Kegiatan yang berkaitan dengan masuknya islam ke maluku

Republika/ Yasin Habibi

Tampak depan Masjid Jami di Kota Ambon, Maluku, Selasa (7/2).

Rep: Marniati Red: Agung Sasongko

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --

Islam memiliki sejarah panjang di Maluku. Meski tidak ada catatan pasti kapan Islam hadir di wilayah timur Indonesia ini, namun diperkirakan masyarakat Maluku sudah mengenal Islam sejak abad ke-15, ketika Kerajaan Ternate memeluk Islam. Menurut catatan sejarah, raja Ternate pertama yang memeluk Islam adalah Kolano Marhum (1465-1486). Penguasa Ternate ke-18 ini memeluk Islam bersama seluruh kerabat dan pejabat istana. Pengganti Kolano Marhum adalah puteranya, Zainal Abidin (1486-1500). Masuknya Islam di daerah Maluku adalah berkat islamisasi yang dilakukan melalui jalur perdagangan. Perdagangan dan pelayaran mengalami perkembangan yang pesat, sehingga pada abad ke-15 telah menjadi kerajaan penting di Maluku. Para pedagang asing datang ke Ternate menjual barang perhiasan, pakaian, dan beras untuk ditukarkan dengan rempah-rempah. Bukti kuat Islam di Maluku adalah keberadaan masjid-masjid bersejarah. Selain sebagai tempat ibadah, masjid juga menjadi tempat dakwah, pendidikan dan aktivitas lainnya. Berikut tiga masjid bersejarah di Maluku yang dikutip dari buku //Masjid-Masjid Bersejarah di Indonesia//, karya Abdul Baqir Zein : Masjid Jami Ambon Masjid Jami Ambon didirikan pada 1860 M di atas tanah wakaf yang diberikan oleh seorang janda bernama Kharie. Pada awalnya masjid ini hanya berdinding dan beratapkan daun rumbia dengan tiang kayu. Masjid kecil ini ternyata tidak mampu lagi menampung jamaah karena pemeluk agama Islam semakin bertambah, sehingga pada 1898 dibangunlah sebuah masjid baru di atas lokasi masjid lama, yang bentuknya lebih besar serta beratap seng. Masjid ini sempat rusak beberapa kali. Menjelang berakhirnya kolonial Belanda di Maluku, masjid terbakar akibat ulah serdadu Kompeni yang membuka keran minyak yang berada di sebelah hulu Sungai Wai Batu Gajah. Masjid kembali dibangun oleh umat Islam. Masjid Batu Merah Masjid Desa atau Negeri Batumerah ini dibangun oleh orang kaya bernama Ibrahim Safari Hatala pada 1575 M. Melihat perkembangan agama Islam yang begitu cepat, Raja Abdurrahman Hatala memugar masjid pada 1805 M. Pada  1924 M, masjid kembali dipugar tanpa menghilangkan bentuk aslinya. Pemugaran dilakukan karena jumlah jamaah semakin banyak. Pemugaran kedua dilakukan di bawah pemerintahan Raja Abdul Wahid Nurlete yang juga merupakan ulama terkenal di kawasan itu pada zamannya. Pada masa itulah, Buya Hamka, Ketua MUI pertama dan Bey Arifin, ulama yang disegani di Jawa Timur, pernah belajar di masjid ini. Masjid Wapauwe Masjid ini didirikan pada 1414 M, letaknya di kaki Gunung Wawane. Pendiri masjid ini berasal dari kaum pendatang dari Jailolo, Maluku Utara, di bawah pimpinan Jamilu. Ia adalah seorang ulama yang mengembangkan syiar agama Islam di Wawane. Pada 1700 M, pada bagian kubah masjid dipasangkan sebuah tiang berbentuk alif. Tiang kubah tersebut terbuat dari kayu kanjoli dan hingga kini benda peninggalan bersejarah tersebut masih ada dengan bentuk yang masih orisinal. Kendati kubah telah diturunkan dari atapnya, namun tiang ukiran tersebut tetap dirawat dengan  baik oleh pengurus masjid.

Bukti sejarah lainnya yang masih tersimpan di Masjid Wapauwe ini adalah naskah khutbah Idul Fitri serta kitab suci Alquran tertua yang ditulis oleh Nurcaya pada 1590. Ia adalah murid Imam Rajali, pendiri masjid ini.

  • masjid di ambon
  • islam di ambon
  • jejak islam ambon

Kegiatan yang berkaitan dengan masuknya islam ke maluku

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...

Masuknya Islam ke Maluku erat kaitannya dengan kegiatan?

  1. Perdagangan
  2. Pertanian
  3. Perkebunan
  4. Pemerintahan
  5. Pelayaran

Berdasarkan pilihan diatas, jawaban yang paling benar adalah: A. Perdagangan.

Dari hasil voting 987 orang setuju jawaban A benar, dan 0 orang setuju jawaban A salah.

Masuknya Islam ke Maluku erat kaitannya dengan kegiatan perdagangan.

Pembahasan dan Penjelasan

Jawaban A. Perdagangan menurut saya ini yang paling benar, karena kalau dibandingkan dengan pilihan yang lain, ini jawaban yang paling pas tepat, dan akurat.

Jawaban B. Pertanian menurut saya ini 100% salah, karena sudah melenceng jauh dari apa yang ditanyakan.

Jawaban C. Perkebunan menurut saya ini juga salah, karena dari buku yang saya baca ini tidak masuk dalam pembahasan.

Jawaban D. Pemerintahan menurut saya ini salah, karena dari apa yang ditanyakan, sudah sangat jelas jawaban ini tidak saling berkaitan.

Jawaban E. Pelayaran menurut saya ini salah, karena setelah saya cari di google, jawaban tersebut lebih tepat digunkan untuk pertanyaan lain.

Kesimpulan

Dari penjelasan dan pembahasan diatas, bisa disimpulkan pilihan jawaban yang benar adalah A. Perdagangan

Jika masih punya pertanyaan lain, kalian bisa menanyakan melalui kolom komentar dibawah, terimakasih.

Maluku yang dikenal dengan sebutan Jazirah al-Mamluk (Kepulauan Raja-raja) adalah sebuah negeri di Timur Indonesia yang yang sangat berpengaruh dengan empat kerajaan yaitu Jailolo, Ternate, Tidore, dan Bacan. 

Islam  masuk di Maluku melalui jalur perdagangan di abad ke-15. Alasan kenapa Islam masuk lewat jalur perdagangan, karena pada awal abad ke-15 Maluku Sohor sebagai kepulauan rempah-rempah yang menjadi sasaran pada pedagang asing untuk mendapatkan cengkeh dan buah pala. Pedagang-pedagang itu diantaranya dari Asia-Arab, Gujarat, Cina, dan pedagang-pedagang Jawa serat Melayu yang telah memeluk agama Islam.

Syekh Mansur adalah salah satu pedagang dari Arab yang meyiarkan Islam di Tidore pada masa pemerintahan Calano Caliati. Sementara Datu Maulana Hussein adalah salah satu pedagang  dari Jawa yang juga berpengaruh dalam penyebaran Islam di Ternate pada masa pemerintahan Kalano Marhum. 

Sementara itu, Portugis menyebut bahwa Islam masuk di Maluku semenjak pelantikan Sultan Zainal Abidin ditahun 1486. Namun, sumber lain menyebut Islam sudah ada di Maluku sekitar 50-60 tahun sebelum tahun 1486. 

Setelah Islam masuk di Maluku, pengaruh dan perkembangan Islam belum kuat terutama di Ternate. Oleh sebabnya, Zainal Abidin pergi ke Jawa untuk mempelajari Islam secara langsung dari Sunan Giri. Sunan Giri adalah salah satu ulama atau wali terkenal di tanah Jawa. Dari sinilah muncul empat kerajaan Islam di Maluku yang disebut Maluku Kie Raha (Maluku Empat Raja).

Kesultanan Ternate yang dipimpin oleh Sultan Zainal Abidin (1486-1500); Kesultanan Tidore dipimpin oleh Sultan Mansur; Kesultanan Jailolo yang dipimpin oleh Sultan Sarajati; Kesultanan Bacan yang dipimpin oleh Sultan Kaicil Buko.

Penyebaran Islam di Maluku, tanpa terkecuali tidak dapat dipisahkan dari kerja keras seorang pedagang sekaligus muballigh asal Jawa bernama Datu Maulana Hussein. Ia tiba di Ternate pada 1465. Hussein adalah seorang muballigh besar pada masanya. Ia memiliki pengetahuan agama Islam yang luas dan dalam, serta pakar tilawah dan kaligrafi Arab. 

Dikisahkan pada suatu hari Hussein, dengan suara yang merdu dan keahlian membuat kaligrafi, setiap ia mendendangkan lantunan ayat-ayat suci membuat banyak orang berdatangan untuk mendengarkannya. Dengan demikian masyarakat perlahan-lahan mulai menerima Islam. (Sidra Sofyan) 

Ilustrasi kajian filsafat di Masjid Jendral Sudirman Yogya. Foto: Indra Fauzi/kumparan

Islam merupakan agama mayoritas di Indonesia. Dalam sejarahnya, ajaran Islam menyebar luas hingga ke pelosok negeri melalui berbagai cara. Salah satu wilayah yang mendapat pengaruh Islam hingga kini adalah Maluku.

Proses Islamisasi di Maluku berlangsung pada tahun 1300-1400 Masehi. Sama halnya dengan wilayah lain, masuknya Islam di Maluku juga dimulai melalui jalur perdagangan yang saling menguntungkan.

Para pedagang Arab masuk ke wilayah Maluku melaui berbagai jalur perniagaan. Mereka datang untuk membeli hasil kekayaan sumber daya alam Maluku, khususnya rempah-rempah seperti cengkeh dan pala.

Kehadiran Islam di sana disambut baik oleh penduduk Maluku, khususnya warga Ternate, Tidore, Hitu, Kepulauan Halmahera dan Banda. Untuk mengetahuinya lebih lanjut, berikut penjelasan tentang proses Islamisasi di Maluku yang bisa Anda simak.

Proses Islamisasi di Maluku

Secara khusus, proses Islamisasi di Maluku dilakukan melalui dua jalur yakni jalur atas dan bawah. Jalur atas maksudnya, proses pengislaman dilakukan melalui usaha para penguasa ketika itu. Sedangkan jalur bawah adalah proses pengislaman yang dilakukan melalui usaha perorangan atau masyarakat pada umumnya.

Ilustrasi Masjid Rakyat Foto: Reuters/Dylan Martinez

Tentunya, kedua jalur tersebut bermula dari jalur perdagangan terlebih dahulu. Melalui jalur ini, para pedagang Islam melakukan jual beli rempah-rempah di bandar perniagaan yang tersebar di sana.

Wilayah Ternate terkenal akan produksi cengkihnya, sedangkan Banda terkenal dengan buah palanya. Selain itu, ada pula daerah jazirah Leihitu pulau Ambon yang merupakan pelabuhan transit baik ke utara (Ternate) maupun ke Selatan (Banda).

Selain bertransaksi, para pedagang juga menyebarkan ajaran Islam di sana. Kedatangan mereka disambut baik oleh masyarakat sekitar.

Mereka menikahi perempuan Maluku dan mengislamkannya. Hingga akhirnya, melalui cara ini, proses Islamisasi pun menyebar luas ke seluruh wilayah Maluku.

Ilustrasi masjid. Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan

Mengutip buku Sejarah Masuknya Islam di Maluku oleh Dr. Usman Thalib M.Hum, kedatangan pedagang Arab, India, dan Cina lebih dulu dari bangsa Portugis (1512) dan Belanda (1602). Ini dapat dibuktikan dari kebiasaan orang-orang Maluku yang telah menggunakan huruf Arab dalam beberapa naskah tuanya, seperti hikayat Tanah Hitu, Kronik Bacan, Hikayat Ternate dan Hikayat Tanah Lonthor.

Hal ini mengindikasikan bahwa orang Maluku telah mengenal dan menggunakan huruf Arab terlebih dahulu dalam kegiatan surat menyurat. Bahkan, mereka telah menggunakan angka-angka Arab dalam berbagai transaksi dagangnya.

Masuknya Islam di Maluku berlangsung dalam waktu yang cukup singkat. Namun proses kehidupan pemerintahannya, baru terwujud puluhan bahkan ratusan tahun berikutnya. Contohnya, perubahan bentuk Kolano menjadi Kesultanan yang identik dengan agama Islam

Dalam konteks ini dapat dibenarkan sumber-sumber Portugis yang menyatakan bahwa masyarakat di daerah Maluku yang mereka kunjungi sudah beragama Islam. Artinya, Islam telah melembaga dalam kehidupan masyarakat dan pemerintahannya, bukan sekedar agama yang dianut oleh para musyafir dan pedagang asing saja.

Ilustrasi Masjid. Foto: Pixabay

Mengutip jurnal berjudul Perniagaan dan Islamisasi di Wilayah Maluku oleh Wuri Handoko, kedatangan Islam ke Maluku dapat dibagi menjadi tiga periode, yaitu sebagai berikut:

  • Periode awal, periode ini dimulai pada abad ke-7 Masehi yaitu masa perdagangan orang-orang Arab untuk membeli rempah-rempah.

  • Periode pertengahan, periode ini dimulai pada abad ke-11 yang ditandai dengan munculnya nama-nama Arab, yang diduga keras karena pengaruh ajaran Islam, seperti Sultan Mansyur Malamo (1257-1277) yang nama aslinya adalah Cico Bunga yang menjadi Raja Ternate.

  • Periode penerimaan Islam oleh kesultanan, periode ini ditandai dengan diterimanya Islam oleh pihak Kerajaan yang sekaligus berganti nama menjadi kesultanan. Periode ini dimulai pada tahun 1495, dimana Sultan Zainal Abidin (Sultan ke-19) memperdalam ilmu agama ke tanah Jawa.