Kegiatan manusia yang merusak lingkungan dan mempengaruhi siklus air diantaranya, kecuali

Paul Rizky M. T., Dampak Kegiatan Manusia Terhadap Perubahan

Siklus Air yang Memicu Kelangkaan Air Dunia, 2015.

4

Perlu diperhatikan bahwa angka yang

tersaji pada gambar 2 menyatakan kedalaman

tanah yang terserap oleh air hujan sesaat

setelah hujan berhenti[5]. Jika angka

presipitasinya besar maka daerah yang

mempunyai angka tersebut memiliki curah

hujan yang tinggi.

Dari gambar di atas dapat disimpulkan

bahwa daerah sekitar khatulistiwa memiliki

curah hujan yang paling tinggi dibandingkan

daerah lainnya. Hal ini dapat dilihat dari

tingginya angka presipitasi di daerah tersebut

(sekitar 1000 3000 mm).

Air hujan yang jatuh ke tanah akan diserap

oleh tanah dan disimpan di dalam. Akan tetapi

jika tanah tidak mampu lagi menyerap air

hujan, maka air hujan yang tersisa akan

menggenangi tanah sampai menguap kembali

atau mengalir menuju sungai dan kawasan

perairan lainnya.

Runoff adalah suatu proses pengaliran air

dari hulu menuju hilir secara langsung (tanpa

melalui proses perantara seperti infiltrasi).

Umumnya runoff terjadi karena air yang

mengalir tidak dapat diserap lagi oleh

tumbuhan dan tanah.

4. Aktivitas Manusia dan Perubahan

Siklus Air

Seiring dengan perkembangan teknologi,

manusia dituntut untuk mengembangkan

teknologi yang ada ataupun menciptakan

teknologi yang baru. Akan tetapi

perkembangan teknologi tersebut seringkali

tidak diimbangi dengan tindakan perlindungan

lingkungan. Tanpa mereka sadari, kegiatan

perusakan lingkungan yang dilakukan dapat

mengganggu siklus keseimbangan alam,

termasuk siklus air. Berikut ini merupakan

kegiatan manusia yang merusak lingkungan

dan dapat mempengaruhi siklus air.

4.1 Penebangan hutan

Untuk mencari bahan baku dan juga lahan

pekerjaan, manusia seringkali melakukan

penebangan hutan secara besar-besaran.

Pengurangan jumlah pohon yang sangat

signifikan dapat mengurangi laju penyerapan

karbon dioksida (CO2) yang dilakukan oleh

pohon secara drastis. Pengurangan laju

penyerapan ini menyebabkan penumpukan

CO2 di atmosfer. CO2 yang menumpuk di

atmosfer akan menjebak panas matahari yang

dipantulkan bumi sehingga temperatur bumi

dan atmosfer akan meningkat (peningkatan

temperatur bumi ini yang seringkali disebut

pemanasan global atau global warming).

Pemanasan global dapat mempengaruhi

siklus air, khususnya pada proses evaporasi

dan kondensasi. Peningkatan suhu atmosfer

akan meningkatkan laju evaporasi dan

memperlambat proses kondensasi.

4.2 Kebakaran hutan

Kebakaran hutan terjadi secara spontan

(tidak dibakar langsung oleh manusia). Hal ini

terjadi karena suhu udara sekitar yang sudah

sangat tinggi. Suhu udara tersebut meningkat

cukup signifikan karena dampak dari

pemanasan global, dimana pemanasan global

terjadi karena ulah manusia yang tidak peduli

akan kondisi lingkungan.

4.3 Pembangunan

Pembangunan di darat juga dapat

mempengaruhi siklus air lokal. Pembangunan

yang dilakukan dengan penebangan pohon dan

penutupan tanah oleh aspal dan semen tentu

saja akan menghambat proses infiltrasi ketika

terjadi presipitasi[4]. Terhambatnya infiltrasi

dapat menyebabkan kelangkaan air tanah.

Karena terhambatnya infiltrasi, laju runoff

meningkat sehingga lebih banyak air yang

“terbuang” ke perairan[7].

Perbandingan jumlah air yang terinfiltrasi

dan runoff (setelah presipitasi) sebelum dan

sesudah pembangunan dapat dilihat pada

gambar 3.