Kabar gembira yang disampaikan kepada umatnya yang beriman adalah berupa

Profetik UM Metro – Allah berfirman: “Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rezeki buah-buahan dalam surga-surga itu mereka mengatakan, “Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu.” Mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada istri-istri yang suci, dan mereka kekal di dalamnya,” (Al Baqarah ayat 25).

Setelah Allah SWT menyebutkan banyak karakter orang-orang munafik, ayat ini Allah SWT menyampaikan berita gembira bagi orang beriman dan beramal Sholih dengan surga, Serta menyebutkan banyak keadaan dan sifat tentang surga.

Ayat ini Allah SWT menggunakan metode tabsyir atau memberikan kabar gembira, lawan dari indzar memberi  peringatan.  Tabsyir adalah metode pendekatan untuk mengkhabarkan akan janji-janji Allah SWT yang terkait ridho, ampunan, surga dan Rahmat Nya. Sebaliknya al indzar mengkhabarkan neraka, murka dan ancaman Allah SWT akan azab dunia maupun akhirat.

Objek kabar gembira dalam ayat ini adalah orang beriman dan orang beramal Sholih, mereka dijanjikan (Al wa’du) dengan Jannah (surga).

Surga disifati oleh Allah SWT dengan kesesuaian objek bicara (mukhotob) yaitu masyarakat Arab saat itu, bahwa keindahan itu terkait dengan sungai yang jernih mengalir dibawah gunung, dengan berbagai macam pepohonan yang rindang dan buah buahan yang bermacam-macam. Bahkan bagaimana Allah SWT ciptakan bidadari-bidadari yang suci di dalamnya.

Penggambaran ini dalam komunikasi adalah berbicara sesuai kadar akal atau dalam sebuah kaidah ” khatibunnaasa ‘ala Qadri uquulihim.

Dalam masyarakat Arab yang mereka sangat jarang melihat sungai di bawah gunung, pepohonan hijau, apalagi buah-buahan, itu adalah sebuah keindahan yang sangat luar biasa. Berbeda dengan masyarakat Indonesia yang penuh dengan pemandangan tersebut.

Akan tetapi hakikatnya surga bukanlah mutlak seperti itu, itu hanyalah gambaran kecil surga,. Surga adalah keindahan yang tak terbatas, inderawi tak akan pernah menjumlahkan di dunia, bahkan fikiran dan hatipun tak mampu membayangkan keindahannya.

Kenikmatan surga hakikatnya telah dirasakan di dunia, akan tetapi Allah menambahkan berlipat-lipat kenikmatan tersebut,. Sehingga dalam ayat tersebut ada kalimat wa utuu biha mutasyabiha bahwa buah buahan ini seperti yang diberikan di dunia. Akan tetapi rasa nikmat buah tersebut tidak akan pernah dirasakan di dunia, walau warna dan bentuknya di kenal di dunia. Demikian pula Allah sediakan istri-istri di surga, sebagaimana di dunia mereka memiliki istri, akan tetapi istri tersebut kekal muda dan cantik nya tidak seperti wanita di dunia.

Mengapa Allah SWT berikan itu semua???

Karena mayoritas manusia akan termotivasi dengan kesejahteraan dan wanita. Hidup di vila yang ada di lembah gunung, dekat sungai, banyak buah, di temani istri-istri cantik adalah dambaan semua manusia, sehingga surga disederhanakan penggambarannya sesuai akal manusia, walaupun hakikatnya lebih dari itu.

Ini adalah motivasi agar manusia memiliki iman dan amal Sholih. Karena saking beratnya memahamkan iman dan amal Sholih kepada manusia. Karena manusia lebih melihat sesuatu yang menyampaikan pada kepuasan syahwatnya.

Walau Allah SWT sudah menggambarkan surga sedemikian rupa, saat ini banyak manusia yang tidak mempercayai, bahkan mengatakan surga adalah halusinasi, fiksi dan hanya dongeng orang-orang putus asa, yang tidak mampu bahagia dan meraih kesuksesan di dunia.

Ketidak percayaan ini disebabkan kesombongan mereka, bahwa mereka mampu membangun surga di dunia, menghadirkan segala kesenangan, mempertaruhkan nafsunya sebagaimana gambaran surga. Bahkan ada yang mengatakan surga ada di Alexis lantai tujuh dan sebagainya.

Begitulah kesombongan manusia, yang sangat meremehkan surga, karena mereka menganggap surga dongeng anak-anak, dan penghibur orang malas bekerja.

Sedangkan surga adalah wilayah iman, Allah SWT berikan karena untuk membangun nalar fikir manusiawi yang sehat, bahwa di dunia bukanlah tempat terbaik mendapatkan segala kesenangan, tetapi surgalah tempatnya.

Dengan penggambaran sederhana ini akan dapat difahami oleh semua manusia, baik mereka yang berintelektual tinggi maupun biasa saja, karena kebahagiaan matrial biologis adalah kebutuhan semua manusia didunia, dan sangat mudah diingat (memorable).

Bagi orang yang benar-benar bertakwa, motivasi mereka adalah bukan lagi matrial biologis, tetapi spiritual. Walaupun tidak menafikan kebahagiaan matrial biologis tersebut.

Oleh sebab itu Allah SWT memberikan kesempatan perjumpaan diri Nya dengan hamba Nya di dalam surga ( liqa’ rabbihi)  nanti, inilah harapan tertinggi orang beriman. Sebuah keadaan di mana orang beriman akan sangat terpenuhi rasa cinta (mahabbah) nya kepada Allah SWT, yang mana saat di dunia mereka mencintai dalam keyakinan. Dan saat di surga mereka benar-benar melihat Allah SWT bahkan akan diberi kesempatan berdialog dengan Allah SWT.

Insan profetis tentu akan menjadikan penggambaran surga sebagai sebuah motivasi dan keyakinan dalam membangun iman dan amal Sholih dalam hidupnya. Dia hanya meyakini dan tak ada keraguan apalagi meremehkan penggambaran surga tersebut. Berbeda dengan orang yang merasa berintelektual tinggi apalagi telah mendapatkan segala kebahagiaan duniawi, yang merasa sombong dan tidak membutuhkan surga, sehingga motivasi surga tak menambah imannya.

Insan profetis bergerak atas dasar iman dan amal Sholih dalam seluruh aspek hidupnya, sehingga semua desah nafas dan waktu yang mengalir menjadi kebaikan dan pahala di sisi Allah SWT, yang akan dibeli surga oleh Allah SWT.

Seri Bahagia dengan Al-Qur’an!
Penulis: Dr. M. Samson Fajar, M.Sos.I.

Rasulullah diutus oleh Allah dengan dua tugas yang saling melengkapi: pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan. Kata Allah, “Dan tidaklah Kami mengutus engkau (Muhammad) melainkan hanya sebagai pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan.” (QS Al-Furqan 25:56). Kabar gembira tersebut diberikan kepada orang mukmin yang akan mendapatkan karunia yang besar dari Allah (QS Al-Ahzab 33:47).

Karenanya, seorang mukmin harus selalu menjaga optimisme dan harapan. Jangan sampai berputus asa dari rahmat Allah. Bahkan, meski kita pernah melampaui batas dan berbuat dosa (QS Az-Zumar 39:53- 54). Allah Maha Pengampun dan Maha Penyayang. Opmitisme tersebut diseimbangkan dengan peringatan yang diberikan Allah melalui Rasulullah, supaya tidak kebablasan.

Kabar gembira dan peringatan ini pun diberikan oleh Rasulullah ketika masa wabah.

Apa kabar gembiranya? Ketika Rasulullah ditanya seorang sahabat tentang wabah, Beliau menjawab: “Wabah adalah azab yang dikirim oleh Allah kepada siapa saja yang Dia kehendaki, tetapi Dia menjadikannya rahmat untuk kaum mukmin. Siapa saja  tinggal di sebuah kota yang terjangkiti wabah dan dia tetap tinggal di dalamnya dan tidak meninggalkan kota tersebut, tetapi bersabar dan penuh harapan kepada rida Allah, dan mengetahui bahwa wabah tidak akan menimpa kecuali sudah ditulis Allah untuknya, maka dia akan mendapatkan pahala sebagaimana orang yang mati syahid” (Sahih Al-Bukhari 5734).

Dalam hadis lain, Rasulullah menyatakan bahwa “Mati karena wabah adalah syahid bagi setiap muslim” (Sahih Al-Bukhari 2830). Kesyahidan kematian karena wabah, disamakan dengan kematian karena sakit lambung, tenggelam, terkubur bangunan runtuh, terbakar, dan melahirkan. Semuanya disamakan dengan kesyahidan mati di jalan Allah (Sahih Muslim 1914; Sunan Ibnu Majah 2909).

Seperti tersurat dalam hadis di atas, perlu dicatat di sini, kematian ini bukan sesuatu yang diniatkan alias sengaja memaparkan diri dengan wabah.

Peringatan Rasulullah sangat jelas dalam sebuah hadis lain. Kata Rasulullah, “Ketika kami mendengar adanya wabah di sebuah daerah, maka jangan memasukinya, dan ketika kamu berada di daerah yang terkena wabah, maka jangan keluar darinya” (Sahih Al-Bukhari 5728).

Pesan dalam hadis tersebut sangat jelas, bahwa ikhtiar terbaik harus dilakukan, untuk tidak memaparkan diri kepada penyakit, dan sebaliknya tidak memaparkan penyakit kepada orang lain.

Saat ini, ketika wabah Covid-19 menyerang umat manusia, maka mematuhi orang-orang yang ahli di bidang kesehatan untuk tidak terpapar atau memaparkan penyakit menjadi wajib. Ikhtiar tersebut antara lain dapat berupa menjaga jarak fisik dan memakai masker. Pastikan kita lakukan ini dengan tetap bergembira. Ini perintah agama, bukan hanya imbauan pemerintah.

Mari, kita jaga optimisme. Jangan kita berputus asa dari rahmat Allah. Jangan lupa terus berikhtiar diiringi dengan doa tanpa lelah dan penuh harap, semoga Allah segera mengangkat wabah ini.

Allah menyatakan bahwa Dia akan mengikuti prasangka hamba kepadaNya (Sahih Al-Bukhari 7505). Mari bergembira dalam beragama.

Elaborasi ringan dari materi khutbah Jumat di Masjid Syuhada, 17 Juli 2020.

Reporter : Vinda Prashita

Terdapat tiga hal yang bisa kita lakukan untuk mengubah kesengsaraan menjadi kebahagiaan.

Dream -Rasulullah menerima wahyu dari Allah untuk disampaikan kepada umat manusia. Wahyu tersebut merupkan kabar bahagia, namun jika tidak dilaksanakan,kabar itu akan menjadi peringatan.

Sayyidina Ali bin Abi Thalib pernah bertanya pada Nabi Muhammad SAW mengenai firman Allah yang berbunyi Allah menghapus dan menetapkan apa yang dihendaki-Nya. Dan di sisi Allah ada Lauh Mahfuzh (Ummul-Kitab).

Kisah Sedih Ibu Tak Mampu Bayar Pesanan Baju Lebaran Buat Anak, Penjual Malah Kirim Gratis Plus Tambah Satu Setel

Rasul kemudian menjelaskan bahwa Beliau akan memberikan kabar gembira bagi umatnya. Dan kepada orang-orang setelah Nabi.

Berikut kabar gembira dari Nabi Muhammad yang bisa mengubah kesengsaraan menjadi kebahagiaan.

Berikut ulasan selengkapnya...

Kabar gembira yang disampaikan kepada umatnya yang beriman adalah berupa
© Dream

Kirimkan blog atau website kamu ke , dengan syarat dan ketentuan sebagai berikut:

1. Lampirkan satu paragraf dari konten blog/website yang ingin di-publish
2. Sertakan link blog/web
3. Foto dengan ukuran high-res (tidak blur)

Baca Juga