Hadits barang siapa yang memandang wajah orang alim?

TANYA: Saya pernah mendengar obrolan teman saya dengan seseorang, katanya, jika memandang wajah ulama maka jasadnya terhindar dari api neraka. Apakah itu benar?

JAWAB: Terdapat sebuah hadis dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu,

خمس من العبادة : قلة الطعم والقعود في المساجد ، والنظر إلى الكعبة ، والنظر في المصحف والنظر إلى وجه العالم

“Ada 5 hal termasuk ibadah, sedikit makan, duduk di masjid, melihat ka’bah, melihat mushaf al-Quran, dan melihat wajah ulama.”

Status hadis:

Hadis tersebut diriwayatkan ad-Dailami dalam Musnad Firdaus dan statusnya dhaif jiddan (lemah sekali).

Dalam riwayat lain, disebutkan lebih sangar,

نَظْرَةٌ فِي وَجْهِ الْعَالِمِ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ عِبَادَةِ سِتِّينَ سَنَةً صِيَامًا وَقِيَامًا

Melihat wajah ulama lebih dicintai oleh Allah dari pada ibadah selama 60 tahun, berupa puasa dan shalat tahajud.

Status hadis:

Hadis ini sangat lemah, dimasukkan oleh as-Sakhawi – murid Ibnu Hajar al-Asqalani – dalam al-Maqasid al-Hasanah (hlm. 696), buku beliau berisi kumpulan hadis dhaif.

Kesimpulannya, tidak dijumpai adanya dalil shahih yang menyebutkan keutamaan melihat ulama atau tokoh agama. []

Sumber: www.konsultasisyariah.com

Kirim tulisan Anda yang sekiranya sesuai dengan Islampos lewat imel ke: , paling banyak dua (2) halaman MS Word, ukuran font 12 Times New Roman. Untuk semua tulisan berbentuk opini, harap menyertakan foto diri. Isi di luar tanggung jawab redaksi.


loading...

loading...

LADUNI. ID, KOLOM-Ulama merupakan sosok warisatul ambiya dan selayaknya kita memuliakannya. Banyak kajian turas klasik menjelaskan kelebihan ulama. Syekh Muhammad bin Umar An Nawawi al-Bantani, dalam kitab berjudul “Tanqihul Qaul al hadits”, menerangkan beberapa kelebihan duduk dengan ahli ilmu (ulama), beliau dalam kitab tersebutkan menyebutkan beberapa hadis, di antaranya,Nabi saw. bersabda kepada ibnu Mas’ud r.a :

 ” Hai ibnu Mas’ud, dudukmu sesaat di majlis ilmu tanpa menyentuh pena dan tanpa menulis suatu huruf lebih baik bagimu daripada membebaskan seribu hamba sahaya. Pandangan kepada wajah orang alim lebih baik bagimu daripada menyedekahkan seribu ekor kuda fi sabilillah (dijalan Allah). Ucapan salammu kepada orang alim lebih baik bagimu daripada ibadah seribu tahun”.

Bukan hanya itu, memandang ulama seperti yang kita jelaskan juga berpahala, ini sebagaimana diungkapkan dalam hadist nabi berbunyi :

 “Barangsiapa memandang kepada wajah orang alim dengan pandangan yang menggembirakannya, maka Allah Ta’ala menciptakan dari pandangan itu seorang malaikat yang memohonkan ampun baginya hingga hari Kiamat.”

Syaikh Nawawi Banten dalam kitab Riyadh al-Shalihin, bahwa Ali Ibn Abi Thalib berkata, “Memandang wajah seorang ulama adalah ibadah. Lalu berpendar cahaya dalam  pandangan itu dan terang cahaya di dalam hatinya. Ketika seorang ulama mengajarkan ilmu, maka satu tema yang diajarkan berhadiah satu istana di surga”. "Bagi yang mengamalkan ilmu yang diajarkannya, akan mendapatkan hadiah serupa”.

Nabi SAW bersabda, “Barangsiapa yang memuliakan seorang ulama, sungguh ia telah memuliakan aku”.Mengapa begitu? Menurut Syaikh Nawawi Banten, “Karena ulama adalah kekasih Nabi SAW”. Lalu Nabi SAW melanjutkan, “Barangsiapa yang memuliakan aku, sungguh ia telah memuliakan Allah

Beranjak dari itu marilah kita tanam dan pupuk kecintaan kita kepada ulama baik untuk diri kita juga anak dan keluarga kita, cinta ulama juga cinta kepada calon ulama yang didalamnya para ahli ilmu baik santri dan lainnya.

Cintailah ulama dan ahli ilmu niscaya kita dan anak kita akan mendapat syafaat dan dilimpahkan kasih sayang Allah SWT untuk kita.

**Helmi Abu Bakar Ellangkawi, Pemungut mutiara yang tercecer dan Penikmat Kopi BMW Cek Pen Lamkawe

Hadits barang siapa yang memandang wajah orang alim?

Penting bagi kita semua untuk menggali pembahasan tentang Mencintai Ulama dan Memuliakannya. Hal ini agar kita lebih mampu mendekatkan diri pada Sang Maha Kuasa melalui jalan ilmu. Jalannya orang-orang yang diridloi oleh Allah SWT.

Siapa Ulama?

Ulama adalah orang-orang yang berjuang di jalan Agama melalui ilmu. Mereka adalah orang-orang yang mewarisi Nabi dalam menjaga dan mensyiarkan ilmu agama. Mensyiarkan pengetahuan pada umat agar tetap berpegang pada kebenaran Al-Qur’an dan As-Sunnah. Ulama berperan mendidik dan mengajarkan ilmu-ilmu kepada umat agar mereka berilmu dalam beramal. Sebab keimanan, ucapan, dan perbuatan apabila dilakukan tanpa disertai dengan ilmu maka semuanya malah bisa menjadi pedang yang menghunus, baik terhadap orang lain maupun diri sendiri. Pemahaman dalam urusan agama harus menjadi pendalaman yang mendarah daging. Apalagi ketika kita dihadapkan pada berbagai kewajiban yang menuntut kita untuk mengetahui ilmunya. Allah SWT Berfirman:

شَهِدَ اللَّهُ أَنَّهُ لا إِلَهَ إِلاَّ هُوَ وَالْمَلائِكَةُ وَأُولُو الْعِلْمِ قَائِماً بِالْقِسْطِ

Artinya: “Allah menyatakan bahwasannya tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan. (juga menyatakan yang demikian itu) para Malaikat dan orang-orang yang berilmu..” (QS.  Ali-Imran: 18). Dalam ayat diatas, Allah SWT memulai dengan menyebut nama-Nya Yang Agung. Setelah itu dilanjutkan dengan menyebut malaikat lantas kemudian pada para ahli ilmu. Hal ini menunjukan kemuliaan dan keutamaan para ahli ilmu disisi Allah SWT. Oleh sebab itu tidak ada alasan bagi kita untuk tidak mencintai para ulama sebagai bagian dari ahli ilmu. Rasulullah SAW bersabda:

وقال صلى الله عليه وسلم: أكرموا العلماء فإنهم عند الله كرماء مكرمون

Artinya: “Handaknya kamu semua memuliakan ulama’, karena mereka itu orang-orang yang mulia menurut Allah dan dimulyakan.” (Kitab Lubabul Hadits)

وقال صلى الله عليه وسلم: فَضْلُ العَالِمِ عَلىَ العَابِدِ كَفَضْلِ القَمَرِ لَيْلَةَ البَدْرِ عَلىَ سَائِرِ الكَوَاكِبِ

Nabi SAW bersabda: “Keutamaan seorang alim atas ahli ibadah bagaikan keutamaan bulan di malam purnama atas seluruh bintang-bintang.” (Kitab Lubabul Hadits)

فَضْلُ العَالِمِ عَلَى العَابِدِ كَفَضْلِي عَلَى أُمَّتِي :وفي رواية للحارث بن أبي أسامة عن أبي سعيد الخدري عنه صلى الله عليه وسلم

Dalam satu riwayat Al Harits bin Abu Usanah dari Sa’id Al Khudri ra. dari Nabi SAW bersabda : “Keutamaan seorang alim atas ahli ibadah bagaikan keutamaanku atas umatku.” (Kitab Tanqihul Qaul)

وقال صلى الله عليه وسلم: من نظر إلى وجه العالم نظرة ففرح بها خلق الله تعالى من تلك النظرة ملكا يستغفر له إلى يوم القيامة

Nabi SAW bersabda : “Barangsiapa memandang wajah orang alim dengan satu pandangan lalu ia merasa senang dengannya, maka Allah Ta’ala menciptakan malaikat dari pandangan itu dan memohonkan ampun kepadanya sampai hari kiamat.” (Kitab Lubabul Hadits)

وقال النبي صلى الله عليه وسلم: من أكرم عالما فقد أكرمني، ومن أكرمني فقد أكرم الله، ومن أكرم الله فمأواه الجنة

Nabi SAW bersabda : “Barangsiapa memuliakan orang alim maka ia memuliakan aku, barangsiapa memuliakan aku maka ia memuliakan Allah, dan barangsiapa memuliakan Allah maka tempat kembalinya adalah surga.” (Kitab Lubabul Hadits)

رواه الخطيب البغدادي عن جابر  .أكْرِمُوا العُلَمَاءَ فإنَّهُمْ وَرَثَةُ الأَنْبِيَاءِ، فَمَنْ أكرَمَهُمْ فَقَدْ أَكْرَمَ الله وَرَسُولَهُ  :وقال صلى الله عليه وسلم

Nabi SAW bersabda : “Hendaknya kamu semua memuliakan para ulama, karena mereka itu adalah pewaris para Nabi, maka barangsiapa memuliakan mereka berarti memuliakan Allah dan Rasul-Nya.” (HR. Al Khatib Al Baghdadi dari Jabir ra., Kitab Tanqihul Qaul)

وقال النبي صلى الله عليه وسلم: نَوْمُ العَالِمِ أَفْضَلُ مِنْ عِبَادَةِ الجَاهِلِ

Nabi SAW bersabda : “Tidurnya orang alim itu lebih utama daripada ibadah orang bodoh.” (Kitab Lubabul Hadits)

وقال النبي صلى الله عليه وسلم: مَنْ زَارَ عَالِمًا فَكَأَنَمَّا زَارَنِي، وَمَنْ صَافَحَ عَالِمًا فَكَأَنَّما صَافَحَنِي، وَمَنْ جَالَسَ عَالِمًا فَكَأَنَّما جَالَسَنِي في الدُّنْيَا، وَمَنْ جَالَسَنِي في الدُّنْيَا أَجْلَسْتُهُ مَعِيْ يَوْمَ القِيَامَةِ

Nabi SAW bersabda : “Barangsiapa mengunjungi orang alim maka ia seperti mengunjungi aku, barangsiapa berjabat tangan kepada orang alim ia seperti berjabat tangan denganku, barangsiapa duduk bersama orang alim maka ia seperti duduk denganku didunia, dan barangsiapa yang duduk bersamaku didunia maka aku mendudukkanya pada hari kiamat bersamaku.” (Kitab Lubabul Hadits)

وعن أنس بن مالك أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: مَنْ زَارَ عَالِما فَقَدْ زَارَنِي، وَمَنْ زَارَنِي وَجَبَتْ له شَفَاعَتي، وكانَ لَهُ بِكُلِّ خَطْوَةٍ أَجْرُ شَهِيدٍ

Dari Anas bin Malik ra., bahwasanya Rasulullah bersabda : “Barangsiapa mengunjungi orang alim berarti ia mengunjungi aku, barangsiapa mengunjungi aku maka ia wajib memperoleh syafa’atku, dan setiap langkah memperoleh pahala orang mati syahid.” (Kitab Tanqihul Qaul)

وعن أبي هريرة قال: سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول: مَنْ زَارَ عَالِما ضَمِنْتُ لَهُ عَلى الله الجَنَّةَ

Dari Abu Harairah ra., saya mendengar Rasulullah saww. bersabda : “Barangsiapa mengunjungi orang alim, maka aku menjamin kepadanya dimasukkan surga oleh Allah”. (Kitab Tanqihul Qaul)

فقيه واحد متورع أشد على الشيطان من ألف عابد مجتهد جاهل ورع :وقال صلى الله عليه و

Nabi SAW bersabda : “Seorang alim fiqih yang perwira (wara’) adalah lebih berat bagi syaitan daripada seribu orang ahli ibadah yang tekun yang bodoh lagi perwira.” (Kitab Tanqihul Qaul) Sungguh hina apabila kita menemukan orang-orang yang membenci ulama. Hal ini menyedihkan karena merupakan pelecehan terhadap agama. Sebab, agama senantiasa diperjuangkan oleh ilmu-ilmu yang disyiarkan oleh ulama. Apabila ada orang yang menghinakan ulama itu berarti ia sungguh-sungguh telah melecehkan agama. Bukan hanya itu, orang yang melecehkan ulama sama dengan menentang Nabi SAW. Sebab Nabi SAW jelas-jelas memerintahkan kita selaku umatnya agar memuliakan ulama, bukan malah menghinakannya.

Semoga kita dijadikan orang-orang yang selalu dekat dengan ulama. Mencintai dan memuliakannya dengan penuh keikhlasan. Serta dijadikan orang yang senantiasa tidak bosan untuk mengambil ilmu dari mereka. Agar kita menjadi orang-orang yang diangkat derajatnya dan didekatkan dengan Allah SWT.