Kehidupan toleransi beragama dapat terlihat jelas di kerajaan Mataram Kuno terutama pada masa raja

Toleransi antarumat beragama bukan hal baru di masyarakat Indonesia. Pada zaman Kerajaan Mataram Kuno hal itu sudah tampak jelas terlihat. Hal ini dibuktikan dengan adanya ....

E. Pembangunan candi Buddha dan Hindu dengan lokasi yang berdekatan

Pembahasan:

Pada Masa Hindu-Buddha, pengaruh dan persebaran kedua agama indu dan Buddha berkembang pesat. Namun perkembangan kedua agama ini tidak menyebabkan konflik sebab terdapat terdapat toleransi yang kuat.  

Toleransi ini dibuktikan dengan adanya candi Buddha dan Hindu dengan lokasi yang berdekatan. Misalnya adalah lokasi candi Borobudur (agama Buddha) di Magelang dan candi Prambanan (agama Hindu) di Yogyakarta yang sama-sama terletak di lereng Gunung Merapi.

Bukti lain toleransi adalah “Bhinneka Tunggal Ika”, semboyan nasional bangsa Indonesia. Frase ini berarti “Berbeda-beda namun satu”. Frase ini pertama kali ditemukan dalam Kakawin Sutasoma, yang dikarang pada masa raja Rajasanegara (Hayam Wuruk) dari kerajaan Majapahit, untuk menyatakan bahwa ajaran Jina (Buddha) dan Siwa (Hindu) meskipun berbeda namun sebenarnya sama-sama mengajarkan pada kebenaran yang sama.

Pelajari lebih lanjut:

Apa bukti yang menunjukkan bahwa kerajaan Majapahit terjalin toleransi dalam kehidupan beragama (jelaskan)  

https://brainly.co.id/tugas/588238  

Detail Jawaban  

Kode: -

Kelas: VII

Mata pelajaran: Sejarah  

Materi: Masa Hindu-Buddha

Kata kunci: Toleransi pada Masa Hindu-Buddha

tirto.id - Sejarah Kerajaan Mataram Kuno cukup panjang yang dimulai sejak abad ke-6 M. Kerajaan Mataram Kuno atau sering juga disebut dengan Kerajaan Mataram Hindu atau Kerajaan Medang merupakan kerajaan penerus dari Kerajaan Kalingga di Jawa yang diperkirakan eksis pada abad ke-8 hingga 10 Masehi.

Mataram Kuno yang bercorak Hindu (dan Buddha) biasanya disebut untuk membedakan dengan Kerajaan Mataram Islam yang berdiri sekitar abad ke 16 M. Bhumi Mataram adalah sebutan lama untuk Yogyakarta dan sekitarnya, di daerah inilah diperkirakan Kerajaan Mataram Kuno pertama berdiri.

Sumber Sejarah Kerajaan Mataram Kuno berasal dari prasasti, candi, kitab Carita Parahyangan (Sejarah Pasundan), dan berita dari Cina. Kerajaan yang didirikan oleh Sanjaya bergelar Rakai Mataram ini beberapa kali berpindah pusat pemerintahan.

Lokasi Kerajaan Mataram Kuno

Kerajaan Mataram Kuno memiliki dua periode berdasarkan lokasi atau ibu kota pemerintahannya. Pertama adalah periode awal Kerajaan Medang yaitu di Jawa Tengah di bawah Wangsa Sanjaya dan Sailendra (732-929 M), serta yang kedua ketika pindah ke Jawa Timur dan dikuasai oleh Wangsa Isyana (929-1016 M).

Pada 929 M, Kerajaan Mataram Kuno dipindahkan ke Jawa Timur oleh Mpu Sindok. Menurut George Coedes dalam The Indianized states of Southeast Asia (1968), ada beberapa faktor kemungkinan yang mendorong perpindahan tersebut.

Pertama adalah faktor politik, yakni sering terjadinya perebutan kekuasaan yang berimbas terhadap terancamnya kesatuan wilayah kerajaan ini. Kedua adalah faktor bencana alam, yaitu peristiwa meletusnya Gunung Merapi.

Faktor ketiga adalah adanya potensi ancaman dari kerajaan lain, termasuk serangan dari Kerajaan Sriwijaya. Sedangkan faktor keempat adalah motif keagamaan dan ekonomi, termasuk ketiadaan pelabuhan yang membuat Kerajaan Mataram Kuno sulit menjalin kerja sama dengan kerajaan lain.

Lokasi tepatnya pusat Kerajaan Mataram Kuno periode Jawa Tengah diperkirakan berada di Bhumi Mataram atau Yogyakarta pada masa awal berdirinya di bawah pemerintahan Rakai Mataram Sang Sanjaya.

Baca juga:

  • Misteri Sejarah Candi Dieng, Asal-Usul, dan Siapa Pendirinya?
  • Letusan Gunung Merapi yang Konon Mengubah Sejarah Jawa
  • Sejarah Candi Sambisari: Pernah Terkubur Letusan Gunung Merapi

Kemudian, lokasi ibu kota kerajaan ini sempat berpindah-pindah, antara lain ke Mamrati pada masa Rakai Pikatan, pada era Dyah Balitung (Rakai Watukura) dipindahkan ke Poh Pitu, dan sempat kembali lagi ke Bhumi Mataram pada masa Dyah Wawa (Rakai Sumba).

Mamrati dan Poh Pitu diperkirakan berada di antara wilayah Yogyakarta hingga Jawa Tengah bagian selatan (Magelang atau Kedu).

Kerajaan Mataram Kuno punya banyak peninggalan yang berupa candi-candi megah, termasuk Candi Borobudur di Magelang, Candi Prambanan, Candi Kalasan, dan Candi Sewu di Yogyakarta, serta beberapa candi lainnya.

Setelah dipindahkan ke Jawa Timur oleh Mpu Sindok yang kemudian bergelar Sri Maharaja Rakai Hino Sri Isana Wikramadharmottunggadewa (929-947), Kerajaan Mataram Kuno menempati pusat pemerintahan di daerah yang disebut Tamwlang.

Masa-masa berikutnya terjadi lagi perpindahan pusat pemerintahan Kerajaan Mataram Kuno periode Jawa Timur atau era Dinasti Isyana, yakni dipindahkan ke Watugaluh. Dikutiip dari buku Antologi Sejarah Candi Boyolangu (2016) tulisan Lailatul Mahfudhoh, Tamwlang maupun Watugaluh diperkirakan terletak di sekitar Jombang, Jawa Timur.

Setelah Kerajaan Medang runtuh pada awal abad ke-9 M, selanjutnya muncul kerajaan-kerajaan penerus Wangsa Mataram, dari Kahuripan, Jenggala, Kediri, Singhasari, Majapahit, Demak, Jipang, Giri, Kalinyamat, Pajang, hingga era Mataram Islam yang memunculkan Kasunanan Surakarta, Kasultanan Yogyakarta, Mangkunegaran, serta Pakualaman.

Baca juga:

  • Sejarah Kerajaan Sriwijaya, Lokasi, & Pusat Pengajaran Agama Buddha
  • Ratu Pramodhawardani: Kawin Beda Agama, Menganjurkan Toleransi
  • Sejarah Kepemimpinan Ratu Shima di Kerajaan Kalingga (674-695 M)

Toleransi Beragama Masa Mataram Kuno

Kerajaan Mataram Kuno terkenal dengan toleransi beragama yang kuat antara umat Hindu dengan Buddha, seperti terlihat dalam pembangunan Candi Borobudur, Candi Kalasan, Candi Prambanan, dan lainnya. Hal ini tidak terlepas dari peran para pemimpinnya yang mengajarkan toleransi.

Pada masa kekuasaan Mataram Kuno raja-raja dan rakyat yang memiliki perbedaan agama merupakan hal yang biasa. Antara raja dengan rakyat tidak harus beragama sama. Hal ini dibuktikan oleh banyaknya sisa-sisa candi Syiwa (Hindu) di sekitar Candi Borobudur (Buddha), demikian dikutip dari jurnal terbitan Departemen Arkeolog FIB Universitas Indonesia.

Salah satu contohnya adalah pernikahan antara Pramodawardhani putri Rakai Garung alias Samaratungga dari Dinasti Sailendra yang memeluk agama Buddha-Mahayana, dengan Rakai Pikatan dari Wangsa Sanjaya yang beragama Hindu-Syiwa.

Rakai Pikatan dan Maharatu Pramodawardhani bersama-sama memerintah Kerajaan Mataram Kuno pada periode 840-856 M, dan menghasilkan banyak candi-candi megah di wilayah Yogyakarta dan Jawa Tengah.

Baca juga:

  • Sejarah Keruntuhan Kerajaan Majapahit & Prasasti Peninggalannya
  • Sejarah Candi Borobudur: Pembangunan hingga Menjadi Warisan Dunia
  • Kerajaan-kerajaan Bercorak Hindu Buddha di Indonesia

Raja-Raja Mataram Kuno

Periode Jawa Tengah

Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya (732-760 M)

Rakai Panangkaran (760-780 M)

Rakai Panunggalan alias Dharanindra (780-800 M)

Rakai Warak alias Samaragrawira (800-820 M)

Rakai Garung alias Samaratungga (820-840 M)

Rakai Pikatan dan Maharatu Pramodawardhani (840-856 M)

Rakai Kayuwani alias Dyah Lokapala (856-882 M)

Rakai Watuhumalang (882-899 M)

Rakai Watukura Dyah Balitung (898-915 M)

Mpu Daksa (915-919 M)

Rakai Layang Dyah Tulodong (919-924 M)

Rakai Sumba Dyah Wawa (924 M)

Periode Jawa Timur

Rakai Hino Sri Isana alias Mpu Sindok (929-947 M)

Sri Lokapala dan Ratu Sri Isanatunggawijaya (sejak 947 M)

Makutawangsawardhana (hingga 985 M)

Dharmawangsa Teguh (985-1007 M)

Baca juga artikel terkait SEJARAH KERAJAAN atau tulisan menarik lainnya Balqis Fallahnda
(tirto.id - bqs/isw)


Penulis: Balqis Fallahnda
Editor: Iswara N Raditya
Kontributor: Balqis Fallahnda

Subscribe for updates Unsubscribe from updates