Pada tahun 1808-1810, Gubernur Hindia Jenderal Belanda menyerang Banten akibat Sultan menolak permintaan Hindia Belanda untuk memindahkan ibu kota Banten ke Anyer. Pada akhirnya, tahun 1813 Kesultanan Banten mengalami kemunduran setelah dikalahkan Inggris.
Kejayaan Kesultanan Banten Kesultanan Banten mencapai kejayaan di masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa (1651-1682). Saat itu, Banten membangun armada dengan contoh Eropa serta memberi upah kepada pekerja Eropa. Namun, Sultan Ageng Tirtayasa sangat menentang Belanda yang terbentuk dalam VOC dan berusaha keluar dari tekanan VOC yang telah memblokade kapal dagang menuju Banten. Selain itu, Banten juga melakukan monopoli lada di Lampung yang menjadi perantara perdagangan dengan negara-negara lain sehingga Banten menjadi wilayah yang multi etnis dan perdagangannya berkembang dengan pesat.Kemunduran Kesultanan Banten Kesultanan Banten mengalami kemunduran berawal dari perselisihan antara Sultan Ageng dengan putranya, Sultan Haji atas dasar perebutan kekuasaan. Situasi ini dimanfaatkan VOC dengan memihak kepada Sultan Haji. Kemudian, Sultan Ageng bersama dua putranya yang lain bernama Pangeran Purbaya dan Syekh Yusuf terpaksa mundur dan pergi ke arah pedalaman Sunda. Namun, pada 14 Maret 1683 Sultan Ageng berhasil ditangkap dan ditahan di Batavia. Dilanjutkan pada 14 Desember 1683, Syekh Yusuf juga berhasil ditawan oleh VOC dan Pangeran Purbaya akhirnya menyerahkan diri.Atas kemenangannya tersebut, Sultan Haji memberikan balasan kepada VOC berupa penyerahan Lampung tahun 1682. Pada 22 Agustus 1682 terdapat surat perjanjian bahwa hak monopoli perdagangan lada Lampung jatuh ke tangan VOC. Sultan Haji meninggal pada tahun 1687. Setelah itu, VOC menguasai Banten sehingga pengangkatan Sultan Banten harus mendapat persetujuan Gubernur Jenderal Hindia Belanda di Batavia. Terpilihlah Sultan Abu Fadhil Muhammad Yahya sebagai pengganti Sultan Haji kemudian digantikan oleh Sultan Abul Mahasin Muhammad Zainul Abidin.Pada tahun 1808-1810, Gubernur Hindia Jenderal Belanda menyerang Banten pada masa pemerintahan Sultan Muhammad bin Muhammad Muhyiddin Zainussalihin. Penyerangan tersebut akibat Sultan menolak permintaan Hindia Belanda untuk memindahkan ibu kota Banten ke Anyer. Pada akhirnya, tahun 1813 Kesultanan Banten mengalami kemunduran setelah dikalahkan Inggris. (as/rs)
SuaraJogja.id - Kerajaan Banten merupakan sebuah kerajaan Islam di Provinsi Banten. Berikut sejarah kerajaan Banten selengkapnya di artikel ini. Pada awalnya kawasan Banten juga dikenal dengan Banten Girang merupakan bagian dari Kerajaan Sunda. Kerajaan ini memiliki hubungan erat dengan Kesultanan Cirebon dan Kesultanan Demak. Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah, Sultan Cirebon kedua adalah ayah dari Maulana Hasanuddin. Kedatangan pasukan Kerajaan Demak di bawah pimpinan Maulana Hasanuddin ke kawasan tersebut selain untuk perluasan wilayah juga sekaligus penyebaran dakwah Islam. Ia menjadi pemimpin pertama Kerajaan Banten yang memerintah pada 1522 sampai dengan 1570. Letak dan Pendirian Kerajaan Baca Juga: Prakiraan Cuaca BMKG Pelabuhan Merak dan Daerah Pesisir Banten 17 Oktober 2021 Kerajaan Banten ini pusat kekuasaannya diperkirakan terletak di pantai utara, lebih tepatnya dekat dengan Cilegon dan Pelabuhan Merak saat ini. Kerajaan ini ada di wilayah Banten pada bagian paling ujung Pulau Jawa. Pada awalnya wilayah dari Kesultanan Banten masuk ke dalam kekuasaan Kerajaan Sunda. Kerajaan Banten didirikan oleh Maulana Hasanudin, putra dari Syarif Hidayatullah, Sultan Cirebon. Selain mulai membangun benteng pertahanan di Banten, Maulana Hasanuddin juga melanjutkan perluasan kekuasaan ke kawasan penghasil lada di Lampung. Ia berperan dalam penyebaran Islam di kawasan ini. Selain itu, ia juga telah memainkan kontak dagang dengan raja Malangkabu (Minangkabau, Kerajaan Inderapura), Sultan Munawar Syah dan dianugerahi keris oleh raja tersebut. Seiring dengan kemunduran Kerajaan Demak terutama setelah meninggalnya Sultan Trenggana, Banten mulai melepaskan diri dan menjadi kerajaan yang dapat berdiri sendiri. Maulana Yusuf anak dari Maulana Hasanuddin, naik tahta pada 1570 melanjutkan ekspansi Banten ke kawasan pedalaman Sunda dengan menaklukkan Pakuan Pajajaran pada 1579. Ia lalu digantikan anaknya Maulana Muhammad yang mencoba menguasai Palembang pada 1596 sebagai bagian dari usaha Banten dalam mempersempit pergerakan Portugis di Nusantara. Sayang, ia gagal dan meninggal dalam penaklukkan tersebut. Baca Juga: Prakiraan Cuaca BMKG 17 Oktober 2021 Tangerang Banten Selanjutnya pada masa Pangeran Ratu, anak Maulana Muhammad, mulai secara intensif memainkan hubungan diplomasi. Ia mengirim surat untuk Raja Inggris, James I pada 1605 dan pada 1629 untuk Charles I. Kegiatan menambah nilai guna suatu barang dan jasa disebut dengan kegiatan… A. daur ulang B. distribusi C. konsumsi D. produksi Salah satu kelemahan historiografi kolonial adalaha. dari isi penulisannya, raja dianggap memiliki kekuatan gaib (sakti). b. penulisan bertujuan mengh … nabi Muhammad SAW mengetahui ancaman kafir quraisy ketika ke yastrib dengan cara...minimal 3 contoh 24. Salah satu pengaruh revolusi Amerika ialah berkembangnya sistem demokrasi. Pelaksanaan dari sistem demokrasi ini dapat terlihat dari.... A Rakyat … Seni musik dapat menjadi media dalam menggelorakan rasa kebangsaan ketika masa kolonialisme belanda di tanah air. jelaskan kiprah ismail marzuki sebag … 16. Perhatikan keterangan dibawah ini ! 1) Seorang tokoh muslim yang lahir di Iran pada tahun 1838. 2) Ketikamengajardi Mesir dan Iran ia memberikan p … Sifat kedaerahan organisasi pemuda lambat laun mulai menghilang ketika pada tgl 27-28 oktober 1928 tercipta suatu ikrar yang bernama... 1. bagaimana sikap kamu terhadap jepang atas kemampuannya mengusir belanda dari indonesia? 2. seandainya kamu hidup sebagai seorang pemuda pada jaman … 1.pada zaman jahiliah,abu bakar dihormati oleh orang orang quraisy.beliau sering diminta nasihat dan pertimbangan dalam menyelesaikan masalah.mengapa … makna proklamasi kemerdekaan 17agustus 1945 bagi bangsa Indonesia dan diri sendiri |