quraisy mengubur hidup

Oleh sebab itu, zaman jahiliyah rela mengubur hidup-hidup anak perempuan mereka disebabkan rasa malu bahkan tidak menafkahinya. petunjuk, peringatan bagi manusia serta kabar gembira, pandangan terhadap perempuan berubah dan memerdekakannya.