Jenis manusia purba yang ditemukan di Sumatera Timur

Jenis manusia purba yang ditemukan di Sumatera Timur

Jenis manusia purba yang ditemukan di Sumatera Timur
Lihat Foto

flickr

Museum Sangiran

KOMPAS.com - Para ahli sejarah meyakini bahwa Indonesia merupakan salah satu tempat ditemukannya fosil manusia purba tertua di Indonesia.

Beberapa lokasi penemuan situs purbakala pun tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia.

Salah satu contohnya adalah Sangiran, situs terpenting bagi para peneliti kehidupan manusia prasejarah.

Situs Sangiran menyimpan kekayaan fosil-fosil purbakala, mulai dari fosil manusia purba, binatang-binatang purba, hingga hasil kebudayaan manusia praaksara.

Selain sangiran, di mana saja lokasi penemuan fosil manusia purba?

Berikut ini merupakan situs-situs penemuan manusia purba di Indonesia.

Baca juga: Peralatan Manusia Purba dan Fungsinya

Sangiran

Sangiran terletak di kaki Gunung Lawu, sekitar 15 km dari lembah Sungai Bengawan Solo.

Para peneliti bahkan menganggap Sangiran sebagai pusat peradaban besar, penting, dan lengkap manusia purba di dunia.

Sangiran menjadi salah satu situs yang memberikan petunjuk tentang keberadaan manusia sejak 150.000 tahun lalu.

Pada 1864, P.E.C. Schemulling mengawali penyelidikan purbakala di Sangiran dengan meneliti fosil vertebrata.

Kompas.com, 28 Juni 2021, 09:00 WIB

Jenis manusia purba yang ditemukan di Sumatera Timur

Jenis manusia purba yang ditemukan di Sumatera Timur
Lihat Foto

Tropenmuseum

Gustav Heinrich Ralph von Koeningswald meneliti fosil tengkorak anak-anak yang ditemukannya di Jawa pada tahun 1938.

KOMPAS.com - Penelitian manusia purba di Indonesia dimulai pada akhir abad ke-19.

Penelitian terhadap fosil manusia purba di Indonesia pertama kali dilakukan oleh Eugene Dubois.

Keberhasilannya menemukan fosil tengkorak di Trinil pada 1890 menjadi bagian penting dalam sejarah paleoantropologi.

Peristiwa ini sekaligus mengawali serangkaian penelitian fosil manusia purba di Indonesia.

Berikut ini akan dijabarkan tentang tokoh peneliti, lokasi, dan penemuan manusia purba di Indonesia.

1. Eugene Dubois

Penelitian manusia purba di Indonesia dipelopori oleh Eugene Dubois, seorang paleoantropologi berkebangsaan Belanda.

Eugene Dubois bertolak ke Indonesia pada pertengahan 1880-an untuk mengejar obsesinya dalam mencari fosil manusia purba.

Pada 1889, ia mendapat kiriman sebuah fosil tengkorak yang ditemukan di Wajak, Tulung Agung, dari B.D Van Reitschotten.

Fosil tersebut kemudian diteliti oleh Eugene Dubois dan dinamai Homo wajakensis.

Halaman Selanjutnya

Setelah itu, Eugene Dubois melanjutkan…

Jakarta -

Manusia purba dan kehidupan zaman praaksara adalah dua hal yang tidak terlepaskan dalam sejarah bangsa Indonesia. Pada artikel kali ini kita akan mencari tahu jenis-jenis manusia purba yang ada di Indonesia beserta dengan tokoh penemu dan ciri-cirinya.

Manusia purba disebut juga dengan 'Pre-historic people' atau manusia prasejarah yang sekarang dikenal dengan nama manusia praaksara. Sesuai dengan namanya, manusia praaksara merupakan jenis manusia purba yang hidup pada zaman belum mengenal tulisan.

Keberadaan manusia purba banyak ditemukan oleh para arkeolog di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Berbagai bukti autentik yang dapat menguatkan keberadaan manusia purba di Indonesia adalah ditemukannya fosil, ukiran, alat-alat rumah tangga, dan sebagainya.

Berdasarkan hasil temuan bukti-bukti tersebut, para ahli dapat mengidentifikasi jenis-jenis manusia purba yang ada di Indonesia. Tidak hanya itu, para peneliti bahkan dapat membuat semacam tingkatan perkembangan dari manusia purba yang tertua hingga yang lebih muda berdasarkan indikator-indikator tertentu.

Di bawah ini adalah penjelasan lengkap mengenai jenis-jenis manusia purba di Indonesia yang dikutip dari Modul Pembelajaran SMA Sejarah Indonesia Kelas X: Kehidupan Manusia Purba dan Asal Usul Nenek Moyang oleh Mariana. Simak dengan baik, ya.

Meganthropus Paleojavanicus

Meganthropus Paleojavanicus adalah jenis manusia purba paling tua (primitif) yang pernah ditemukan di Indonesia. Fosil Meganthropus Paleojavanicus pertama kali ditemukan oleh arkeolog von Koenigswald dan Weidenreich antara tahun 1936-1941 di Sangiran pada formasi Pucangan.

Fosil-fosil Meganthropus Palaeojavanicus yang berhasil ditemukan, antara lain fragmen tulang rahang atas dan bawah, serta sejumlah gigi lepas.

Nah, berdasarkan hasil penemuan tersebut, para ahli menyimpulkan ciri-ciri Meganthropus Palaeojavanicus, yaitu

1. Hidup pada zaman Pleistosen awal yang merupakan masa awal kehidupan manusia,

2. Memiliki rahang bawah yang sangat tegap dan gigi geraham yang besar,

3. Memiliki bentuk gigi yang homonim,

4. Memiliki otot-otot kunyah yang kuat

5. Memiliki bentuk muka yang masif dengan tulang pipi tebal, tonjolan kening yang mencolok, tonjolan belakang kepala yang tajam, serta tidak memiliki dagu,

6. Memakan jenis tumbuh-tumbuhan.

Pithecanthropus

Pithecanthropus atau dikenal juga dengan manusia kera adalah jenis manusia purba https://www.detik.com/tag/manusia-purba yang fosilnya paling banyak ditemukan di Indonesia. Penemuan fosil pertamanya ditemukan oleh arkeolog asal Belanda bernama Eugene Dubois pada 1891 di Trinil, Ngawi.

Fosil yang ditemukan berupa atap tengkorang dan tulang paha. Berdasarkan hasil temuannya ini, Dubois memberinya nama Pithecanthropus erectus yang berarti manusia kera yang berdiri tegak.

Selain Pithecanthropus erectus, jenis Pithecanthropus lainnya yang ditemukan di Indonesia adalah Pithecanthropus robustus, yaitu manusia kera yang besar dan Pithecanthropus mojokertensis, yakni manusia kera dari Mojokerto.

Berdasarkan penemuan fosil-fosilnya, Pithecanthropus memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

1. Pithecanthropus hidup pada masa Pleistosen awal dan tengah sekitar 1 juta hingga 1,5 juta tahun silam.

2. Memiliki tinggi badan sekitar 168-180 cm dengan berat badan rata-rata 80-100 kg.

3. Berjalan tegak.

4. Memiliki volume otak sekitar 775-975 cc.

5. Batang tulang lurus dengan tempat-tempat perlekatan otot yang sangat nyata.

6. Bentuk tubuh dan anggota badan tegap.

7. Memiliki alat pengunyah dan otot tengkuk yang sangat kuat.

8. Memiliki rahang yang sangat kuat dengan bentuk geraham besar.

9. Bentuk kening menonjol sangat tebal.

10. Bentuk hidung tebal dan tidak memiliki dagu.

11. Bagian belakang kepala tampak menonjol.

Homo Sapiens

Homo Sapiens merupakan perkembangan dari jenis manusia sebelumnya dan telah menunjukkan bentuk yang sama seperti manusia pada masa sekarang. Berdasarkan hasil penemuan para ahli, jenis Homo Sapiens yang ada di Indonesia adalah Homo Soloensis dan Homo Wajakensis. Homo Wajakensis berhasil ditemukan oleh Van Reictshotten pada 1889 di Wajak, Malang.

Secara umum, Homo Sapiens memiliki ciri yang lebih progresif dibandingkan Pithecanthropus. Secara khusus, ciri-ciri Homo Sapiens adalah:

1. Volume otak bervariasi antara 1000-1450 cc,

2. Otak besar dan otak kecil sudah berkembang (terutama pada bagian kulit otaknya),

3. Memiliki tinggi badan sekitar 130-210 cm dengan berat badan rata-rata 30-150 kg,

4. Tulang dahi dan bagian belakang tengkorak sudah membulat dan tinggi,

5. Otot tengkuk mengalami penyusutan,

6. Sudah berjalan dan berdiri tegak,

7. Memiliki ciri-ciri yang lebih sempurna.

Nah, itu dia penjelasan mengenai jenis-jenis manusia purba di Indonesia lengkap dengan tokoh penemu dan ciri-cirinya. Sekarang, detikers sudah tahu perbedaan antara Meganthropus Paleojavanicus, Pithecanthropus, dan Homo Sapiens, kan?

Simak Video "Studi: Hanya 7% Populasi Dunia yang Punya DNA Unik 'Manusia Modern'"



(lus/lus)

  • Home
  • Nasional
  • TEMPO Interaktif, Medan:Penelitian Balai Arkeologi Medan menguak jejak peradaban manusia pertama di Sumatera Utara. Jejak kehadiran manusia tergambar dari temuan arkeologis seperti sisa-sisa vertebrata (tulang dan gigi).Lokasinya di sebuah goa pada ketinggian 175 meter di atas permukaan laut di Desa Lolowonu Niko'otano, Kecamatan Gunung Sitoli, Kabupaten Nias.Temuan lain dari perut goa yang dikeruk hingga kedalaman 4 meter, yaitu alat-alat batu yang berkarakter paleolitik, di antaranya serpih batu, batu pukul dan pipisan dan mata panah dari batu dengan panjang 2,5 sentimeter.Bukti peradaban masa lalu yang paling menarik adalah penemuan batu andesit berbentuk lonjong dengan karakter sebagai pemukul, batu pukul dan alat atau spatula berbahan tanduk dan cangkang moluska.Analisis yang dilakukan terhadap penemuan itu, menurut peneliti Balai Arkeologi Medan Ketut Wiradnyana, sangat absolut. Hasilnya menakjubkan, sudah ada manusia yang tinggal di Nias, khususnya di Goa Togi Ndrawa, Desa Lolowonu Niko'otano sejak 12 ribu tahun silam dan berlangsung terus-menerus hingga berkisar 1150 Masehi.Umur kehidupan manusia pertama di Pulau Nias itu dihitung dengan metode radio carbon atas sampel moluska. Manusia pertama yang tinggal di dalam goa memanfaatkan biota marin khususnya yang berada pada kawasan mangrove. Hal itu dapat dibuktikan, kata Ketut, dari tumpukan cangkang moluska yang banyak ditemukan dari dalam lobang penggalian situs. Budaya yang ada pada manusia pertama di Nias itu sama persis dengan budaya prasejarah yang terdapat di wilayah Vietnam (Hoabinh).Kemungkinan lain dapat ditarik jika masa paleolitik di Pulau Nias memiliki waktu yang relatif sama dengan masa Paleolitik di daerah Indonesia (Nusantara) lainnya.Saat itu migrasi manusia di nusantara sebagian diyakini berasal dari daratan Asia. Manusia masa paleolitik kemudian berkembang cara hidupnya sejalan perkembangan otaknya ke masa mesolitik, neolitik, megalitik sampai sekarang.SAHAT SIMATUPANG

    Lihat Juga