Karya seni yang dinilai baik akan memberikan kepuasan spiritual dan intelektual bagi

You're Reading a Free Preview
Pages 5 to 7 are not shown in this preview.

Karya seni yang dinilai baik akan memberikan kepuasan spiritual dan intelektual bagi

Hal yang sama terdapat pula di daerah pedalaman, betapapun sederhana tingkat kehidupan manusia, dalam perlengkapan dan peralatan hidupnya, seperti busana, tata rias, motif ornamen, tari-tarian, musik, dan banyak sekali karya-karya seni etnik yang sangat indah dan mengagumkan. Dengan uraian ini, menjadi jelas bahwa seni terdapat di mana-mana. Itulah sebabnya kesenian secara antropologis ditempatkan sebagai unsur kebudayaan yang universal, sama seperti rasa keindahan yang juga bersifat universal. Tingkat kepekaan perasaan keindahan akan berkembang lewat kegiatan menerima (sikap terbuka) kepada semua manifestasi seni rupa, mengapresiasi aspek keindahan dan maknanya (seni lukis, seni patung, seni grafis, desain, dan kriya) menghargai aspek keindahan dan kegunaannya (desain produk atau industri, desain interior, desain komunikasi visual, desain tekstil, dan berbagai karya kriya (kriya keramik, tekstil, kulit, kayu, logam dan lain-lain). Melalui proses penginderaan, kita mendapatkan pengalaman estetis. Dari proses penghayatan yang intens, kita akan mengamalkan rasa keindahan yang dianugerahkan Tuhan itu dalam kehidupan sehari-hari. Kemampuan mengamati karya seni rupa murni dan seni rupa terapan, dalam arti praksis adalah kemampuan mengklasifikasi, mendeskripsi, menjelaskan, menganalisis, menafsirkan dan mengevaluasi serta menyimpulkan makna karya seni. Aktivitas ini dapat dilatih sebagai kemampuan apresiatif secara lisan maupun tulisan. Aktivitas pendukung, seperti membaca teori seni, termasuk sejarah seni dan reputasi seniman, dialog dengan tokoh seniman serta budayawan, merupakan pelengkap kemampuan berapresiasi, sehingga para siswa dapat menyertakan argumentasi yang logis dalam menyimpulkan makna seni. Secara psikologis pengalaman pengindraan karya seni itu berurutan dari sensasi (reaksi panca indra kita mengamati seni), emosi (rasa keindahan), impresi (kesan pencerapan), interpretasi (penafsiran makna seni), apresiasi (menerima dan menghargai makna seni, dan evaluasi (menyimpulkan nilai seni). Aktivitas ini berlangsung ketika seseorang mengindra karya seni, biasanya sensasi tersebut diikuti dengan aktivitas berasosiasi, melakukan komparasi, analogi, diferensiasi, dan sintesis. Pada umumnya karya seni yang dinilai baik akan memberikan kepuasan spiritual dan intelektual bagi pengamatnya. B. Pengembangan Sikap Empati kepada Profesi Seniman dan Budayawan Apresiasi seni budaya, termasuk seni rupa, sebagai bagian dari estetika dimaksudkan untuk meningkatkan sensitivitas kemampuan mengapresiasi keindahan serta harmoni mencakup apresiasi dan ekspresi, baik dalam kehidupan individual sehingga mampu menikmati dan mensyukuri hidup, maupun dalam kehidupan kemasyarakatan sehingga mampu menciptakan kebersamaan yang harmonis. Pengenalan tokoh-tokoh seni budaya, reputasinya, dan kontribusi mereka bagi masyarakat dan bangsa, atau bagi Sumber: Apresiasi Seni Gambar 1.3 Dua tokoh Seni Lukis Indonesia. Atas: S. Sudjojono, Bawah: Hendra Gunawan Seni Budaya 3

1. Pengertian Apresiasi Apresiasi Seni ialah menikmati, menghayati dan merasakan suatu objek atau karya seni lebih tepat lagi dengan mencermati karya seni dengan mengerti dan peka terhadap segi-segi estetiknya, sehingga mampu menikmati dan memaknai karya-karya tersebut dengan semestinya.Apresiasi seni ialah suatu proses penghayatan karya seni yang diamati dan penghargaan pada karya seni itu sendiri serta penghargaan pada penciptanya.Apresiasi seni rupa adalah aktivitas mengindra karya seni rupa, merasakan, menikmati, menghayati dan menghargai nilainilai keindahan dalam karya seni serta menghormati keberagaman konsep dan variasi konvensi (norma) artistik eksistensi dunia seni rupa.Secara teoretik menurut Brent G. Wilson dalam bukunya Evaluation of Learning in Art Education; apresiasi seni memiliki tiga domain, yakni perasaan (feeling), dalam konteks ini terkait dengan perasaan keindahan, penilaian (valuing) terkait dengan nilai seni, dan empati (emphatizing), terkait dengan sikap hormat kepada dunia seni rupa, termasuk kepada profesi perupa (pelukis, pepatung, pegrafis, pekeramik, pedesain, pekria, dan lain-lain). karena menyadari peran dan kontribusi para seniman tersebut bagi masyarakat, bangsa dan negara, atau bagi nilai-nilai kemanusiaan pada umumnya.Sikap Apresiatif terhadap Karya Seni : suatu proses penghayatan pada seni yang berkembang pada penghargaan terhadap seni dan pembuatannya (seniman).

2. Tujuan Apresiasi :

1) Menjadikan masyarakat “melek seni” sehingga dapat menerima seni sebagaimana mestinya. Dengan kata lain apresiasi adalah kegiatan mencerap (menangkap dengan pancaindera), menanggapi, menghayati sampai kepada menilai sesuatu (dalam hal ini karya seni)2) Agar kita dapat meningkatkan dan memupuk kecintaan kepada karya bangsa sendiri dan sekaligus kecintaan kepada sesama manusia.

3) Mengembangkan daya kreasi. Dengan apresiasi menjadikan kita lebih peka dan memahami maksud dari karya seni, dengan demikian juga dapat meningkatkan daya kreasi kita

4) Meningkatkan dan mengembangkan daya kreasi dan imajinasi

5) Sebagai penikmatan, penilaian, empati dan hiburan

3. Manfaat Apresiasi :

1) Menanamkan rasa empati terhadap rasa indah (estetis), pengalaman estetis yang diperoleh dari tanggapan terhadap karya akan mempengaruhi moral sikap sampai pada prilaku pengamat.2) Apresiasi seni dan pendidikan seni dapat membuka pandangan masyarakat tentang dunia yang kongkrit, unik, dan menakjubkan.3) Apresiasi seni juga besar manfaatnya bagi ketahanan budaya Indonesia. Melalui kegiatan apresiasi kesenian Indonesia, kita dapat lebih mengenal dan menghargai budaya bangsa sendiri.

4. Jenis-Jenis Apresiasi :

1) Apresiasi empatik, yaitu sikap apresiasi yang menilai suatu karya seni sebatas tangkapan indrawi.2) Apresiasi estetis, yaitu apresiasi menilai karya seni dengan melibatkan pengamatan dan penghayatan yang mendalam.3) Apresiasi kritik, yaitu apresiasi karya seni dengan mengklasifikasi, mendeskripsi, menjelaskan, menganalisis, menafsirkan dan mengevaluasi serta menyimpulkan hasil pengamatannya. Sikap apresiasi ini dapat dilakukan secara langsung dengan mengamati suatu benda.

5. Kegiatan apresiasi meliputi :


a. PersepsiKegiatan ini mengenalkan pada anak didik akan bentuk-bentuk karya seni di Indonesia, misalnya, mengenalkan tari-tarian, musik, rupa, dan teater yang berkembang di Indonesia, baik tradisi, maupun moderen. Pada kegiatan persepsi kita dapat mengarahkan dan meningkatkan kemampuan dengan mengidentifikasi bentuk seni.

b. Pengetahuan

Pada tahap ini pengetahuan sebagai dasar dalam mengapresiasi baik tentang sejarah seni yang diperkenalkan, maupun istilah-istilah yang biasa digunakan di masing-masing bidang seni.

c. Pengertian

Pada tingkat ini, diharapkan dapat membantu menerjemahkan tema ke dalam berbagai wujud seni, berdasarkan pengalaman, dalam kemampuannya dalam merasakan musik.

d. Analisis

Pada tahap ini, kita mulai mendeskripsikan salah satu bentuk seni yang sedang dipelajari, menafsir objek yang diapresiasi.

e. Penilaian

Pada tahap ini, lebih ditekankan pada penilaian tehadap karya-karya seni yang diapresiasi, baik secara subyektif maupun obyektif.

f. Apresiasi

Apresiasi merupakan bagian dari tujuan pendidikan seni di sekolah yang terdiri dari tiga hal; value (nilai), empathy dan feeling. Value adalah kegiatan menilai suatu keindahan seni, pengalaman estetis dan makna / fungsi seni dalam masyarakat. Sedangkan empathy, kegiatan memahami, dan menghargai. Sementara feeling, lebih pada menghayati karya seni, sehingga dapat merasakan kesenangan pada karya seni.

6. Jenis-Jenis Pendekatan Apresiasi Karya SeniDalam rangka meningkatkan kemampuan berapresiasi perlu dibahas berbagai jenis pendekatan yang sering digunakan orang, pendekatan tersebut antara lain adalah sebagai berikut:

a. Pendekatan mimetik

Pendekatan mimetik ini menekankan hubungan antara karya seni dan kenyataan yang ada. Pendekatan mimetik ini sangat cocok digunakan untuk mengapresiasi karya seni yang realistik dan naturalistik, mengingat ukuran indah atau tidak indah secara langsung ataupun tidak langsung berkaitan erat dengan wujud realitas yang sebenarnya. Pendekatan ini dapat diarahkan pada segi makna , isi atau pesan yang sesuai dengan realitas kehidupan.

b. Pendekatan ekspresif

Pendekatan lebih mefokuskan hubungan antara karya dan ungkapan kejiwaan penciptanya. Pendekatan ini digunakan ketika menghadapi karya-karya yang nilai ekspresinya sangat kuat. Setiap karya memang bernilai ekspresi, namun ada pula karya seni yang secara spontan dan lugas ditumpahkan oleh penciptanya.Karya ekspresif juga terkadang tidak memperhatikan kesesuaian bentuk, warna, dan komposisi yang terdapat di alam nyata. Dalam karya ini tidak lagi berpedoman pada kebersihan dan keindahan karya, tetapi kelihatan kotor dan carut marut dalam membuat karya seni.

c. Pendekatan struktural

Pendekatan ini diarahkan untuk menganalisa bagian-bagian atau unsur-unsur seni. Unsur-unsur tersebut saling terkait antara yang satu dengan lainnya. Secara umum kita dapat , mengamati unsur-unsur tersebut diarahkan secara memusat (sentral) atau menyebar, atau unsur-unsur tersebut bersifat simetris (seimbang) atau tidak simetris (tidak seimbang).

d. Pendekatan semiotik

Semiotik diartikan segala sesuatu yang berhubungan dengan sistem lambang kehidupan manusia. Pendekatan ini digunakan untuk memperhatikan hubungan antara objek benda dan pesan di balik benda. Karena semiotik sama dengan simbol, maka setiap objek gambar dipandang sebagai simbol dimana terdapat muatan makna.

6. Pengembangan Sikap Apresiatif Seni Rupa Pada hakikatnya semua manusia dianugerahi oleh Tuhan apa yang disebut “sense of beauty”, rasa keindahan. Meskipun ukurannya tidak sama pada setiap orang, jelas setiap manusia sadar atau tidak menerapkan rasa keindahan ini dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya ketika kita memantas diri dalam berpakaian, memilih dasi, memilih sepatu, dan berdandan (sekedar contoh). Senantiasa rasa keindahan berperan memandu prilaku kita untuk memilih apa yang kita anggap menampilkan citra harmonis, yang pada umumnya kita sebut tampan, gagah, cantik, ayu, rapi dalam bahasa sehari-hari, yaitu penggunaan kata “lain” menyebut fenomena keindahan. Demikian pula dalam melengkapi kebutuhan hidup, kita selalu dipandu oleh rasa keindahan.Tingkat kepekaan perasaan keindahan akan berkembang lewat kegiatan menerima (sikap terbuka) kepada semua manifestasi seni rupa, mengapresiasi aspek keindahan dan maknanya (seni lukis, seni patung, seni grafis, desain, dan kria) menghargai aspek keindahan dan kegunaannya (desain produk atau industri, desain interior, desain komunikasi visual, desain tekstil, dan berbagai karya kria (kria keramik, tekstil, kulit, kayu, logam dan lain-lain). Melalui proses penginderaan, kita mendapatkan pengalaman estetis. Dari proses penghayatan yang intens, kita akan mengamalkan rasa keindahan yang dianugerahkan Tuhan itu dalam kehidupan keseharian.Kemampuan mengamati karya seni rupa murni dan seni rupa terapan, dalam arti praksis adalah kemampuan mengklasifikasi, mendeskripsi, menjelaskan, menganalisis, menafsirkan dan mengevaluasi serta menyimpulkan makna karya seni. Aktivitas ini dapat dilatihkan sebagai kemampuan apresiatif secara lisan maupun tulisan.Aktivitas pendukung, seperti membaca teori seni, termasuk sejarah seni dan reputasi seniman, dialog dengan tokoh seniman serta budayawan, merupakan pelengkap kemampuan berapresiasi, sehingga para peserta didik dapat menyertakan argumentasi yang logis dalam meyimpulkan makna seni.Secara psikologis pengalaman pengindraan karya seni itu berurutan dari sensasi (reaksi panca indra kita mengamati seni), emosi (rasa keindahan), impresi (kesan pencerapan), interpretasi (penafsiran makna seni), apresiasi (menerima dan menghargai makna seni, dan evaluasi (menyimpulkan nilai seni). Aktivitas ini berlangsung ketika seseorang mengindra karya seni, biasanya sensasi tersebut diikuti dengan aktivitas berasosiasi, melakukan komparasi, analogi, diferensiasi, dan sintesis. Pada umumnya karya seni yang dinilai baik akan memberikan kepuasan spiritual dan intelektual bagi pengamatnya.

7. Pengembangan Sikap Empati kepada Profesi Seniman dan Budayawan

Apresiasi seni budaya, termasuk seni rupa, sebagai bagian dari estetika dimaksudkan untuk meningkatkan sensitivitas kemampuan mengapresiasi keindahan serta harmoni mencakup apresiasi dan ekspresi, baik dalam kehidupan individual sehingga mampu menikmati dan mensyukuri hidup, maupun dalam kehidupan kemasyarakatan sehingga mampu menciptakan kebersamaan yang harmonis. Pengenalan akan tokoh-tokoh seni budaya dan reputasinya, kontribusi mereka bagi masyarakat dan bangsa, atau bagi kemanusiaan pada umumnya, adalah upaya nyata mengembangkan perasaan simpati, yang jika dilakukan berulang- ulang akan meningkat menjadi perasaan empati. Sehingga peserta didik menjadi kagum akan prestasi dan jasa-jasa para seniman atau budayawan berdasarkan kualitas karya seni dan pengakuan serta penghargaan yang diperolehnya, baik dalam tingkat lokal, nasional, dan internasional.

8. Mengamalkan Prilaku Manusia Berbudaya dalam Kehidupan Bermasyarakat

Kata budaya berasal dari bahasa sansekerta, buddayah bentuk jamak dari kata budhi yang berarti akal dan nalar. Jadi kata kebudayaan dapat diartikan hal- hal yang berhubungan dengan budi, akal, dan nalar. Menurut Koentjaraningrat, kebudayaan berarti keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakannya dengan belajar, beserta keseluruhan dari hasil budi dan karyanya itu. Kebudayaan memiliki tiga wujud, (1) kebudayaan sebagai konsep, (2) kebudayaan sebagai aktivitas, dan (3)kebudayaan sebagai artefak. Dengan klasifikasi seperti ini seluruh aktivitas interaksi manusia dengan Tuhan, interaksi dengan masyarakat, dan interaksi dengan alam, semuanya adalah kebudayaan.Kata budaya sering juga dipadankan dengan kata adab, yang menunjukkan unsur-unsur budi luhur dan indah, misalnya kesenian, sopan santun, dan ilmu pengetahuan, adalah peradaban atau kebudayaan. Namun menurut Van Peursen dewasa ini, filsafat kebudayaan modern akan meninjau kebudayaan terutama dari sudut policy tertentu, sebagai satu strategi atau masterplan bagi hari depan. Kebudayaan diartikan sebagai manifestasi kehidupan setiap orang dan setiap kelompok orang-orang; berlainan dengan hewan-hewan maka manusia tidak hidup begitu saja ditengah- tengah alam, melainkan selalu mengubah alam itu. Dengan mengenal, memahami, dan menghargai budayanya sendiri, para peserta didik dapat mengembangkan potensi prilaku yang baik bergaul dengan masyarakat seni dan lingkungan sosial sebagai insan yang berbudaya. Mengembangkan sikap ramah, dan rendah hati dalam berinteraksi secara efektif dengan para seniman dan budayawan, lingkungan sosial serta dalam menempatkan dirinya sebagai cerminan bangsa yang berbudaya dalam pergaulan dunia

Interaksi dan Komunikasi Efektif dengan Lingkungan Seni Budaya

Dari pengalaman belajar apresiasi seni, di harapkan berkembang sikap demokratis, etis, toleransi, dan sikap positif lainnya. Sikap demokratis misalnya akan tercermin ketika peserta didik mengacu kepada prinsip diferensiasi dan tidak diskriminatif, hal ini akan terjadi bila ia memberi peluang yang sama kepada semua anggota panitia mengemukakan pendapat untuk menentukan, misalnya, tema pameran. Contoh sikap demokratis lain, adalah prilaku yang tidak bias gender. Peserta didik akan memperlihatkan penerapan prinsip kesetaraan gender sesama teman dan pergaulan dengan masyarakat seni dan lingkungan pergaulan sosial pada umumnya. Sikap toleran akan tercermin ketika peserta didik dapat menerima perbedaan pendapat dalam aktivitas mengapresiasi seni, karena dari kajian yang dilakukannya dalam menafsirkan data pengamatan perbedaan respons estetik adalah sesuatu yang wajar. Sebab dia tahu pada dasarnya seni dapat dipersepsi secara berbeda. Sikap etis akan tercermin bila peserta didik dalam kegiatan diskusi yang hangat, tidak mengucapkan kata-kata atau menunjukkan prilaku yang bernada melecehkan, menertawakan, merendahkan, menghina, atau kata lain yang setara dengan itu.Dari perolehan kehidupan berbudaya dalam proses pembelajaran di sekolah, dan dari interaksi peserta didik dengan dunia seni (kunjungan pameran, museum, galeri, sanggar, atau pergaulan langsung, misalnya, dalam kegiatan diskusi dalam kegiatan pameran di sekolah dan lain-lain). Diharapkan para peserta didik dapat berinteraksi dengan santun dan efektif dengan lingkungan masyarakat yang lebih luas, termasuk lingkungan seni budaya, di mana ia bermukim.Dengan sikap berbudaya seperti itu, maka para peserta didik dapat mengamalkan prilaku positif dan optimistik dalam berinteraksi dengan masyarakat seni rupa, seni pertunjukan, dan masyarakat dalam konteks lokal, nasional, dan internasional Sumber Belajara. Buku Paket Seni Budaya Kelas XIb. http://sen1budaya.blogspot.com/2012/08/apresiasi-karya-seni-rupa.html, diakses tanggal 16 Mei 2014c. http://setyahermawan.blogspot.com/p/apresiasi-seni.html, diakses tanggal 16 Mei 2014d. http://ilmipenulis.wordpress.com/2012/04/15/pengertian-apresiasi-menurut-beberapa-referensi/, diakses tanggal 16 Mei 2014e. http://hilman2008.wordpress.com/2009/06/19/apresiasi/, diakses tanggal 16 Mei 2014f. http://tjahjo-prabowo.staff.fkip.uns.ac.id/apresiasi-seni/, diakses tanggal 16 Mei 2014g. http://www.plengdut.com/2012/12/pengertian-apresiasi-seni.html, diakses tanggal 16 Mei 2014h. http://asepsudrajat080.wordpress.com/seni-budaya/, diakses tanggal 16 Mei 2014i. http://ilmudanpengetahuangratis.blogspot.com/2013/02/apresiasi-karya-seni-rupa.html, diakses tanggal 16 Mei 2014j. http://sma-senibudaya.blogspot.com/2015/01/pengertian-kritik-karya-seni-rupa.html, diakses tanggal 16 Februari 2015k. http://sen1budaya.blogspot.com/2012/09/kritik-seni.html, diakses tanggal 16 Februari 2015l. http://www.smansax1-edu.com/2014/09/apresiasi-seni-pengertian-dan-tujuannya.html, , diakses tanggal 31 Juli 2015

m. http://asm-web.blogspot.com/2011/05/menakjubkan-karya-seni-dari-coretan.html, diakses tanggal 31 Juli 2015


Page 2