Makalah prinsip dan ajaran Islam dalam ilmu kesehatan

ISLAM DAN KESEHATAN

Achmad Fuadi Husin

Abstrak: Islam merupakan agama yang mengatur seluruh aspek

kehidupan manusia, begitu juga dalam mengatur tatanan kehidupan

di bumi guna menuju kebahagiaan dunia dan akhirat. Salah satu

penunjang kebahagian tersebut adalah dengan memiliki tubuh yang

sehat, sehingga dengannya kita dapat beribadah dengan lebih baik

kepada Allah. Agama Islam sangat mengutamakan kesehatan (lahir

dan batin) dan menempatkannya sebagai kenikmatan kedua setelah

Iman. Kesehatan merupakan hak asasi manusia serta sesuatu yang

sesuai dengan fitrah manusia, maka Islam menegaskan perlunya

istiqomah serta memantapkan dirinya dengan menegakkan agama

Islam. Maka dari itu, sebagai hamba Allah Swt. hendaknya kita

selalu menjaga kesehatan tubuh kita. Karena dengan tubuh yang

sehat, jiwa menjadi kuat serta pikiran dan hati kita akan selamat

dari godaan syaitan yang dilaknat oleh Allah Swt.

Kata kunci: Islam, kesehatan, hak asasi manusia, jiwa.

Pendahuluan

Pada dasarnya setiap manusia menghendaki hidup dan kehidupan

yang sehat, tenang, tenteram dan bahagia, meskipun tidak selamanya

kemauan dan keinginan tersebut tercapai. Islam sebagai agama, sangat

memperhatikan keberadaan manusia, karena itulah Islam membentangkan

konsep yang sangat tegas tentang kehidupan yang sehat kepada manusia,

misalnya mengenai apakah hidup dan kehidupan itu serta kemana arah

tujuannya.

Islam merupakan agama yang mengatur seluruh aspek kehidupan

manusia, untuk mengatur kemakmuran di bumi guna menuju kebahagia-

an dunia dan akhirat. Salah satu penunjang kebahagian tersebut adalah

Penulis adalah mahasiswa Program Magister PAI Pascasarjana STAIN Pamekasan.

Islam dan Kesehatan

Islamuna Volume 1 Nomor 2 Desember 2014

dengan memiliki tubuh yang sehat, sehingga dengannya kita dapat ber-

ibadah dengan lebih baik kepada Allah. Agama Islam sangat mengutama-

kan kesehatan (lahir dan batin) dan menempatkannya sebagai kenikmatan

kedua setelah Iman. Selain itu, Islam sebagai agama yang sempurna dan

lengkap, telah menetapkan prinsip-prinsip dalam penjagaan keseimba-

ngan tubuh manusia. Di antara cara Islam dalam menjaga kesehatan ialah

dengan menjaga kebersihan dan melaksanakan syariat wudlu dan mandi

secara rutin setiap hari bagi setiap muslim.

Kesehatan adalah kata yang abstrak, pengertiannya sukar dirumus-

kan secara konkret. Pendekatan yang lebih mudah dalam memahami arti

lawan dari kesehatan itu sendiri. Lawan dari kesehatan adalah penyakit.

Penyakit adalah sesuatu pengertian yang mengandung: penyebab, gejala-

gejala atau sinitom penyakit, baik perubahan yang kelihatan pada tubuh

jasmaniah yang disebut tanda-tanda klinis maupun perubahan yang dite-

mukan pada laboratorium seperti perubahan susunan sel-sel darah merah,

gula darah, perubahan jumlah atau komponen kencing, kotoran, dan se-

terusnya.

Kesehatan merupakan salah satu faktor penting bagi kehidupan

manusia karena dengan kondisi sehat, manusia bisa beraktifitas dengan

nyaman dan banyak berbuat kebaikan dengan memberi manfaat kepada

sesama. Sementara manusia adalah makhluk yang kompleks yang terdiri

atas unsur fisik, psikis, sosial dan spiritual. Maka manakala seseorang

mengalami sakit tentunya harus dilakukan pemeriksaan dan penyem-

buhan secara menyeluruh.

Pepatah arab mengatakan: al-`aql al-salim fi

al-jism al-salim, wa al-jism al-salim fi al-`aql al-salim (akal yang waras

ada pada badan yang sehat dan badan yang sehat terdapat pada orang

yang bermoral akal yang waras).

Pepatah di atas menunjukkan bahwa ada korelasi antara sehat

secara fisik, psikis, sosial, dan spiritual. Di mana setiap unsur dalam diri

manusia saling mendukung terbentuknya manusia yang sehat secara utuh.

Manusia sehat ialah bukan manusia yang terbebas dari penyakit fisik saja

ataupun sebaliknya yaitu sehat dalam konteks psikisnya saja. Manusia

Kaelany HD, Islam dan Aspek-aspek Kemasyarakatan (Jakarta: Sinar Grafika Offset,

2005), 167.

Arman Yurisaldi Saleh, Berdzikir Untuk Kesehatan Saraf (Jakarta: Zaman, 2010), 17.

Achmad Fuadi Husin

Islamuna Volume 1 Nomor 2 Desember 2014

sehat ialah manusia yang sehat secara fisik, psikis, sosial, dan sehat spi-

ritualnya.

Pada hakikatnya manusia terdiri dari dua substansi, yaitu fisik dan

psikis. Substansi fisik sendiri adalah substansi material, tidak berdiri sen-

diri, tidak kekal dan berada dalam alam jasad, sedangkan substansi psikis

adalah substansi imaterial, berdiri sendiri tidak berbentuk komposisi,

mempunyai daya mengetahui dan menggerakkan, kekal dan berada di

dunia metafisik. Fisik dan psikis berhubungan ketika al-nufah memenuhi

syarat dengan jiwa yang kemudian keduanya berpisah bersamaan dengan

datangnya kematian. Dengan begitu kondisi fisik manusia adalah sebuah

media yang menjadikan manusia dapat berhubungan dengan manusia

lainnya di dunia dan juga sebagai modal kebaikan untuk bekal hidup di

akhirat.

Kesimpulannya, bahwa setiap manusia mendambakan sebuah

kehidupan yang sehat. Di mana dalam menjalankan kehidupan sehari-hari

mereka dapat beraktifitas dengan baik sesuai dengan kemampuan masing-

masing. Maka dari itu, penting bagi kita menjaga kesehatan tubuh,

kesehatan jiwa, dan kesehatan soaial kita.

Makna Kesehatan

Kesehatan berasal dari kata “sehat” yang ditransfer dari bahasa

Arab suhhah yang artinya sehat, tidak sakit, selamat.

Sedangkan menurut

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) sehat adalah keadaan baik se-

luruh badan serta bagian-bagiannya, bebas dari rasa sakit, waras.

UU No.

23 Tahun 1992 menyebutkan bahwa sehat adalah keadaan sejahtera dari

badan (jasmani), jiwa (rohani), dan sosial yang memungkinkan setiap

orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

Dari definisi tersebut

dapat dipilah-pilah bahwa sehat fisik adalah suatu keadaan di mana

bentuk fisik dan faalnya tidak mengalami gangguan sehingga memung-

Moh. Sholeh dan Imam Musbikin, Agama Sebagai Terapi (Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2005), 69.

Kaelany HD, Islam dan Aspek-aspek Kemasyarakatan, 167.

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa

(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2011), 1241.

Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP UPI, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, Bagian

IV: Pendidikan Lintas Bidang (Bandung: Imperial Bhakti Utama, 2007), 269.

Islam dan Kesehatan

Islamuna Volume 1 Nomor 2 Desember 2014

kinkan berkembangnya mental atau psikologis dan sosial untuk dapat

melaksanakan kegiatan sehari-hari dengan normal.

Sehat mental adalah suatu kondisi yang memungkinkan perkem-

bangan fisik, intelektual, emosional yang optimal dari seseorang dan

perkembangan itu berjalan selaras dengan keadaan orang lain. Sehat

sosial adalah perikehidupan dalam masyarakat, di mana perikehidupan ini

harus sedemikian rupa sehingga setiap warga negara mempunyai cukup

kemampuan untuk memelihara dan memajukan kehidupan sendiri serta

kehidupan keluarganya dalam masyarakat yang memungkinkannya be-

kerja, beristirahat dan menikmati hiburan pada waktunya.

Tidak jauh berbeda dengan apa yang disampaikan di atas, para

ahli juga berpendapat dalam mendefinisikan makna kesehatan di anta-

ranya:

1. WHO (Worid Health Oganization, 1947)

Sehat adalah memperbaiki kondisi manusia, baik jasmani, rohani

ataupun akal, sosial dan bukan semata-mata memberantas penyakit.

Dalam konsep sehat WHO tersebut diharapkan adanya keseimbangan

yang serasi dalam interaksi antara manusia dan makhluk hidup lain

dengan lingkungannya. Sebagai konsekuensi dari konsep WHO ter-

sebut, maka yang dikatakan manusia sehat adalah tidak sakit, tidak

cacat, tidak lemah, bahagia secara rohani, sejahtera secara sosial, dan

fit secara jasmani.

2. White (1977)

Sehat adalah keadaan di mana seseorang pada waktu diperiksa tidak

mempunyai keluhan apapun ataupun tidak terdapat tanda-tanda suatu

penyakit dan kelainan.

3. Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam musyawarah Nasional Ulama

tahun 1983 merumuskan kesehatan sebagai ketahanan „jasmaniah,

rohaniyah, dan sosial‟ yang dimiliki manusia sebagai karunia Allah

Wahit Iqbal Mubarak, Pengantar Keperawatan Komunitas 1 (Jakarta: CV. Sagung

Seto, 2005), 56.

Ahmad Syauqi Al-Fanjari, Nilai Kesehatan dalam Syariat Islam (Jakarta: Bumi Aksara,

1993), 4.

Mubarak, Pengantar Keperawatan, 56-57.

Ibid., 89.

Achmad Fuadi Husin

Islamuna Volume 1 Nomor 2 Desember 2014

yang wajib disyukuri dengan mengamalkan tuntunan-Nya, dan meme-

lihara serta mengembangkannya.

4. Perkins (1983)

Sehat adalah keadaan seimbang dan dinamis antara bentuk dan fungsi

tubuh dan memiliki berbagai faktor yang mempengaruhinya.

Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa yang

dimaksud sehat adalah suatu keadaan yang lengkap, baik fisik (jasmani)

ataupun nonfisik (jiwa/rohani), akal serta sosial yang memungkinkan

seseorang dapat melaksanakan aktifitas kehidupanya dengan baik.

Artinya, sehat di sini bukan semata-mata terbebas dari berbagai penyakit,

akan tetapi lebih menekankan tentang sehat secara jasmani, rohani, akal,

maupun sosialnya.

Macam-macam Kesehatan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kesehatan terbagi menjadi

tiga macam, di antaranya:

1. Kesehatan Jasmani

Yang dimaksud dengan sehat jamani adalah orang yang berda-

sarkan pemeriksaan fisik, laboratories dan radiologis, tidak terserang

penyakit atau tidak adanya kelainan-kelainan.

Jasmani sehat juga

termasuk indikasi hidup sehat alami. Cirinya antara lain persoalan

biologis dan fisiknya sehat. Biologis sehat jika jasmaninya sehat,

seperti pola makan dan kebiasaannya untuk mendukung kelangsungan

hidupnya (bukan hidup untuk makan), manajemen tidur dan istira-

hatnya untuk mengembalikan tenaga, pembuangan kotoran dari tubuh,

dan menjaga berat badan agar ideal. Fisik sehat jika jasmaninya sehat,

seperti menjaga pernafasan agar baik, jantung sehat, otot lentur de-

ngan gerak, dan tulang yang kuat dengan olahraga.

2. Kesehatan Jiwa (psikis)

M. Quraish Shihab, Wawasan al-Qur‟an (Bandung: Mizan, 1998), 182.

Maria Della Strada Balun. stradasilfarion.blogspot.com/.../ Pengertian Sehat Menurut

Para Ahli. Diakses tanggal 04 Mei 2014.

In‟amuzzahidin Masyhudi dan Nurul Wahyu Arvitasari, Berdzikir dan Sehat ala

Ustadz H. Hariyono: Menguak Pengobatan Penyakit dengan Terapi Dzikir (Semarang:

Syifa Press, 2006), 29.

Jumarodin dan Endang Sulistyowati, Pelatihan Metode Pengobatan Islam

(Yogyakarta: Diva Press, 2008), 239.

Islam dan Kesehatan

Islamuna Volume 1 Nomor 2 Desember 2014

Kesehatan psikis menurut Zakiah Derajat sebagaimana dikutip

oleh In‟amuzzahidin Masyhudi dan Nurul Wahyu Arvitasari adalah

terhindarnya seseorang dari gangguan-gangguan jiwa dan gejala-

gejala penyakit jiwa, yang mampu menyesuaikan diri, sanggup meng-

hadapi kesesuaian fungsi-fungsi jiwa (tidak ada konflik) dan merasa

bahwa dirinya berharga, berguna dan bahagia, serta dapat mengguna-

kan potensi yang ada padanya seoptimal mungkin.

Apabila psikologis (rohani) seseorang ingin sehat, maka orang

tersebut harus menjauhkan diri dari stres, cemas, khawatir, was-was,

gelisah hingga depresi dan putus asa. Orang yang psikisnya sehat

biasanya suka memaafkan, suka memberi, dan senang berkasih sa-

yang dengan sesama dan ketika bekerja dengan senang hati sehingga

ia merasa bahagia dalam dirinya.

3. Kesehatan Masyarakat

Kesehatan masyarakat adalah upaya-upaya untuk mengatasi

masalah sanitasi yang mengganggu kesehatan. Kegiatan yang meno-

pang terwujudnya kesehatan masyarakat antara lain meliputi:

a. Kebersihan pakaian

Seorang muslim hendaknya memiliki pola hidup yang

bersih dan menjadi mujahid yang gigih dalam mewujudkan pri-

badi yang bersih terutama tentang kebersihan pakaian seperti yang

disebutkan dalam Q.S. al-Muddaṡṡir: 1-7. Bersih dari najis meru-

pakan syarat sah amal terutama saat salat.

Istilah al-aharah (kesucian) di dalam al-Qur‟an memiliki

cakupan makna yang luas dan mendalam, tidak hanya meliputi

kebersihan fisik, seperti badan, pakaian, rumah ibadah, air ma-

kanan, minuman tapi juga berkaitan dengan kesucian jiwa.

Apabila lingkungan hidup menjadi sehat; semangat dan motivasi

kerja menjadi tinggi. Jika kebersihan lingkungan tersebut dipa-

dukan dengan kebersihan batin maka manusia akan merasakan

kebahagiaan lahir dan batin.

In‟amuzzahidin Masyhudi dan Nurul Wahyu Arvitasari, Berdzikir dan Sehat ala

Ustadz H. Hariyono, 29.

Jumarodin dan Endang Sulistyowati, Pelatihan Metode Pengobatan Islam, 240.

Departemen Agama RI, Kesehatan dalam Perspektif al-Qur‟an: Tafsir al-Qur‟an

Tematik (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur‟an, 2009), 373.

Achmad Fuadi Husin

Islamuna Volume 1 Nomor 2 Desember 2014

b. Kualitas makanan

Al-Qur‟an menekankan bahwa makanan itu harus meme-

nuhi kualifikasi alālan ayyiban (halal dan baik). Makanan ha-

ram adalah makanan yang dilarang oleh agama pemakannya, se-

perti babi, bangkai, darah ataupun makanan yang tidak diijinkan

oleh pemiliknya untuk dimakan. Sementara halal adalah kebali-

kannya. Sementara ayyiban adalah makanan yang tidak mengan-

dung zat berbahaya dan bisa mendatangkan dan menjamin kese-

hatan.

c. Memberi ASI (Air Susu Ibu) yang sempurna pada balita

Al-Qur‟an surat al-Baqarah ayat 233 menganjurkan kepada

para ibu yang mempunyai balita agar memberi ASI secara

sempurna kepada si anak selama dua tahun berturut-turut. Anjuran

itu mengandung hikmah bagi kesehatan si anak sekaligus untuk

mengembangkan anak-anak yang sehat, membina generasi muda

yang kuat dan mengembangkan sumber daya manusia yang

berkualitas. ASI merupakan makanan yang terbaik bagi bayi

karena di dalamnya mengandung semua zat gizi yang diperlukan

bayi serta mengandung zat kekebalan yang melindungi bayi dari

berbagai kuman penyakit.

d. Perbaikan kualitas dan sistem sanitasi

Sanitasi adalah perilaku disengaja dalam pembudayaan hi-

dup bersih dengan maksud mencegah manusia bersentuhan lang-

sung dengan kotoran dan bahan buangan berbahaya lainnya

dengan harapan usaha ini dapat meningkatkan kesehatan manusia.

Sanitasi berhubungan erat dengan upaya penyehatan lingkungan,

pengelolaan limbah, sampah, dan penataan saluran dan buangan

air di lingkungan tempat tinggal.

Selain itu, jika seseorang ingin sehat kondisi sosialnya,

maka orang tersebut harus menjalin tali silaturrahmi yang baik

dengan keluarganya, tetangganya, masyarakatnya, rekan kerjanya

dan alam sekitarnya, serta berpenampilan apa adanya, wajar dan

tidak berlebihan. Kehidupan sehari-hari dijalani sesuai dengan

Ibid., 378.

Ibid., 382.

Ibid., 384.

Islam dan Kesehatan

Islamuna Volume 1 Nomor 2 Desember 2014

norma dan nilai sosial yang dianut oleh masyarakat dalam ling-

kungannya.

Pandangan Islam tentang Kesehatan

Islam sangat memperhatikan soal kesehatan dengan cara antara

lain mengajak dan menganjurkan untuk menjaga dan mempertahankan

kesehatan yang telah dimiliki setiap orang. Anjuran menjaga kesehatan

itu bisa dilakukan dengan tindakan preventif (pencegahan) dan represif

(pelenyapan penyakit atau pengobatan). Secara preventif, perhatian Islam

terhadap kesehatan ini bisa dilihat dari anjuran sungguh-sungguh terhadap

pemeliharaan kebersihan.

Rasulullah saw bersabda:





Artinya: Dari Ibnu „Abbās ra berkata bahwa Nabi Muhammad Saw

bersabda:‟Banyak manusia merugi karena dua nikmat; kesehatan dan

waktu luang. (H.R. Bukhari).

Dalam keterangan hadits yang lain, Rasulullah saw bersabda:







Artinya: “Rasulullah Saw berdo‟a: Ya Allah saya berlindung kepada-Mu

dari kehilangan nikmat karunia-Mu, dari perubahan kesehatan yang te-

lah Engkau berikan, mendadaknya balasan-Mu, dan dari segala kemur-

kaan-Mu". (HR. Muslim)

Berdasarkan pemaparan hadits di atas, terdapat dua kenikmatan

yang telah dikaruniakan Allah Swt kepada hamba-Nya dan sering

dilupakan oleh manusia yaitu nikmat sehat dan nikmat waktu luang.

Sungguh sangat merugi seseorang hamba Allah Swt, ketika tidak

mensyukuri atas apa yang telah Allah berikan kepadanya. Maka dari itu,

Kaelany HD, Islam dan Aspek-aspek Kemasyarakatan, 169.

Abu Abdillah Muhammad ibn Ismail al-Bukhārī, Ṣaḥīḥ Bukhārī (Mesir: Maktabah

„Ibad al-Rahman, 2008), 771.

M. Said, Hadist Budi Luhur 101 (Surabaya: Putra al-Ma‟arif, 2002), 66.

Achmad Fuadi Husin

Islamuna Volume 1 Nomor 2 Desember 2014

sepatutnyalah kita bersyukur kepada Allah Swt, karena masih diberi nik-

mat sehat dan nikmat waktu senggang. Dari hadits ini, kita dapat

mengambil mau`idhah untuk senantiasa menjaga kesehatan kita, sehingga

kita dapat melaksanakan perintah Allah dengan sebaik-baiknya dan

menjauhi apa yang dilarang oleh Allah sesuai dengan ketentuan yang

telah Allah tetapka dalam al-Qur‟an dan al-Hadits. Selain itu, kita juga

dituntut untuk selalu memanfaatkan waktu luang dalam hal kebaikan.

Salah satunya dengan selalu berdzikir kepada Allah dan selalu ber-

istighfar (mohon ampunan) kepada-Nya.

Dalam keseharian, kita sering kali mengucapkan atau mendengar

kata sehat wal`afiat yang mana Quraish Shihab dalam bukunya Wawasan

al-Qur‟an menjelaskan kata „afiat‟ dalam bahasa Arab, diartikan sebagai

perlindungan Tuhan untuk hamba-Nya dari segala macam bencana dan

tipu daya. Perlindungan itu tentunya hanya dapat diperoleh orang yang

mengindahkan petunjuk-Nya. Kerena itu kata `afiat juga bisa bermakna

sebagai berfungsinya anggota tubuh manusia sesuai dengan tujuan pen-

ciptaannya. Sementara sehat diartikan sebagai keadaan baik bagi segenap

anggota badan.

Sebagai umat Islam, tentunya kita menjadikan al-Qur‟an sebagai

pedoman utama dalam menjalani segala aspek kehidupan. Di dalam al-

Qur‟an terdapat begitu banyak ayat yang memerintahkan kita untuk

berpikir, membaca dan merenungkan ayat-ayat serta segala sesuatu yang

ada di sekitar kita, karena semuanya merupakan tanda-tanda kekuasaan

Allah Swt. Akan tetapi, tidak semua orang dapat mengetahui dan memi-

kirkan kekuasaan dan kebesaran Allah karena di hati mereka terdapat

penyakit seperti yang telah disebutkan dalam ayat berikut:

    

Artinya:” Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakit-

nya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta”.

Al-Qur‟an menyebutkan macam-macam penyakit hati yang me-

nimpa manusia. Selain itu, ia juga telah mengajarkan kepada manusia

agar tetap melestarikan lingkungan dan menjaga kebersihan tempat

tinggal supaya tidak menjadi sarang kuman dan bakteri. Al-Qur‟an juga

Departemen Agama Republik Indonesia, al-Qur‟an dan Terjemahnya, 3.

Islam dan Kesehatan

Islamuna Volume 1 Nomor 2 Desember 2014

menghimbau untuk menjauhi makanan dan minuman yang mengandung

penyakit dan ia juga memberitahu tata cara mengobati diri kita ketika

sakit.

Mengingat al-Qur‟an membantu manusia di bidang ini sehingga

al-Qur‟an menyebut dirinya sebagai “penyembuh penyakit”, yang oleh

kaum muslimin diartikan sebagai petunjuk yang akan membawa manusia

kepada kesehatan spiritual, psikologis .dan fisik.

Meskipun al-Qur‟an bukanlah buku kesehatan, akan tetapi al-

Qur‟an adalah kitab petunjuk bagi manusia agar selamat baik di dunia

maupun di akhirat dan salah satu petunjuk itu adalah petunjuk untuk

menjalani hidup sehat sehingga bisa beraktivitas dan menjalankan ibadah

dengan benar.

Dalam al-Qur‟an disebutkan bahwa al-Qur‟an adalah syifā‟, yang

salah satunya terdapat pada Q.S. al-Isrā‟:

    

Artinya: “Dan kami turunkan dari al Quran suatu yang menjadi

penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan al-Quran itu

tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.

Ayat lainnya yang menyebutkan kata syifā dalam al-Qur‟an yaitu

Q.S. Yūnus: 57, at-Taubah : 14, an-Nal: 69, al-Syu‟arā‟: 80, Ali `Imrān:

103, al-Taubah: 109 dan Fuṣṣilat: 44. Sebagian ulama menafsirkan ayat-ayat

syifātersebut sebagai obat bagi kesehatan rohani saja, akan tetapi ada juga

ulama yang berpendapat bahwa al-Qur‟an tidak hanya dapat digunakan

sebagai obat bagi kesehatan rohani saja tapi juga dapat digunakan sebagai

obat bagi kesehatan jasmani, kecuali pada Q.S. Ali `Imrān: 103 dan al-

Taubah: 109 yang bermakna pinggir atau tepi yang mendekat kepada

kejatuhan.

Kondisi jasmani manusia sangatlah penting selama manusia masih

hidup di dunia karena jasmani merupakan modal yang diberikan oleh

Allah kepada manusia agar dapat menjalankan tugasnya sebagai khalifah

di muka bumi ini dan juga agar manusia dapat berinteraksi dengan

Abdul Mun‟im Qindil, Al-Qur‟an Obat Paling Dahsyat: Mengungkap Secara Medis

Keajaiban Kesehatan & Pengobatan al-Qur‟an (Pasuruan: Hilal Pustaka,1429 H), 2.

Mustamir Pedak, Qur‟anic Super Healing (Semarang: Pustaka Nuun, 2010), 41.

Departemen Agama Republik Indonesia, al-Qur‟an dan Terjemahnya, 396.

Badan Litbang dan Diklat Departemen Agama RI, Kesehatan Dalam Perspektif al-

Qur‟an (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur‟an, 2009), 302.

Achmad Fuadi Husin

Islamuna Volume 1 Nomor 2 Desember 2014

manusia lainnya. Beberapa ayat yang menerangkan pentingnya kesehatan

jasmani bagi manusia, yaitu:  

Artinya: Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: "Ya bapakku

ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), Karena Sesungguh-

nya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita)

ialah orang yang Kuat lagi dapat dipercaya".

Kekuatan yang dimaksud dalam ayat di atas adalah kekuatan

dalam berbagai bidang. Selanjutnya kepercayaan yang dimaksud adalah

integritas pribadi yang menuntut adanya sifat amanah sehingga tidak

merasa bahwa apa yang ada di genggamannya adalah milik pribadi tetapi

milik pemberi amanat yang harus dipelihara dan bila diminta kembali

maka harus dengan rela mengembalikannya. Tidaklah mudah menemukan

orang yang memiliki kedua sifat tersebut. Jauh sebelum kita Umar telah

pernah mengeluh dan mengadu kepada Allah, “Ya Allah, aku mengadu

kepada-Mu tentang kekuatan si Fajir (pendurhaka) dan kelemahan orang-

orang yang kupercayai.

Selain ayat di atas, terdapat juga ayat yang lain yang menjelaskna

tentang kesehatan jasmani, yaitu Q.S al-Anfal/8: 60.

  

  

  

Artinya:Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja

yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang

(yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan

musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu tidak mengetahui-

nya; sedang Allah mengetahuinya. apa saja yang kamu nafkahkan pada

Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur‟an dan Terjemahannya, 547.

M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah , Vol. 10 ( Jakarta: Lentera Hati, 2002), 334.

Islam dan Kesehatan

Islamuna Volume 1 Nomor 2 Desember 2014

jalan Allah niscaya akan dibalasi dengan cukup kepadamu dan kamu

tidak akan dianiaya (dirugikan).

Ayat ini memberi kesan bahwa kaum muslimin tidak boleh ber-

pangku tangan disebabkan ayat sebelumnya yang menjelaskan bahwa

Allah tidak akan membiarkan musuhnya lolos dan akan menyiksa me-

reka. Dan di samping memporak-porandakan yang telah berkhianat serta

membatalkan perjanjian yang dijalin dengan siapa yang dikhawatirkan

akan berkhianat, kamu juga harus memperhatikan hukum sebab akibat,

karena itu siapkanlah untuk menghadapi mereka yakni musuh-musuh

kamu atas apa yang kamu mampu menyiapkannya dari kekuatan apa saja

dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk persiapan perang.

Perintah mempersiapkan kekuatan ditafsirkan oleh Nabi Saw.

dengan panah dan keterampilan memanah (HR. Muslim melalui „Uqbah

Ibnu „Amir). Penafsiran ini diangkat Nabi sesuai dengan kondisi dan

masa beliau. Karena itu sekian banyak ulama memahami kata tersebut

dalam arti yang berbeda tanpa menolak penafsiran Nabi. Ada juga yang

berpendapat bahwa yang dimaksud adalah benteng ketahanan, segala

sarana dan prasarana serta pengetahuan untuk mempertahankan nilai-nilai

Ilahi. Semua itu harus disesuaikan dengan perkembangan ilmu dan kema-

juan zaman.

Menurut Ahmad Musthafa al-Maraghiy, ayat ini menjelaskan

bahwa Allah memerintahkan kepada kaum mu‟minin untuk mengadakan

persiapan perang yang mesti dilakukan demi menghindarkan serangan

musuh, melindungi jiwa, kebenaran dan keutamaan. Persiapan seperti ini

akan berbeda-beda sesuai dengan perbedaan zaman dan tempat.

Firman Allah Swt dalam Q.S al-Baqarah ayat 247:





Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur‟an dan Terjemahannya, 249.

M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, Vol. 5, 485.

Ahmad Musthafa al-Maraghiy, Tafsir al-Maraghiy jilid 10 (Semarang: Toha Putra,

1993), 38.

Achmad Fuadi Husin

Islamuna Volume 1 Nomor 2 Desember 2014



 

Artinya: “Nabi mereka mengatakan kepada mereka: "Sesungguhnya

Allah Telah mengangkat Thalut menjadi rajamu." mereka menjawab:

"Bagaimana Thalut memerintah kami, padahal kami lebih berhak me-

ngendalikan pemerintahan daripadanya, sedang diapun tidak diberi

kekayaan yang cukup banyak?" nabi (mereka) berkata: "Sesungguhnya

Allah Telah memilih rajamu dan menganugerahinya ilmu yang luas dan

tubuh yang perkasa." Allah memberikan pemerintahan kepada siapa yang

dikehendaki-Nya. dan Allah Maha luas pemberian-Nya lagi Maha

Mengetahui.

Ayat di atas menerangkan bahwa Nabi mereka berkata, sesung-

guhnya Allah memilih Talut sebagai raja mereka, karena ia memiliki

beberapa keistimewaan:

1. Bakat secara fitrah yang terdapat pada dirinya, merupakan syarat

utama seorang menjadi raja. Kerena ia terpilih menduduki jabatan ini.

2. Ia berilmu luas,sehingga menjadikan kemungkinan bagi dirinya me-

ngatur tatanan kerajaan yang dipegangnya. Dengan ilmunya itu ia

mengatahui titik kelemahan dan potensi kekuatan yang ada dalam

tubuh umatnya. Dengan demikian ia dapat mengatur kesemuanya itu

dengan kematangan pikirannya.

3. Bertubuh kekar dan sehat,yang merupakan pertanda kesehatan piki-

rannya. Dalam pepatah dikatakan, “akal yang sehat terdapat pada

tubuh yang sehat”. Dengan kekekaran dan kesehatan tubuhnya itu,

memungkainkan bagi dirinya melakukan bela diri sehingga dapat me-

mengaruhi orang lain dan dihormati.

4. Ia berada dalam pertolongan taufik Allah sehingga dengan mudah ia

dapat mengadaptasikan dirinya sebagai seorang raja tanpa adanya

kesusahan.

Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur‟an dan Terjemahannya, 50.

Ahmad Musthafa al-Maraghiy, Tafsir al-Maraghiy jilid 2 (Semarang: Toha Putra,

1993), 375.

Islam dan Kesehatan

Islamuna Volume 1 Nomor 2 Desember 2014

Penutup

Islam memiliki perbedaan yang nyata dengan agama-agama lain

di muka bumi ini. Islam sebagai agama yang sempurna tidak hanya

mengatur hubungan manusia dengan Sang Khalik-nya (hablum minallah)

atau hubungan manusia dengan manusia (hablum minannas), namun

Islam memiliki aturan dan tuntunan yang bersifat komprehensif, har-

monis, jelas, dan logis. Salah satu kelebihan Islam dalam mengatur kehi-

dupan manusia adalah perihal perspektif Islam dalam mengajarkan kese-

hatan bagi individu maupun masyarakat.

Pentingnya sebuah kesehatan bagi manusia dalam melaksanakan

aktifitas sehari-hari termasuk yang paling utama adalah melaksanakan

ibadah lima waktu sesuai dengan tuntutan dan tuntunan Islam, menem-

patkan kesehatan sebagai salah satu kenikmatan yang telah di anuge-

rahkan Allah Swt. selain kenikmatan iman dan islam.

UU No. 23 Tahun 1992 menetapkan sehat sebagai keadaan sejah-

tera dari badan (jasmani), jiwa (rohani), dan sosial yang memungkinkan

setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Artinya, bahwa

jika manusia menginginkan kehidupan yang harmonis, kaya sosial dan

kaya secara ekonomi, maka hal itu dapat dibentuk melalui pola kehidupan

yang sehat.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kesehatan terbagi menjadi

tiga macam; kesehatan jasmani, kesehatan jiwa (psikis), dan kesehatan

masyarakat. Ketiga macam kesehatan ini, hendaknya dijaga dengan

sebaik mungkin. Sehingga nantinya tercipta sebuah kehidupan yang kita

idam-idamkan bersama, yakni kebahagiaan dunia, dan kebahagiaan

akhirat. Sebagaiman do‟a yang sering dipanjatkan oleh hamba Allah Swt.

setelah salat lima waktu:



Artinya: “Ya tuhan kami berikanlah kami kebahagiaan di dunia dan

kebahagiaan di akhirat serta jauhkanlah kami dari siksa api neraka”.

Do‟a yang dikenal dengan istilah do‟a sapu jagat ini, menjelaskan

kepada kita bahwa setiap manusia menginginkan kehidupan yang baha-

gia, apakah itu kebahagiaan di dunia, ataupun kebahagiaan di alam

akhirat nanti. Tentunya hal itu, tidaklah sangat mudah bagi kita untuk

Achmad Fuadi Husin

Islamuna Volume 1 Nomor 2 Desember 2014

mencapainya, karena perlu sebuah niat keikhlasan dan kesabaran dalam

menjalankan hidup ini dalam rangka mengharap ridha Allah Swt.

Sebagai hamba Allah Swt. yang beriman dan bertakwa, hen-

daknya kita menjalankan ibadah kepada Allah Swt. dengan penuh ke-

khuysu‟kan serta aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari. Dan pastinya

hal itu, tidak akan dapat terlaksana tanpa kesehatan diri kita yang meliputi

sehat jasmani, sehat rohani (psikis), dan sehat sosial. ***

Daftar Pustaka

Al-Fanjari, Ahmad Syauqi. Nilai Kesehatan Dalam Syariat Islam.

Jakarta: Bumi Aksara, 1993.

Badan Litbang dan Diklat Departemen Agama RI. Kesehatan Dalam

Perspektif al-Qur‟an, Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf al-

Qur‟an, 2009.

Departemen Agama RI. Kesehatan Dalam Perspektif al-Qur‟an; Tafsir

Al-qur‟an Tematik. Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur‟an,

2009.

Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat

Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2011.

HD, Kaelany. Islam dan Aspek-aspek Kemasyarakatan. Jakarta: Sinar

Grafika Offset, 2005.

Jumarodin, dkk. Pelatihan Metode Pengobatan Islam. Yogyakarta: Diva

Press, 2008.

Maria Della Strada Balun. stradasilfarion.blogspot.com/.../. Pengertian

Sehat Menurut Para Ahli. Diakses tanggal 04 mei 2014.

Masyhudi, In‟amuzzahidin. dkk. Berdzikir dan Sehat ala Ustadz H.

Hariyono: Menguak Pengobatan Penyakit dengan Terapi Dzikir.

Semarang: Syifa Press, 2006.

Mubarak, Wahit Iqbal. Pengantar Keperawatan Komunitas 1. Jakarta:

CV. Sagung Seto, 2005.

Islam dan Kesehatan

Islamuna Volume 1 Nomor 2 Desember 2014

Muhammad ibn Ismail al-Bukhārī, Abu Abdillah. Ṣaḥīḥ Bukhārī. Mesir:

Maktabah „Ibad al Rahman, 2008.

Musthafa al-Maraghiy, Ahmad. Tafsir al-Maraghiy jilid 10. Semarang:

Toha Putra, 1993.

_____. Tafsir al-Maraghiy jilid 2. Semarang: Toha Putra, 1993.

Pedak, Mustamir. Qur‟anic Super Healing. Semarang: Pustaka Nuun,

2010.

Qindil, Abdul Mun‟im. al-Qur‟an Obat Paling Dahsyat; Mengungkap

Secara Medis Keajaiban Kesehatan & Pengobatan al-Qur‟an.

Pasuruan: Hilal Pustaka, 1429 H.

Said, M. Hadist Budi Luhur 101. Surabaya: Putra al-Ma‟arif, 2002.

Shihab, M. Quraish. Wawasan al-Qur‟an. Bandung: Mizan, 1998.

_____. Tafsir al-Misbah, Vol. 10. Jakarta: Lentera Hati, 2002.

Sholeh, Moh. dkk. Agama Sebagai Terapi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

2005.

Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP UPI. Ilmu dan Aplikasi

Pendidikan, Bagian IV: Pendidikan Lintas Bidang. Bandung:

Imperial Bhakti Utama, 2007.

Yurisaldi Saleh, Arman. Berdzikir Untuk Kesehatan Saraf. Jakarta:

Zaman, 2010.