Jelaskan perbedaan orang yang berilmu dengan orang yang tidak berilmu dalam Islam

Jawaban:

Perbedaan orang yang memiliki ilmu dengan orang yang tidak memiliki ilmu antara lain adalah

  • Dari segi keimanan: Orang yang memiliki ilmu khususnya agama cenderung lebih beriman dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki ilmu.
  • Dari segi ibadah: Orang yang memiliki ilmu khususnya agama cenderung lebih giat beribadah dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki ilmu.
  • Dari segi akhlak atau perilaku: Orang yang memiliki ilmu khususnya agama cenderung lebih baik akhlak atau perilakunya dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki ilmu.
  • Dari segi kesuksesan: Orang yang memiliki ilmu cenderung lebih mudah sukses dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki ilmu.
  • Dari segi kemampuan menyelesaikan masalah: Orang yang memiliki ilmu cenderung lebihxepat menyelesaikan masalah dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki ilmu.

Pembahasan:

Ilmu merupakan hal yang sangat penting dalam hidup umat manusia. Manusia khususnya umat islam sangat dianjurkan untuk giat dalam menuntut ilmu khususnya ilmu agama. Umat islam harus selalu rajin dalam mempelajari semua ilmu selama  ilmu tersebut merupakan ilmu yang baik.

Akan tetapi, jika ilmu tersebut bukan ilmu yang baik maka kita tidak boleh mempelajarinya, contohnya ilmu tentang menjadi pencuri yang handal tidak boleh dipelajari, hal ini karena ilmu mencuri bukan merupakan ilmu yang baik.

Dalam salah satu hadis nabi dijelaskan bahwa ilmu menjadi salah satu hal yang harus dimiliki oleh seseorang jika ingin hidup sukses. Baik itu jika orang tersebut  ingin hidup sukses di sunia,  ingin hidup sukses di akhirat atau  ingin hidup sukses di dunia dan di akhirat. Tanpa ilmu seseorang cenderung dalam kesesatan dan mudah melakukan sesalahan sehingag susah untuk dapat hidup sukses.

Pertanyaan Berikutnya: Jelaskan perbedaan orang yg berilmu dengan orang yang tidak berilmu?

Ada perbedaan orang berilmu dan ahli ibadah yang bodoh.

ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA

Perbedaan Orang Berilmu dan Ahli Ibadah yang Bodoh. Foto: Ibadah puasa. Ilustrasi

Rep: Andrian Saputra Red: Muhammad Hafil

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Orang yang berilmu dengan orang yang ahli ibadah namun bodoh tentu sangat jauh berbeda derajatnya. Orang yang berilmu dapat sempurna dalam mengerjakan sebuah amal ibadah karena mengetahui ilmunya. Sedangkan ahli ibadah yang bodoh bisa jadi sia-sia amalnya sebab tidak mengetahui ilmunya. Tentang perbedaan derajat antara orang berilmu dan ahli ibadah ini telah dijelaskan Rasulullah ﷺ.Sebagaimana dalam kitab at Targib wat Tarhib menuliskan sebuah hadits Nabi Muhammad ﷺ yang diriwayatkan Imam Tirmidzi:وَعَنْ أَبِى أُمَامَةَ قَالَ ذُكِرَلِرَسُوْلِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجُلَا نِ أَحَدُهُمَاعَابِدٌ وَالْاَخَرُعَالِمٌ فَقَالَ عَلَيْهِ اَفْضَلُ الصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ : فَضْلُ الْعَالِمِ عَلَى الْعَابِدِكَفَضْلِى عَلَى اَدْنَاكُمْ , ثُمَّ قَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : اِنَّ اللَّهَ وَمَلَا ئِكَتَهُ وَاَهْلَ السَّمَوَاتِ وَالْاَرْضِ حَتَّى النَّمْلَةِ فِى جُحْرِهَاوَحَتَّى الْحُوْتَ لَيُصَلُّوْنَ عَلَى مُعَلِّمِى النَّاسِ الْخَيْرَ.Dan diriwayatkan dari Abi Umamah, ia berkata: Dijelaskan kepada Rasulullah ﷺ tentang dua lelaki, satu orang lelaki itu ahli ibadah dan satu lelaki lainnya adalah orang alim. Maka berkata Nabi Muhammad ﷺ: Keutamaan orang alim atas orang ahli ibadah itu seperti keutamaannya aku atas orang yang paling rendah (paling bodoh) di antara kalian. Kemudian Rasulullah ﷺ bersabda: Sesungguhnya Allah dan para malaikatnya dan seluruh penghuni langit dan bumi sampai semut di dalam lubangnya, sampai semua ikan, itu semuanya mendoakan orang yang mengajarkan kepada manusia lainnya tentang kebaikan.Setiap sahabat Rasulullah adalah orang-orang terbaik. Tetapi diantara sahabat Rasulullah itu hanya orang-orang yang berilmu yang mampu meneruskan perjuangan Rasulullah. Maka sahabat-sahabat Rasul yang berilmu begitu sangat dekat dengan Rasulullah. Para sahabat yang berilmu mereka dapat meriwayatkan hadits-hadits, menuliskan sejarah, berijtihad setelah wafatnya nabi dan lainnya. Hingga nama mereka pun abadi hingga kini.Sementara sahabat yang bodoh tentu derajatnya sangat jauh dengan sahabat yang berilmu. Begitupun kedekatannya dengan Rasulullah tidak seperti sahabat-sahabat yang berilmu. Orang yang berilmu dalam keadaan tidak ibadahnya pun sudah mendapatkan banyak kebaikan sebab setiap makhluk mendoakannya. Sementara orang ahli ibadah harus berupaya berdoa atas dirinya.

Baca Juga

  • ibadah
  • perbedaan orang berilmu dan orang bodoh
  • orang bodoh
  • alim

Jelaskan perbedaan orang yang berilmu dengan orang yang tidak berilmu dalam Islam
Jelaskan perbedaan orang yang berilmu dengan orang yang tidak berilmu dalam Islam

pendidikan Islam

Agama Islam sangat menjunjung tinggi ilmu pengetahuan. Sebagai agama ilmiah nan mulia, Islam sangat mendorong sekali umatnya menjadi orang yang berilmu, menyeru pada kebaikan dan mencegah kemungkaran, terlebih seorang pendidik, guru, dosen, ustadz.

Bahkan mereka diklasifikasikan sebagai orang-orang yang ulul albab (orang yang berakal) dan beruntung baik di dunia maupun di akhirat. Derajat mereka tentu lebih tinggi bahkan tidak sama dengan mereka yang tidak berilmu, sebagaimana dalam firman-Nya surat az Zumar ayat 9;

اَمَّنْ هُوَ قَانِتٌ اٰنَاۤءَ الَّيْلِ سَاجِدًا وَّقَاۤىِٕمًا يَّحْذَرُ الْاٰخِرَةَ وَيَرْجُوْا رَحْمَةَ رَبِّهِ قُلْ هَلْ يَسْتَوِى الَّذِيْنَ يَعْلَمُوْنَ وَالَّذِيْنَ لَا يَعْلَمُوْنَ ۗ اِنَّمَا يَتَذَكَّرُ اُولُوا الْاَلْبَابِ ࣖ

(Apakah kamu orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadah pada waktu malam dengan sujud dan berdiri, karena takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah, “Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sebenarnya hanya orang yang berakal sehat yang dapat menerima pelajaran. (Q.S. az-Zumar [39]: 9)

Tafsir Surat az-Zumar Ayat 9

Al-Suyuthi dalam Lubab an-Nuqul fi Asbab an-Nuzul menjelaskan asbabun nuzul ayat ini, menurut Ibnu Abi Hatim dari penuturan Ibnu Umar, ayat ini berkenaan dengan sahabat Utsman bin Affan. Sementara Ibnu Sa’ad meriwayatkan dari jalur al-Kalbi, dari Abu Shalih, dari Ibnu Abbas, bahwa orang yang dimaksudkan ialah Ammar bin Yasir. Adapun menurut Juwaibir dari Ibnu Abbas yang dimaksudkan dalam ayat ini adalah Ibnu Mas’ud, Ammar bin Yasir, dan Salim mantan budak Abu Huzaifah.

Ibnu Katsir menafsirkan ayat ini menurut ats-Tsauri telah meriwayatkan dari Firas, dari as-Sya’by, dari Masruq, dari Ibnu Mas’ud yang dimaksud kata al-qanit adalah orang yang selalu taat kepada Allah swt dan Rasul-Nya. Penafsiran yang lain datang dari al-Baghawy, ia menyebut al-qanit dengan al-muqim ala ath-tha’ah (senantiasa dalam keadaan taat). Ibnu Umar mengatakan al-qunut bermakna qiraatul qur’an wa thulul qiyam (membaca Alquran dan panjang berdirinya (beribadah di tengah malam)).

Sedangkan Ibnu Abbas, al-Hasan, al-Saddi, dan Ibnu Zaid menafsiri redaksi ana al-lail ialah tengah malam, yakni waktu tengah-tengah malam (jauf al-lail). Berbeda dengan mereka, al-Tsauri telah meriwayatkan dari Mansur yang mengatakan bahwa makna yang dimaksud adalah waktu malam yang terletak antara Magrib dan Isya’. Al-Hasan dan Qatadah menyebutkan waktu permulaan, pertengahan dan akhirnya.

Pada redaksi selanjutnya, yahdzarul aakhirata wa yarju rahmata rabbihi, Ibnu Katsir menafsirinya dengan dalam ibadahnya ia takut (khaaif) dan berharap (raja’) kepada Allah. Dan memang sepatutnya ibadah kepada-Nya dilakukan dengan seperti itu. Sedangkan al-Baghawy menafsirkan redaksi yahdzarul akhirah dengan yakhaful akhirah (takut kepada azab akhirat) dan yarju rahmata rabbihi seperti perbuatan yang dilakukan tanpa mengharap sesuatu alias tulus dan ikhlas.

Kalimat yang menyebut, “adakah sama orag yang tidak mengetahui dengan yang mengetahui?” Ulama ahli tafsir beragam dalam menafsirkan kalimat ini. Di antaranya, Abu Sa’ud al-‘Imady Muhammad bin Muhammad dalam Irsyad al-‘Aqli as-Salim ila Mazaya Kitab al-Karim mengatakan apakah sama orang-orang yang mengetahui hakikat segala sesuatu kemudian melakukan sesuatu sesuai pengetahuan yang dimilikinya sebagaimana orang yang bangun di tengah malam dibanding mereka yang tidak mengetahui hakikat sesuatu kemudian beramal dengan kebodohan dan kesesatan?

Maka, jawabannya jelas tidak sama. Sejalan dengan al-Imady, Ibnu Katsir mengatakan, apakah sama orang yang sebelumnya menjadikan tandingan-tandingan bagi Allah untuk menyesatkan manusia dari jalan Allah?

Al-Zujaj memberikan pandangannya dalam Tafsir al-Qurthuby, bahwa tidak sama orang yang berada dalam ketaatan dengan mereka yang berada dalam kemaksiatan. Ia menambahkan tidak sama orang yang melakukan suatu amal yang didasari dengan ilmu dengan suatu amal yang dilakukan tanpa berdasar pada ilmu.

Maka, sesungguhnya orang yang mengetahui perbedaan di antara keduanya hanyalah orang yang mempunyai akal, hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. Pungkas ayat ini.

Beda Derajat Orang Berilmu dan Tidak Berilmu

Kedudukan orang yang berilmu, orang yang taat berbeda dengan mereka yang tidak berilmu (bodoh) dan berada dalam kemaksiatan. Ayat di atas menyiratkan bahwa orang yang menghabiskan waktunya untuk berbuat taat kepada Allah dengan berbagai bentuk ketaatann didasarkan pada ilmu tidak sama dengan mereka yang hanya menuruti hawa nafsunya. Mereka memiliki kedudukan lebih tinggi dan mulia ketimbang yang senantiasa berbuat kemaksiatan dalam hidupnya.

Mengutip Kiai Hasyim Asy’ari dalam Adab al-Alim wa al-Muta’allim menjelaskan selisih derajat ulama dibandingkan orang Muslim pada umumnya dengan mengutip sahabat Ibnu Abbas, “Para ulama mempunyai derajat yang lebih tinggi daripada orang-orang mukmin pada umumnya dengan selisih 700 derajat dan di antara dua derajat terpaut selisih 500 tahun.”

Ini belum dibandingkan dengan derajat orang yang senantiasa bermaksiat dan berada dalam kesesatan, tentu perbedaannya cukup signifikan. Sungguh, barang siapa yang beramal tanpa didasari dengan ilmu, maka tertolak. Semoga spirit pendidikan yang terkandung dalam ayat di atas, mampu kita praktikkan dengan menuntut ilmu sepanjang hayat serta pengamalan dalam kehidupan sehari-hari. Wallahu A’lam.