Kepada siapa saja kita harus bersikap baik

Kepada siapa saja kita harus bersikap baik

Buku,. Unsplash/CHUTTERSNAP /

PORTAL JEMBER - Pembelajaran dengan buku tematik dipakai dari kelas 1-6 SD dengan jumlah tema yang berbeda tiap kelasnya. Tematik yang kita gunakan adalah kurikulum 2013 edisi revisi 2018.

Contoh salah satu judul tema pada tematik adalah Menyayangi Tumbuhan dan Hewan, yang dipakai pada tema 2 kelas 3. Banyak dari adik-adik atau orang tua yang kebingungan untuk menjawab soal pada tema 2 kelas 3 ini.

Dilansir PORTAL JEMBER dari alumnus Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah Malang, Intan Permata Sari S.Pd., berikut adalah kunci jawaban tema 2 kelas 3 SD dan MI halaman 48.

Baca Juga: Kunci Jawaban Tema 2 Kelas 3 SD MI Halaman 78, 79 dan 80 Subtema 2: Manfaat Hewan bagi Kehidupan Manusia

Kunci Jawaban tema 2 Kelas 3 SD MI Halaman 48

Pada tema 2 kelas 3 halaman 48, adik-adik akan disuruh untuk:

Ayo BerdiskusiDiskusikanlah pertanyaan di bawah ini dengan teman satu kelompokmu!

Mengapa kita harus berbuat baik kepada semua makhluk hidup, khususnya kepada tanaman?

Berikut jawaban pada tema 2 kelas 3 halaman 48, yaitu:

Jawab:
Kita harus berbuat baik kepada semua makhluk hidup, khususnya kepada tanaman karena:

Sumber: Kemendikbud Intan Permata Sari S.Pd.

  1. 1

    Tunjukkan kepedulian yang tulus. Secara mendasar, kebaikan berkaitan dengan kepedulian yang tulus kepada orang-orang di sekitar, keinginan untuk memberikan yang terbaik, dan menerima bahwa orang lain pun memiliki keinginan, kebutuhan, aspirasi, dan ketakutan, sama seperti Anda. Kebaikan akan terasa hangat, tidak akan lekang oleh waktu, membangun kesabaran, memupuk rasa percaya dan kesetiaan, serta mendorong Anda untuk bersyukur.[1] X Teliti sumber Piero Ferrucci, <i>The power of kindness</i>, p. 8 (2007), ISBN 978-1-58542-588-4 Kunjungi sumber Piero Ferrucci melihat kebaikan sebagai hal yang “memudahkan” hidup karena membebaskan diri dari sikap dan perasaan negatif seperti rasa kesal, kecemburuan, kecurigaan, dan manipulasi.[2] X Teliti sumber Piero Ferrucci, <i>The power of kindness</i>, p. 9 (2007), ISBN 978-1-58542-588-4 Kunjungi sumber Pada akhirnya, kebaikan merupakan kepedulian yang mendalam kepada semua orang.

    • Latih kebaikan dan kemurahhatian kepada orang lain. Perasaan tak terbiasa, malu, atau ketidaktahuan Anda mengenai cara untuk terhubung dengan orang lain dapat diatasi dengan melatih kebaikan. Tetap tunjukkan kebaikan hingga secara alami Anda terbiasa dan terdorong untuk bersikap baik dan mau memberi kepada orang lain.
    • Jangan meminta imbalan. Saat memberikan kebaikan terbesar, Anda tidak boleh mengharapkan apa pun, tidak mengekang orang lain, dan tidak memberikan syarat atas apa pun yang Anda lakukan atau katakan.

  2. 2

    Jangan bersikap baik demi mendapatkan apa yang diinginkan. Berhati-hatilah terhadap kebaikan yang menipu. Kebaikan bukanlah tentang “kesopanan, kemurahhatian yang didasari rasa perhitungan, dan etiket dangkal".[3] X Teliti sumber Piero Ferrucci, <i>The power of kindness</i>, p. 7 (2007), ISBN 978-1-58542-588-4 Kunjungi sumber Bersikap baik kepada orang lain karena Anda merasa bahwa hal tersebut dapat mendorong orang lain untuk memberikan apa yang Anda inginkan atau memanfaatkan kebaikan sebagai cara mengendalikan orang lain justru tidak mencerminkan kebaikan yang sesungguhnya. Berpura-pura peduli kepada seseorang sambil menahan amarah atau rasa jijik bukanlah bentuk kebaikan. Menyembunyikan kemarahan atau kekesalan di balik keramahtamahan juga tidak mencerminkan kebaikan.

    • Perlu diingat bahwa menjadi sosok yang selalu memuaskan atau membahagiakan orang lain tidak lantas mencerminkan kebaikan. Perilaku seperti ini justru dirancang agar Anda mengalah dan tidak mengambil langkah sendiri karena Anda takut langkah yang diambil justru dapat menghancurkan hubungan dengan orang lain atau kehidupan sendiri.

  3. 3

    Bersikap baiklah kepada diri sendiri. Banyak orang melakukan kesalahan dengan bersikap baik kepada orang lain, tetapi di saat yang sama tidak mampu mencerminkan kebaikan kepada diri sendiri. Terkadang, fenomena ini berasal dari ketidaksukaan terhadap aspek tertentu dalam diri, tetapi sering kali hal ini terjadi akibat ketidakmampuan Anda untuk mengenal diri sendiri lebih baik. Sayangnya, ketika Anda merasa tidak percaya diri dan tidak dapat menyayangi diri sendiri, kebaikan Anda kepada orang lain berisiko menyimpan “niat tertentu”, seperti yang dijelaskan di langkah sebelumnya. Hal ini juga bisa membuat Anda merasa lelah secara emosional atau kecewa karena Anda selalu mengedepankan orang lain.

    • Pengetahuan tentang diri sendiri membantu Anda mengetahui penyebab luka batin dan konflik, serta mendorong Anda merangkul kontradiksi dan ketidakkonsistenan. Pengetahuan ini juga memberikan ruang untuk memperbaiki atau mengembangkan hal-hal kurang Anda sukai dari diri sendiri. Selain itu, pemahaman mengenai diri sendiri dapat mencegah Anda memproyeksikan aspek-aspek negatif diri kepada orang lain sehingga dapat memberdayakan Anda untuk memperlakukan orang lain dengan cinta dan kebaikan. [4] X Teliti sumber Stephanie Dowrick, <i>Choosing Happiness</i>, p. 55, (2005), ISBN 1-74114-521 Kunjungi sumber .
    • Luangkan waktu untuk menjadi lebih sadar diri dan menggunakan momen pembelajaran ini agar menjadi sosok yang lebih baik kepada diri sendiri (ingatlah bahwa kita semua memiliki kelemahan) dan orang lain. Dengan demikian, kecemasan dalam diri dapat ditangani, dan justru bukan dibiarkan “memanas-manasi” kebutuhan Anda untuk memproyeksikan luka batin.
    • Jangan memandang waktu yang dibutuhkan untuk lebih menyadari kebutuhan dan batas pribadi sebagai bentuk keegoisan. Di luar itu, penting bagi Anda untuk bisa menghubungi orang lain dan berinteraksi dengan kekuatan dan kesadaran yang besar.
    • Tanyakan kepada diri sendiri makna bersikap lebih baik kepada diri sendiri. Bagi banyak orang, sikap baik terhadap diri sendiri mencakup pengawasan “obrolan” yang terjadi di benak Anda dan usaha untuk menghentikan pikiran negatif.

  4. 4

    Pelajari kebaikan dari orang alin. Pikirkan tentang orang-orang baik dalam kehidupan Anda dan dampak yang mereka berikan. Apakah mereka memberikan kehangatan dalam hati setiap kali Anda memikirkan tentang mereka? Ada kemungkinan Anda merasa seperti itu karena kebaikan tetap bertahan dan memberikan Anda kehangatan, bahkan saat menghadapi tantangan terbesar. Saat orang lain bisa menyayangi Anda apa adanya, Anda tidak akan mungkin bisa melupakan kepercayaan dan rasa berharga yang mereka berikan. Kebaikannya pun akan tetap “hidup” selamanya.

    • Ingatlah saat kebaikan orang lain “mencerahkan” hari Anda. Seperti apa kebaikan yang membuat Anda merasa spesial dan dihargai? Apakah ada tindakan mereka yang bisa Anda tiru dari hati?

  5. 5

    Bangun kebaikan demi kesehatan sendiri. Kesehatan psikologis dan kebahagiaan yang meningkat datang dari pola pikir yang lebih positif, dan kebaikan mencerminkan kondisi mental yang positif. Meskipun kebaikan berkaitan dengan memberi dan bersikap terbuka kepada orang lain, sikap baik dan hangat yang Anda cerminkan justru memberikan perasaan sehat dan koneksi yang dapat meningkatkan kondisi mental dan kesehatan tubuh kepada Anda sendiri.

    • Meskipun sederhana, kemampuan untuk bersikap baik sendiri merupakan “hadiah” yang sangat hebat dan konsisten, serta dapat mendorong harga dan kepercayaan diri.[5] X Teliti sumber Stephanie Dowrick, <i>Choosing Happiness</i>, p. 4, (2005), ISBN 1-74114-521 Kunjungi sumber

  6. 6

    Biasakan diri untuk berfokus kepada kebaikan. Leo Babauta mengatakan bahwa kebaikan merupakan kebiasaan yang dapat dikembangkan oleh setiap orang. Ia menyarankan untuk berfokus kepada kebaikan setiap hari selama satu bulan. Di akhir fokus terarah ini, Anda akan mendapatkan perubahan yang signifikan dalam hidup. Anda akan merasa lebih baik dengan diri sendiri, serta menyadari bahwa orang-orang menunjukkan reaksi yang berbeda terhadap Anda (termasuk memperlakukan Anda dengan lebih baik). Seperti yang ia katakan, dalam jangka panjang, kebaikan merupakan karma yang tetap “berjalan”.[6] X Teliti sumber Kunjungi sumber Beberapa kiat untuk mengembangkan kebaikan, di antaranya adalah:

    • Lakukan satu kebaikan untuk seseorang setiap hari. Secara sadar, buat keputusan di awal hari mengenai kebaikan yang akan Anda berikan dan luangkan waktu untuk melakukannya.
    • Tunjukkan sikap yang baik, ramah, dan hangat saat berinteraksi dengan seseorang, bahkan jika ia biasanya membuat Anda marah, tertekan, atau terganggu. Gunakan kebaikan Anda sebagai kekuatan diri.
    • Kembangkan kebaikan kecil menjadi kepedulian yang lebih besar. Jadilah sukarelawan bagi orang-orang yang membutuhkan dan ambil inisiatif untuk meredakan penderitaan sebagai bentuk kepedulian dan kasih sayang yang lebih besar kepada sesama.[7] X Teliti sumber Kunjungi sumber
    • Lakukan meditasi untuk menyebarkan kebaikan. Anda bisa mencari dan membaca artikel mengenai cara melakukan meditasi penuh kasih dan kebaikan (Metta) untuk mengetahui informasi lebih lanjut.

  7. 7

    Bersikap baiklah kepada semua orang, bukan hanya kepada mereka "yang membutuhkan". Perluas lingkaran kebaikan Anda. Terkadang, sangat mudah bagi kita untuk bersikap baik saat secara tidak sadar menunjukkan apa yang disebut oleh Stephanie Dowrick sebagai "kebaikan yang merendahkan".[8] X Teliti sumber Stephanie Dowrick, <i>Choosing Happiness</i>, p. 357, (2005), ISBN 1-74114-521 Kunjungi sumber Bentuk kebaikan ini mengacu kepada kebaikan yang ditunjukkan kepada orang-orang yang dirasa sangat membutuhkan (mis. orang sakit, fakir miskin, orang yang rentan mengalami kekerasan, dan siapa pun yang “sejalan” dengan gambaran pribadi mengenai orang yang membutuhkan). Selain itu, akan lebih mudah bagi kita untuk bersikap baik kepada orang-orang terdekat, baik berdasarkan faktor emosional (mis. keluarga atau teman) dan faktor lain (mis. seseorang dari negara, warna kulit, gender, atau aspek identitas lain yang sama) dibandingkan kepada mereka yang disebut oleh filsuf Hegel sebagai “orang lain". Akan lebih sulit untuk bersikap baik kepada orang-orang yang dianggap setara, tetapi tidak ada salahnya Anda mencobanya.

    • Pemberian kebaikan kepada hal-hal yang “menguntungkan” saja sebetulnya bermasalah karena kita tidak mampu menyadari bahwa kita perlu bersikap baik kepada siapa pun, terlepas dari jati dirinya, tingkat kekayaannya, nilai-nilai dan kepercayaan yang dianut, perilaku dan sikapnya, daerah asalnya, kemiripannya dengan kita, dan lain-lain.
    • Dengan bersikap baik hanya kepada mereka yang dianggap layak, kita justru mencerminkan bias dan prasangka, dan hanya memberikan kebaikan bersyarat. Kebaikan yang bersifat alami akan merangkul semua orang. Meskipun memang tantangan untuk mencerminkan kebaikan yang lebih luas adalah mencobanya, Anda tidak akan berhenti belajar mengenai betapa dalamnya kemampuan Anda untuk menjadi sosok yang baik.
    • Jika Anda tidak bersikap baik kepada seseorang hanya karena merasa bahwa ia bisa bertahan tanpa dukungan atau pemahaman Anda, sebenarnya Anda menunjukkan kebaikan yang bersifat selektif.

  8. 8

    Kurangi prasangka. Jika Anda benar-benar ingin bersikap baik, jauhkan prasangka. Daripada mengkritik orang lain, berusahalah menjadi sosok yang positif dan penyayang. Jika Anda cenderung memandang orang lain secara negatif, berharap orang lain dapat memperbaiki diri, atau merasa bahwa orang-orang di sekitar terlalu bergantung kepada Anda dan tidak memiliki pengetahuan, Anda tidak akan pernah bisa mempelajari kebaikan yang tulus. Berhenti menilai orang lain dan sadari bahwa Anda tidak akan pernah bisa memahami latar belakang mereka secara menyeluruh, kecuali Anda bisa memahami sudut pandang mereka. Berfokuslah untuk membantu orang lain daripada menilai seseorang karena tidak bisa menjadi sosok yang lebih baik.

    • Jika Anda sering berprasangka, mudah menggunjingkan orang lain, atau selalu menjelek-jelekkan orang lain, Anda tidak akan pernah bisa bersikap baik.
    • Saat bersikap baik, Anda harus berbaik sangka, dan bukan mengharapkan kesempurnaan.