Jelaskan kapan lemang seharusnya dibuat dan disajikan simbol yang terkandung pada makanan tersebut

Lamang umumnya disajikan dalam dua varian teknik penyajian, yaitu asin atau manis tergantung bahan pelengkapnya Lamang dari ketan hitam menghasilkan karakteristik lamang yang bercitarasa gurih lezat Varian lamang yang paling sederhana adalah lemang dari beras ketan putih Lamang adalah beras ketan yang dimasak bersama santan dalam buluh bambu yang dilapisi oleh daun pisang Salah satu varian baru dari lamang adalah lamang dengan tambahan irisan pisang di dalamnya Keempat jenis lamang ini dapat kita temukan di Pasar Raya Kota Padang Lamang katan merupakan kuliner khas yang berkembang di berbagai wilayah persebaran kebudayaan Melayu, salah satunya di Sumatera Barat Salah satu variasi dari lamang berisi campuran gula merah serta kelapa atau dalam bahasa minang disebut lamang baluo Lamang yang telah dikeluarkan dari bilahan bambu dipotong-potong sebelum disajikan Aneka jenis lamang yang ada dalam khazanah kuliner Minangkabau

Citarasa gurih dan tekstur yang lengket serta legit, mungkin itulah karakter yang pas untuk menggambarkan kuliner yang satu ini. Iya, lamang, menjadi salah satu kekayaan kuliner khas nusantara yang berasal dari Sumatera Barat.

Lamang merupakan sejenis makanan yang terbuat dari beras ketan atau dikenal juga dengan nama pulut yang dimasak dengan cara dibakar dalam seruas bambu. Lamang umumnya ditemukan di wilayah persebaran kebudayaan Melayu, baik di Semenanjung Melayu, Sumatera maupun Kalimantan. Salah satu daerah dimana lemang berkembang menjadi sajian kuliner lokal adalah bumi Minangkabau, Sumatera Barat.

Bahan baku lamang relatif sederhana, yaitu beras ketan, perasan santan, dan garam. Selain itu, sebagai alat biasanya disediakan daun pisang serta ruas bambu dengan panjang kurang lebih 40-70 cm dan diameter sekitar 7-15 cm.

Pembuatan lamang dimulai dengan mencuci serta meniriskan beras ketan. Beras ketan tersebut kemudian dicampur dengan santan. Selanjutnya, dimasukkan dalam bambu yang telah dilapisi dengan daun pisang. Batang bambu tersebut kemudian dibakar hingga beras di dalamnya matang.

Masing-masing daerah memiliki cara tersendiri dalam menikmati penganan ini. Meskipun demikian, secara umum, lemang disantap dengan dua varian rasa yakni manis dan asin. Teknik penyajian kuliner ini juga memiliki keunikan tersendiri tergantung bahan pelengkap yang menyertainya.

Lamang manis umumnya disajikan bersama bahan pelengkap yang manis, seperti selai, cairan gula merah serta parutan kelapa (kinca), durian atau sarikaya. Sementara, Lamang dengan rasa asin disajikan antara lain bersama rendang, telur atau bahan tambahan lainnya.

Selain kedua teknik penyajian tersebut, di Minangkabau, lamang juga disajikan dengan paduan citarasa asam. Lemang ini dicampur dengan tambahan tapai ketan hitam atau disebut dengan lamang tapai.

Seiring waktu, terjadi perkembangan jenis dan varian dari lamang. Di Pasar Raya Kota Padang sendiri, setidaknya ada 4 jenis lamang yang dijajakan disana. Diantara varian yang umum ditemui adalah lamang ketan putih dan lemang ketan hitam. Secara umum, keduanya memiliki rasa yang relatif asin atau gurih.

Selain itu, ada pula lamang dengan isian potongan pisang yang  memiliki cita rasa manis dan aroma yang khas. Ada juga lamang yang diberikan isian kinca atau campuran gula merah dan parutan kelapa di bagian tengahnya atau disebut juga lamang baluo dalam bahasa Minang.

Pada 1500 tahun yang lalu Melayu melakukan penyebaran dari Asia Selatan ke berbagai daerah, seperti Malaysia, Sumatra, dan Kalimantan. Seiring dengan perpindahan Melayu ke berbagai daerah tersebut terjadi penyebaran budaya serta makanan khasnya. Salah satu makanan khas Melayu adalah lemang. Lemang merupakan makanan ketan dicampur santan yang dibakar dalam bambu. Kata ‘lemang’ sendiri memiliki arti kata bambu yakni makanan yang dimasak dalam bambu. Di beberapa daerah terdapat sebutan lain untuk lemang adalah lamang yang dipergunakan orang Minang dan lomang yang dipergunakan orang Batak.

Lemang memiliki cita rasa yang gurih serta mengenyangkan dan dapat memberikan energi untuk beraktivitas karena ketan yang terkandung dalam lemang mengandung karbohidrat. Selain karbohidrat, lemang juga mengandung protein yang berasal dari ketan dan santan yang sangat berguna dalam pembentukan struktur jaringan ditubuh. Jadi dengan mengonsumsi lemang selain mengenyangkan juga memberikan manfaat yang baik bagi tubuh.

Pembuatan lemang sendiri diawali dengan mencuci dan merendam beras ketan putih atau hitam. Kemudian, mempersiapkan santan dan bambu yang akan digunakan. Bambu yang digunakan tidak boleh terlalu tipis namun, juga tidak boleh terlalu tebal. Jika terlalu tipis maka bambu dapat retak karena panasnya api. Akan tetapi, jika bambu yang digunakan terlalu tebal maka lemang akan sulit matang. Selanjutnya, bambu akan dilapisi oleh dua lembar daun pisang, yaitu satu lembar daun pisang tua dan satu lembar daun pisang muda. Daun pisang tua akan langsung bersentuhan dengan sisi dalam bambu sedangkan daun pisang muda akan langsung bersentuhan dengan ketan dan santan. Kemudian, beras ketan dan santan dimasukkan ke dalam bambu yang beralaskan daun pisang dan dibakar selama ±1-2 jam.  Pada saat pembakaran lemang, bambu perlu diputar secara berkala agar panas dari api merata ke seluruh bagian lemang. Setelah lemang matang, lemang dipotong-potong untuk mempermudah dalam memakannya.

Jelaskan kapan lemang seharusnya dibuat dan disajikan simbol yang terkandung pada makanan tersebut

Lemang pada umumnya dimakan pada hari- hari besar, seperti pada bulan puasa dan Idul fitri, pernikahan, upacara adat, dan sebagainya. Selain pada hari- hari besar lemang juga dikonsumsi sebagai ucapan terima kasih, seperti pada saat upacara kematian dan upacara nulak padang balik. Pada upacara kematian, lemang disajikan sebagai ucapan terima kasih dari pihak yang berduka kepada pihak pelayat karena sudah mau hadir dan mendoakan. Kemudian, pada upacara nulak padang balik lemang disajikan sebagai ucapan terima kasih keluarga bayi kepada dukun beranak karena telah membantu proses persalinan. Lemang dapat dikonsumsi sebagai camilan dan makanan utama. Di beberapa daerah lemang dikonsumsi sebagai camilan umumnya didampingi dengan tapai ketan, gula merah dan kelapa parut, ataupun lemang yang diisi pisang. Lemang yang dikonsumsi sebagai makanan utama biasanya didampingi dengan lauk pauk.

Pada saat ini, lemang dapat dengan mudah ditemukan di berbagai daerah dan dapat dikonsumsi kapan saja tanpa harus menunggu hari besar tiba. Lemang sendiri saat ini sudah mulai dikembangkan agar mudah diperoleh dan tidak butuh waktu lama dalam memasaknya, yaitu lemang instan.

HIDANGAN KESEMPATAN KHUSUS PADA   HARI KEAGAMAAN INDONESIA

HARI KHUSUS KEAGAMAAN ISLAM.

Makanan khas di hari Raya Idul Fitri adalah ketupat, burasa’(terbuat dari ketan khas Sulawesi Selatan), lappa’-lappa’(terbuat dari beras ketan, namun dibungkus dengan janur. Makanan khas Sulawesi Selatan) sebagai karbohidratnya. Dan untuk lauk beraneka macam mulai dari opor ayam, sambal goreng kreni, sambal goreng krecek, sambal goreng hati, sambal goreng kacang tolo, atau bahkan dari masing- masing sambal goreng dipadupadankan sesuai selera. Bahkan docang juga disajikan sebagai menu pelengkap di hari nan fitri. Minuman dan kue-kue kering pun senantiasa menemani kita dalam acara halal bihalal di hari Raya Idul Fitri.

Hari Raya Idul Adha adalah hari dimana umat muslim melaksanakan qurban yang berupa kambing dan sapi, tidak hanya sebatas itu, mereka juga memberikan daging qurban kepada yang berhak. Kepada orang-orang yang memang telah ditentukan oleh Allah.S.W.T.  disaat hari raya tersebut, banyak sekali olahan daging yang dapat dibuat. Sehingga lebih menyemarakkan suasana, daging tersebut biasa diolah oleh warga Indonesia sebagai lauk. Seperti: sate kambing, sate sapi, rendang, gulai kambing, bakso sapi, terik sapi, atau bahkan olahan lain yang sifatnya lebih tahan lama. Yaitu dibuat menjadi sosis, kornet, nugget, bakso, abon,dll.

Bulan Ramadhan merupakan bulan yang penuh berkah bagi umat muslim di seluruh dunia. Mereka melaksanakan perintah Alla.S.W.T. untuk berpuasa selama satu bulan. Di bulan tersebut, terdapat beberapa hidangan sahur ataupun hidangan buka puasa yang menarik untuk dimakan. Apalagi ketika menjelang buka puasa, mereka ngabuburit sambil membeli beberapa makanan dan minuman yang dijajakan di setiap daerah. Bahkan, ada pasar dadakan yang menyediakan beberapa menu buka puasa yang sangat khas. Diantaranya adalah kurma, kolak pisang, es cendol, es campur, es teh tubruk, es timun suri, es buah, aneka olahan bubur manis, aneka kue, aneka snack, bubur ayam, es pisang ijo,dll. Di beberapa daerah ada makanan buka puasa yang khas di Bulan Ramadhan yaitu kicak khas yogyakarta, es kopi luwak khas lampung barat, pakat khas tapanuli, bongko kopyor khas gresik dan sate susu khas denpasar.

Jelaskan kapan lemang seharusnya dibuat dan disajikan simbol yang terkandung pada makanan tersebut

HARI KHUSUS KEAGAMAAN HINDU

Hari raya Nyepi merupakan salah satu perayaan bagi umat Hindu. Tahun ini, hari raya Nyepi jatuh pada tanggal 21 Maret 2015. Selain melakukan doa atau sembahyang, pada perayaan ini juga terdapat menu-menu khas untuk bersantap bersama.

pilihan menu saat hari raya Nyepi. 


Jelaskan kapan lemang seharusnya dibuat dan disajikan simbol yang terkandung pada makanan tersebut
Entil merupakan makanan tradisional masyarakat desa Wongaya Gede yang dibuat khusus pada hari raya Nyepi. Makanan ini sejenis ketupat yang dibuat dari beras kemudian dibungkus daun lalu diikat dengan bambu. Proses perebusan yang semakin lama membuat rasanya akan semakin nikmat dan dapat bertahan lama. Pada zaman dahulu Entil menjadi menu utama hari raya Nyepi karena pada hari raya Nyepi tidak diperbolehkan menyalakan api.

Jelaskan kapan lemang seharusnya dibuat dan disajikan simbol yang terkandung pada makanan tersebut
Makanan tradisional khas Gianyar Bali ini memiliki rasa yang pedas dengan bumbu aneka rempah pilihan yang dimasak menjadi satu. Masakan ini berisi sayuran seperti kacang panjang, kacang merah, nangka muda, terong, dan daun kelor serta tambahan kelapa parut diatasnya. Nasi Tepeng disajikan dengan menggunakan daun pisang sehingga menjadikan rasanya lebih nikmat.

Hidangan khas kelurahan Sukasada ini merupakan salah satu jajanan yang dipakai dalam tradisi umat Hindu dalam memperingati hari raya Pengerupukan yaitu satu hari sebelum hari rayaNyepi. Bahannya terbuat dari tepung beras yang dicampur dengan tepung kanji lalu dikukus, diuleni, dibentuk, kemudian direbus hingga matang, dan disajikan dengan parutan kelapa muda diatasnya.

Jelaskan kapan lemang seharusnya dibuat dan disajikan simbol yang terkandung pada makanan tersebut

Makanan ini terbuat dari campuran sayuran dan daging cincang yang diberi bumbu khas Bali. Penamaan Lawar sendiri tergantung dari jenis bahan yang digunakan. Jika menggunakan sayuran dari nangka muda maka namanya menjadi LawarNangka, begitu pula dengan bahan lainnya.

Ayam Betutu merupakan makanan yang sering kali dijadikan sajian untuk acara sesembahan saat Upacara keagamaan umat Hindu. Ayam Betutu diolah dengan cara dipanggang dalam api sekam. Ayam Betutu ini merupakan masakan kebanggaan dan khas masyarakat Bali

Jelaskan kapan lemang seharusnya dibuat dan disajikan simbol yang terkandung pada makanan tersebut
Cerorot merupakan jajanan kue basah yang paling disukai oleh anak-anak, karena rasanya yang manis dan bentuknya yang unik. Cerorot memiliki bentuk yang memanjang seperti kerucut dan dibentuk dari cetakan kulitental. Adonan yang telah diuleni kemudian dimasukkan kedalam cetakan dan dikukus hingga matang.

Jelaskan kapan lemang seharusnya dibuat dan disajikan simbol yang terkandung pada makanan tersebut
Jajanan ini sering kali tersedia saat acara keagamaan dan upacara adat. Jajanan ini dibuat dari tepung beras yang difermentasi dengan tape singkong dan air kelapa. Kemudian dicetak pada daun pisang yang dibuat kerucut lalu dikukus hingga matang.

Undis adalah salah satu sayuran khas Bali yang berbentuk seperti kacang polong. Di Bali, Undis biasanya diolah menjadi sambel atau sayuran berkuah. Undis dimasak dengan berbagai rempah, cabai, dan juga terasi, sehingga kuah yang dihasilkan olahan undis berwarna agak gelap.

Jelaskan kapan lemang seharusnya dibuat dan disajikan simbol yang terkandung pada makanan tersebut
Sate yang berbahan dasar dari olahan ikan tenggiri ini juga berasal khas dari Bali. Ikan tenggiri yang dicampurkan dengan berbagai macam rempah yang ditempelkan pada tusuk sate


HARI KHUSUS KEAGAMAAN KRISTEN

Ayam Rica-Rica Makanan yang dominan dengan rasa pedas ini merupakan makanan khas Manado, Sulawesi Utara. Dalam bahasa Manado, rica-rica sendiri artinya "pedas" atau "cabai". Ayam rica-rica biasanya disajikan dengan nasi dan bahan pelengkap seperti bawang goreng dan mentimun.

- Kue Lampet/Lapet

Lampet atau sering ditulis Lapet adalah jajanan tradisional Batak dari Tapanuli, Sumatera Utara. Lampet biasanya berbentuk seperti piramida dan dibungkus dengan daun pisang. Dalam membuat lampet tidak begitu rumit, mulai dari mencampur tepung beras dan kelapa parut, lalu ditambah oleh parutan gula dan air. Setelah adonan penuh kemudian dibungkus dengan daun pisang dan kukus sampai matang.

- Kue Bagia/ Bagea
Kue berwarna coklat dan berbentuk bulat ini berasal dari NTT. Bagea terbuat dari sagu. Untuk membuat kue ini, cukup menggunakan gula halus, biji kenari cincang, tepung sagu, minyak sayur, tepung terigu yang diayak, kacang cincang halus, bubuk kayu manis, dan bubuk cengkeh. Kue ini sangat pas dipadukan dengan teh/kopi saat kumpul dengan keluarga di hari Natal nanti.

- Ikan Kuah Kuning (Ambon)

Makanan yang berbahan ikan tuna atau ikan mubara ini dalam pembuatannya akan dibumbui dengan kapur dan kunyit. Ikan kuah kuning, menjadi makanan wajib di Ambon saat pada perayaan Natal. Makanan ini biasanya dipadukan dengan Papeda, hidangan utama di Ambon selain nasi.

Kue Lampu-lampu. Kue basah berbahan tepung beras ini bercita rasa unik dengan perpaduan manis gula merah dan gurih santan. Aroma yang kuat dan harum dari daun pandan dan daun pisang juga menjadikan kue ini begitu menggoda. Kue ini biasanya berwarna hijau yang didapat dari air perasan daun suji.

Kue Biji-biji. Kue ini mirip dengan kue biji ketapang khas Betawi. Bahan dasar kue ini antara lain tepung terigu, telur, gula, dan santan. Adonan kue ini kemudian digoreng dalam minyak yang panas.

Ikan Rica-rica. Rica dalam bahasa Manado artinya pedas atau cabaik. Nah, sesuai dengan namanya, masakan ini memiliki cita rasa yang pedas. Makanan ini disajikan dengan nasi dan bahan pelengkap seperti bawang goreng dan mentimun.

Nasi Jaha. Nasi Jaha berasal dari kata Nasi dan Jahe. Sesuai namanya, hidangan ini menggunakan berbagai bumbu rempah-rempah. Nasi Jaha mirip dengan nasi lemang (di daerah Jawa). Makanan khas Manado ini berbahan dasar ketan dan santan yang dimasukkan ke dalam batang bamboo berlapis daun pisang yang kemudian dibakar. Nasi Jaha biasa disantap bersama abon daging rusa, sapi, atau ikan cakalang. Terkadang juga dimakan bersama gulai dan kari.

Sayur Pangi. Sayur pangi menggunakan daun muda dari kluwak sebagai bahan dasarnya. Daun kluwak diiris lembut lalu diberi bumbu dengan berbagai rempah dan dimasak dalam buluh bamboo yang dipanaskan dekat api.

Saut. Saut merupakan sayuran dari batang pisang muda. Sayur ini selalu tersedia saat pesta Natal. Batang pohon pisang muda diiris lembut lalu dibumbui sama persis dengan pangi dan biasanya dicampur dengan daging ayam atau babi. Rasanya gurih serta sedikit keras.

Woku Belanga. Belanga adalah wajan untuk memasak atau menggoreng, sementara woku adalah bumbu masakan dengan banyak rempah-rempah. Cara memasaknya, semua bumbu dihaluskan dan dioleskan pada ikan sebelum dimasukkan dalam belanga. Bumbu ditumis dalam belanga baru ikannya dimasukkan terakhir. Masakan ini mirip dengan bumbu pepes ikan.

Hidangan Natal Khas Ambon:

Jelaskan kapan lemang seharusnya dibuat dan disajikan simbol yang terkandung pada makanan tersebut
Nasi Pulu Unti. Meskipun bernama nasi, tapi makanan ini terbuat dari ketan yang terbungkus daun pisang dengan topping parutan kelapa dan gula merah.

Kue Poporcis (Poffertjes). Kue ini biasa disantap sebagai sarapan saat Natal. Rasanya mirip pancake, dan memiliki campuran gula pasir. Kue ini diadaptasi dari Belanda, yaitu Poffertjes. Kue ini biasanya terbuat dari labu kuning dengan tepung terigu. Agar tampil lebih cantik, gula halus ditaburkan di atas kue.


Papeda atau bubur. Papeda merupakan makanan pokok masyarakat Ambon yang terbuat dari tepung sagu. Papeda biasanya disantap dengan ikan kuah kuning.

Ikan Kuah Kuning. Hidangan ini terdiri dari ikan tongkol atau ikan mubara yang dibumbui dengan kunyit dan jeruk nipis. Ikan kuah kuning pasti ada pada saat Natal, sebagai teman pendamping papeda.

Tuturuga. Bagi sebagian orang yang tidak terbiasa, mungkin makanan ini sedikit ekstrim. Tuturuga adalah makanan khas dari daging Penyu atau hewan sejenis kura kura yang dimasak seperti kari dengan tingkat cita rasa sangat pedas. Orang Ambon menyebut penyu dengan nama Tuturuga.

Sambal Colo-colo merupakan bumbu untuk ikan bakar, khususnya ikan cakalang. Terbuat dari air jeruk nipis, cabe, tomat, garam. Bawang merah, dan daun kemangi.

Bruder. Bruder adalah sejenis kue yang dicampur dengan sageru (sejenis tuak yang biasa diminum oleh orang Ambon).

Kohu-kohu. Bentuknya mirip urap, disajikan bersama ketela dan singkong rebus. Kohu–kohu berbahan dasar cabikan ikan tongkol yang dicampur dengan parutan kelapa sangria, taoge, terung, kacang panjang mentah, serta perasan air jeruk nipis, bawang merah, cabai rawit dan kemangi. Rasa ikan segarnya dipadukan dengan asamnya jeruk dan segarnya sayur–mayur mentah.

Jelaskan kapan lemang seharusnya dibuat dan disajikan simbol yang terkandung pada makanan tersebut
Batak (Sumatera Utara): Kue Lampet/ Lapet
Lampet atau sering ditulis Lapet adalah jajanan tradisional Batak dari Tapanuli, Sumatera Utara. Kue ini biasanya berbentuk seperti piramida dan dibungkus daun pisang. Proses pembuatannya tidak begitu rumit, mulai dari mencampur tepung beras dan kelapa parut lalu ditambah oleh parut gula dan air. Setelah adonan penuh kemudian dibungkus dengan daun pisang dan kukus sampai matang.

Jelaskan kapan lemang seharusnya dibuat dan disajikan simbol yang terkandung pada makanan tersebut

3.    Kupang NTT: Kue Bagia/ Bagea
Bagea biasanya berbentuk bulat dengan warna coklat pucat. Bagea terbuat dari sagu. Bahan untuk membuat bagea adalah gula halus, biji kenari cincang, tepung sagu, minyak sayur, tepung terigu yang diayak, kacang cincang halus, bubuk kayu manis, dan bubuk cengkeh. Cemilan ini sangat pas dipadukan dengan teh/kopi saat kumpul dengan keluarga di hari Natal nanti.



Jelaskan kapan lemang seharusnya dibuat dan disajikan simbol yang terkandung pada makanan tersebut
4.    Ambon: Ikan Kuah Kuning
Ikan Kuah Kuning terdiri dari ikan tuna atau ikan mubara yang dibumbui dengan kunyit dan kapur. Ikan saus kuning menjadi makanan wajib saat pad

a perayaan Natal. Makanan ini biasanya dipadukan dengan Papeda, hidangan utama di Ambon selain nasi.

HARI KHUSUS KEAGAMAAN  KONG HUCU

Hari raya imlek selalu dilaksanakan bagi warga Tionghoa, berbagai makanan disajikan di hari tersebut. Namun, dibalik makanan yang mereka sajikan ternyata terdapat beberapa makna dari setiap makanan tersebut, yaitu:

Salah satu makanan yang wajib ada karena dianggap sebagai simbol umur panjang adalah Mie. Masyarakat Tionghoa meyakini bahwa sajian Mie - terutama Siu Mie/Shou Mian yang berarti "mie panjang umur" - harus dihidangkan tanpa putus dari ujung awal hingga ke ujung akhir. Dengan demikian, diharapkan orang yang menyantapnya akan panjang umur. Meski demikian, Mie tetap boleh dipotong ketika sedang dimakan.

Selain dapat menambah stamina dan energi, telur yang direbus dengan teh dipercaya sebagai simbol kesuburan. Sebagai variasi, campuran kecap asin, kayu manis dan lada hitam juga bisa dibubuhkan masyarakat di Cina ke dalam air rebusan teh. Selain aroma telur akan menjadi harum, rasanya pun akan menjadi sedikit lebih asin karena efek kecap asin yang meresap ke dalam telur. OpenRicers yang belum pernah mencoba kuliner ini pun tidak perlu khawatir. Telur yang direbus dengan teh, selain dapat menghasilkan efek marmer yang cantik, ternyata juga memiliki rasa yang enak dan otentik!

Tiga hewan berdaging yang kerap muncul di perayaan Tahun Baru Imlek adalah ayam, ikan, dan babi. Pemilihan tiga hewan ini tentunya bukan tanpa alasan. Masyarakat Tionghoa ternyata meyakini bahwa ketiganya harus ada di sajian kuliner Imlek, agar masyarakat yang menyantapnya tidak meniru sifat ketiga hewan tersebut. Babi, dilambangkan sebagai hewan yang malas. Ayam, dilambangkan sebagai hewan yang serakah karena kebiasaannya berpindah tempat ketika makanannya belum habis. Sementara ikan sendiri mengandung dualisme makna. Di satu sisi, kulitnya yang bersisik kerap disandingkan dengan ular yang jahat. Namun di sisi lain, ikan juga dilambangkan sebagai rezeki dan keberuntungan. Seluruh hidangan ayam dan ikan harus disajikan secara utuh sebagai simbol keutuhan dan kemakmuran yang berlimpah.

Bagi OpenRicers yang masih asing dengan istilah ini, Jiaozi adalah makanan tradisional China yang juga dikenal dengan nama Kuo Tie, dan biasa disajikan sebagai makanan pembuka atau camilan. Bentuknya sendiri seperti pangsit yang berisi adonan daging babi atau udang cincang dan sayuran. Jiaozi merupakan makanan penting dalam tradisi kuliner masyarakat Tionghoa, karena kerap disantap bersama dengan keluarga besar dan melambangkan kebersamaan. Pada umumnya, di malam Imlek seluruh keluarga akan berkumpul dan memakan Jiaozi yang dibentuk bulat, sebagai harapan akan kemakmuran dan kesejahteraan. Secara simbolik, bentuknya yang bulat mirip dengan uang China kuno dan juga dijadikan perlambang kelimpahan rezeki.

Sesuai tradisi, perayaan Imlek tidak akan lengkap tanpa kue keranjang atau Nian Gao. Kata Nian berarti "tahun", sementara Gao berarti "kue" dan juga terdengar seperti "tinggi". Inilah mengapa kue keranjang biasanya disajikan dengan cara disusun tinggi atau bertingkat, dan semakin mengecil di bagian atasnya. Ini merupakan perlambang makna peningkatan rezeki atau kemakmuran. Kue keranjang juga kerap disusun dengan kue mangkok berwarna merah di atasnya. Ini melambangkan kehidupan yang manis dan semakin menanjak semakin merekah seperti kue mangkok.

Masyakarat Tionghoa sangat senang makan jeruk - terutema yang berwarna kuning, karena buah yang satu ini ternyata merupakan perlambang kemakmuran dan kekayaan yang selalu bertumbuh. Inilah mengapa jeruk yang disajikan di kala perayaan Imlek sebisa mungkin masih memiliki daun di tangkainya. Daun ini menandakan adanya kehidupan dan kesejahteraan.

Buah lain yang juga wajib ada ketika Imlek adalah pisang raja. Maknanya tidak jauh berbeda dari jeruk, yaitu kemakmuran dan kekayaan.

12 macam masakan dan 12 macam kue

Pada perayaan Tahun Baru Imlek, biasanya masyarakat Tionghoa yang berkecukupan selalu menyediakan 12 jenis masakan dan 12 jenis kue, terkait dengan shio yang berjumlah 12. Selain masakan yang selalu mengandung makna tertentu, kue-kue yang disajikan juga biasanya memiliki rasa yang lebih manis dari biasanya, dengan harapan agar hidup mereka juga menjadi lebih manis dan penuh rezeki di tahun-tahun berikutnya.


HIDANGAN KESEMPATAN KHUSUS ADAT-ISTIADAT

Pada hari pertama, upacara diawali saat malam hari dengan iring-iringan abdi dalem (punggawa kraton) bersama-sama dengan dua set gamelan Jawa Kyai Nogowilogo dan Kyai Gunturmadu. Iring-iringan ini bermula dari pendapa Ponconiti menuju masjid Agung di Alun-alun Utara dengan dikawal oleh prajurit Kraton. Kyai Nogowilogo akan menempati sisi utara dari Masjid Agung, sementara Kyai Gunturmadu akan berada di Pagongan sebelah selatan masjid. Kedua set gamelan ini akan dimainkan secara bersamaan sampai dengan tanggal 11 bulan Mulud, selama 7 hari berturut-turut. Pada malam hari terakhir, kedua gamelan ini akan dibawa pulang ke dalam Kraton.

Gerebeg atau grebeg mempunyai arti "suara angin". Garebeg merupakan salah satu adat Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat yang untuk pertama kalinya diselenggarakan oleh Sultan Hamengku Buwana I. Upacara kerajaan ini melibatkan seluruh Kraton, segenap aparat kerajaan serta melibatkan seluruh lapisan masyarakat. Secara formal, garebeg bersifat keagamaan yang dikaitkan dengan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW serta kedua hari raya Islam (Idul Fitri dan Idhul Adha).

Garebeg secara politik juga menjabarkan gelar Sultan yang bersifat kemuslimatan (Ngabdurrahman Sayidin Panotogomo Kalifatullah). Selama satu tahun terdapat tiga kali upacara garebeg yaitu Garebeg Mulud, Garebeg Besar, dan Garebeg Sawal yang diselenggarakan di kompleks Kraton dan lingkungan sekitarnya, seperti di Alun-alun Utara.

Garebeg Mulud diselenggarakan untuk memperingati hari kelahiran (maulid) Nabi Muhammad SAW yang jatuh tepat pada tanggal 12 Rabiulawal. Bulan Rabiulawal disebut juga bulan Mulud dalam kalender Jawa-Islam. Itulah sebabnya garebeg yang diselenggarakan untuk memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW, disebut Garebeg Mulud. Sebenarnya tanggal 12 Rabiulawal mempunyai dua arti penting dalam riwayat hidup Sang Nabi, karena diyakini oleh umat Islam bahwa Nabi Muhammad SAW lahir dan wafat pada tanggal dan bulan yang sama.

Tradisi memperingati hari lahir Sang Nabi ini baru tumbuh setelah agama Islam berkembang luas ke negara-negara lain di luar jazirah Arab. Hari lahir Nabi Muhammad SAW bukanlah hari raya resmi Islam, sebab Islam hanya mengenal dua hari raya, yaitu Idul Fitri dan Idul Adha. Perayaan hari lahir Nabi Muhammad SAW sebagai upacara kerajaan ini dipelopori oleh Kesultanan Demak, dari zaman ke zaman dilestarikan oleh para raja Jawa yang kemudian dikenal sangat populer sebagai Garebeg Mulud.

Sebelum Garebeg Mulud diselenggarakan, terdapat beberapa kegiatan adat yang dilaksanakan dalam lingkungan Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, yaitu: - Upacara Gladi Resik untuk kesiapan prajurit Kraton oleh Bupati Nayoko Kawedanan Ageng Prajurit, - Upacara Numplak Wajik sebagai tanda permulaan pembuatan gunungan,

- Upacara Miyosipun Hajad Dalem sebagai puncak upacara dengan mengiring keluarnya Hajad Dalem yang berujud gunungan dari dalam Kraton ke Masjid Besar oleh Kyai Pengulu Kraton.

Selain Garebeg Mulud, Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat juga menyelenggarakan Garebeg Mulud Dal yang terjadi setiap satu windu sekali, dan dilaksanakan secara istimewa dengan penuh kemegahan, serta lebih banyak mengungkapkan unsur-unsur kebudayaan lama identitas raja, kerajaan Jawa.

Dalam Garebeg Mulud Dal, Sultan hadir di Masjid Besar di tengah publik dengan memperlihatkan tradisi Kejawen yang penuh dengan unsur-unsur kebudayaan Jawa Kuno, berbagai macam pusaka Kraton yang sangat keramat sebagai pernyataan tradisional bahwa sultan dan Kasultanan Yogyakarta adalah ahli waris sah dari para raja dan kerajaan Jawa terdahulu. Juga menyatakan sikap tradisional sultan sebagai wakil dari suku bangsanya dalam memuliakan para leluhur.

Kehadiran Sultan di Masjid Besar ditujukan juga untuk melakukan kegiatan religius Islam yakni menendang tumpukan batu-bata yang ditempatkan di pintu terbuka di pagar tembok bagian selatan Masjid Besar. Hal ini merupakan tindakan simbolik yang melambangkan rakyat pada zaman Kasultanan Demak secara resmi telah meninggalkan agama Hindu�Budha untuk memeluk agama Islam. Upacara ini dilakukan hanya setiap delapan tahun sekali atau sekali dalam sewindu.

Gunungan Mulud Dal disebut sebagai Gunungan Kutug atau Gunungan Bromo. Di bagian puncak, diberi lubang untuk menampakkan sebuah anglo berisi bara yang membakar segumpal besar kemenyan, sehingga secara terus menerus mengepulkan asap tebal jika dihembus angin. Pajangannya berupa beraneka macam kue berwarna-warni hampir sama dengan pajangan Gunungan Lanang, bervariasi dengan Gunungan Wadon. Di bagian bawah, beralaskan kain banung tulak dan diletakkan tegak di atas sebuah nampan raksasa berkerangka kayu berukuran 2 x 1,5 m.

2.    UPACARA SAPARAN BEKAKAK

Sebagai propinsi yang penuh dengan budaya dan tradisi, Yogyakarta pun mempunyai agenda kegiatan tradisional yang dilakukan oleh masyarakat lokal. Kali ini adalah Tradisi Saparan Bekakak. Saparan Bekakak adalah tradisi yang telah dilakukan secara turun-temurun mulai dari pemerintahan Sultan Hamengku Buwono I hingga sekarang. Nama Saparan diambil karena acara ini dilakukan pada bulan Safar atau dalam Bahasa Jawa lebih dikenal dengan nama Sapar, dan Bekakak berarti sepasang boneka pengantin muda atau disebut temanten dalam Bahasa Jawa yang dibuat dari tepung ketan dicampur dengan gula jawa. Biasanya, Tradisi Saparan Bekakak ini dilangsungkan pada tiap tanggal 10 – 20 bulan Sapar.

Tradisi ini bermula ketika salah satu abdi dalem Keraton Yogyakarta bernama Ki Wirosuto dan istrinya menjadi korban saat menggali kapur di Gunung Gamping yang digunakan untuk membangun Keraton Yogyakarta dan hingga kini jasadnya masih belum dapat ditemukan. Melihat kondisi seperti ini, Sultan Hamengku Buwono I ini pun melakukan tapa di Gunung Gamping untuk meminta petunjuk bagaimana cara mencegah korban jiwa selanjutnya.

Akhirnya, sang Sultan pun mendapatkan petunjuk bahwa satu-satunya cara yang dapat dilakukan adalah dengan menyerahkan persembahan berupa sepasang pengantin. Permintaan itu pun dipenuhi dan Sultan pun menyiapkan sepasang pengantin yang terbuat dari ketan dan didandani seperti layaknya manusia dan ini merupakan salah satu trik untuk mengelabui setan-setan di Gunung Gamping. Jadi kala itu, upacara persembahan Bekakak ini ditujukan agar masyarakat terhindar dari mara bahaya sebagai akibat gangguan dari setan-setan penunggu Gunung Gamping.

Kini, Tradisi Saparan Bekakak telah menjadi salah satu daya tarik tersendiri bagi warga sekitar dan juga para wisatawan yang ingin melihat secara langsung ritual ‘buang sial’ yang dilakukan di Gunung Gamping. Karena Saparan Bekakak masih terus dilestarikan, maka anda pun dapat ikut serta menyaksikan tradisi yang dilakukan di Desa Ambarketawang. Hanya saja, anda harus mengetahui bulan-bulan Jawa khususnya bulan Sapar agar dapat datang ke acara tersebut.

Tradisi Saparan Bekakak ini dilakukan di Desa Ambarketawang Kecamatan Gamping Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Namun, proses pengorbanan pengantin bekakak dilakukan di Gunung Gamping yang jaraknya kira-kira sekitar 2 km dari lapangan Desa Ambarketawang. Jadi, anda tidak perlu harus berada di lapangan desa karena anda dapat menyaksikan arak-arakan pengantin bekakak disepanjang jalan menuju ke Gunung Gamping. Tidak ada tiket masuk yang harus anda bayarkan karena acara ini gratis. Akses untuk melihat acara ini pun cukup mudah karena berada di dekat pusat Kota Yogyakarta yaitu sekitar 7 km dan dapat ditempuh dengan kendaraan dalam waktu 15 menit saja.

Anda hanya tinggal memacu kendaraan anda menuju ke ring road barat menuju ke arah Jalan Yogyakarta – Purworejo. Disana, ribuan pasang mata pun telah menunggu di sepanjang rute arak-arakan Tradisi Saparan Bekakak disekitaran ring road – kampus UMY – hingga Balai Desa Ambarketawang Gamping. Nah, anda pun perlu berhati-hati dalam memarkir kendaraan anda dan ingat betul-betul lokasinya karena saat acara berlangsung, jalanan pun akan macet karena banyak pengunjung dan warga lokal yang antusias untuk menyaksikan salah satu agenda tradisi tahunan ini.

Menyaksikan Riuhnya Tradisi Saparan Bekakak

Tradisi Saparan Bekakak ini akan diawali dengan dilakukannya pawai atau arak-arakan dari Balai Desa Ambarketawang menuju ke Pesanggrahan Ambarketawang yang konon dulunya adalah tempat tinggal Pangeran Mangkubuni yang selanjutnya bergelar Sultan Hamengku Buwono I. Kini, Pesanggarahan Ambarketawang pun dijadikan sebagai pusat upacara Tradisi Saparan Bekakak yang disaksikan oleh ribuan pasang mata dan tidak pernah bosan menanti acara ini tiap tahun.

Mula-mula, Tradisi Saparan Bekakak dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu tahap mindodareni pengantin bekakak (menghias pengantin dengan gaya Solo dan Yogyakarta), kirab bekakak, penyembelihan pengantin bekakak yang tadi diarak, dan terakhir adalah tahap sugengan ageng. Nah, acara ini pun telah di mulai sehari sebelumnya yaitu dengan dilakukannya upacara adat Kembul Bujono dan juga Midodareni. Selanjutnya, diselenggarakan acara pentas wayang kulit yang dilakukan semalam suntuk.

Pada pagi harinya, acara Tradisi Saparan Bekakak pun dilanjutkan dengan dilakukannya Besan Gambyong dan juga Tari Gendruwo. Tari Gendruwo ini adalah proses tarian yang dilakukan untuk pembukaan acara Tradisi Saparan Bekakak. Pawai arak-arakan ini dapat anda lihat mulai dari Balai Desa Ambarketawang hingga ke Gunung Gamping Tlogo dengan melewati jalan ring road barat yang membatasi Kabupaten Sleman dengan Kota Yogyakarta.

Pada siang hari sebelum arak-arakan pengantin Bekakak dimulai, dilakukan pentas seni Prasetyaning Sang Abdi yang bercerita tentang abdi dalem keraton Ki Wirosuto dan juga kesetiaannya kepada Keraton Yogyakarta. Jika pentas ini selesai, barulah arak-arakan dimulai dengan disertakannya sesaji yang dibawa oleh tiga buah joli. Pawai ini pun diikuti oleh para pamong desa, prajurit, alat tradisional jatilan, dan gendruwo berjumlah sekitar 50 anak kecil yang didampingi oleh sepasang gendruwo dewasa dan berjalan sambil mengawal sepasang pengantin bekakak.

Nah setelah sampai di sebuah altar di Gunung Gamping, anda akan dapat menyaksikan penyembelihan pengantin Bekakak yang dilakukan oleh seorang utusan dari Keraton Yogyakarta. Setelah selesai, acara selanjutnya adalah penyerahan gunungan untuk para pengunjung yang datang ke acara Tradisi Saparan Bekakak. Beberapa orang yang percaya tentang datangnya berkah setelah mendapatkan potongan gunungan pun mau bersusah payah berebut mendapatkan bagian walaupun hanya sedikit saja.

Sebagai salah satu tradisi yang telah berlangsung selama ratusan tahun, pemerintah daerah pun terus mempromosikan acara Tradisi Saparan Bekakak kepada masyarakat luas untuk mengabarkan tentang salah satu kisah kesetiaan seorang abdi dalem kepada pemimpinnya.

Di makam raja raja Imogiri yang terletak di dusun Pajimatan desa Girirejo kecamatan Imogiri dibagian depan terdapat empat enceh atau gentong atau padhasan yang konon sebagai tempat berwudlu para pendiri Mataram. Pada setiap tanggal satu bulan suro atau muharram atau pada hari yang bertepatan dengan hari jum’at kliwon pada bulan muharram tersebut selalu dilakukan pengurasan padhasan atau gentong atau lebih sering disebut enceh. Upacara tersebut terkenal dengan tradisi nguras enceh. Ada empat enceh yang masing masing diberi nama Nyai Siyem yang berasal dari Siam, Kyai Mendung dari Turki, Kyai Danumaya dari Aceh dan Nyai Danumurti dari Palembang keempat enceh ini merupakan persembahan dari kerajaan sahabat kepada Sultan Agung. Diyakini bahwa air dalam enceh-enceh tersebut berkhasiat baik untuk kesuksesan, kesembuhan.

Jelaskan kapan lemang seharusnya dibuat dan disajikan simbol yang terkandung pada makanan tersebut
Upacara ini di awali dengan adanya kirab budaya, yakni dengan membawa kirab peralatan untuk nguras yang berupa siwur atau gayung yang terbuat dari tempurung kelapa mulai dari kecamatan Imogiri menuju komplek makam raja raja imogiri sebagai tempat peristirahatan terakhir raja Kasunanan Solo maupun Raja Kasultanan Yogyakarta , Kegiatan ini dimeriahkan dengan berbagai kegiatan seni yakni berupa kesenian tradisional.Dilanjutkan dengan kenduri bersama yang dipimpin oleh sesepuh puralaya Imogiri. Seusainya kenduri dilanjutkan dengan pencucian empat enceh yang ada. Berbagai sesaji melengkapi upacara nguras enceh tersebut yakni berupa pisang, nasi, bunga mawar dan melati serta kemenyan. Sedangkan air diambil dari sendang bekung yang letaknya kurang lebih 2 km dari tempat berlangsungnya upacara.

Peristiwa ini sangat ditunggu tunggu oleh masyarakat hal ini terbukti dengan mebludaknya pengunjung setiap kali event ini digelar. Mereka pada dasarnya ingin memperebutkan luberan air untuk mencuci keempat enceh tersebut. Hal ini didasari atas kepercayaan mereka dimana air tersebut jika diminum akan mendatangkan berkah baik sebagai penyembuh penyakit maupun sebagai pendatang rejeki. Dan ada sebagian masyarakat yang lain air enceh tersebut memiliki kandunagn air zam-zam

Kenduren/ selametan adalah tradisi yang sudaah turun temurun dari jaman dahulu, yaitu doa bersama yang di hadiri para tetangga dan di pimpin oleh pemuka adat atau yang di tuakan di setiap lingkungan, dan yang di sajikan berupa Tumpeng, lengkap dengan lauk pauknya. Tumpeng dan lauknya nantinya di bagi bagikan kepada yang hadir yang di sebut Carikan ada juga yang menyebut dengan Berkat.

Tujuan dari kenduren itu sendiri adalah meminta selamat buat yang di doakan, dan keluarganya,kenduren itu sendiri bermacam macam jenisnya, antara lain :

* kenduren wetonan ( wedalan ) Di namakan wetonan karena tujuannya untuk selametan pada hari lahir ( weton, jawa ) seseorang. Dan di lakukan oleh hampir setiap warga, biasanya 1 keluarga 1 weton yang di rayain , yaitu yang paling tua atau di tuakan dalam keluarga tersebut. Kenduren ini di lakukan secara rutinitas setiap selapan hari ( 1 bulan ). Biasanya menu sajiannya hanya berupa tumpeng dan lauk seperti sayur, lalapan, tempe goreng, thepleng, dan srundeng. tidak ada ingkung nya ( ayam panggang ).

* Kenduren Sabanan ( Munggahan ) Kenduren ini menurut cerita tujuannya untuk menaik kan para leluhur. Di lakukan pada bulan Sya’ban, dan hampir oleh seluruh masyarakat di Watulawang dan sekitarnya, khususnya yang adatnya masih sama, seperti desa peniron, kajoran, dan sekitarnya. Siang hari sebelum di laksanakan upacara ini, biasanya di lakukan ritual nyekar, atau tilik bahasa watulawangnya, yaitu mendatangi makan leluhur, untuk mendoakan arwahnya, biasanya yang di bawa adalah kembang, menyan dan empos ( terbuat dari mancung ). Tradisi bakar kemenyan memang masih di percaya oleh masyarakat watulawang, sebelum mulai kenduren ini pun, terlebih dahulu di di jampi jampi in dan di bakar kemenyan di depan pintu. Menu sajian dalam kenduren sabanan ini sedikit berbeda dengan kenduren Wedalan, yaitu disini wajib memakai ayam pangang ( ingkung ).

* Kenduren Likuran Kenduren ini di laksanakan pada tanggal 21 bulan pasa ( ramadan ), yang di maksudkan untuk memperingati Nuzulul Qur’an. dalam kenduren ini biasanya di lakukan dalam lingkup 1 RT, dan bertempat di ketua adat, atau sesepuh di setiap RT. dalam kenduren ini, warga yang datang membawa makanan dari rumah masing2, tidak ada tumpeng, menu sajiannya nasi putih, lodeh ( biasanya lodeh klewek) atau bihun, rempeyek kacang, daging, dan lalapan.

* Kenduren Badan ( Lebaran )/ mudunan Kenduren ini di laksanakan pada hari Raya Idul Fitri, pada tanggal 1 sawal ( aboge ). kenduren ini sama seperti kenduren Likuran,hanya tujuannya yang berbeda yaitu untuk menurunkan leluhur. TYang membedakan hanya, sebelum kenduren Badan, biasanya di dahului dengan nyekar ke makam luhur dari masing2 keluarga.

* Kenduren Ujar/tujuan tertentu Kenduren ini di lakukan oleh keluarga tertentu yang punya maksud atau tujuan tertentu, atau ayng punya ujar/ omong. Sebelum kenduren ini biasanya di awali dengan ritual Nyekar terlebih dahulu. dan menu wajibnya, harus ada ingkung ( ayam panggang ). Kenduren ini biasanya banyak di lakukan pada bulan Suro ( muharram ).

* Kenduren Muludan Kenduren ini di lakukan pada tanggal 12 bulan mulud, sama seperti kenduren likuran, di lakukan di tempat sesepuh, dan membawa makanan dari rumah masing- masing. biasanya dalam kenduren ini ada ritual mbeleh wedus ( motong kambing ) yang kemudian di masak sebagai becek dalam bahasa watulawang ( gulai ).

Upacara Garebeg diselenggarakan tiga kali dalam satu tahun kalender/penanggalan Jawa yaitu pada tanggal dua belas bulan Mulud (bulan ketiga), tanggal satu bulan Sawal (bulan kesepuluh) dan tanggal sepuluh bulan Besar (bulan kedua belas). Pada hari hari tersebut raja mengeluarkan sedekahnya sebagai perwujudan rasa syukur kepada Tuhan atas kemakmuran kerajaan. Sedekah ini, yang disebut dengan Hajad Dalem, berupa pareden/gunungan yang terdiri dari gunungan kakung dan gunungan estri (lelaki dan perempuan).

Gunungan kakung berbentuk seperti kerucut terpancung dengan ujung sebelah atas agak membulat. Sebagian besar gunungan ini terdiri dari sayuran kacang panjang yang berwarna hijau yang dirangkaikan dengan cabai merah, telur itik, dan beberapa perlengkapan makanan kering lainnya. Di sisi kanan dan kirinya dipasangi rangkaian bendera Indonesia dalam ukuran kecil. Gunungan estri berbentuk seperti keranjang bunga yang penuh dengan rangkaian bunga. Sebagian besar disusun dari makanan kering yang terbuat dari beras maupun beras ketan yang berbentuk lingkaran dan runcing. Gunungan ini juga dihiasi bendera Indonesia kecil di sebelah atasnya.

Sekaten merupakan sebuah upacara kerajaan yang dilaksanakan selama tujuh hari. Konon asal-usul upacara ini sejak kerajaan Demak. Upacara ini sebenarnya merupakan sebuah perayaan hari kelahiran Nabi Muhammad. Menurut cerita rakyat kata Sekaten berasal dari istilah credo dalam agama Islam, Syahadatain. Sekaten dimulai dengan keluarnya dua perangkat Gamelan Sekati, Kyai Gunturmadu dan Kyai Guntursari, dari keraton untuk ditempatkan di depan Masjid Agung Surakarta. Selama enam hari, mulai hari keenam sampai kesebelas bulan Mulud dalam kalender Jawa, kedua perangkat gamelan tersebut dimainkan/dibunyikan (Jw: ditabuh) menandai perayaan sekaten. Akhirnya pada hari ketujuh upacara ditutup dengan keluarnya Gunungan Mulud. Saat ini selain upacara tradisi seperti itu juga diselenggarakan suatu pasar malam yang dimulai sebulan sebelum penyelenggaraan upacara sekaten yang sesungguhnya.

7.    UPACARA TENTANG KEHAMILAN DAN KELAHIRAN.

Adalah upacara ketika kehamilan ibu memasuki usia 4 bulan, dimana roh pada janin telah ada.  Kata ngupat berasal dari kata papat atau empat atau kupat. Tujuan dari upacara ini adalah untuk keselamatan bayi dan ibunya atau bersifat tolak bala, jadi hampir sama dengan upacara nujuh bulanan pada kehamilan. Yang membedakan dengan upacara kehamilan lainnya adalah kenduri ngupati, ketupat disertakan di wadah yang berasal dari anyaman bambu yang disebut besek yang diberikan kepada tamu undangan yang hadir. Makna dari upacara ini adalah sebagai perlambang bahwa jabang bayi telah memasuki tahap keempat dalam proses pertumbuhan untuk menjadi orang.

Ngliman adalah salah satu upacara adat tentang kehamilan seseorang yang diselenggarakan saat usia kandungan ibu 5 bulan. Kata ngliman berasal dari kata lima. Tujuan dari upacara ini adalah untuk keselamatan calon bayi dari marabahaya, ataupun bersifat tolak bala.

Mitoni atau yang biasa kita kenal nujuh bulan, berasal dari kata pitu. Yaitu upacara adt kehamilan untuk usia kehamilan yang telah menginjak 7 bulan. Tujuan dari diadakannya upacara ini untuk keselamatan sang bayi yang juga bersifat tolak bala. Upacara mitoni ini juga biasa disebut tingkeban. Menurut masyarakat jawa usia kandungan tujuh bulan adalah proses penciptaan manusia yang sudah sempurna atua disebut SAPTA KAWASA JATI. Rangkaian upacara adt ini meliputi: siraman, memasukkan telur dalam kain yang dipakai ibu, berganti baju dengan 7 kain yang sudah disediakan, brojolan, memutus lilitan benang (janur) dari perut sang ibu, memecah wajan dan gayung,angreman,dll hingga saatnya membagikan bancakan dan kenduri.

mecahake wajan lan gayung, nyolong endhog lan terakhir kendhuren. Acara siraman mung diselenggara'ake kanggo mitoni anak pertama.Miturut adat Jawa mitoni iku kudhu diselenggara'ake neng dina sing bener-bener apik yaiku dina Senen awan nganti mbengi utawa uga dina Jemuah awan nganti mbengi.

                           Memendam ari-ari adalah salah satu upacara kelahiran yang dilakukan oleh sebagian besar masyarakat jawa pada umumnya. Ari-ari atau yang biasa kita sebut sebagai plasenta, yaiku penghubung antra bayi dan ibu, ketika bayi masih ada dalm kandungan sang ibu. Istilah lain ari-ari adalah aruman atau embing-embing(mbingmbing). Masyarakat jawa berkepercayaan bahwa ari-ari atau plasenta merupakan saudara kembar dari sang bayi, sehingga harus dirawat dan dijaga, misalkan masyarakat jawa yang mereka lakukan adalah memberi penerangan di tempat mereka memendan ari-ari anknya, itu merupakan simbol penerangan  untuk bayi. Di tempat penguburan ari-ari anak diberi penerangan yang dinyalakan selama 35 hari.

Tata cara penguburan ari-ari adalah

                           Ari-ari dicuci hingga bersih lalu dimasukkan dalam kendi atau batok kelapa yang telah dialasi daun senthe, lalu ditutup dengan kain yang baru lalu dibungkus dengan kain mori yang bersih. Lalu kendi digendong, dipayungi, dan dibawa ke lokasi penguburan ari-ari. Lokasi penguburan ari-ari harus berada di bagian kanan pintu utama rumah. Yang mengubur haruslah ayah kandung dari bayi tersebut.

Adalah salah satu upacara adat jawa untuk menyambut kelahiran bayi. Upacara ini memiliki makna sebagai ungkapan syukur dan sukacita akan proses kelahiran yang lancar. Brokohan baerasal dari bahasa arab yaitu barokah yang artinya mengharapkan berkah dari  Tuhan. Tujuan dari brokohan ini adalah untuk keselamatan proses kelahiran bayi juga untuk melindungi bayi yang telah lahir agar menjadi anak yang baik perilakunya.

               Sepasaran adalh salah satu upacara adat jawa untuk bayi yang telah berusia lima hari di dunia ini. Upacara ini diselenggrakan secara sederhana, namun diikuti pemberian nama pada bayi. Sepasaran umun diselenggarakan pada waktu sore yang menggunakan acara kenduren yang dihadiri keluarga dan tetangga. Suguhan yang biasanya ada di acara sepasaran adalah minuman dan berbagai macam jajanan pasar, namun juga diberikan kenduri untuk tetangga.

Merupakan upacar adat yang namanya berasal dari bahasa arab aqiqah, yang artinya pemotongan. Pemotongan ini dilakukan pada rambut yang berda di kepala bayi yang baru lahir. Aqiqah menurut syariah Islam yaitu memotong domba/kambing untuk bayi yang baru lahir. Jika bayi laki-laki, maka diaqiqahkan dengan kambing berjumlah 2, jika bayi perempuan maka diaqiqahkan kambing berjumlah satu.

Puputan atau pupak puser mempunyai arti tali pusar bayi puput. Jadi upacara ini diadakan saat atau selesainya puputnya tali pusar dari pusar bayi. Biasanya upacara puputan ini  diadakan acara kenduri, bancakan dan memberi nama pada bayi. Upacara ini bagus jika diselengaarakan setelah maghrib. Puputan bayi digolongkan menjadi 2, yaitu: golongan bangsawan/kerajaan yang menyajikan nasi, urapan, bubur merah putih, 5 wacam bubur dan jajan pasar. Golongan rakyat biasa menyajikan nasi, sayur, bubur merah putih, bubur boro-boro, dan jajanan pasar.

Adalah salah satu upacara adat jawa untuk anak yang berusia 7 bulan. Upacara ini biasa dinamakan injak tanah, mudhun lemah,dll. Tedhak siten berasal dari kata tedhak yang berarti menginjak dan siten yang artinya tanah(bumi). Upacara ini sebagai perlambang bahwa anak siap-siap menjalani hidup dengan tuntunan dari orang tua. Upacar ini diselenggarakan untuk anak berusia 7 bulan atau 245 hari. Urutan prosesi yaitu: menginjak nasi tujuh warna, turub dari tangga yang dibuat dari tebu, ceker-ceker, anak dimasukkan dalam kurungan yang berisi berbagai macam alat yang kelak anak bisa berprofesi seperti alat yang telah dipilih, menyebar uang recehan, siraman,dll.

Pernikahan atau sering pula disebut dengan perkawinan merupakan salah satu peristiwa penting dalam sejarah kehidupan setiap orang. Masyarakat Jawa memiliki sebuah adat atau cara tersendiri dalam melaksanakan upacara sakral tersebut,Upacara Pernikahan Adat Jawa. Upacara Pernikahan Adat Jawa dimulai dari tahap perkenalan sampai terjadinya pernikahan atau akad Nikah.

Tahapan-tahapan Upacara Pernikahan Adat Jawa tersebut memiliki simbol – simbol dalam setiap sessionnya, atau biasa kita sebut sebagai makna yang terkandung dalam tiap tahapan Upacara Pernikahan Adat Jawa. Adapun tahapan – tahapan dalam Upacara Pernikahan Adat Jawa adalah sebagai berikut.

Pada tahap ini sangat dibutuhkan peranan seorang perantara. Perantara ini merupakan utusan dari keluarga calon pengantin pria untuk menemui keluarga calon pengantin wanita. Pertemuan ini dimaksudkan untuk nontoni, atau melihat calon dari dekat. Biasanya, utusan datang ke rumah keluarga calon pengantin wanita bersama calon pengantin pria. Di rumah itu, para calon mempelai bisa bertemu langsung meskipun hanya sekilas. Pertemuan sekilas ini terjadi ketika calon pengantin wanita mengeluarkan minuman dan makanan ringan sebagai jamuan. Tamu disambut oleh keluarga calon pengantin wanita yang terdiri dari orangtua calon pengantin wanita dan keluarganya, biasanya pakdhe atau paklik.

Sebelum melangkah ke tahap selanjutnya, perantara akan menanyakan beberapa hal pribadi seperti sudah adakah calon bagi calon mempelai wanita. Bila belum ada calon, maka utusan dari calon pengantin pria memberitahukan bahwa keluarga calon pengantin pria berkeinginan untuk berbesanan. Lalu calon pengantin wanita diajak bertemu dengan calon pengantin pria untuk ditanya kesediaannya menjadi istrinya. Bila calon pengantin wanita setuju, maka perlu dilakukan langkah-langkah selanjutnya. Langkah selanjutnya tersebut adalah ditentukannya hari H kedatangan utusan untuk melakukan kekancingan rembag (peningset).

Peningset ini merupakan suatu simbol bahwa calon pengantin wanita sudah diikat secara tidak resmi oleh calon pengantin pria. Peningset biasanya berupa kalpika (cincin), sejumlah uang, dan oleh-oleh berupa makanan khas daerah. Peningset ini bisa dibarengi dengan acara pasok tukon, yaitu pemberian barang-barang berupa pisang sanggan (pisang jenis raja setangkep), seperangkat busana bagi calon pengantin wanita, dan upakarti atau bantuan bila upacara pernikahan akan segera dilangsungkan seperti beras, gula, sayur-mayur, bumbon, dan sejumlah uang.

Ketika semua sudah berjalan dengan lancar, maka ditentukanlah tanggal dan hari pernikahan. Biasanya penentuan tanggal dan hari pernikahan disesuaikan dengan weton (hari lahir berdasarkan perhitungan Jawa) kedua calon pengantin. Hal ini dimaksudkan  agar pernikahan itu kelak mendatangkan kebahagiaan dan kesejahteraan bagi seluruh anggota keluarga.

Bila tanggal dan hari pernikahan sudah disetujui, maka dilakukan langkah selanjutnya yaitu pemasangan tarub menjelang hari pernikahan. Tarub dibuat dari daun kelapa yang sebelumnya telah dianyam dan diberi kerangka dari bambu, dan ijuk atau welat sebagai talinya. Agar pemasangan tarub ini selamat, dilakukan upacara sederhana berupa penyajian nasi tumpeng lengkap. Bersamaan dengan pemasangan tarub, dipasang juga tuwuhan. Yang dimaksud dengan tuwuhan adalah sepasang pohon pisang raja yang sedang berbuah, yang dipasang di kanan kiri pintu masuk. Pohon pisang melambangkan keagungan dan mengandung makna berupa harapan agar keluarga baru ini nantinya cukup harta dan keturunan. Biasanya di kanan kiri pintu masuk juga diberi daun kelor yang bermaksud untuk mengusir segala pengaruh jahat yang akan memasuki tempat upacara, begitu pula janur yang merupakan simbol keagungan.

Rangkaian upacara midodareni diawali dengan upacara siraman. Upacara siraman dilakukan sebelum acara midodareni. Tempat untuk siraman dibuat sedemikian rupa sehingga nampak seperti sendang yang dikelilingi oleh tanaman beraneka warna. Pelaku siraman adalah orang yang dituakan yang berjumlah tujuh diawali dari orangtua yang kemudian dilanjutkan oleh sesepuh lainnya. Setelah siraman, calon pengantin membasuh wajah (istilah Jawa: raup) dengan air kendi yang dibawa oleh ibunya, kemudian kendi langsung dibanting/dipecah sambil mengucapkan  kata-kata: “cahayanya sekarang sudah pecah seperti bulan purnama”. Setelah itu, calon penganten langsung dibopong oleh ayahnya ke tempat ganti pakaian.

Setelah berganti busana, dilanjutkan dengan acara potong rambut yang dilakukan oleh orangtua pengantin wanita. Setelah dipotong, rambut dikubur di depan rumah. Setelah rambut dikubur, dilanjutkan dengan acara “dodol dawet”. Yang berjualan dawet adalah ibu dari calon pengantin wanita dengan dipayungi oleh suaminya. Uang untuk membeli dawet terbuat dari kreweng (pecahan genting) yang dibentuk bulat. Upacara dodol dhawet dan cara membeli dengan kreweng ini mempunyai makna berupa harapan agar kelak kalau sudah hidup bersama dapat memperoleh rejeki yang berlimpah-limpah seperti cendol dalam dawet dan tanpa kesukaran seperti dilambangkan dengan kreweng yang ada di sekitar kita.

Menginjak rangkaian upacara selanjutnya yaitu upacara midodareni. Berasal dari kata widadari, yang artinya bidadari. Midadareni merupakan upacara yang mengandung harapan untuk membuat suasana calon penganten seperti widadari. Artinya, kedua calon penganten diharapkan seperti widadari-widadara, di belakang hari bisa lestari, dan hidup rukun dan sejahtera.

Akad nikah adalah inti dari acara perkawinan. Biasanya akad nikah dilakukan sebelum acara resepsi. Akad nikah disaksikan oleh sesepuh/orang tua dari kedua calon penganten dan orang yang dituakan. Pelaksanaan akad nikah dilakukan oleh petugas dari catatan sipil atau petugas agama.

Upacara panggih dimulai dengan pertukaran kembar mayang, kalpataru dewadaru yang merupakan sarana dari rangkaian panggih. Sesudah itu dilanjutkan dengan balangan suruh, ngidak endhog, dan mijiki.

Upacara balangan suruh dilakukan oleh kedua pengantin secara bergantian. Gantal yang dibawa untuk dilemparkan ke pengantin putra oleh pengantin putri disebut gondhang kasih, sedang gantal yang dipegang pengantin laki-laki disebut gondhang tutur. Makna dari balangan suruh adalah berupa harapan semoga segala goda akan hilang dan menjauh akibat dari dilemparkannya gantal tersebut. Gantal dibuat dari daun sirih yang ditekuk membentuk bulatan (istilah Jawa: dilinting) yang kemudian diikat dengan benang putih/lawe. Daun sirih merupakan perlambang bahwa kedua penganten diharapkan bersatu dalam cipta, karsa, dan karya.

Upacara ngidak endhog diawali oleh juru paes, yaitu orang yang bertugas untuk merias pengantin dan mengenakan pakaian pengantin, dengan mengambil telur dari dalam bokor, kemudian diusapkan di dahi pengantin pria yang kemudian pengantin pria diminta untuk menginjak telur tersebut. Ngidak endhog mempunyai makna secara seksual, bahwa kedua pengantin sudah pecah pamornya

Upacara ini dilakukan setelah acara ngidak endhok. Setelah acara ngidak endhog, pengantin wanita segera membasuh kaki pengantin pria menggunakan air yang telah diberi bunga setaman. Mencuci kaki ini melambangkan suatu harapan bahwa “benih” yang akan diturunkan jauh dari mara bahaya dan menjadi keturunan yang baik.

Upacara timbangan biasanya dilakukan sebelum kedua pengantin  duduk di pelaminan. Upacara timbangan ini dilakukan dengan jalan sebagai berikut: ayah pengantin putri duduk di antara kedua pengantin. Pengantin laki-laki duduk di atas kaki kanan ayah pengantin wanita, sedangkan pengantin wanita duduk di kaki sebelah kiri. Kedua tangan ayah dirangkulkan di pundak kedua pengantin. Lalu ayah mengatakan bahwa keduanya seimbang, sama berat dalam arti konotatif. Makna upacara timbangan adalah berupa harapan bahwa antara kedua pengantin dapat selalu saling seimbang dalam rasa, cipta, dan karsa.

Caranya pengantin pria menuangkan raja kaya dari kantong kain, sedangkan pengantin wanitanya menerimanya dengan kain sindur yang diletakkan di pangkuannya. Kantong kain berisi dhuwit recehan, beras kuning, kacang kawak, dhele kawak, kara, dan bunga telon (mawar, melati, kenanga atau kanthil). Makna dari kacar kucur adalah menandakan bahwa pengantin pria akan bertanggungjawab mencari nafkah untuk keluarganya. Raja kaya yang dituangkan tersebut tidak boleh ada yang jatuh sedikitpun, maknanya agar pengantin wanita diharapkan mempunyai sifat gemi, nastiti, surtini, dan hati-hati dalam mengatur rejeki yang telah diberikan oleh suaminya.

Dulangan merupakan suatu upacara yang dilakukan dengan cara kedua pengantin saling menyuapkan makanan dan minuman. Makna dulangan adalah sebagai simbol seksual, saling memberi dan menerima.

Sungkeman adalah suatu upacara yang dilakukan dengan cara kedua pengantin duduk jengkeng dengan memegang dan mencium lutut kedua orangtua, baik orangtua pengantin putra maupun orangtua pengantin putri. Makna upacara sungkeman adalah suatu simbol perwujudan rasa hormat anak kepada kedua orangtua

Upacara kirab berupa arak-arakan yang terdiri dari domas, cucuk lampah, dan keluarga dekat untu menjemput atau mengiringi pengantin yang akan keluar dari tempat panggih ataupun akan memasuki tempat panggih. Kirab merupakan suatu simbol penghormatan kepada kedua pengantin yang dianggap sebagai raja sehari yang diharapkan kelak dapat memimpin dan membina keluarga dengan baik.

Upacara jenang sumsuman dilakukan setelah semua acara perkawinan selesai. Dengan kata lain, jenang sumsuman merupakan ungkapan syukur karena acara berjalan dengan baik dan selamat, tidak ada kurang satu apapun, dan semua dalam keadaan sehat walafiat. Biasanya jenang sumsuman diselenggarakan pada malam hari, yaitu malam berikutnya setelah acara perkawinan.

Disebut dengan boyongan karena pengantin putri dan pengantin putra diantar oleh keluarga pihak pengantin putri ke keluarga pihak pengantin putra secara bersama-sama. Ngunduh manten diadakan di rumah pengantin laki-laki. Biasanya acaranya tidak selengkap pada acara yang diadakan di tempat pengantin wanita meskipun bisa juga dilakukan lengkap seperti acara panggih biasanya. Hal ini tergantung dari keinginan dari pihak keluarga pengantin laki-laki. Biasanya, ngundhuh manten diselenggarakan sepasar setelah acara perkawinan

Makna atau Simbol yang Tersirat dalam Unsur Upacara Pernikahan

* Ubarampe tarub (pisang, padi, tebu, kelapa gading, dan dedaunan): bermakna bahwa kedua mempelai diharapkan nantinya setelah terjun dalam masyarakat dapat hidup sejahtera, selalu dalam keadaan sejuk hatinya, selalu damai (simbol dedaunan), terhindar dari segala rintangan, dapat mencapai derajat yang tinggi (simbol pisang raja), mendapatkan rejeki yang berlimpah sehingga tidak kekurangan sandang dan pangan (simbol padi), sudah mantap hatinya dalam mengarungi bahtera rumah tangga (simbol tebu), tanpa mengalami percekcokan yang berarti dalam membina rumah tangga dan selalu sehati (simbol kelapa gading dalam satu tangkai), dan lain-lain.

* Air kembang : bermakna pensucian diri bagi mempelai sebelum bersatu.

* Pemotongan rambut : bermakna inisiasi sebagai perbuatan ritual semacam upacara kurban menurut konsepsi kepercayaan lama dalam bentuk mutilasi tubuh.

* Dodol dhawet : bermakna apabila sudah berumah tangga mendapatkan rejeki yang berlimpah ruah dan bermanfaat bagi kehidupan berumah tangga.

* Balangan suruh : bermakna semoga segala goda akan hilang dan menjauh akibat dari dilemparkannya gantal tersebut.

* Midak endhog : bermakna bahwa pamor dan keperawanan sang putri akan segera hilang setelah direngkuh oleh mempelai laki-laki. Setelah bersatu diharapkan segera mendapat momongan seperti telur yang telah pecah.

* Timbangan : bermakna bahwa kedua mempelai mempunyai hak dan kewajiban yang sama dan tidak ada bedanya di hadapan orang tua maupun mertua.

* Kacar-kucur : bermakna bahwa mempelai laki-laki berhak memberikan nafkah lahir batin kepada mempelai putri dan sebaliknya pengantin putri dapat mengatur keuangan dan menjaga keseimbangan rumah tangga.

* Dulangan : bermakna keserasian dan keharmonisan yang akan diharapkan setelah berumah tangga, dapat saling memberi dan menerima.

* Sungkeman : bermakna mohon doa restu kepada orangtua dan mertua agar dalam membangun rumah tangga mendapatkan keselamatan, dan terhindar dari bahaya.

 Gambar-gambar susunan nikah adat jawa

Upacara panggih = Temu . Upacara ini seharusnya diadakan di rumah pengantin putri. Tapi, di era sekarang ini, sering diadakan di gedung pertemuan, dimana resepsi akan dilaksanakan, dengan alasan efisiensi waktu dan tempat. 


Tanda bukti Seorang istri kepada suami, serta kesiapan seorang suami untuk kepala keluarga yang bertanggung jawab.


Yang pertama-tama disungkemi adalah orang tua pengantin putri, setelah itu baru orangtua pengantin kakung


Jenazah disirami atau dimandikan dengan air yang diberi kembang telon . Selain membersihkan seluruh tubuh, rambut juga dibersihkan (keramas). Jika yang wafat laki-laki, yang memandikan juga laki-laki, sebaliknya jika yang meninggal wanita, yang memandikan juga wanita. Memandikan jenazah harus khidmad, tidak bersenda gurau.

2. Pemakaian penutup tubuh

Setelah disirami, diberi penutup tubuh atau pakaian. Orang Islam dikafani, sedang Katolik atau Kristen dengan pakaian biasa (bisa pakaian adat Jawa, pakaian barat, dan sebagainya).

Setelah diberi penutup tubuh, jika yang wafat beragama Islam, di-shalati (shalat jenazah); yang beragama Katolik atau Kristen dilakukan misa jenazah dan pemberkatan minyak suci. Setelah itu, dimasukkan peti jenazah. Dulu, jenazah tidak dimasukkan ke dalam  peti, tetapi dimasukkan ke dalam bandosa (tandu untuk jenazah).

Dalam upacara brobosan , peti jenazah atau bandosa , dipikul, lalu isteri atau suami, anak, menantu, cucu, dan sebagainya melewati bagian bawahnya. Dilihat dari atas, mbrobos searah dengan jarum jam, dilakukan tiga kali. Maksud acara ini adalah untuk memberi penghormatan terakhir.

Bedah bumi adalah saat dimulainya penggalian makam. Sebelum menggali makam salah seorang anggota keluarga memimpin doa, agar selama penggalian makam tidak ada halangan. Dulu, disiapkan nasi tumpeng untuk penggali makam.

Sur bumi adalah saat jenazah sudah selesai dimakamkan dan ditimbun tanah. Sur  berarti 1) memasukkan ke dalam api, 2) merebut tempat. Juga, dulu, disiapkan nasi tumpeng untuk penggali makam. Sekarang, jarang yang menyiapkan nasi tumpeng, melainkan di-tebas mentah .

Pecah gendeng atau memecah genting, dilakukan jika wafat terjadi pada hari Sabtu. Konon, agar yang wafat tidak ‘nggeret ’ atau menarik orang lain ikut wafat. Genting dipecah di depan peti atau bandosa , sebelum berangkat menuju makam.

Jika yang wafat masih punya anak kecil (jadi, meninggalkan suami atau isteri menjadi duda atau janda), seekor ayam dilepaskan. 

Jika yang wafat masih jejaka atau gadis, dibuat dua gagar mayang . Gagar mayang ikut dibawa ke makam, dan ditinggalkan di sana.

Ada serangkaian selamatan, yang dilakukan setelah wafat 3 hari, 7 hari, 40 hari, 100 hari, mendak-1, mendak-2,  dan 1000 hari. Prinsip selamatan atau kenduren adalah mengirim doa pada yang sudah meninggal, mohon agar diampuni dosa-dosanya, diterima Tuhan, dan dimaafkan oleh sesama. Biasanya, pada penganut Agama Islam, pada selamatan itu diundang tetangga, saudara, atau teman untuk mengadakan tahlilan.  Jika meninggal pada tanggal 1, maka kenduri 3-hari dilakukan pada tanggal (1+2 ) = tanggal 3; kenduri 7 hari dilakukan pada tanggal  (1+6 ) = tanggal 7, dan seterusnya. Perlu diketahui, selamatan tidak perlu dilakukan tepat pada hari jatuhnya, ada selang selama 5 (lima) hari. Kalau seharusnya kenduri tanggal 7, maka boleh dilakukan antara tanggal 5 sampai  tanggal 9. 

Agar lebih mudah, berikut disajikan tabel weton , yaitu hari dan pasaran . Tentu saja, diperlukan kalender yang ada pasarannya.

Perlu diketahui, selamatan tidak perlu dilakukan tepat pada hari jatuhnya, ada selang selama 5 (lima) hari. Kalau seharusnya kenduri tanggal 7, maka boleh dilakukan antara tanggal 5 sampai  tanggal 9. 

11. Perhitungan saat selamatan

Banyak orang yang menghadapi kesulitan untuk menentukan kapan jatuhnya hari ke-3, ke-7, ke-40, dan seterusnya. Untuk membahas hal itu, ada baiknya difahami, berapa hari jarak antara dua weton yang berurutan. Misalnya, jarak (selisih) Minggu Wage ‘sampai’ Minggu Wage berikutnya adalah 35 hari, karena Minggu Wage yang kedua tidak dihitung. Dari Minggu Wage ‘sampai dengan’ Minggu Wage berikutnya adalah 36 hari, karena Minggu Wage berikutnya dihitung.

Selamatan 3-hari dan 7-hari relatif mudah dihitung. Jika meninggal pada tanggal 1, maka kenduri 3-hari dilakukan pada tanggal (1+2 ) = tanggal 3; kenduri 7 hari dilakukan pada tanggal  (1+6 ) = tanggal 7.

Pada Tabel 1 berikut disajikan tabel weton , yaitu hari dan pasaran jatuhnya selamatan berdasar hari dan pasaran wafat. Hari dan pasaran ini merupakan acuan kapan dilakukan selamatan .

Tabel 1. Jatuhnya Hari dan Pasaran pada Selamatan

Dari Tabel 1 dapat dilihat, bahwa selamatan 40 hari, 100 hari, dan 1000 hari, jatuh pada pasaran yang  sama . Sebagai contoh, jika wafat pada pasaran Pahing , maka selamatan 40 hari, 100 hari dan 1000 hari, semuanya semuanya jatuh pada Legi atau (Pasaran Wafat – 1) .

Untuk menghitung selamatan hari ke-40, ke 100, dan ke-1000, Tabel 2 berikut dapat membantu perhitungan.

Tabel 2. Perkiraan bulan dan tanggal hari ke-40, ke-100, dan ke-1000.

Misalnya, ada orang wafat tanggal 1 Januari (tanggal 1, bulan 1), maka selamatan 40 hari jatuh pada bulan (1 + 1), tanggal (1 + 9), atau Februari tanggal 10. Rumus yang kanan, yaitu  (B + 2) dan (T - 21) tidak dapat dipakai. Jika wafat tanggal 22 Januari, dipakai rumus yang kanan, sehingga diperoleh bulan (1 + 2), yaitu Maret, tanggal (22 - 1), yaitu 21 Maret.

Tanggal dan bulan ini merupakan perkiraan, yang penting adalah hari dan pasaran (Tabel 1). Jika tanggal dan bulan tidak sesuai dengan hari dan pasaran, maka tanggalnya yang disesuaikan.

Untuk menghitung mendak-2, mendak-1, dianggap sebagai hari wafat. Misalnya, wafat pada Senin Kliwon, maka mendak-1 jatuh pada Kamis Pon. Untuk menghitung mendak-2, Kamis Pon dianggap sebagai wafatnya. Jadi, mendak-2 jatuh pada Minggu Legi. 

Mendak-1, dilakukan pada:

(Hari Wafat + 354 hari) atau

          (Hari Wafat + 1 tahun kalender – 12 hari).

(Hari Wafat +  708 hari) atau

(Hari Wafat + 2 tahun kalender – 24 hari),atau

Jika wafat tanggal 1 Januari maka 1000 harinya jatuh tanggal 26 atau 27 September pada (Tahun Wafat + 3) . Jika wafat tanggal 6 April, maka 1000 harinya jatuh pada 30 atau 31 Desember (Tahun Wafat +3) . Jadi, jika wafat antara 1 Januari sampai 6 April , 1000 harinya jatuh pada (Tahun Wafat +3).

Jika wafat mulai 8 April , maka 1000 harinya jatuh pada 2 Januari atau 1 Januari pada (Tahun Wafat + 4).

Tradisi "upacara /ritual ruwatan" hingga kini masih dipergunakan orang jawa, sebagai sarana pembebasan dan penyucian manusia atas dosanya/kesalahannya yang berdampak kesialan didalam hidupnya. Dalam cerita "wayang" dengan lakon Murwakala pada tradisi ruwatan di jawa ( jawa tengah) awalnya diperkirakan berkembang didalam cerita jawa kuno, yang isi pokoknya memuat masalah pensucian, yaitu pembebasan dewa yang telah ternoda, agar menjadi suci kembali, atau meruwat berarti: mengatasi atau menghindari sesuatu kesusahan bathin dengan cara mengadakan pertunjukan/ritual dengan media wayang kulit yang mengambil tema/cerita Murwakala.