Ken arok adalah raja yang berasal dari kerajaan

Ken arok adalah raja yang berasal dari kerajaan
Ilustrasi Prasasti Ken Arok (Foto: Istimewa)

Avirista Midaada Jumat, 20 Mei 2022 - 06:45:00 WIB

SURABAYA, iNew.id - Ken Arok merupakan raja pendiri Kerajaan Singasari yang berkuasa di wilayah Tumapel. Nama Ken Arok rupanya bukan nama sebenarnya sang raja.

Ken Arok saat bayi sempat dibuang oleh kedua orang tuanya hingga akhirnya ditemukan oleh perampok bernama Lembong. Lambat laut saat Ken Arok mulai tumbuh remaja, dia berguru ke seorang pendeta agama Hindu bernama Lohgawe. 

Saat berguru di Lohgawe inilah kecerdasan Ken Arok terlihat. Dia tampak lebih unggul dibandingkan murid-murid Lohgawe yang lebih lama nyantri padanya. Konon karena kecerdasannya inilah Lohgawe akhirnya memberikan nama Ken Arok, yang sebelumnya tak ada. 

Dikutip dari buku "Hitam Putih Ken Arok dari Kejayaan hingga Keruntuhan" dari Muhammad Syamsuddin, nama Ken sendiri bukanlah nama aslinya, melainkan julukan atau gelar kehormatan, tapi bukan karena silsilah melainkan karena keluhuran budinya. Hal ini terungkap dalam buku berjudul 

Gelar kehormatan ini diberikan kepada seseorang karena kemuliaan atau keluhuran budi pekertinya. Kemudian kata Arok merupakan pemberian nama dari seorang brahmana bernama Dang Hyang Lohgawe. 

Dikisahkan pemberian nama ini diberikan setelah dia mampu dan berani mengutarakan pendapat, pengetahuan dan kritiknya terhadap kaum brahmana. Padahal Ken Arok sendiri datang dari golongan sudra atau kasta terendah dalam agama Hindu. 

Ken Arok dikisahkan pernah memberikan pengetahuan dan kritiknya di hadapan gurunya di tengah para santri lain yang juga sama-sama berguru kepada Lohgawe. Kata Arok  berarti pembangun, ketika dia diberi nama oleh mahagurunya ini menandakan bahwa Arok telah lulus sebagai brahmana. 

Meski dalam waktu yang tergolong singkat, Arok berhasil lulus dengan capaian yang cukup tinggi. Ken Arok berhasil lulus mendahului para santri lainnya yang terlebih dahulu menimba ilmu ke Lohgawe. 

Sejak dinyatakan lulus inilah, Lohgawe memperbolehkan Arok meninggalkan dirinya. Namun Lohgawe berpesan kepada Arok untuk tetap sementara tinggal bersamanya lantaran akan berbicara beberapa hal.

Lohgawe bermaksud hendak menggalang persekutuan dengan kaum brahmana, melalui persekutuan inilah kelak membuat Ken Arok mendapat legitimasi etis dari kaum brahmana untuk melakukan tindakan politiknya. 

Menurut Lohgawe, muridnya Ken Arok ini murid yang cerdas, gesit, tangkas, dan ingatannya pun sangat kuat. Selain itu, Arok dikenal dengan seseorang yang berani, tabah, dan kuat menghadapi beragam gejolak dan tantangan hidup. Kendati baru sebentar berguru ke Lohgawe, Arok sudah memiliki pengetahuan yang tinggi melampaui para murid yang belajar di padepokan Lohgawe. 

Sebelum berguru ke Lohgawe, Arok juga pernah berguru kepada Mahaguru Tantripala. Oleh guru pertamanya, dia diberi sebuah gulungan lontar yang berisi catatan mengenai sejarah Arok sendiri. Gulungan lontar ini tidak pernah dibacanya hingga lontar itu diberikan kepada Lohgawe. 

Namun ketika Arok telah lulus menjadi brahmana, gulungan itu diberikan kembali kepadanya oleh gurunya Lohgawe yang sangat ia junjung tinggi.


Editor : Nani Suherni

TAG : ken arok brahmana kerajaan singosari

Ken arok adalah raja yang berasal dari kerajaan

Ken Angrok atau yang dikenal dengan Ken Arok adalah pendiri Kerajaan Tumapel atau yang kemudian terkenal dengan nama Singhasari. Ia berkuasa sebagai raja yang bergelar Sri Rajasa Bathara Sang Amurwabhumi pada tahun 1222 - 1227. Ken Arok sebagai putra Gajah Para dari desa Campara dan Ken Ndok istri dari Gajah Para. “Gajah" merupakan sebutan lain dari "wedana" yaitu pembantu adipati di kerajaan Kediri.

Ken Arok lahir tanpa seorang ayah karena telah lebih dulu wafat saat ia dalam kandungan, di saat yang bersamaan Ken Ndok juga direbut oleh raja Kediri. Oleh karena itu, bayi Ken Arok pun ditinggalkan di sebuah pemakaman, hingga ditemukan sekaligus diasuh oleh seorang bernama Lembong.

Kisah mengenai Ken Arok terdapat di Kitab Pararaton dan juga Negara Kertagama yang mana menceritakan kisah perjalanan hidup nya hingga menjadi penguasa di kerajaan nya.

Ken Arok dalam Pararaton

Kitab Pararaton ditulis pada tahun 1287 Saka atau 1365 M. kitab ini menjelaskan mengenai keadaan di Pulau Jawa pada zaman Hindu hingga masuknya Islam di Jawa.

Dalam kitab pararaton juga diceritakan bahwa pada zaman kuno telah terdapat bandar-bandar ramai, di antaranya Tunsun dan berpindah ke Kalah (Kerah) di Malaka. Kedatangan orang-orang ke Jawa juga dicatat dalam kronik Cina yang ternyata memiliki kesamaan dengan isi Pararaton.

Pararaton dalam bahasa Jawa yaitu Para Penguasa merupakan sebuah kitab berupa naskah sastra Jawa pertengahan yang dialih Bahasa ke dalam bahasa Jawa Kawi. Naskah ini terdiri dari 32 halaman 1126 baris.

Di dalamnya berisikan sejarah raja-raja Singhasari dan juga Majapahit di Jawa Timur. Kitab ini juga dikenal dengan sebutan "Pustaka Raja" dalam bahasa Sanskerta yang memiliki arti "kitab raja-raja".

Pararaton diawali dengan cerita mengenai lahirnya Ken Arok yaitu tokoh pendiri kerajaan Singhasari (1222–1227). Selanjutnya membahas terkait dengan bagaimana Ken Arok berproses dalam perjalanan hidupnya hingga menjadi seorang raja pada tahun 1222.

Penggambaran dalam kitab pararaton sebagian besar bermuatan mitologis. Cerita kemudian dilanjutkan dengan bagian-bagian kisah perjalanan hidupnya secara kronologis. Pada bagian-bagian akhir, cerita mengenai sejarah Ken Arok semakin berkurang dan bercampur dengan informasi terkait dengan silsilah anggota keluarga dari kerajaan Majapahit.

Ken Arok dalam Nagarakretagama

Jika dilihat, Nama Ken Arok ternyata tidak terdapat dalam Nagarakretagama 1365 tetapi disebut dengan Ranggah Rajasa Ken Arok putra dari Girinatha.

Di dalam Naskah Nagarakretagama hanya berisikan mengenai informasi bahwa pendiri sekaligus penguasa Kerajaan Tumapel adalah putra Bhatara Girinatha yang mana dalam catatan tersebut lahir tanpa sesosok seorang ibu.

Pada tahun 1222 Ken Arok atau Girinathaputra berhasil mengalahkan Kertajaya yang mana sebagai pengusa raja Kadiri. Keberhasilannya dalam peperangan tersebut membuat ia diangkat sebagai raja pertama dan penguasa di Tumapel yang bergelar Sri Ranggah Rajasa dengan Ibu kota kerajaan pada saat itu ialah Kutaraja.

Sri Ranggah Rajasa wafat pada tahun 1227. Pendarmaan nya didirikan candi di Kagenengan, di mana ia dipuja sekaligus disetarakan sebagai Siwa, dan di sana ia dipuja sebagai Buddha.

Kematian Sang Rajasa di dalam Nagarakretagama terkesan memliki unsur kewajar tanpa pembunuhan. Hal ini dapat dapat diterima karena naskah tersebut merupakan sastra pujian untuk keluarga besar Hayam Wuruk sehingga memiliki tata Bahasa yang terkesan akan puitis yang sopan dan indah, oleh sebab itu peristiwa pembunuhan terhadap leluhur raja-raja Majapahit dianggap aib dan tidak pantas bila diceritakan secara langsung tanpa memparafrasekan nya.

Dari kedua sumber itulah sesosok tokoh Ken Arok dapat dikenal dan telusuri bagaimana asal usul nya serta bagaimana cerita kisah hidup nya. Dari hal tersebut kita dapat mengambil gambaran terkait sejarah pada masa Hindu Budha di Nusantara khusus nya pada pulau Jawa pada masa dahulu. Untuk itu Tokoh Ken Arok tersebut dapat kita pakai sebagai acuan salah satu penguasa besar pada era tersebut.

Sumber:

  • Salindri, Dewi. 2019. Legitimasi Kekuasaan Ken Arok Versi Pararaton Dan Negarakertagama. Jember : Universitas Jember
  • Munandar, A. A. 2011. Menafsirkan Ulang Riwayat Ken Angrok dan Ken Dds dalam Kitab Pararaton. Manuskripta, 1(1), 1-15.
  • Yanuariska, A. 2017. Perancangan Trailer Rangga Rajasa Sang Amurwabhumi Kedalam Media Cinematic Motion Comic (Doctoral dissertation, Institut Seni Indonesia Yogyakarta).

tirto.id - Sejarah hidup Ken Arok (Ken Angrok) ditafsirkan lewat Kitab Pararaton. Dari berandal yang gemar berjudi dan merampok, Ken Arok kemudian mendirikan Kerajaan Singasari setelah membunuh pemimpin Tumapel, Tunggul Ametung, demi menikahi Ken Dedes. Ken Arok juga menggulingkan Raja Kertajaya dari takhta Kerajaan Kediri.

Nama Ken Arok maupun Tunggul Ametung dan istrinya, Ken Dedes, hanya disebutkan di Kitab Pararaton. Kakawin Negarakertagama sama sekali tidak menyinggung langsung sosok-sosok tersebut. Pararaton dan Negarakertagama dipakai sebagai rujukan utama untuk menelisik riwayat Kerajaan Singasari maupun Majapahit.

Menurut Pararaton, setelah membunuh Tunggul Ametung dan menikahi Ken Dedes, Ken Arok menjadi penguasa Tumapel dan merdeka dari pengaruh Kerajaan Kediri. Kerajaan yang dipimpin oleh Ken Arok dengan gelar Sri Rajasa Bathara Sang Amurwabhumi (1222-1247 Masehi) inilah yang nantinya disebut sebagai Kerajaan Singasari.

Dikutip dari Neo Patriotisme: Etika Kekuasaan dalam Kebudayaan Jawa (2008) karya H.M. Nasruddin Anshoriy, Ch., pusat pemerintahan kerajaan yang dipimpin Ken Arok ini diperkirakan berada di daerah yang sekarang menjadi wilayah Kecamatan Singasari, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur.

Baca juga:

  • Sejarah Kerajaan Singasari: Kisah Ken Arok Hingga Raja Kertanegara
  • Sejarah Kerajaan Mataram Kuno, Lokasi, & Nama Raja-Raja di Jawa
  • Sejarah Kerajaan Panjalu Kediri: Letak, Pendiri, Raja, & Prasasti

Ken arok adalah raja yang berasal dari kerajaan

Anak Pejabat Jadi Penjahat

R. Pitono dalam bukunya yang bertajuk Pararaton (1965) mengisahkan, Ken Arok sebenarnya adalah anak dari seorang pejabat daerah pada era Kerajaan Kediri bernama Gajah Para yang beristrikan perempuan asal Blitar yakni Ken Ndok.

Gajah Para meninggal dunia ketika istrinya mengandung dan akhirnya melahirkan Ken Arok. Pararaton menceritakan, Ken Ndok lantas dibawa ke pusat Kerajaan Kediri di Daha. Sebelum itu, Ken Ndok sempat meninggalkan bayinya di sebuah area pemakaman.

Bayi Ken Arok kemudian ditemukan oleh seorang pencuri bernama Lembong dan diasuhnya. Ken Arok pun tumbuh menjadi berandal dan suka berjudi sehingga Lembong terpaksa mengusirnya karena terbebani dengan kebiasaan buruk anak angkatnya itu.

Ken Arok lantas tinggal di rumah seorang penjudi kawakan bernama Bango Samparan yang hidup bersama dua istrinya dan punya banyak anak. Ken Arok ternyata tidak kerasan hidup bersama keluarga besar itu.

Maka, Ken Arok memutuskan pergi dari rumah Bango Samparan untuk menjalani kehidupan di jalanan. Ia kemudian bahkan dikenal sebagai perampok yang sering beraksi di wilayah Kerajaan Kediri.

Baca juga:

  • Asal-usul Lambang Garuda dalam Sejarah Kerajaan Raja Airlangga
  • Sejarah Candi Badut Peninggalan Kerajaan Kahuripan & Keunikannya
  • Sejarah Kerajaan Kanjuruhan dan Isi Prasasti Peninggalannya

Klaim Titisan dan Putra Dewa

Masih berdasarkan Pararaton, sepak-terjang Ken Arok di dunia hitam akhirnya usai setelah ia bertemu dengan seorang brahmana bernama Lohgawe yang konon datang dari India untuk mencari titisan Dewa Wisnu di tanah Jawa.

Dikutip dari Sanatana Dharma (2020) yang disusun Made Urip Dharmaputra, Lohgawe yakin bahwa orang yang kelak bakal menjadi pemimpin jagat tersebut adalah Ken Arok.

Pararaton yang ditulis jauh setelah era Kerajaan Singasari maupun Majapahit memang memuji-muji Ken Arok untuk memberikan legitimasi terhadapnya sebagai manusia istimewa, bahkan titisan dewa, yang sakti mandraguna dan diberkahi alam semesta untuk menjadi penguasa.

Selain disebut sebagai titisan Dewa Wisnu, tulis Slamet Muljana dalam Menuju Puncak Kemegahan (2005), Ken Arok juga diklaim sebagai putra Dewa Brahma yang menurunkannya melalui rahim dari seorang perempuan bernama Ken Ndok.

Baca juga:

  • Sejarah Kepemimpinan Ratu Shima di Kerajaan Kalingga
  • Sejarah Kerajaan Jenggala: Prasasti, Peninggalan, & Silsilah Raja
  • Sejarah Kerajaan Kahuripan, Lokasi, & Peninggalan Raja Airlangga

Tafsiran Boechari melalui tulisannya bertajuk “Ken Angrok Bastard of Tunggul Ametung” yang terhimpun dalam Majalah Ilmu-ilmu Sastra (1975) lebih menarik lagi. Yang dimaksud Dewa Brahma, sebut Boechari, adalah penguasa di daerah itu, yakni Tunggul Ametung sebagai pemimpin Tumapel.

Sehubungan dengan penafsiran tersebut, Boechari berpendapat bahwa Ken Arok adalah anak Tunggul Ametung dari seorang perempuan biasa (Ken Endok) yang kemudian membunuh ayahnya sendiri.

Pada akhirnya nanti, Ken Arok menghabisi nyawa Tunggul Ametung demi mendapatkan cinta Ken Dedes yang tidak lain adalah istri penguasa Tumapel sekaligus atasannya itu. Dari sinilah Kerajaan Singasari bermula setelah Ken Arok juga berhasil meruntuhkan Kerajaan Kediri.

Baca juga:

  • Sejarah Ekspedisi Pamalayu dan 3 Versi Tujuan Misi Raja Singasari
  • Sejarah Anusapati Versi Negarakertagama: Singasari Baik-baik Saja
  • Sejarah Hidup Jayakatwang: Akhiri Singasari, Dibalas Raden Wijaya

Membunuh Tunggul Ametung

Jabatan Tunggul Ametung di Tumapel adalah akuwu atau setara camat. Tumapel atau yang kini termasuk wilayah Malang kala itu merupakan bagian dari Kerajaan Kediri di bawah pemerintahan Sri Maharaja Kertajasa (1194-1222 M).

Singkat cerita, atas permintaan brahmana Lohgawe, Ken Arok diterima sebagai pengawal Tunggul Ametung di Tumapel. Namun, Ken Arok justru jatuh cinta kepada Ken Dedes, istri Tunggul Ametung yang saat itu sedang mengandung.

Ken Arok yang berhasrat merebut Ken Dedes lantas membunuh Tunggul Ametung dengan keris buatan Mpu Gandring. Setelah Tunggul Ametung tewas, Ken Arok menikahi Ken Dedes sekaligus menguasai Tumapel sejak tahun 1222 M, demikian catat Pararaton.

Baca juga:

  • Sejarah Anusapati Versi Pararaton: Raja Singasari Pembunuh Ken Arok
  • Sejarah Hidup Kertanegara: Raja Terbesar dan Terakhir Singasari
  • Sejarah Hidup Jayakatwang: Akhiri Singasari, Dibalas Raden Wijaya

Dikutip dari Perempuan Jawa: Kedudukan dan Peranannya dalam Masyarakat Abad VIII-XV (2016) karya Titi Surti Nastiti, pernikahan Ken Arok dan Ken Dedes melahirkan anak-anak mereka, yaitu Mahesa Wong Ateleng, Apanji Saprang, Agnibhaya, serta Dewi Rimbu.

Ken Arok juga beristrikan Ken Umang sebagai selir. Perkawinan ini dikaruniai 3 orang putra dan 1 orang putri yang masing-masing bernama Panji Tohjaya, Panji Sudhatu, Twan Wregola, serta Dewi Rambi. Sedangkan anak yang dikandung Ken Dedes dari Tunggul Ametung diberi nama Anusapati.

Singasari Merdeka dari Kediri

Setelah membantai Tunggul Ametung dan mengawini Ken Dedes, Ken Arok mendeklarasikan berdirinya Kerajaan Tumapel atau yang nantinya dikenal sebagai Singasari. Ken Arok menyandang gelar Sri Rajasa Bhatara Sang Amurwabhumi yang bertakhta sejak 1222 M.

Ken Arok bahkan berambisi memerdekakan Tumapel dari pengaruh Kerajaan Kediri. Terjadilah Perang Ganter antara Tumapel di bawah pimpinan Ken Arok melawan Kediri dengan rajanya Kertajaya.

Pertempuran ini dimenangkan oleh Tumapel yang membuat wilayah kekuasaan Ken Arok bertambah luas setelah Kerajaan Kediri runtuh.

Baca juga:

  • Sejarah Candi Plaosan: Wajah Toleransi Beragama Hindu-Buddha
  • Misteri Sejarah Candi Dieng, Asal-Usul, dan Siapa Pendirinya?
  • Tahun Berapa Sejarah Kerajaan Majapahit Berdiri & Terletak di Mana?

Pararaton menyebut masa pemerintahan Ken Arok sebagai penguasa Tumapel alias Singasari sekaligus yang mengawali Wangsa Rajasa berlangsung lama, yakni sejak tahun 1222 hingga 1247 M.

Tahun 1247 M itu, tulis Pararaton, Ken Arok mati dibunuh oleh Anusapati, anak Tunggul Ametung dan Ken Dedes. Jenazah Ken Arok diyakini disemayamkan di Candi Kagenengan, Malang, Jawa Timur

Anusapati membalaskan dendam ayahnya dengan membunuh Ken Arok pada 1247 M, juga dengan keris Mpu Gandring yang dulu digunakan untuk menghabisi nyawa Tunggul Ametung sekaligus merebut Ken Dedes dan Tumapel.

Selanjutnya, Anusapati mengambil-alih takhta Singasari namun hanya bertahan dua tahun saja menurut Pararaton. Anusapati tewas pada 1249 M lantaran dihabisi oleh putra Ken Arok dan Ken Umang yakni Tohjaya, juga dengan keris Mpu Gandring.

Baca juga:

  • Sejarah Kerajaan Buleleng: Pendiri, Letak, Raja, & Peninggalan
  • Sejarah Kerajaan Kendan: Letak, Silsilah Raja, Penerus Tarumanegara
  • Sejarah Runtuhnya Kerajaan Singasari dan Pemberontakan Jayakatwang

Baca juga artikel terkait KERAJAAN SINGASARI atau tulisan menarik lainnya Iswara N Raditya
(tirto.id - isw/isw)


Penulis: Iswara N Raditya
Editor: Addi M Idhom

Subscribe for updates Unsubscribe from updates