Mengapa manusia diwajibkan ikhtiar berdoa dan bertawakal?

Ridha Allah SWT adalah tujuan dari ikhtiar dan tawakkal seorang hamba.

Wihdan Hidayat / Republika

Ridha Allah SWT adalah tujuan dari ikhtiar dan tawakkal seorang hamba. Ilustrasi ikhtiar

Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID,  Di atas segala ikhtiar optimal dan sikap tawakal menyerahkan hasil kepada-Nya, ketahuilah, ada izin dan ridha Allah di dalamnya. Izin dan ridha Allah itu bisa diraih melalui cara-cara yang sesuai dengan ridha-Nya, yang telah telah disyariatkan, bukan cara yang bathil.

Baca Juga

Dari Umar bin Khattab RA berkata, Nabi SAW bersabda: 

لو أنَّكم كنتُم توَكلونَ علَى اللهِ حقَّ توَكلِه لرزقتُم كما يرزقُ الطَّيرُ تغدو خماصًا وتروحُ بطانًا

"Seandainya kalian betul-betul bertawakal pada Allah, sungguh Allah akan memberikan kalian rezeki sebagaimana burung mendapatkan rezeki. Burung tersebut pergi pada pagi hari dalam keadaan lapar dan kembali sore harinya dalam keadaan kenyang." (HR Ahmad, Tirmidzi, dan Al Hakim).

Itulah jaminan Allah SWT kepada seluruh makhluk. Tugas kita adalah berusaha maksimal dan bertawakal. Tentu saja, jika kita berhasil mencapai salah satu tahapan dalam tujuan kehidupan, bukan berarti itu akhir atau puncaknya. Mesti diingat, akan ada tahapan berikutnya yang harus dilalui.

Ketercapaian suatu rencana dan keinginan bukanlah satu tujuan, melainkan sebuah ujian. Boleh jadi, di situlah ujian sesungguhnya. Kita harus mampu mensyukuri, menjalani, dan memenuhi sejumlah harapan yang menyertai keberhasilan itu dengan niat untuk meraih keridhaan-Nya. Allah SWT berfirman: 

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَشْرِي نَفْسَهُ ابْتِغَاءَ مَرْضَاتِ اللَّهِ ۗ وَاللَّهُ رَءُوفٌ بِالْعِبَادِ

"Dan di antara manusia ada yang mengorbankan dirinya untuk meraih keridhaan Allah. Dan Allah Mahapenyantun terhadap hamba-hamba-Nya," (QS al-Baqarah: 207).

Tak ada puncak kenikmatan hidup selain mendapatkan ridha-Nya. Rasulullah SAW bersabda: 

عن أبي سعيد الخدري قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم:  إن الله تعالى يقول لأهل الجنة: يا أهل الجنة، فيقولون: لبيك ربنا وسعديك، والخير كله في يديك، فيقول: هل رضيتم؟ فيقولون: وما لنا لا نرضى يا رب، وقد أعطيتنا ما لم تعط أحداً من خلقك؟ فيقول: ألا أعطيكم أفضل من ذلك؟ فيقولون: يا رب، وأي شيء أفضل من ذلك؟ فيقول: أحل عليكم رضواني فلا أسخط عليكم بعده أبداً

"Sesungguhnya Allah berfirman kepada penghuni surga: Hai penghuni surga! Mereka menjawab: Kami penuhi seruan-Mu wahai Tuhan kami, dan segala kebaikan ada di sisi-Mu. Allah melanjutkan: Apakah kalian sudah merasa puas? Mereka menjawab: Kami telah merasa puas wahai Tuhan kami, karena Engkau telah memberikan kami sesuatu yang tidak Engkau berikan kepada seorang pun dari makhluk-Mu. Allah bertanya lagi: Maukah kalian Aku berikan yang lebih baik lagi dari itu? Mereka menjawab: Wahai Tuhan kami, apa yang lebih baik dari itu? Allah menjawab: Akan Aku limpahkan keridaan-Ku atas kalian sehingga setelah itu Aku tidak akan murka kepada kalian untuk selamanya." (HR Muslim dari Abu Said Al-Khudri).

Dengan demikian, jangan sempitkan satu momen keberhasilan dengan sekadar perayan apalagi penuh hura-hura. Jadikan momen keberhasilan itu sebagai alat introspeksi, melakukan pengukuran ke dalam diri terkait dengan potensi dan kemampuan yang mungkin dilakukan untuk memenuhi harapan dan tujuan. Harapan di sini artinya harapan umum, bukan harapan pribadi atau golongan. 

Sebagai contoh, jika Anda lulus sekolah atau kuliah sebagai sebuah momentum keberhasilan, maka lakukanlah pengukuran ke dalam diri Anda tentang kemampuan yang sepadan dengan kelulusan itu sendiri. Di situlah makna syukur dari sebuah momentum keberhasilan, yaitu bukan capaian pada tahap keberhasilan itu, tetapi lihatlah proses sebelumnya dan apa yang akan dilakukan setelah momen itu diraih.

Dengan demikian, tak ada kata berhenti untuk belajar, berusaha dan bekerja secara terus menerus.  Mereka yang pandai bersyukur, pasti akan berikhtiar maksimal untuk bekerja keras, cerdas, tuntas, dan ikhlas dalam proses pascaperayaan keberhasilan.

Tidak akan ada capaian yang hilang, karena setiap capaian akan dipandang sebagai langkah awal baru bagi capaian berikutnya. Dengan demikian, bila kita merasa berhasil pada satu tahapan kehidupan, seyogianya kita segera menyiapkan diri untuk memenuhi kewajiban-kewajiban yang muncul dari capaian tersebut dan berusaha meningkatkan kemanfaatan bagi yang lainnya. 

sumber : Harian Republika

Silakan akses epaper Republika di sini Epaper Republika ...

Dalam Islam, ada tiga kunci sukses dalam menghadapi masalah di dunia menuju akhirat.

istimewa

Setiap kehidupan ada masalah, tantangan dan peluang agar untuk menyelesaikan masalah. Saat ini masalah Covid 19 masih belum reda, kita tidak tahu sampai kapan, karenanya itu untuk menyelesikan masalah tersebut kita yakin Allah memberikan kekuatan kepada orang beriman, berilmu dan beramal salah agar melakukan solusi melalui tiga hal.

Red: Hiru Muhammad

Amirsyah Tambunan

Sekjen MUI

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Setiap kehidupan, memiliki masalah juga tantangan. Namun, selalu ada peluang untuk menyelesaikan masalah tersebut. Saat ini, masalah Covid-19 masih belum reda dan kita tidak tahu sampai kapan. Karenanya, untuk menyelesikan masalah tersebut, kita yakin Allah memberikan kekuatan kepada orang beriman, berilmu, dan beramal saleh agar melakukan solusi melalui tiga hal.

Pertama, wajib melakukan ikhtiar,  karena Allah telah memberikan memampuan akal pikiran kepada manusia  menyelesaikan masalah yang sedang dan akan di hadapi. Ikhtiar menemukan vaksin yang halal dan baik (thayyib) tengah dilakukan.

Dalam Islam ada tiga kunci sukses  dalam menghadapi masalah di didunia menuju   akhirat. Hal ini sesuai  Risalah ajaran Nabi Muhammad, yaitu ikhtiar, doa, dan tawakal. Ulama sebagai pewaris dan pelanjut risalah yang di bawa  Nabi Muhammad SAW telah memandu dan melayani umat (khadimul ummah) agar ketiga hal ini dikerjakan secara bersamaan dan tidak dipisah menjadi bagian sendiri-sendiri.

Wajib Ikhtiar

Salah satu kewajiban umat beragama melakukan ikhtiar. Salah satu cara mencegah penularan Covid Covid 19, di manapun, kapan pun  kita harus terus menerus berikhtiar melaksanakan protokol kesehatan, jangan lalai agar terus melakukan 5 (lima) sehat 6 (enam) sempurna. Pertama, sering pakai masker. Kedua,  cuci tangan. Ketiga,  jaga jarak aman. Kbertawakal kepada Allah, eempat, olah raga teratur (termasuk istirahat yg cukup dan tidak panik),   kelima, makan yang halal dan baik (thayyib), keenam doa dan tawakkal kepada Allah. Kewajiban ikhtiar,  pada firman Allah berdasarkan Surat Ar-Ra’d Ayat 11

لَهُ مُعَقِّبَاتٌ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ يَحْفَظُونَهُ مِنْ أَمْرِ اللَّهِ ۗ إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ ۗ وَإِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِقَوْمٍ سُوءًا فَلَا مَرَدَّ لَهُ ۚ وَمَا لَهُمْ مِنْ دُونِهِ مِنْ وَالٍ

Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.

 Ayat tersebut mengisaratkan, pentingnya seseorang berusaha untuk membuat dirinya atau keadaan sekelilingnya lebih baik. Bahkan, Allah akan menunggu hingga orang tersebut mau berubah, baik cara berpikir maupun prilaku kearah yang positif. Beripikir negatif akan membuat diri manusia hanya akan suka menyalahkan. Karena itu, kenapa manusia apatis, bahkan prustasi  dalam mengahadapi masalah? Boleh jadi karena manusia malas berikhtiar.

Berdoa

Rasullah SAW memerintahkan agar berdoa penuh ikhlas,  kesungguhan dan tawaddu'.

Dalam  "Doa Menghilangkan Rasa Malas" terdapat doa Nabi Muhammad saw. yang memohon perlindungan Allah untuk dihindarkan dari empat hal: malas, pengecut, pikun, dan pelit. Doa yang dibaca Rasulullah adalah,

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الكَسَلِ وَالهَرَمِ، وَالمَأْثَمِ وَالمَغْرَمِ، وَمِنْ فِتْنَةِ القَبْرِ، وَعَذَابِ القَبْرِ، وَمِنْ فِتْنَةِ النَّارِ وَعَذَابِ النَّارِ، وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ الغِنَى، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الفَقْرِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الَمسِيحِ الدَّجَّال

“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan, rasa malas, rasa takut, kejelekan di waktu tua, dan sifat kikir. Dan aku juga berlindung kepada-Mu dari siksa kubur serta bencana kehidupan dan kematian.” [HR. Bukhari no. 6367 dan Muslim no. 2706].

 Dalam riwayat lain, Nabi Muhammad bersabda, "Barangsiapa yang pada waktu sore merasa lelah karena pekerjaan kedua tangannya (mencari nafkah) maka pada saat itu dosanya diampuni.” (H.R. Thabrani). Doa Setelah Usaha Ikhtiar atau usaha mestilah mendahului dua hal lain, yaitu doa dan tawakal. Jika seseorang hanya berdoa, tetapi belum berusaha, ia berarti tidak sepenuhnya hendak mengubah nasib.

 Sebaliknya, usaha tanpa doa berarti melupakan hakikat bahwa manusia tidak berkuasa atas apa pun, kecuali atas izin Allah.

Allah berfirman dalam Surah Al-Mukmin: 60,

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ ۚ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ

Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina".

Tawakkal

 Pentingnya berserah diri (tawakal) setelah berdoa, merupakan langkah yang wajib dilakukan agar berserah diri kepada Allah. Hal ini tidak terlepas dari pandangan Islam tentang kemutlakan Tuhan.

Seorang yang telah  berusaha di sertai berdoa, tidak lantas keinginannnya akan langsung terpenuhi saat itu juga. Jika Tuhan memiliki kehendak lain, maka keinginan orang tersebut tidak akan bermakna apa apa.

Sebaliknya, jika Tuhan sudah berkehendak, hal-hal yang awalnya sulit, akan berubah jadi mudah. Dalam Surah ath-Thalaq:2-3, Allah berfirman, "

 وَمَنْ يَّتَّقِ اللّٰهَ يَجْعَلْ لَّهٗ مَخْرَجًا ۙ  Barangsiapa bertakwa  kepada Allah niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya,

وَّيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُۗ وَمَنْ يَّتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ فَهُوَ حَسْبُهٗ ۗاِنَّ اللّٰهَ بَالِغُ اَمْرِهٖۗ قَدْ جَعَلَ اللّٰهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا Dia memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. Dan barangsiapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan-Nya.   Sungguh Allah Maha Kuasa  atas setiap sesuatu.

Dengan demikian manusia sebagai makhluk lemah, niscaya Allah memberiman kekuatan dengam beriman dan bertaqwa kepada Allah. saya mengajak agar teruslah melakukan ikhtiar, doa dan tawakkal kepada Allah semoga kita lulus dari ujian dalam menghadapi  musibah Covid 19.Aamin ya Allah

  • mui
  • penularan covid-19
  • bertawakal kepada Allah
  • perintah Allah