Hubungan Umar bin Khattab dengan Khalid bin Walid

“Orang seperti dia tidak dapat dibiarkan begitu saja. Dia harus diincar sebagai calon pemimpin Islam. jika dia menggabungkan diri dengan kaum Muslim dalam peperangan melawan orang-orang kafir, kita harus mengangkatnya ke dalam golongan pemimpin.”

(Perkataan Raulullah SAW mengenai Khalid bin Walid)

Siapa yang tidak mengenal sosok panglima perang yang sangat berjasa dalam dunia peperangan sepanjang sejarah penyebaran Islam? Ya, panglima Khalid bin Walid. Sosok pemuda yang sangat gigih berani melawan musuh-musuh Islam. Pemilik nama asli dari khalid bin Walid bin al-Mughirah bin Abdullah bin Umar bin Makhzum bin Yaqzah bin Marrah al-Mahzumi ini merupakan anak dari seorang pemimpin Quraisy yang sangat dihormati oleh kaumnya, yaitu Walid bin al-Mughirah. Walid terkenal dengan kekayaan dan sifat pemurahnya sehingga mendapat gelaran Adil Wahid atau orang pemurah nomor satu (Talib, 2007).

Khalid bin walid merupakan kerabat dekat Rasulullah SAW. Ibu khalid bin walid bernama Lubabah al-Sughra, anak dari seorang pemimpin Quraisy yang dihormati yaitu Haris. Lubabah juga merupakan adik dari Maimunah, isteri Rasulullah SAW. Kemudian moyang Khalid bin Walid dari jalur ayahnya bernama Marrah dan bertemu nasabnya (keturunannya) dengan Rasulullah SAW dan Khalifah Abu Bakar as-Siddiq. Dengan demikian berarti Rasulullah SAW, Abu Bakar as-Siddiq dan Khalid bin Walid berasal dari keluarga yang sama.

Selain mempunyai hubungan kekerabatan dengan Rasulullah SAW dan Khalifah Abu Bakar as-Siddiq, Khalid bin Walid juga mempunyai hubungan persaudaraan dengan Khalifah Umar bin Khattab sebagai saudara sepupu (Rengganis,2013: 160). Sejak kecil mereka sering bermain bersama, bahkan mereka berdua dahulunya sering bermain adu gulat. Ketika itu Khalid bin Walid dapat mematahkan kaki Umar. Namun kaki Umar akhirnya dapat diluruskan kembali setelah melewati perawatan.

Sejak kecil Khalid bin Walid memang telah berlatih seni bela diri dan belajar peperangan. Khalid bercita-cita menjadi pahlawan Quraisy. Sama halnya dengan ayah dan beberapa orang pamannya yang juga merupakan orang yang lihai dalam peperangan serta banyak dihormati oleh orang-orang pada masanya. Hal ini membuat semangat Khalid dalam mencapai cita-citanya semakin kuat untuk mendapatkan kedudukan yang sama seperti mereka. Khalid bertekad dalam hatinya untuk dapat memenangi setiap peperangan yang diikutinya. Banyak hal yang dipelajarinya yang bersangkutan dengan dunia peperangan, seperti menunggangi kuda, memainkan pedang dan memanah.

Berkat latihan keras dan kegigihan Khalid dalam mempelajari ilmu bela diri serta belajar peperangan, Khalid sering kali tampil sebagai pemimpin angkatan perang suku Quraisy. Kemahiran dan keberaniannya dalam seni peperangan membuat semua orang yang melihatnya menjadi kagum terhadap dirinya. Hal ini menunjukkan bahwa dimasa yang akan datang Khalid akan menjadi panglima perang yang mahir dalam bidang kemiliteran.

Khalid pun tumbuh menjadi pemuda yang sangat gagah dan pemberani meskipun usianya terbilang masih muda. Khalid telah banyak memenangi peperangan melawan kaum mulim. Pada saat itu kaum Quraisy sangat membenci dan memusuhi kaum muslim, mereka beranggapan bahwa agama Islam dapat menghalangi perkembangan suku Quraisy dan adat-istiadat kaum Quraisy. Setiap peperangan yang dipimpin oleh Khalid bin Walid tidak pernah kalah dan selalu mencapai kemenangan. Namun dalam peperangan Badar, pasukan Quraisy dapat dikalahkan oleh pasukan kaum muslim.

Kekalahan dalam peperangan Badar ini tidak mematahkan semangat Khalid bin Walid untuk terus memusuhi kaum Muslim. Kecakapannya dalam peperangan pun ditunjukkannya dalam peperangan Uhud. Dalam peperangan Uhud inilah kaum Quraisy membalas kekalahannya atas kaum Muslim dalam peperangan Badar sebelumnya. Saat itu, kaum Muslim menyangka bahwa kaum Quraisy telah kalah dan mereka telah memenangkan peperangan Uhud tersebut. Kilauan harta peperangan dan harta yang ada pada mayat kaum Quraisy membuat sebagian besar kaum Muslim meninggalkan posnya dan maju ke lapangan untuk mengambil harta (Rengganis, 2013 : 161).

Situasi yang sangat bagus menurut Khalid bin Walid ini langsung dimanfaatkannya. Khalid dengan sigap dan cekatan langsung mengambil baris dari belakang dan langsung mengambil alih tempat yang sebelumnya dikuasai oleh pasukan Muslim. Akhirnya pasukan Quraisy dapat menggempur pasukan Muslim,pasukan Muslim pun lari kocar-kacir. Kekalahan pasukan Quraisy pada saat peperangan Badar pun telah berubah menjadi suatu kemenangan pada peperangan Uhud.

Rasulullah SAW pada saat itu sangat berharap agar Khalid memeluk agama Islam. hal ini sebagai seorang panglima ksatria yang sangat pemberani di mata rakyatnya, pastilah banyak yang akan mengikuti jejaknya dan agar kekuatan Islam pun semakin bertambah kuat. Pucuk dicinta ulampun tiba.

Abdul Latip Talib dalam Khalid Memburu Syahid menjelaskan bahwa suatu ketika ayah Khalid, yaitu Walid masuk ke Masjidil Haram. Ketika itu Rasulullah SAW sedang membaca al-Qur’an. Walid menghampiri Beliau dan mendengarkan apa yang dibaca olehnya. Rasulullah SAW menyadari akan kedatangan Walid lalu Beliau sengaja menguatkan bacaannya agar didengar oleh Walid. Kemudian Walid keluar dari Masjidil Haram dan berkata kepada orang ramai, “Demi Tuhan, sesungguhnya saya sudah mendengar apa yang dibaca oleh Muhammad. Ia bukan perkataan manusia ataupun jin. Demi Tuhan, bahasanya sangat indah dan tiada yang dapat mengatasinya”.

Peristiwa inilah yang sangat membekas di hati Khalid. Pada suatu hari Khalid berkata kepada kaumnya, “sudah jelas dan terang bagi mereka yang mempunyai akal yang sempurna, bahwa Muhammad itu bukan ahli sihir ataupun tukang syair. Apa yang dibacanya itu memang wahyu daripada Allah dan menjadi kewajiban bagi mereka yang berakal sehat mengikutinya”. Khalid pun memeluk Islam. kemudian Khalid dilantik menjadi panglima perang dan mendapat gelar Saifullah atau pahlawan Pedang Allah.

Khalid bin Walid telah megikuti peperangan sebanyak 50 kali dan memenangi setiap peperangan yang dipimpinnya. Khalid terus menjadi panglima perang sampai Khalifah Abu Bakar as-Siddiq meninggal dunia. Selanjutnya ketika kehkalifahan telah digantikan oleh Umar bin Khattab, Khalid bin Walid pun dipecat dari jabatannya yang kemudian digantikan oleh Abu Ubaidah bin Jarrah. pemecatan ini dilakukan oleh Khalifah Umar bertujuan agar Khalid tidak didewakan oleh kaum Muslim pada saat itu setelah menjadi pahlawan perang Yarmuk.

Khalid bin Walid meninggal dunia pada tahun 2 hijrah dengan usia 58 tahun. Khalifah Abu Bakar pernah berkata, “Tidak ada lagi wanita yang dapat melahirkan anak seperti Khalid bin Walid.” Menurut Khlifah Umar bin Khatab, “Khalid sudah menjadi raja dengan sendirinya. Tuhan merahmati Abu Bakar karena dia lebih tahu mengenai lelaki itu daripada saya.”

Juli, I. (t.thn.). Khalid bin Walid STORIES OF THE BRAVE FOR KIDS . Bandung: mizan.

Rengganis, R. (2013). sosok dibalik perang. jakarta Timur: penebar swadaya grup.

Talib, A. L. (2007). khalid Memburu Syahid. selangor: PTS Litera Utama.