Kenapa trekking kadang disebut run

Saat itu masih teenager masa SMA dimana pengetahuanku tentang safety masih sangat minim. Kembali lagi tahun 2010, finally sampai juga di puncak menginap di Surya Kencana naik dari Putri turun dari Cibodas, seingatku waktu itu butuh 12 jam untuk bisa sampai Surya Kencana saja heheeeh, masih jarang olahraga, masih belum sadar pentingnya buat keselamatan.

2019 akhir kembali mengunjungi tempat ini bersama kawan, Yaya dan Agung. Tapi ada hal yang berbeda, why? nyobain trail running booo alias pulang pergi, nyobain tektokan pertama kalinya, diajak sama senior-senior runner, alhasil ketinggalan mulu. Karena kalau naik gunung ya ga pernah lari-lari. Lari dari kenyataan sih sering hehehehe.

Sepuluh tahun tidak mengunjungi tempat ini ternyata sudah banyak yang berubah. Banyak penjual di setiap jalur pos, menghilangkan kesan bahwa Gunung Gede Pangrango sudah bukan gunung lagi. Belum lagi di puncak, penjual makanan minuman berderet. 

Jalurnya pun semakin jelas terlihat, rapi dengan beberapa jalur berbatu dan berkayu dengan papan petunjuk arah, sehingga mempermudah para pendaki. Alhasil kalau sewaktu-waktu mau solo hiking ke tempat ini so far aman banget sih.

Saya baca-baca beberapa artikel sangat tidak disarankan untuk hiking atau trekking apalagi mountaineering sendirian, harus ada body system untuk alasan keselamatan.

Ok, lanjut soal trail running  ya. Pukul 11 malam, kami berangkat dari Bekasi dengan membawa kendaraan sendiri. Sampai basecamp sekitar pukul 1 atau 2 dini hari. Tidur sebentar sampai jam 3, bangun lagi dan siap-siap untuk berangkat.

Selepas subuh kira-kira pukul 4.35 kami sudah start perjalanan, karena memang ga bawa beban jadi aku bisa jalan cepat, meskipun sering ketinggalan sama temanku berdua, karena mereka lari, ya runner gitu loh hehehe bukan jalan cepat lagi kayak aku. 

Jam 8.45 kami sudah sampai puncak Gunung Gede, ambil beberapa foto, makan minum dan istirahat, bahkan aku sempat tertidur hahaha. Pokoknya istirahat di puncak hampir 2 jam, ini mah bukan trail running  tapi emang jalan santai hehehehe. 

Temen-temen lanjut ke Surya Kencana pukul 10.35 dan balik lagi ke puncak Gede pukul 11.25, jadi pp 1 jam.

Pukul 12.05 kami turun menuju pertigaan Pangrango dan sampai pukul 12.35. Di sini kami istirahat kurleb 40 menitan karena bantuin trekker yang cedera sama ambil air juga sekalian.

Pukul 13.15 kami lanjutkan ke Gunung Pangrango namun kami hanya 3/4 perjalanan, karena sudah mulai gerimis dan kami tidak membawa perlengkapan kemah, so dengan alasan safety kami memutuskan untuk turun saja.

Yaya dan Agung sudah duluan, karena kaki Yaya sempat cedera jadi aku minta Agung nemenin dan duluan aja dan mereka sampai pukul 1/2 4 di basecamp. Saya di belakang mulai jalan santai karena tahu sudah ga bakal bisa ngejar lagi mereka. Sempat berhenti lama juga karena terkena hujan deras dan nunggu reda hampir 1 jam.

Selain itu ketemu sama beberapa trekker dari Jerman dan beberapa guide porter Gunung Gede dan kami asyik mengobrol hampir 1 jam. Finally tiba di basecamp hampir pukul ½ 6 sore.

Wow lumayan juga ya, trekking kurang lebih 8-9 jam, istirahatnya kurang lebih 5-6jam. Total perjalanan kurang lebih 13 jam. Lumayanlah menguras keringat heheheh.

TIPS TEKTOK KE GUNUNG GEDE PANGRANGO

Dan ternyata seru juga ya tektok naik gunung. Sebenarnya dulu pernah nyobain tektok gitu ke Gunung Batu di Bogor, dan Gunung Andong juga ga nginap, karena memang gunung-gunung ini bisa trekking bolak balik kurang dari 5 jam. Termasuk juga ke Prau, bisa tektok. Tapi Gunung Gede Pangrango menjadi lokasi paling menantang dan cocok banget buat latihan. 

Ok, ada beberapa tips jika teman-teman mau nyobain trail running ke Gunung Gede Pangrango:

1. Siapkan fisik dan mental. Kalau kamu kamu mau nyoba trail running siapkan fisik rajin olahraga. Istirahat yang cukup, pola makan dijaga, karena olahraga ini butuh stamina yang cukup. 

2. Bawa perlengkapan dan perbekalan secukupnya. Bawa perlengkapan, makanan dan minuman seperlunya saja, sesuaikan seperti yang ada pada  manajemen perlengkapan dan perbekalan. Jika buat 1 hari ya bawa buat 1 hari saja.

3. Perhatikan musim keberangkatan.

4. Jangan lupa registrasi online, cek kuota perharinya.

5. Pilih jalur yang nyaman.

Mau trail running atau berkemah, berkunjunglah di musim kemarau. Buatku lebih nyaman karena pemandangannya pun akan lebih indah saat musim panas, melihat padang sabana di Surya Kencana yang kecoklatan, langit biru indah, jalur trekking yang kering, kurasa lebih nyaman, dan pastinya ga harus bawa jaket banyak atau jas hujan yang tebal.

Tapi buat kamu yang suka menikmati rerumputan hijau di padang sabana Surya Kencana dan pemandangan sepanjang jalan segar kehijauan datanglah di musim pergantian kemarau ke hujan atau sebaliknya.

Jangan lupa lakukan pendaftaran sebelum keberangkatan. Saat ini pendaftaran sudah bisa dilakukan secara online di Web Taman nasional Gunung Gede Pangrango ya, ikuti semua persyaratan. Cek juga kuota harian, jangan asal datang ya. 

Terus jangan lupa buat surat sehat juga. Semuanya dilakukan untuk keselamatan teman-teman. Semua biaya yang harus dikeluarkan juga terdapat di web ini, termasuk untuk memesan guide atau porter jika kamu ingin menggunakannya. Be a smart trekker or hiker ya.

PILIHAN JALUR

Ada beberapa alternatif menuju puncak Gunung Gede Pangrango, yaitu jalur Cibodas, jalur Selabintana Sukabumi, jalur Putri. Jalur Cibodas menjadi jalur favorit banyak pendaki. Jika suka dengan pemandangan perkebunan yang hijau naiklah lewat jalur Putri atau Selabintana. 

Nah jika kamu suka dengan jalur yang menantang, jalanan berbatu dan menanjak, tapi kondisi jalan sudah tertata rapi sekaligus bisa mampir ke Curug Cibeureum ambillah jalur Cibodas. Tapi jika ingin mencoba dua-duanya, bisa naik dari jalur Putri lalu turun lewat jalur Cibodas.

Kenapa trekking kadang disebut run

Pelari dengan level latihan tertentu pasti pernah mendengar istilah ‘lari interval’. Beberapa bahkan bisa jadi mengatakan bahwa lari interval adalah sebuah cara yang menakjubkan untuk berkembang dengan cepat. Setiap hari setelah jam pulang kerja, trek lari selalu dipenuhi oleh para pelari yang melakukan lari interval, kadang dengan kencang, kadang lambat. Apakah lari interval memang sebegitu menakjubkannya? Bagaimana cara yang benar untuk melakukan lari interval? Saya akan berbagi beberapa buah pikiran pribadi saya di artikel di bawah ini dan pembahasannya lebih mendalam.

Di permulaan Perang Dunia 2, seorang ilmuwan olahraga dari Jerman menciptakan latihan interval dan meraih hasil yang gemilang di kompetisi trek dan lapangan dalam Olimpiade yang diselenggarakan di London. Bart Yasso, editor majalah Runner’s World dari Amerika Serikat menciptakan sebuah jenis lari interval yang jaraknya 800 meter. Karena olahraga ini sederhana, mudah dimengerti, dan mudah dilakukan, olahraga kemudian diterima dan dicintai oleh khalayak luas. Dari sini lahirlah olahraga “Yasso 800s” yang terkenal.

Kenapa trekking kadang disebut run

Latihan Yasso 800s yang Terkenal (Sumber)

Jarak yang ditempuh dalam lari interval bervariasi, dimulai dari 50 meter hingga 5000 meter. Tempo langkah dan rehat serta jenis medan yang dilalui akan memiliki efek yang berbeda-beda. Saya akan menjelaskan secara singkat tentang cara melakukan lari interval yang lebih umum:

Pada dasarnya, stride tidak seharusnya dianggap sebagai bagian dari lari interval. Setelah satu sesi lari yang mudah dan satu sesi jogging yang panjang, lambat, dan jauh, kadang beberapa set stride sejauh 50-100 meter ditambahkan dalam latihan. Waktu yang dihabiskan berkisar dari 15-20 detik. Gunakan terutama 70%-80% tenaga Anda dan tingkatkan tempo dan jarak yang ditempuh setiap langkahnya dengan mengayunkan lengan dan menjaga punggung agar tetap lurus. Lakukan sekitar 4-6 set latihan ini. Fungsi utama stride adalah untuk memperbaiki pembentukan saraf-otot dan menyingkirkan efek samping dari ketumpulan otot jangka panjang. Latihan ini dapat diulangi sebanyak beberapa kali per minggu.

Kenapa trekking kadang disebut run

Sumber

  1. Lari Interval Jarak Pendek (200-400 meter)

Lari interval berjarak pendek dan berkecepatan tinggi ini dapat membantu meningkatkan kecepatan kita. Biasanya, tempo langkah dijaga sejauh 3-5 kilometer dengan istirahat yang cukup untuk meningkatkan ekstensi sendi panggul serta untuk membantu tubuh menjaga postur dan ritme yang digunakan saat berlari kencang. Di samping itu, saat melakukan lari interval berkecepatan tinggi, pembentukan saraf-otot juga turut meningkat, sehingga latihan ini juga merupakan sebuah cara untuk meningkatkan laju pengembangan kekuatan otot.

  1. Lari Interval Jarak Menengah (600-1000 meter)

Intensitas lari interval jarak menengah dapat diukur dengan tempo langkah sejauh 5 kilometer. Latihan ini digunakan untuk melatih fisik dalam ketahanan kecepatan dan toleransi rasa sakit saat berlari dengan kecepatan tinggi (menyerupai latihan VO2 max, tetapi terdapat banyak aspek yang mempengaruhi penyerapan oksigen sehingga akan dijelaskan lebih lanjut dalam artikel lain). Yasso 800s, Daniel’s Running Formula, dan The Speed Workout of Hansons juga termasuk dalam kategori latihan ini. Latihan ini umumnya dilakukan dengan menyamakan waktu jogging antar set dengan waktu pelaksanaan jadwal latihan utama. Contohnya, jika kita berlari sejauh 800 meter dalam tiga menit, maka kita juga melakukan rehat jogging selama tiga menit. Dengan kondisi tersebut, kita akan merasa kelelahan saat mendekati akhir. Jika kita tidak dapat menyelesaikan jadwal latihan karena merasa sakit, artinya intensitas latihan yang dilakukan berlebihan bagi tubuh. Dalam siklus latihan untuk kompetisi maraton, latihan ini biasanya ditempatkan di awal siklus untuk dua alasan: 1. Membangun daya tahan kecepatan yang baik di awal dapat membantu tempo langkah akhir menjadi lebih santai bagi tubuh kita; 2. Tipe latihan ini dapat memimpin dan mengorientasikan tubuh untuk menggunakan glikogen, yang kurang lebih berpengaruh pada penggunaan lemak tubuh menuju akhir siklus.

Kenapa trekking kadang disebut run

Source

  1. Lari Interval Jarak Jauh (1600-5000 meter)

Lari interval jarak jauh seringkali digunakan untuk melatih tubuh melawan rasa lelah dan meningkatkan kemampuan tubuh dalam menggunakan asam laktat. Tempo langkah dari latihan ini sekitar 10 kilometer atau sama seperti yang digunakan dalam half marathon dengan rehat yang lebih singkat di antaranya. Cara terbaik dalam menjalani rehat tersebut adalah dengan berlari lambat. Cobalah untuk tidak membiarkan waktu berlari lambat dalam rehat melebihi separuh dari waktu total dalam jadwal latihan utama. Jika strategi ini digunakan dalam jarak 10 kilometer atau latihan half marathon, maka strategi ini juga dapat digunakan di tahap awal sebagai perkenalan tubuh pada lari terus menerus dan juga pada tempo langkah yang ditargetkan. Pada permulaan, waktu yang digunakan selama berlari lambat dapat diperpanjang, kemudian dipersingkat secara berkala, sehingga proses keseluruhan latihan ini mendekati lari terus menerus. Jika latihan ini digunakan dalam siklus latihan maraton, saya biasanya menempatkan latihan ini di tahap permulaan dan juga sebagai perkenalan latihan lari lactate threshold continuous running. Proporsi penggunaan latihan ini kemudian akan dikurangi secara berkala seiring mendekatnya kita pada tahap akhir. Dalam latihan maraton, strategi ini dapat memperlebar jarak antara lactate threshold continuous running dan tempo langkah maraton, juga meningkatkan batasan fisik kita di tahap akhir ketika kita memasuki tempo langkah maraton. Seiring mendekatnya waktu kompetisi, proporsi penggunaan latihan ini akan dikurangi secara berkala, terutama karena jenis latihan ini akan diarahkan untuk melatih tubuh menggunakan glikogen, yang akan mengganggu dalam latihan khusus maraton.

  1. Lari Interval Gunung (200-1000 meter)

Latihan ini dijalankan sama seperti latihan di jalanan datar biasa. Saat berlari di pegunungan, tubuh menggunakan lebih banyak otot; karenanya, latihan terbaik adalah dengan berlari di medan ini. Pada umumnya, jenis lereng yang dilalui memiliki kemiringan sebesar 4-6 derajat. Lereng yang terlalu curam dapat menyebabkan kelelahan otot yang terlalu cepat. Ketika melakukan lari interval gunung, Anda harus mendengarkan tubuh Anda dan tidak menyamakan tempo langkah Anda dengan tempo langkah di jalan datar, atau Anda tidak akan berhasil menyelesaikan latihan ini.

Kenapa trekking kadang disebut run

Sumber