Jelaskan beberapa faktor yang menyebabkan kerajaan Mataram Kuno dipindahkan ke Jawa Timur

KOMPAS.com - Kerajaan Mataram Kuno didirikan oleh Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya pada 732 Masehi.

Selama hampir tiga abad berdiri, kerajaan bercorak Hindu-Buddha ini diperintah oleh tiga dinasti, yakni Dinasti Sanjaya, Dinasti Syailendra, dan Dinasti Isyana.

Selain itu, ibu kota kerajaan juga mengalami beberapa kali perpindahan, dari Jawa Tengah hingga ke Jawa Timur.

Ibu kota Mataram Kuno di Jawa Tengah

Saat pertama kali didirikan, ibu kota Kerajaan Mataram Kuno terletak di Poh Pitu, di antara wilayah Jawa Tengah bagian selatan (Magelang atau Kedu) dan Yogyakarta.

Akan tetapi, di mana lokasi Poh Pitu sendiri belum dapat dipastikan hingga saat ini.

Dari Poh Pitu, pusat Kerajaan Mataram Kuno dipindahkan ke timur, mungkin di sekitar Sragen atau ke daerah Purwodadi-Grobogan oleh Rakai Panangkaran, pengganti Raja Sanjaya.

Setelah Rakai Panangkaran (760-780 M) tutup usia, Kerajaan Mataram Kuno terpecah menjadi dua.

Dinasti Sanjaya memerintah Kerajaan Mataram Kuno bercorak Hindu di Jawa Tengah bagian utara.

Sementara Dinasti Syailendra memerintah Kerajaan Mataram Kuno bercorak Buddha di Jawa Tengah bagian selatan.

Pada masa pemerintahan Rakai Pikatan (840-856 M), ibu kota kerajaan berada di Mamrati, di sekitar Poh Pitu.

Kemudian dikembalikan lagi ke Poh Pitu pada era Dyah Balitung (898-915 M) dan dipindahkan ke Bhumi Mataram (Yogyakarta) ketika di bawah kekuasaan Dyah Wawa (924 M).

Baca juga: Mpu Sindok, Raja yang Memindahkan Mataram Kuno ke Jawa Timur

Dipindahkan ke Jawa Timur

Pada 929 M, ibu kota Mataram Kuno dipindahkan oleh Mpu Sindok ke Jawa Timur.

Para ahli memiliki beberapa teori terkait latar belakang pemindahan pusat kekuasaan Kerajaan Mataram Kuno dari Jawa Tengah ke Jawa Timur, seperti faktor bencana alam dan politik.

Bencana alam yang dimaksud adalah letusan Gunung Merapi, yang menghancurkan ibu kota kerajaan di Bhumi Mataram.

Menurut para pujangga, bencana tersebut dianggap sebagai pralaya atau kehancuran dunia, dan sesuai landasan kosmogonis maka haruslah dibangun kerajaan baru yang diperintah wangsa baru pula.

Oleh karena itu, selain memindahkan kerajaan, Mpu Sindok, juga mendirikan Dinasti Isyana.

Sementara faktor politik yang menyebabkan pusat pemerintahan Kerajaan Mataram Kuno dipindahkan ke Jawa Timur adalah untuk menghindari serangan dari Kerajaan Sriwijaya.

Setelah pindah ke Jawa Timur, Kerajaan Mataram Kuno lebih dikenal dengan nama Kerajaan Medang.

Sesuai Prasasti Turyan, ibu kota pertamanya berada di Tamwlang, daerah yang saat ini berada di sekitar Jombang.

Kemudian, Prasasti Anjukladang dan Prasasti Paradah menyebut bahwa ibu kota Kerajaan Medang berada di Watugaluh, yang sekarang berada di dekat Jombang di tepi Sungai Brantas.

Keterangan tersebut menunjukkan bahwa pusat pemerintahan Kerajaan Mataram Kuno periode Jawa Timur juga mengalami perpindahan, yang diduga karena serangan musuh.

Referensi:

  • Poesponegoro, Marwati Djoened dan Nugroho Notosusanto (Eds). (2008). Sejarah Nasional Indonesia II: Zaman Kuno. Jakarta: Balai Pustaka.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan Kerajaan Mataram Kuno berpindah ke Jawa Timur, antara lain:

  1. Pertama di sebabkan oleh letusan gunung Merapi yang maha dahsyat, sehingga dalam anggapan para pujangga hal itu di sebut sebagai pralaya (kehancuran dunia pada masa akhir Kaliyuga), maka sesuai dengan landasan kosmologis kerajaan Mataram Kuno haruslah dibangaun kerajaan baru dengan wangsa yang baru pula. Karena itu maka Pu Sindok yang membangun kerajaan di Jawa Timur dianggap sebagai cikal bakal wangsa baru, yaitu wangsa Isana.(Marwati Djoened Poesponegoro, Nugroho Notosusanto.Sejarah Nasional Indonesia II. (Jakarta: Balai Pustaka,1993),hlm.157)
  2. Kedua runtuhnya kerajaan Mataram di sebabkan oleh krisis politik yang terjadi tahun 927-929 M.

Perebutan kekuasaan antara pangeran di Kerajaan Mataram Kuno ketika Sri Maharaja Rakai Watukura Dyah Baliltung Dharmodaya Mahasambu(Wawa) berkuasa. Perebutan kekuasaan tersebut menyebabkan perang antar pangeran, sehingga kerajaan Mataram Kuno di Jawa Tengah menjadi kacau dan hancur.

Selain itu perpindahan Kerajaan Mataram Kuno dari Jawa Tengah ke Jawa Timur dilakukan untuk menghindari musuh-musuh politik seperti Kerajaan Sriwijaya, dimana Kerajaan Sriwijaya pada masa itu merupakan kerajaan besar yang menjadi pusat imperium maritime di asia tenggara.

  1. Ketiga runtuhnya kerajaan dan perpindahan letak kerajaan di karenakan pertimbangan ekonomi.

Faktor yang menyebabkan perpindahan kekuasaan Kerjaan Mataram Hindu Jawa Tengah ke Jawa Timur salah satunya adalah faktor ekonomi. Keadaan wilayah Jawa Timur berbeda dengan Jawa Tengah, di Jawa Timur ada dua sungai besar yang mengalir ke laut, yaitu Bengawan Solo dan Sungai Brantas. Bengawan Solo dan Sungai Brantas merupakan sungai yang lebar serta dalam dan pada waktu abad ke X sungai-sungai itu dengan mudah dilayari oleh perahu-perahu atau kapal-kapal besar hingga sampai wilayah pedalaman sampai Mojokerto, sedangkan perahu-perahu kecil dapat berlayar lebih jauh lagi ke wilayah pedalaman sampai di Kediri. Keberadaan sungai-sungai besar yang dapat dilayari oleh perahu-perahu besar sampai jauh di dareah pedalaman, maka wilayah Jawa Timur lebih menguntungkan untuk aktivitas perdagangan.( Soeroto, Mataram 1 (Bandung: Sanggabuwana, 1975), hlm. 28-29. )

Wilayah Jawa Timur terdapat pelabuhan-pelabuhan Pantai Utara dan terdapat pula pelabuhan-pelabuhan di sungai. Prasasti Kamalagyan tahun 1037 M menyebutkan adanya pelabuhan Hujung Galuh yang banyak didatangi oleh para pedagang dari pulau-pulau wilayah Nusantara.

Berikut adalah pendapat-pendapat dari para tokoh mengenai perpindahan puasat Kerajaan Mataram Kuno dari Jawa Tengah ke Jawa Timur:

a. De Casparis menduga pelabuhan tersebut terletak di daerah hilir di dekat Mojokerto.( Supratikno Rahardjo, Peradaban Jawa Dari Mataram Kuno sampai Majapahit Akhir (Jakarta: Komunitas Bambu, 2011), hlm. 290. )

b. Van Bemmelen memetakan kota Semarang dari 1940-1941 sebagai lembar peta Semarang-Ungaran sheet 73-74 skala 1:100.000. Van Bemmelen mengeluarkan peta kota itu dari tahu 1695-1940. Peta-peta ini dengan jelas menggambarkan abrasi pantai dari tahun ke tahun. Pantai bertambah maju 8 meter per tahun, bahkan sejak 1847 menjadi 12 meter per tahun. Sedimentasi pantai terjadi dengan intensif. Ini akibat penggundulan hutan di selatan Semarang dan napal serta lempung lunak Pliosen di sebelah Utara Gunung Ungaran makin tererosi di wilayah ini. Sedimentasi ini juga terjadi pada abad ke X.12 Para penguasa Mataram Hindu Jawa Tengah melihat bahwa pelabuhannya di Bergota dari tahun ke tahun semakin dangkal dan sempit akibat abrasi pantai. Kapal-kapal tidak dapat berlabuh di bandar Pelabuhan Bergota yang mengakibatkan perniagaan Kerajaan Mataram Hindu Jawa Tengah menjadi mati. Inilah salah satu penyebab Mpu Sindok, raja di Mataram Hindu memutuskan memindahkan kerajaannya ke Jawa Timur di mana ada pelabuhan Ujung Galuh.( http://kabepiilampungcom.wordpress.com/2010/11/06/letusan-merapi-1006-menyebabkan-kerajaan-mataram-hindu-pindah/.)

c. Paul Michel Munoz berpendapat bahwa perpindahan Kerajaan Mataram Hindu Jawa Tengah ke Jawa Timur karena sebuah hasrat untuk mendapat keuntungan dari kesempatan perdagangan yang ada di wilayah pesisir timur laut dan wilayah Delta Brantas sangat efektif untuk kegiatan perdagangan.

d. Suparman berpendapat bahwa Kerajaan Mataram Hindu Jawa Tengah pindah ke Jawa Timur karena kerajaan tidak memiliki pelabuhan laut sehingga sulit berhubungan dengan dunia luar, akibatnya kemajuannya sangat lambat. Suparman juga mengatakan bahwa lembah Sungai Brantas yang sangat subur dan dapat dilayari oleh kapal-kapal besar, lebih menjanjikan bagi perkembangan sosial ekonomi, kesejahteraan, dan kemakmuran rakyat.

Wilayah pertanian di Jawa Timur memiliki sungai yang besar dan dalam sehingga menguntungkan untuk kegiatan perdagangan, wilayah Jawa Timur juga memiliki dataran rendah yang luas sehingga memungkinkan untuk kegiatan penanaman padi secara besar-besaran. Wilayah sekitar lembah Sungai Bengawan Solo dan Sungai Brantas merupakan wilayah pertanian yang sangat subur. Sejak pada tahun 928 M pemusatan penduduk berpindah ke wilayah Jawa Timur, khususnya di sebelah timur Sungai Brantas. Jawa Timur dengan wilayah dataran yang luas dan subur sehingga menghasilkan banyak beras. Beras dari Jawa Timur dibawa ke Sulawesi hingga Maluku. Rakyat di daerah pesisir Jawa Timur juga merupakan kaum pelaut yang ulung, sehingga menjelajahi laut-laut Indonesia dan mengadakan perdagangan sampai Semenanjung Malaysia sampai Tiongkok.

  1. Sejarawan Schrieke berpendapat yang menjadi penyebab kenapa pemerintahan. Kerajaan Mataram Hindu Jawa Tengah pindah ke Jawa Timur adalah karena rakyat Jawa Tengah merasa menanggung beban yang amat berat karena diharuskan membangun monumen-monumen keagamaan yang besar seperti Candi Borobudur yang menghabiskan seluruh kejayaan kerajaan waktu itu yang sedang jaya-jayanya. Pembangunan monumen-monumen keagamaan yang megah dan mewah sangat membebani dan menyita banyak tenaga dari rakyat Mataram Hindu Jawa Tengah sehingga rakyat meninggalkan pekerjaan seperti bertani, berdagang dan aktivitas yang lainnya sehingga terjadilah migrasi massal ke Jawa Timur.Schrieke, selain itu juga mengatakan bahwa di wilayah Jawa Timur terdapat daya tarik delta Sungai Bengawan Solo dan lembah Sungai Brantas yang diduga memiliki daya tarik dari segi ekonomi, khususnya sebagai pintu gerbang perdagangan internasional
  2. Soekmono mengemukakan bawa pada masa pemerintahan Rakai Kayuwangi, rakyat Mataram Hindu mengalami berbagai kesulitan. Kekuasaan Sanjaya dan Syailendra di Jawa Tengah yang banyak menghasilkan bangunan-bangunan suci keagamaan yang serba megah dan mewah, tetapi sebaliknya sangat melemahkan tenaga rakyat dan penghasilan pertanian. Usaha mengutamakan kebesaran raja dengan membangun bangunan keagamaan berakibat menekan kehidupan rakyat.( R. Soekmono, Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 2 (Yogyakarta: Kanisius, 1973), hlm. 47 )
  3. Paul Michel Munoz mengatakan bahwa kekuasaan Kerajaan Mataram Hindu Jawa Tengah pindah ke Jawa Timur karena keperluan untuk menemukan suatu wilayah yang baru karena kondisi kehidupan di Jawa Tengah semakin memburuk karena kehidupan ekonomi merosot yang disebabkan juga meningkatnya aktivitas vulkanik.17 Perdagangan dan pertanian di Jawa Timur memberi banyak keuntungan dan kemakmuran masyarakat Kerajaan Mataram Hindu, oleh karena itu maka Kerajaan Mataram Hindu Jawa Tengah sedikit demi sedikit dipindahkan ke Jawa Timur. Perpindahan itu mulai pada masa pemerintahan Raja Wawa, sesudah Raja Wawa yang menggantikan menjadi raja di Kerajaan Mataram Hindu Jawa Tengah ialah Mpu Sindok, yang dulunya merupakan mahapatih Raja Wawa. Pada masa kekuasaan Mpu Sindok tahun 929 M pemerintahan Kerajaan Mataram Hindu Jawa Tengah sudah seluruhnya di pindah ke Jawa Timur yaitu di wilayah Jombang.