Makam yang ditemukan di leran gresik merupakan bukti masuknya islam ke indonesia merupakan makam *

Sejarah mencatat kepulauan Nusantara menjadi daerah penghasil rempah – rempah terkenal di dunia. Hal tersebut menjadikan bangsa asing tertarik untuk datang dan membeli rempah – rempah di Indonesia untuk selanjutnya dijual kembali di tempat mereka. Termasuk diantaranya pedagang Persia, Gujarat, dan Arab. Selain berdagang mereka juga menyebarkan agama Islam.Berikut ini adalah bukti – bukti masuknya Islam di Indonesia : 

a. Surat Raja Sriwijaya

Salah satu bukti baru tentang masuknya Islam di Indonesia dikemukakan oleh Prof. Dr. Azyumardi Asra dalam bukunya yang berjudul “Jaringan Islam Nusantara”. Dalam buku tersebut Azyumardi berpendapat bahwa Islam telah masuk di Indonesia pada masa kerajaan Sriwijaya. Hal tersebut dibuktikan dengan surat yang dikirim oleh Raja Sriwijaya kepada Umar bin Khattab yang berisi ucapan selamat kepada Umar bin Khatab atas terpilihnya ia sebagai pemimpin Islam menggantikan Abu Bakar.

Surat kedua didokumentasikan oleh Abd Rabbih (890-940) dalam karyanya Al-Iqdul Farid. Potongan surat tersebut berbunyi :
Dari Rajadiraja …..; yang adalah keturunan seribu raja…. Kepada Raja Arab yang tidak menyekutukan tuhan – tuhan yang lain dengan Tuhan. Saya telah mengirimkan kepada anda hadiah, yang sebenarnya merupakan hadiah yang tak begitu banyak, tetapi sekedar tanda persahabatan dan saya ingin anda mengirimkan kepada saya seseorang yang dapat mengajarkan Islam kepada saya dan menjelaskan kepada saya hukum – hukumnya.

b. Makam Fatimah binti Maimun

Ditemukan sebuah makam Islam di Leran, Gresik. Pada batu nisan di makam tersebut tertulis nama seorang wanita bernama Fatimah binti Maimun dengan angka tahun 1082. Dari penemuan tersebut sangat dimungkinkan bahwa Islam masuk di Indonesia sebelum 1082.

Makam yang ditemukan di leran gresik merupakan bukti masuknya islam ke indonesia merupakan makam *
Makam Fatimah Binti Maimun

c. Makam Sultan Malik Al-Saleh

Makam Sultan Malik Al-Saleh berangka tahun 1297 yang merupakan bukti bahwa Islam menyebar di Aceh pada abad XIII. Mengingat Malik Al-Saleh merupakan seorang Sultan, maka sangat dimungkinkan bahwa Islam masuk di Aceh jauh sebelum berdirinya Kesultanan Samudera Pasai.

Makam yang ditemukan di leran gresik merupakan bukti masuknya islam ke indonesia merupakan makam *
Makam Sultan Malik Al-Saleh

d. Cerita Marcopolo

Pada tahun 1092, seorang musafir yang berasal dari Venesia, Italia yang bernama Marco Polo sempat singgah di Perlak dan beberapa tempat di Aceh Utara. Marcopolo singgah dari perjalanannya menuju ke Cina. Ia menceritakan bahwa Islam telah masuk dan berkembang di Sumatera pada abad ke XI. Bahkan Islam berkembang sangat pesat di Jawa.

e. Cerita Ibnu Battuta

Pada tahun 1345, Ibnu Battuta singgah di Samudera Pasai. Ia menceritakan bahwa Sultan Samudera Pasai sangat baik terhadap ulama dan rakyatnya. Selain itu ia juga menceritakan bahwa Samudera Pasai merupakan kesultanan dagang yang sangat maju. Disana Ibnu Battuta bertemu dengan pedagang lain dari India, Cina dan para pedagang dari Jawa.

Menurut beberapa sejarawan, Islam baru masuk ke Indonesia pada abad ke 13 M yang dibawa oleh para pedagang muslim. Meskipun demikian, pendapat ini masih diperdebatkan. Setidaknya ada tiga teori yang menjelaskan proses masuknya Islam ke Indonesia yaitu teori Mekkah, Gujarat dan Persia.

Fatimah binti Maimun bin Hibatullah adalah seorang perempuan beragama Islam yang wafat pada hari Jumat, 7 Rajab 475 Hijriyah (2 Desember 1082 M).[1][2][3][4][5] Batu nisannya ditulis dalam bahasa Arab dengan huruf kaligrafi bergaya Kufi, serta merupakan nisan kubur Islam tertua yang ditemukan di Nusantara.[2][3][4] Makam tersebut berlokasi di desa Leran, Kecamatan Manyar, sekitar 5 km arah utara kota Gresik, Jawa Timur.[6]

Makam yang ditemukan di leran gresik merupakan bukti masuknya islam ke indonesia merupakan makam *

Makam Fatimah binti Maimun, di desa Leran, Manyar, Gresik. Cungkup makam berupa gedung tembok persegi dari batu kapur putih.

Ada perbedaan membaca angka tahun karena hurufnya tak jelas. Moquette berkesimpulan tahun 495 H atau 1102 M. Tapi Paul Ravaisse membacanya tahun 475 H atau 1082 M. Selisih Dua Puluh Tahun. Rupanya kesimpulan Ravaisse ini yang banyak dianut sejarawan Indonesia karena menunjukkan waktu lebih tua.[1]

Makam Fatimah binti Maimun ditemukan tahun 1911 dalam kondisi rusak parah. Temboknya berlubang dan atapnya sudah ambruk. Kemudian direnovasi oleh penulis Belanda yang juga pegawai pabrik gula Krembung Sidoarjo Jean Pierre Moquette dan peneliti Prancis Paul Ravaisse tahun 1920 hingga bentuknya yang sekarang.[1]

Temuan batu nisan tersebut merupakan salah satu data arkeologis yang berkenaan dengan keberadaan komunitas Muslim pertama di kawasan pantai utara Jawa Timur.[7] Gaya Kufi tersebut menunjukkan di antara pendatang di kawasan pantai tersebut, terdapat orang-orang yang berasal dari Timur Tengah dan bahwa mereka juga merupakan pedagang, sebab nisan kubur dengan gaya Kufi serupa juga ditemukan di Phanrang, Champa selatan.[7] Hubungan perdagangan Champa-Jawa Timur tersebut adalah bagian dari jalur perdagangan komunitas Muslim pantai pada abad ke-11 yang membentang di bagian selatan Cina, India, dan Timur Tengah.[7]

Ditinjau dari aspek toponim, nama-nama dusun sekitar makam Fatimah binti Maimun menunjukkan pada kekhususan wilayah pada masa silam. Toponim Wangen (tapal batas), Pasucian (tempat suci), Penganden (tempat kaum ningrat), Kuti (Vihara Buddha), dan Daha (kemerahan) menunjukkan kawasan sekitar kompleks makam adalah wilayah khusus berstatus sima yang bebas pajak dan dikeramatkan oleh masyarakat.[8]

Sumber tertulis tertua yang menulis legenda mengenai seorang putri dari Leran ialah Sajarah Banten, yang ditulis tahun 1662 atau 1663.[9] Disebutkan bahwa pada masa Islamisasi Jawa, seorang bernama Putri Suwari dari Leran ditunangkan dengan raja terakhir dari Majapahit.[9]

Moquette juga menyampaikan legenda setempat yang dicatatnya saat ia mengunjungi Leran, bahwa makam tersebut adalah kubur seorang putri raja bernama Putri Dewi Suwari, yang memainkan peranan penting di awal sejarah Islam di pulau Jawa. Putri tersebut dihubung-hubungkan dengan Maulana Malik Ibrahim (wafat 822 H/1419 M), seorang wali terkenal yang makamnya terdapat di kota Gresik, entah sebagai istrinya atau muridnya. Legenda tersebut tidak dapat diterima karena terdapat jarak 400 tahun antara kedua tokoh tersebut.[2][3]

Inskripsi nisan terdiri dari tujuh baris, berikut ini adalah bacaan J.P. Moquette yang diterjemahkan oleh Muh. Yamin, sbb.:[10]

  • Atas nama Tuhan Allah Yang Maha Penyayang dan Maha Pemurah
  • Tiap-tiap makhluk yang hidup di atas bumi itu adalah bersifat fana
  • Tetapi wajah Tuhan-mu yang bersemarak dan gemilang itu tetap kekal adanya
  • Inilah kuburan wanita yang menjadi kurban syahid bernama Fatimah binti Maimun
  • Putera Hibatu'llah yang berpulang pada hari Jumiyad ketika tujuh
  • Sudah berlewat bulan Rajab dan pada tahun 495[11]
  • Yang menjadi kemurahan Tuhan Allah Yang Maha Tinggi
  • Bersama pula Rasulnya Mulia

Baris 1 merupakan basmalah sedangkan baris 2-3 merupakan kutipan Surah Ar-Rahman ayat 25-26, yang umum dalam epitaf umat Muslim, terutama di Mesir.[12]

  1. ^ a b c "Makam Fatimah binti Maimun dan Misteri Sosoknya". Pwmu.co | Portal Berkemajuan. Diakses tanggal 2021-07-28. 
  2. ^ a b c Paul Ravaisse, L'inscription coufique de Léran à Java, TBG, 65, 1925, hlm. 668-703.
  3. ^ a b c J.P. Moquette, De oudste Moehammedaansche inscripte op Java (op de grafsteen te Leran), dalam Verhandelingen van het Eerste Congres voorde Taal-, Land- en Volkenkunde van Java gehouden te Solo, 25-26 December 1919, Weltevreden, 1919 (1921), hlm 291-399.
  4. ^ a b Epigrafi dan Sejarah Nusantara: Pilihan Karangan Louis-Charles Damais, Jakarta, École Française d'Extrême-Orient, 1995, hlm. 298.
  5. ^ M. Habib Mustopo, Kebudayaan Islam di Jawa Timur: kajian beberapa unsur budaya masa peralihan, Jendela, 2001.
  6. ^ Makam Fatimah Binti Maimun, www.eastjava.com, Copyrights © 1998-2012. Diakses 19 Mei 2012.
  7. ^ a b c Uka Tjandrasasmita, Arkeologi Islam Nusantara, Kepustakaan Populer Gramedia (KPG), Jakarta, 2010, ISBN 978-979-9102-12-6, hlm. 75-76.
  8. ^ Agus Sunyoto, Atlas Walisongo, Depok: Pustaka Iman, 2016
  9. ^ a b Hoesein Djajadiningrat, Critische beschouwing van de Sadjarah Banten. Bijdrage ter kenstelling van de Javaansche Geschiedschrijving, Haarlem, 1913; terjemahan Indonesia, Tinjauan Kritis tentang Sejarah Banten, Jakarta, 1983, hlm. 21, 274-278.
  10. ^ Muhammad Yamin, Tatanegara Madjapahit, Jajasan Prapantja, Djakarta: 1962. Ejaan disesuaikan dengan EYD.
  11. ^ Moquette membaca 495; sedangkan pembacaan oleh Ravaisse adalah 475, demikian pula sesuai pendapat Tjandrasasmita, Damais, Lombard, dll.
  12. ^ Claude Guillot & Ludvik Kalus, Inskripsi Islam tertua di Indonesia, Kepustakaan Populer Gramedia (KPG), Jakarta, 2008, ISBN 10: 979-910103-4, hlm. 21.

Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Fatimah_binti_Maimun&oldid=20792659"