jelaskan perbedaan kebutuhan dan keinginan

jelaskan perbedaan kebutuhan dan keinginan
jelaskan perbedaan kebutuhan dan keinginan

Perbedaan antara kebutuhan dengan keinginan terutama terletak pada seberapa esensial keduanya terhadap kelangsungan hidup kita. Kita harus memenuhi kebutuhan untuk menunjang aktivitas sehari-hari.

Sebaliknya, kita tidak harus selalu memenuhi keinginan karena itu kurang esensial. Paling, kita kecewa karena tidak bisa memuaskan keinginan kita. Tapi, itu tidak memunculkan masalah serius.

Memahami perbedaan antara kebutuhan dan keinginan penting bagi kita dalam mengambil keputusan sehari-hari. Sebagai konsumen, dengan mengidentifikasi keduanya, kita bisa lebih memprioritaskan sumber daya yang ada. Misalnya, kita menghabiskan uang pada apa yang benar-benar kita perlukan, bukan pada apa yang kita inginkan.

Sementara itu, jika anda adalah pemilik bisnis, memahami kebutuhan dan keinginan konsumen adalah langkah awal untuk sukses. Setelah mengidentifikasi kebutuhan dan keinginan konsumen di pasar yang anda targetkan, anda harus merancang bauran pemasaran yang tepat. Anda harus bisa memuaskan mereka dengan produk anda. Dan, sekali anda harus melakukannya lebih baik daripada pesaing anda, uang akan terus mengalir ke bisnis anda.

Apa itu kebutuhan dan keinginan?

Kebutuhan adalah sesuatu yang kita perlukan untuk kelangsungan hidup. Memenuhinya membuat hidup kita stabil, sehat, atau aman. Kita membutuhkan makanan karena itu memungkinkan kita memiliki energi untuk melakukan kegiatan sehari-hari.

Kebutuhan berbeda dari keinginan. Yang terakhir mengacu pada aspirasi atau keinginan kita. Tidak dapat memenuhi kebutuhan dapat menyebabkan hidup kita menjadi tidak stabil atau bahkan mati, tetapi tidak untuk keinginan. Keinginan kurang penting untuk kita bertahan hidup.

Ambil contoh sederhana. Kita menginginkan makanan organik karena kita mendambakan gaya hidup sehat. Tetapi ketika makanan seperti itu tidak tersedia, atau harganya tidak terjangkau dengan uang kita, kita dapat menundanya. Tapi itu tidak berarti kita tidak makan sama sekali.

Dalam ilmu ekonomi, ketika didukung oleh daya beli, kebutuhan dan keinginan dapat menjadi permintaan. Dalam contoh ini, daya beli kita tidak mendukung untuk membeli makanan sehat karena kita memiliki uang (sumber daya) yang terbatas. Tapi, jika kita punya uang yang cukup, kita akan meminta produk makanan sehat.

Kebutuhan menjadi keinginan ketika mereka diarahkan ke objek tertentu. Dan, dalam hal ini, keinginan mewakili kebutuhan yang belum terpenuhi.

Kemudian, sebuah keinginan bisa menjadi kebutuhan jika sesuatu menjadi vital bagi kehidupan kita. Misalnya, kita membutuhkan makanan sehat untuk mencegah diabetes kita memburuk. Itu tidak lagi sebuah keinginan tapi sebuah kebutuhan.

Mengapa mengidentifikasi perbedaaan antara kebutuhan dengan keinginan adalah penting?

Mengidentifikasi kebutuhan dan keinginan penting karena beberapa alasan. Saya akan mengambil dua perspektif: konsumen dan bisnis. Sebagai konsumen, kita bisa mengoptimalkan sumber daya (uang) yang kita miliki. Kita bisa mengalokasikannya untuk penggunaan terbaik. 

Sedangkan, bisnis bisa menghasilkan keuntungan yang tinggi ketika mereka memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen. Dan, itu membutuhkan mereka melakukanya lebih baik daripada yang dilakukan pesaing.

Memprioritaskan alokasi sumber daya

Kita memiliki sumber daya terbatas. Misalnya, uang kita tersedia terbatas dan tidak dapat memenuhi semua kebutuhan dan keinginan kita. Karena itu, kita harus membuat pilihan untuk mengalokasikannya.

Mengidentifikasi kebutuhan dan keinginan adalah langkah pertama untuk mengelola uang secara bijak. Itu menjadi semakin perlu terutama ketika menghadapi masa-masa sulit seperti resesi ekonomi. Sehingga, membelanjakan uang dengan bijaksana membantu kita bertahan hidup.

Kita mungkin seringkali sulit membedakan antara kebutuhan dan keinginan, terutama ketika kita sedang berbelanja. Kita membeli suatu barang namun sebenarnya tidak benar-benar kita butuhkan. Kadang, kita juga membeli suatu barang baru walaupun sebenarnya sudah memiliki barang yang serupa dengan fungsi yang sama. Akhirnya, uang kita habis untuk membeli apa yang kita inginkan tapi tidak benar-benar kita butuhkan.

Sehingga, membedakan kebutuhan dan keinginan menjadi penting dalam pengambilan keputusan di kehidupan sehari-hari. Dengannya, kita bisa memprioritaskan pengeluaran uang. Dan, akhirnya, itu tersedia ketika kita benar-benar membutuhkannya.

Kemudian, sumber daya yang kita miliki tidak hanya uang. Waktu kita adalah juga sama berharganya. Menghabiskan lebih banyak waktu untuk bersenang-senang mengorbankan uang yang mungkin kita dapat dengan bekerja. Kita mungkin tidak merasakan efeknya sekarang, tapi di masa mendatang, ketika kita sudah tidak lagi fit untuk bekerja.

Menghasilkan keuntungan

Bisnis ada untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan kita. Mereka melakukannya untuk mendapat untung.

Tapi, pada saat yang sama, bisnis juga harus bersaing di pasar. Banyak bisnis beroperasi. Mereka mungkin menawarkan produk yang mirip dengan target pasar yang sama dengan pesaing mereka. 

Agar keuntungan berkesinambungan, mereka harus bisa memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen dengan lebih baik daripada yang dilakukan pesaing. Jika mereka sukses melakukannya, uang konsumen akan terus pergi ke mereka.

Mampu memuaskan konsumen membutuhkan bisnis untuk menciptakan nilai. Mereka harus efisien dan inovatif. Itu tidak hanya membuat pelanggan yang ada loyal, tapi juga pelanggan pesaing kemungkinan beralih mereka.

Ketika mereka menghasilkan posisi bisnis yang superior dibandingkan dengan pesaing mereka, mereka mencapai keunggulan kompetitif. Mereka menghasilkan keuntungan yang lebih tinggi daripada rata-rata pesaing.

Tapi, karena persaingan dan lingkungan bisnis adalah dinamis, keunggulan kompetitif bisa berubah menjadi ketidakunggulan kompetitif jika mereka lengah. Oleh karena itu, mereka harus terus beradaptasi dengan lingkungan yang berubah.

Selera dan preferensi konsumen terus berubah, begitu pula dengan kebutuhan dan keinginan mereka. Dan, perubahan semacam itu menawarkan peluang serta tantangan bagi bisnis dalam mengembangkan produk dan layanan baru.

Kebutuhan dan keinginan berubah karena, misalnya, perubahan gaya hidup dan teknologi. Bisnis harus tanggap dengan kondisi itu. Mereka harus memunculkan ide-ide inovatif. Misalnya, mereka menawarkan variasi lain dari produk yang ada. Atau, mereka mungkin juga perlu merancang produk yang sama sekali baru.

Jika bisnis tidak beradaptasi, tentu saja, produk mereka tidak terjual. Jika mereka tidak dapat menjual produk, tentu saja, mereka tidak menghasilkan uang. Oleh karena itu, mereka harus terus memantau dinamika pasar untuk memastikan mereka mengikuti perubahan kebutuhan dan keinginan konsumen.

Apa perbedaan antara kebutuhan dengan keinginan?

Beberapa aspek membedakan antara kebutuhan dan keinginan. Pertama, keduanya berbeda dalam hal tingkat urgensinya terhadap kehidupan kita. Kemudian, keduanya juga berbeda sifatnya, apakah terbatas atau tidak terbatas. Baiklah, mari kita bahas satu per satu.

Kebutuhan adalah esensial sedangkan keinginan tidak

Kita harus memenuhi kebutuhan kita karena itu esensial bagi kehidupan kita sehari-hari. Kita melakukannya dengan membeli barang dan jasa. Contohnya adalah kebutuhan kita terhadap makanan, air dan tempat tinggal.

Jika kita tidak dapat memenuhi kebutuhan, itu bisa berdampak serius, seperti memburuknya kesehatan kita atau bahkan kematian. Bayangkan apa yang terjadi jika kita tidak makan selama berhari-hari.

Sebaliknya, keinginan adalah kurang esensial untuk kita bertahan hidup. Itu lebih mengacu pada harapan kita untuk memiliki atau mendapatkan sesuatu, baik segera maupun pada waktu yang akan datang. Memenuhinya membuat hidup kita lebih nyaman.

Misalnya, makan menjadi kebutuhan kita karena dengannya kita bisa menunjang aktivitas sehari-hari. Tapi, makan di restoran mewah bisa jadi hanyalah sebuah keinginan. Itu karena, tanpa ke sana, kita masih bisa makan.

Tidak memenuhi keinginan tidak berdampak serius. Paling, itu hanya menimbulkan kekecewaan. 

Memang, dengan memenuhi keinginan, kita bisa bisa menikmati hidup dan bersenang-senang. Liburan adalah contoh bagus. Itu bisa membuat kita menikmati momen-momen menggembirakan, tapi tanpanya, sebenarnya, itu juga tidak masalah.

Memenuhi kebutuhan lebih mudah diukur daripada keinginan

Kita lebih mudah mengukur apakah kita telah memenuhi kebutuhan kita atau belum. Itu biasanya bersifat universal untuk semua orang. Misalnya, semua orang membutuhkan makanan atau pakaian, terlepas apa pilihan mereka.

Sebaliknya, memenuhi keinginan sulit untuk diukur. Itu karena kita tidak pernah puas dengan apa yang ada. Ketika telah memenuhi sebuah keinginan, kita mendambakan yang lain. 

Misalnya, kita menginginkan sepeda motor dan membelinya. Tapi, di lain waktu, kita mungkin memikirkan untuk membeli mobil karena kita pikir itu lebih nyaman.

Ambil pakaian sebagai contoh lain. Jika kita memiliki uang lebih, kita akan memilih pakaian dengan bahan dan kualitas terbaik meski kita telah memilikinya.

Keinginan juga akan bervariasi antar individu. Masing-masing orang memiliki selera berbeda. Dan, karena selera setiap orang berbeda, maka standar untuk memenuhi keinginan juga akan bervariasi. Misalnya, orang menyukai pakaian mewah, tapi seperti apa desainnya, masing-masing akan memiliki jawaban yang berbeda.

Kebutuhan lebih terbatas, keinginan tidak terbatas

Kebutuhan memiliki sifat yang terbatas tapi tidak dengan keinginan. Kita sebagai manusia memiliki sifat tidak puas dengan yang sudah ada. Ketika telah mendapatkan sesuatu, kita menginginkan yang lain.

Keinginan seringkali juga terus berubah, berkorelasi dengan seberapa besar sumber daya yang kita miliki. Misalnya, dengan meningkatnya pendapatan, kita menginginkan mobil dan tidak lagi sepeda motor. Begitu juga, ketika kita semakin kaya, memiliki jet pribadi dan mobil mewah adalah sebuah impian karena itu meningkatkan citra kita.

Kebutuhan harus dipenuhi, keinginan bisa jadi hanya harapan

Karena esensial bagi kelangsungan hidup, kita harus memenuhi kebutuhan. Tapi, itu tidak berlaku dengan memenuhi keinginan kita.

Dan, karena alasan tersebut, memenuhi kebutuhan seharusnya menjadi prioritas utama sebelum kita memuaskan keinginan kita. Ambil perumpamaan sederhana. Kita memiliki uang dan menghadapi dua pilihan: menggunakannya untuk kebutuhan makan selama sebulan atau membeli smartphone yang kita inginkan. 

Karena uang kita tidak cukup, kita harus memilih dan tidak bisa mendapatkan keduanya sekaligus. Makan, tentu saja, menjadi prioritas kita daripada smartphone. Kita tidak bisa hidup tanpa makan sebulan meski itu berarti kita tidak memiliki smartphone.

Kita mungkin kecewa karena tidak bisa membeli smartphone. Tapi, itu tidak mengakibatkan kita mati.

Keinginan sering berubah daripada kebutuhan

Kebutuhan seringkali konstan dan jarang berubah. Kita membutuhkan makanan, udara, air, pakaian, dan tempat tinggal untuk bertahan hidup terlepas bagaimana kita memenuhinya.

Misalnya, dengan makan, kita memenuhi kebutuhan tubuh akan protein. Apakah kita memenuhinya dari makanan mahal atau tidak, itu sebenarnya tidak penting. Kebutuhan pokok kita adalah protein. Dan, bagaimana cara kita memenuhinya, itu bisa menjadi sebuah keinginan.

Misalnya, kita mungkin hanya mendapatkan produk kacang-kacangan dengan uang yang tersedia. Di suatu saat, kita mungkin menginginkan daging. Tapi, karena uang kita tidak cukup, itu hanyalah sebatas keinginan.

Keinginan dapat berubah-ubah seiring berjalannya waktu. Itu terkait erat dengan selera kita. Dan, selera kita terhadap barang dan jasa bisa berubah karena faktor seperti tingkat pendapatan, lingkungan sosial tempat kita berada, pengalaman kita, pemasaran, dan bahkan, pendapat orang lain.

Kebutuhan lebih objektif sedangkan keinginan adalah subjektif

Jika kita memikirkan bagaimana memenuhi kebutuhan kita, itu biasanya akan memaksa kita berpikir objektif. Maksud saya, kita lebih memikirkan apa yang benar-benar kita butuhkan tanpa pengaruh eksternal. Kita lebih mempertimbangkan manfaat yang kita peroleh ketika membeli barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan.

Sebaliknya, faktor eksternal banyak mempengaruhi keinginan kita. Misalnya, ketika teman kita membeli mobil baru, kita mungkin juga menginginkannya meski itu bukan yang paling kita butuhkan.

Selain itu, keinginan lebih subjektif karena masing-masing orang memiliki selera berbeda. Misalnya, anda lebih menginginkan mobil berwarna hitam. Tapi, teman anda mungkin lebih suka warna putih.