Jelaskan pengertian taat kepada Allah dan rasulnya

Taat memiliki arti tunduk [kepada Allah Swt., pemerintah, dsb.] tidak berlaku curang, dan atau setia. Aturan adalah tindakan atau perbuatan yang harus dijalankan. Taat pada aturan adalah sikap tunduk kepada tindakan atau perbuatan yang telah dibuat baik oleh Allah Swt., nabi, pemimpin, atau yang lainnya. Aturan yang paling tinggi adalah aturan yang dibuat oleh Allah Swt., yaitu terdapat pada al-Qur’an. Sementara di bawahnya ada aturan yang dibuat oleh Nabi Muhammad Saw., yang disebut sunah atau hadis. Di bawahnya lagi ada aturan yang dibuat oleh pemimpin, baik pemimpin pemerintah, negara, daerah, maupun pemimpin yang lain, termasuk pemimpin keluarga. Peranan pemimpin sangatlah penting. Sebuah institusi, dari terkecil sampai pada suatu negara sebagai institusi terbesar, tidak akan tercapai kestabilannya tanpa ada pemimpin. Tanpa adanya seorang pemimpin dalam sebuah negara, tentulah negara tersebut akan menjadi lemah dan mudah terombang-ambing oleh kekuatan luar. Oleh karena itu, Islam memerintahkan umatnya untuk taat kepada pemimpin karena dengan ketaatan rakyat kepada pemimpin [selama tidak maksiat], akan terciptalah keamanan dan ketertiban serta kemakmuran.

Al-Qur'an Surat An-Nisa' Ayat 59.


يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ ۖ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ۚ ذَٰلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا


Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul [Muhammad], dan Ulil Amri [pemegang kekuasaan]] di antara kamu. Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah [al-Qur’an] dan Rasul [sunnahnya], jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama [bagimu] dan lebih baik akibatnya.” [Q.S. an-Nisa/4: 59]

Kandungan Al-Qur'an Surat An-Nisa' Ayat 59.


Asbabu al-Nuzul atau sebab turunnya ayat ini menurut Ibn Abbas adalah berkenaan dengan Abdullah bin Huzaifah bin Qays as-Samhi ketika Rasulullah saw. mengangkatnya menjadi pemimpin dalam sariyyah [perang yang tidak diikuti oleh Rasulullah Saw.]. As-Sady berpendapat bahwa ayat ini turun berkenaan dengan Amr bin Yasir dan Khalid bin Walid ketika keduanya diangkat oleh Rasulullah Saw. sebagai pemimpin dalam sariyah.

Al-Qur'an Surat an-Nisa/4: 59 memerintahkan kepada kita untuk menaati perintah Allah Swt., perintah Rasulullah Saw., dan ulil amri. Tentang pengertian ulil amri, di bawah ini ada beberapa pendapat.

1. Abu Jafar Muhammad bin Jarir at-Thabari.


Arti ulil amri adalah umara, ahlul ‘ilmi wal fiqh [mereka yang memiliki ilmu dan pengetahuan akan fiqh]. Sebagian ulama yang lain berpendapat bahwa sahabat-sahabat Rasulullah Saw. itulah yang dimaksud dengan ulil amri.

2. Al-Mawardi.


Ada empat pendapat dalam mengartikan kalimat "ulil amri", yaitu: [1] umāra [para pemimpin yang konotasinya adalah pemimpin masalah keduniaan], [2] ulama dan fuqaha, [3] sahabat-sahabat Rasulullah Saw., [4] dua sahabat saja, yaitu Abu Bakar dan Umar.

3. Ahmad Mustafa al-Maraghi.


Bahwa ulil amri itu adalah umara, ahli hikmah, ulama, pemimpin pasukan dan seluruh pemimpin lainnya.

Kita memang diperintah oleh Allah Swt. untuk taat kepada ulil amri [apa pun pendapat yang kita pilih tentang makna ulil amri]. Namun, perlu diperhatikan bahwa perintah taat kepada ulil amri tidak digandengkan dengan kata “taat”; sebagaimana kata “taat” yang digandengkan dengan Allah Swt. dan rasul-Nya. Quraish Shihab, Mufassir Indonesia, memberi ulasan yang menarik: “Tidak disebutkannya kata “taat” pada ulil amri untuk memberi isyarat bahwa ketaatan kepada mereka tidak berdiri sendiri, tetapi berkaitan atau bersyarat dengan ketaatan kepada Allah Swt. dan rasul-Nya. Artinya, apabila perintah itu bertentangan dengan nilai-nilai ajaran Allah dan rasul-Nya, tidak dibenarkan untuk taat kepada mereka."

Lebih lanjut Rasulullah Saw. menegaskan dalam hadis berikut ini:

Artinya: “Dari Abi Abdurahman, dari Ali sesungguhnya Rasulullah bersabda... Tidak boleh taat terhadap perintah bermaksiat kepada Allah, sesungguhnya ketaatan itu hanya dalam hal yang makruf.” [HR. Muslim]

Umat Islam wajib menaati perintah Allah Swt. dan rasul-Nya dan diperintahkan pula untuk mengikuti atau menaati pemimpinnya. Tentu saja, apabila pemimpinnya memerintahkan kepada hal-hal yang baik. Apabila pemimpin tersebut mengajak kepada kemungkaran, wajib hukumnya untuk menolak.

Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan tentang kandungan Al-Qur'an Surat An-Nisa’ Ayat 59 tentang taat kepada Allah, Rasul dan Ulil Amri. Kunjungilah selalu www.bacaanmadani.com semoga bermanfaat. Aamiin.

JAKARTA, iNews.id - Surat An Nisa ayat 59 memerintahkan kaum muslim agar menaati putusan hukum, yang secara hirarkis dimulai dari penetapan hukum Allah dalam Al Quran. 

Selain itu, menaati pula perintah-perintah Nabi Muhammad SAW, dan juga ketetapan-ketetapan yang dikeluarkan oleh para pemimpin atau Ulil Amri selaku pemegang kekuasaan selama ketetapan-ketetapan itu tidak melanggar ketentuan Allah dan Rasul-Nya. 

Dalam Surat An Nisa Ayat 59 juga disebutkan jika terjadi perbedaan pendapat tentang sesuatu masalah yang tidak dapat dipertemukan, maka kembalikanlah kepada nilai-nilai dan jiwa firman Allah, yakni Al Quran dan Sunnah Rasulullah sebagai bukti benar-benar beriman kepada Allah, Rasul dan hari Kemudian.  

Berikut teks Surat An Nisa Ayat 59: Latin, Arti, Makna

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَطِيْعُوا اللّٰهَ وَاَطِيْعُوا الرَّسُوْلَ وَاُولِى الْاَمْرِ مِنْكُمْۚ فَاِنْ تَنَازَعْتُمْ فِيْ شَيْءٍ فَرُدُّوْهُ اِلَى اللّٰهِ وَالرَّسُوْلِ اِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِۗ ذٰلِكَ خَيْرٌ وَّاَحْسَنُ تَأْوِيْلًا 

Latin: Yaaa ayyuhal ladziina aamanuu athii'ullaaha wa athii'ur rasuula wa ulil amri minkum fa in tanaza'tum fii syai in farudduuhu ilallaahi war rasuuli in kuntum tuminuuna billaahi wal yaumil aakhir dzaalika khairun wahsanu ta wiilaa.

Arti: Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul [Muhammad], dan Ulil Amri [pemegang kekuasaan] di antara kamu. Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah [Al-Qur'an] dan Rasul [sunnahnya], jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama [bagimu] dan lebih baik. [QS. An Nisa ayat 59]

Makna Surat An Nisa Ayat 59

Makna yang terkandung dalam Surat An Nisa Ayat 59 ini sebagaimana dikutip dari Tafsir Quran Kemenag, bahwa Allah memerintahkan agar kaum Muslimin taat dan patuh kepada-Nya, kepada rasul-Nya dan kepada orang yang memegang kekuasaan di antara mereka agar tercipta kemaslahatan umum. 

Editor : Kastolani Marzuki

TAG : Surat An Nisa Ayat 59 Latin Arti Makna al quran ulil amri

Bagikan Artikel:

Surat An Nisa [النساء] adalah surat ke-4 dalam Al Quran. Ia merupakan surat Madaniyah. Apa saja isi kandungan surat An Nisa ayat 59, berikut ini penjelasannya.

Terjemahan Surat An Nisa Ayat 59

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ ۖ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ۚ ذَٰلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا

“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul [Nya], dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah [Al Quran] dan Rasul [sunnahnya], jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama [bagimu] dan lebih baik akibatnya.” [QS. An Nisa: 59]

Baca juga: Isi Kandungan Surat Al Maidah Ayat 48

Intisari Tafsir Surat An Nisa Ayat 59

Surat An Nisa ayat 59 memerintahkan orang-orang yang beriman untuk taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Ketaatan di sini adalah ketaatan mutlak yang tidak bisa ditawar-tawar. Ketaatan harga mati.

Sayyid Qutb dalam Tafsir Fi Zilalil Quran menjelaskan, Allah wajib ditaati. Di antara hak prerogratif uluhiyah adalah membuat syariat. Maka, syariat-Nya wajib dilaksanakan. Orang-orang yang beriman wajib taat kepada Allah dan wajib taat pula kepada Rasulullah.

Ibnu Katsir menjelaskan, taat kepada Allah adalah mengikuti ajaran Al Quran. Sedangkan taat kepada Rasulullah adalah dengan mengamalkan sunnah-sunnahnya.

Orang-orang yang beriman juga diperintahkan taat kepada ulil amri. Yaitu para pemimpin kaum muslimin dan para ulama. Ketaatan kepada ulil amri harus dibingkai dengan ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya. Tidak boleh bertentangan. Tidak boleh taat jika diperintah untuk bermaksiat.

Surat An Nisa ayat 59 juga menegaskan kedudukan Al Quran dan Hadits sebagai sumber hukum Islam. Jika ada yang diperselisihkan di antara manusia mengenai masalah pokok-pokok agama dan cabang-cabangnya, maka harus dikembalikan kepada Al Quran dan Hadits.

Perintah mengembalikan perselisihan kepada Al Quran dan hadits ini ditujukan kepada orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir. Menunjukkan bahwa siapa yang tidak menyerahkan keputusan hukum kepada Kitabullah dan Sunnah rasul-Nya di saat berselisih pendapat, ia bukan orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir.

Menjadikan Al Quran dan Hadits sebagai sumber hukum serta kembali kepada keduanya akan membawa kebaikan. Yakni lebih baik akibatnya dan penyelesaiannya.

Baca juga: Asmaul Husna

Isi Kandungan Surat An Nisa Ayat 59

Berikut ini isi kandungan Surat An Nisa ayat 59 yang kami sarikan dari sejumlah tafsir. Yakni Tafsir Al Qur’anil ‘Adhim karya Ibnu Katsir, Tafsir Al Munir karya Syaikh Wahbah Az Zuhaili, Tafsir Fi Zilalil Quran karya Sayyid Qutb dan Tafsir Al Azhar karya Buya Hamka.

  • Orang-orang yang beriman wajib taat kepada Allah dan Rasulullah secara mutlak. Yakni mengamalkan Al Quran dan Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
  • Wajib taat kepada ulil amri selama tidak bertentangan dengan ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya. Jika ulil amri memerintahkan sesuatu yang bertentangan dengan Al Quran dan Sunnah Rasulullah atau untuk bermaksiat kepada Allah, maka tidak ada kewajiban taat kepadanya.
  • Al Quran dan hadits adalah sumber hukum Islam. Ketika ada hal-hal yang diperselisihkan, harus dikembalikan kepada keduanya.
  • Menjadikan Al Quran dan hadits sebagai sumber hukum dan mengembalikan kepada penilaian keduanya ketika terjadi perselisihan adalah bukti keimanan. Orang yang tidak mau menjadikan Al Quran dan hadits sebagai hakimnya, keimanannya dipertanyakan.
  • Kembali kepada Al Quran dan hadits akan menghasilkan penyelesaian yang lebih baik dan membawa keberkahan.

Demikian isi kandungan Surat An Nisa ayat 59. Semoga bermanfaat dan mengokohkan kita komitmen kita mengamalkan Al Quran dan Sunnah. Wallahu a’lam bish shawab. [Muchlisin BK/WebMuslimah]

*Untuk tafsir lengkap, bisa dibaca di artikel Surat An Nisa ayat 59

Video yang berhubungan