Gempa bumi yang terjadi di Nanggroe Aceh Darussalam pada akhir Desember 2004 disebut gempa

Gelombang Tsunami Desember 2004 dicatat sebagai bencana alam terparah selama sejarah modern. "Sebuah peristiwa dengan dimensi tak terbayangkan, ditinjau dari aspek jumlah korban, maupun dari aspek geologis", tulis National Science Foundation (NSF), salah satu lembaga ilmiah paling bergengsi di Amerika Serikat.

Apa yang terjadi?

Gelombang raksasa terjadi setelah gempa bumi di bawah laut, sekitar 100 kilometer sebelah barat pantai Sumatra, pukul 07.59 waktu setempat. Pusat gempa ada pada kedalaman sekitar 30 kilometer di bawah dasar laut. Ada dua lempeng kontinental yang bertumbukan. Tekanan-tekanan hebat kemudian menyebabkan salah satu lempeng bergeser ke bawah lempeng yang lain. Itu yang terjadi pada tanggal 26 Desember 2004, pada garis sepanjang 1000 kilometer. Ini peristiwa yang sangat jarang terjadi.

Gempa bumi yang diakibatkan berlangsung sampai 10 menit. Biasanya, gempa semacam ini hanya berlangsung beberapa detik saja. Menurut berbagai perhitungan, kekuatan gempa saat itu mencapai 9,1 sampai 9,3 pada skala Richter, dan merupakan gempa terbesar kedua dalam 100 tahun terakhir. Tahun 1960, sebuah gempa bumi di Chile tercatat berkekuatan 9,5 skala Richter.

Tsunami Aceh Dulu dan Sekarang

Paling parah

Provinsi Aceh di utara Pulau Sumatra adalah kawasan terparah yang dilanda tsunami. Sedikitnya 130.000 orang tewas di kawasan ini saja. Gambar ini diambil 8 Januari 2005 di Banda Aceh, dua minggu setelah amukan tsunami.

Tsunami Aceh Dulu dan Sekarang

Rekonstruksi

Sepuluh tahun kemudian, Banda Aceh bangkit kembali. Jalan-jalan, jembatan, pelabuhan sudah dibangun lagi. Bank Dunia menyebut Aceh sebagai "upaya pembangunan kembali yang paling berhasil". Gambar ibukota provinsi Aceh ini dbuat Desember 2014.

Tsunami Aceh Dulu dan Sekarang

Pengungsi

Setelah diguncang gempa berkekuatan 9,1 skala Richter dan diterjang gelombang raksasa yang tingginya lebih sepuluh meter, banyak penduduk Aceh jadi pengungsi. Di seluruh Asia Tenggara, 1,5 juta orang kehilangan tempat tinggal. Gambar ini menunjukkan penduduk yang melihat puing-puing rumahnya beberapa hari setelah bencana tsunami.

Tsunami Aceh Dulu dan Sekarang

Dibangun kembali

Bencana tsunami Natal 2004 mengundang perhatian besar warga dunia yang ramai-ramai memberikan bantuan. Banyak bangunan yang akhirnya diperbaiki, banyak kawasan yang berhasil dibangun kembali. Gambar ini dibuat Desember 2014 di Lampulo, Banda Aceh. "Kapal di atas rumah" jadi peringatan tentang peristiwa mengerikan itu.

Tsunami Aceh Dulu dan Sekarang

Kehancuran di sekitar Masjid

Gelombang raksasa yang melanda Aceh menewaskan lebih dari 100 ribu orang dan mengakibatkan kerusakan parah. Gambar ini dibuat Januari 2005 dan menunjukkan kawasan Lampuuk di Banda Aceh yang hancur, kecuali Masjid yang bertahan dari terjangan air.

Tsunami Aceh Dulu dan Sekarang

Sepuluh tahun kemudian

Masjid di Lampuuk dipugar dan kawasan sekitarnya dibenahi. Rumah-rumah penduduk dibangun kembali di sekitar Masjid. Gambar ini diambil sepuluh tahun setelah kehancuran akibat tsunami.

Tsunami Aceh Dulu dan Sekarang

Gempa bumi hebat

Sebelum tsunami muncul, gempa hebat mengguncang kawasan utara Sumatra, 26 Desember 2004. Gempa itu memicu munculnya gelombang raksasa yang mencapai sedikitnya 11 negara, termasuk Australia dan Tanzania. Gambar ini menunjukkan kerusakan di Banda Aceh.

Tsunami Aceh Dulu dan Sekarang

Dibangun lebih baik setelah perdamaian

Bantuan internasional yang berdatangan ke Aceh membuka peluang bagi masyarakat membangun kembali kawasannya dengan lebih baik. Tahun 2005, perundingan antara pemerintah Indonesia dan kelompok Gerakan Aceh Merdeka (GAM) menghasilkan kesepakatan damai, setelah ada mediasi dari Eropa.

Tsunami Aceh Dulu dan Sekarang

Pemandangan mengerikan

Jurnalis AS Kira Kay menuliskan pengalamannya ketika tiba di Banda Aceh setelah tsunami: "Mayat-mayat bergelimpangan, terkubur di bawah reruntuhan. Lalu mayat-mayat itu diangkut dengan truk ke lokasi penguburan massal. Bau mayat menyengat". Gambar ini menunjukkan suasana Masjid Raya di Banda Aceh setelah tsunami.

Tsunami Aceh Dulu dan Sekarang

Masjid Raya

Suasana Masjid Raya sekarang. Aceh kini menikmati status sebagai daerah otonomi khusus, dengan wewenang luas melakukan pemerintahan sendiri. Berdasarkan kewenangan itu, Aceh kini menyebut dirinya Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) dan memberlakukan Syariat Islam.

Mengapa muncul gelombang raksasa tsunami?

Salah satu lempeng kontinental bergeser naik sampai 15 meter, jadi bergerak vertikal. Itu merngakibatkan dasar laut di beberapa tempat bergerak naik sampai 10 meter. Hal itulah yang membuat permukaan laut di lokasi naik secara tiba-tiba. Air yang terdorong kemudian membentuk gelombang besar, yang bergerak dengan kecepatan sangat tinggi, secepat pesawat jet, dan bergerak ke arah pantai. Di daerah laut dalam, air yang bergerak cepat ini tidak terlalu terasa di permukaan. Tetapi menuju daerah pantai yang makin landai, gelombang akan bergulung makin tinggi. Di daerah pantai Sumatra, tinggi gelombang sudah mencapai sekitar 30 meter.

Bagaimana korban jiwa dan kerusakan akibat tsunami?

Di Samudra Hindia, dari Sumatra sampai Kepulauan Andaman, Thailand, India Selatan, Sri Lanka dan sebagian Afrika, ada sekitar 230.000 orang yang tewas di 14 negara. Kerusakan terparah terjadi di Sumatra, dengan sekitar 170.000 korban tewas. Semua bangunan di daerah pantai hancur, di beberapa tempat sampai jarak lima kilometer di darat. Jutaan orang kehilangan tempat tinggal.

Kilas Balik 2014: Bencana dan Musibah

Sinabung Mengamuk, Sumatera

Tiga ledakan besar tercatat berasal dari Gunung Sinabung sejak Januari hingga Oktober. Ledakan pertama pada 4 Januari mengusir 20.000 penduduk dari kediamannya masing-masing. Mengira bahaya telah berlalu, akhir Januari penduduk pun dipulangkan. Namun sehari berselang Sinabung memuntahkan awan panas dan mengubur 14 orang. Tiga lainnya meninggal dunia setelah dirawat akibat luka bakar.

Kilas Balik 2014: Bencana dan Musibah

Letusan Gunung Kelud, Indonesia

Kelud terbangun dari tidur panjangnya pada pukul 22:50, 13 Februari silam. Ledakan yang terdengar hingga kota Solo dan Yogyakarta yang berjarak 200 dari pusat letusan, membawa hujan debu vulkanik ke kota dan pedesaan di Jawa Tengah. Empat orang dinyatakan tewas. Pemerintah terpaksa menutup beberapa bandar udara di Jawa.

Kilas Balik 2014: Bencana dan Musibah

Wabah Ebola, Afrika Barat

Wabah Ebola yang mengamuk di Afrika Barat adalah yang terbesar dalam sejarah. Badan Kesehatan Dunia, WHO, memperkirakan terdapat 17.100 kasus penularan. Hingga akhir November, tercatat 6100 orang meregang nyawa akibat virus mematikan itu. Wabah berawal bulan Februari silam di Guinea dan menyebar cepat di Liberia dan Sierra Leone.

Kilas Balik 2014: Bencana dan Musibah

Misteri Hilangnya MH 370, Malaysia

Insiden yang melibatkan penerbangan bernomer MH 370 milik maskapai Malaysia Airlines tercatat sebagai "misteri terbesar dalam sejarah penerbangan." Bertolak dari Kuala Lumpur dengan tujuan Beijing pada 8 Maret, pesawat bertipe Boeing 777-200ER ini menghilang dari radar. Hingga saat ini MH 370 beserta 239 penumpang dan awak kapal masih belum ditemukan.

Kilas Balik 2014: Bencana dan Musibah

Tenggelamnya MV Sewol, Korea Selatan

Kisah muram memenuhi halaman depan surat kabar dunia ketika pada 16. April 2014, kapal feri Sewol yang mengangkut 476 penumpang dikabarkan karam. Kapal berbobot 6,5 ton itu sejatinya akan tiba di Jeju setelah bertolak dari Incheon. Namun di tengah jalan, kapal tenggelam dan menewaskan 302 penumpang, sebagian besar adalah murid sekolah menengah atas berusia 16 hingga 17 tahun.

Kilas Balik 2014: Bencana dan Musibah

Longsor Salju di Mount Everest, Nepal

Ketika pagi menyapa gunung Everest pada 18 April silam, sebuah longsor salju melumat 16 orang Sherpa asal Nepal. Hingga pencarian dihentikan tiga jenazah masih dinyatakan hilang. Insiden itu memicu aksi protes Sherpa yang menuntut moratorium wisata Everest. Namun kisah muram itu tidak berakhir. Pada 14 Oktober, sedikitnya 46 pendaki tewas lantaran terjebak badai salju di puncak Annapurna I.

Kilas Balik 2014: Bencana dan Musibah

Kecelakaan Tambang Soma, Turki

Pada 13 Mai, sebuah ledakan mengurung 787 buruh di tambang batu bara Soma, timur laut Turki. 486 orang berhasil selamat, sementara 302 lainnya ditemukan tewas tiga hari kemudian. Penyelidikan oleh Kejaksaan menyebut api berasal dari batu bara yang terbakar. Ironisnya dua pekan sebelumnya, buruh tambang telah mewanti-wanti pemerintah soal keamanan kerja. Namun peringatan itu tidak dihiraukan.

Kilas Balik 2014: Bencana dan Musibah

MH 017 Terjebak di Tengah Konflik, Ukraina

Tidak sampai tiga bulan setelah hilangnya MH370, Malaysia Airlines kembali mencatat tragedi. Pada 17 Juli pesawat MH017 yang bertolak dari Amsterdam, Belanda, jatuh di timur Ukraina. Separatis Ukraina diduga menembak jatuh pesawat tersebut. Hingga kini pihak penyidik masih berupaya mengungkap misteri di balik jatuhnya MH017. 313 penumpang dan awak kapal, di antaranya 80 anak-anak, dinyatakan tewas

Kilas Balik 2014: Bencana dan Musibah

Siklon Hagupit, Filipina

Berbeda dengan badai Haiyan tahun lalu, kali ini Filipina telah sigap menyambut kedatangan siklon Hagupit yang mengamuk, 9 Desember lalu. Kendati begitu korban jiwa tetap tidak terelakkan. Sedikitnya 21 orang dinyatakan tewas oleh Palang Merah Internasional.

Siapa saja yang punya kemungkinan selamat?

Turis yang sedang menyelam di tengah laut, merasakan arus air yang lebih kencang, tetapi mereka tidak mengalami apa-apa. Juga para nelayan yang sedang melaut, tidak merasakan akan ada gelombang raksasa. Penduduk yang bereaksi dengan cepat dan bisa melarikan diri ke tempat yang tinggi juga selamat. Orang-orang yang tingal di rumah tingkat, yang cukup tinggi dan cukup kuat menahan terjangan air serta barang-barang yang terseret bersama air, bisa selamat.

Apakah ada peringatan bagi penduduk?

Tidak ada pihak di kawasan bencana yang saat itu punya rencana darurat tsunami. Pusat peringatan tsunami Amerika Serikat yang ada di Hawaii ketika itu langsung menyadari, bahwa ada gempa bumi hebat dan ancaman munculnya gelombang raksasa yang dahsyat. Tapi mereka tidak tahu pihak-pihak mana yang harus dihubungi di kawasan bencana. Jadi mereka mengeluarkan peringatan secara umum.

Bencana Alam Dilihat dari Angkasa

Raksasa Terbangun

Setiap kali terbangun dari tidurnya, gunung berapi selalu mendatangkan ketakutan. Tahun 2009, Gunung Sarychev, terletak di Kepulauan Kuril, Rusia, meletus. Pada saat yang sama, Stasiun Ruang Angklasa Internasional ISS tepat berada di atasnya, dan awak ISS berhasil mengabadikan foto ini.

Bencana Alam Dilihat dari Angkasa

Kering menjadi Pemenang

Salah satu misi satelit observasi bumi --- seperti Proba-V milik Badan Antariksa Eropa--adalah membuat foto-foto yang memungkinkan dilakukannya pelacakan perubahan lingkungan dari waktu ke waktu. Foto yang - diambil bulan April 2014, Juli 2015 dan Januari 2016 (kiri ke kanan) ini - memperlihatkan proses mengeringnya Danau Poopo di Bolivia akibat dampak perubahan iklim.

Bencana Alam Dilihat dari Angkasa

Jangan Bermain Api

Setiap tahunnya, kebakaran hutan memusnahkan jutaan hektar hutan dan ekologi di berbagai belahan dunia, seperti juga di Indonesia. Tampak dalam foto yang diambil tanggal 15 September 2015 ini, Pulau Sumatera dan Kalimantan diselimuti asap tebal dari kebakaran hutan.

Bencana Alam Dilihat dari Angkasa

Hujan yang Tidak Diharapkan

Tahun 2013, Eropa diguyur hujan berkepanjangan. Hal ini menyebabkan banyak sungai besar meluap, termasuk juga Sungai Elbe. Tampak dalam foto, lumpur yang dibawa Sungai Elbe menutupi wilayah sekitar Wittenberg, di negara bagian Sachsen-Anhalt.

Bencana Alam Dilihat dari Angkasa

Titik Pusat Badai

Badai angin kerap menyebabkan kerusakan hebat. Informasi cuaca yang di susun berdasarkan laporan dari satelit sangat penting untuk memonitor perkembangan badai, seperti: intensitas, arah pergerakan, kecepatan angin. Foto yang diambil pada 25 November 2015 di Samudera Pasifik, dekat Meksiko, ini membantu untuk memprediksi kekuatan badai tropis Sandra, yang mencapai kecepatan 160 km/jam.

Bencana Alam Dilihat dari Angkasa

Gletser Lenyap di Argentina

Satelit memerankan peran penting dalam memantau perubahan iklim. Misalnya, lewat informasi yang dikirim dari ruang angkasa, ilmuwan dapat mendokumentasikan bagaimana gletser di seluruh dunia meleleh, dan menyebabkan peningkatan permukaan air laut. Foto yang diambil dari Stasiun Luar Angkasa Internasional ISS, ini menunjukkan proses melelehnya gletser Upsala di Argentina antara 2002-2013.

Bencana Alam Dilihat dari Angkasa

Mengerti Badai Pasir

Badai pasir di Timur Tengah disebut "Haboob" kerap menerjang wilayah padang pasir. Pada September 2015, satelit berhasil mengabadikan badai pasir hebat tengah bergerak ke wilayah pemukiman. Foto seperti ini dapat memberikan gambaran untuk memahami pola bagaimana badai terbentuk, untuk memprediksi kekuatan badai dan mengambil antisipasi yang diperlukan.

Bencana Alam Dilihat dari Angkasa

Gunung Telanjang

Nama ini digunakan NASA untuk menggambarkan Gunung Shasta di Kalifornia, Amerika Serikat. Gunung yang memiliki selimut salju ini merupakan sumber air penting di kawasan. Namun hamparan salju secara bertahap menghilang. Foto yang diambil pada tahun 2013, saat terjadi bencana kekeringan parah ini, memperlihatkan bagaimana salju yang menutupi gunung tersebut telah menghilang hampir seluruhnya.

Apa yang sudah dilakukan sejak bencana besar itu?

Sekarang sudah dibangun sistem peringatan dini tsunami di sepanjang perairan antara Indonesia dan Thailand. Setiap perubahan tinggi permukaan air diawasi selama 24 jam, dan ada peringatan otomatis jika terjadi perubahan mendadak. Pusat peringatan dini di Jakarta siap mengirimkan peringatan ke daerah-daerah di seluruh Indonesia.

Dengan bantuan para ahli Jerman dari Pusat Penelitian Geologi di Potsdam, sistem peringatan dini tsunami berhasil difungsikan. Peringatan akan dikirim juga lewat SMS ke daerah-derah. Banyak hotel di kawasan pantai yang sekarang punya papan peringatan dan denah evakuasi jika ada ancaman tsunami.

Gempa Paling Mematikan di Abad-21

Port au Prince, Haiti

Sedikitnya 320.000 tewas, 300.000 lainya cedera akibat gempa berkekuatan 7,3 pada skala Richter yang mengguncang Haiti 12 Januari 2010, dengan episentrum sekitar 25 km di barat ibukota Port au Prince. Bencana kemanusiaan di Haiti berlarut akibat sangat buruknya manajemen krisis dari pemerintah serta penjarahan brutal oleh warga yang selamat dan mengalami kelaparan.

Gempa Paling Mematikan di Abad-21

Aceh, Indonesia

Sekitar 230.000 orang di 14 negara tewas akibat tsunami dahsyat yang melanda Samudra Hindia, 26 Desember 2004. Tsunami dipicu gempa berkekuatan 9,1 pada skala Richter, yang episentrumnya berada Samudra Hindia, sekitar 85 km di barat laut Banda Aceh. Jakarta mengklaim, korban terbanyak sekitar 165.000 orang berasal dari Indonesia mayoritasnya dari Banda Aceh.

Gempa Paling Mematikan di Abad-21

Sichuan, Cina

Hampir 90.000 orang tewas akibat gempa berkekuatan 7,9 pada skala Richter yang mengguncang Sichuan di Cina, pada 12 Mei 2008. Lebih dari lima juta bangunan runtuh. Korban kebanyakan tewas tertimpa bangunan yang runtuh, karena pembangunannya tidak mematuhi standar keamanan. Lebih dari lima juta warga Sichuan jadi tunawisma karena rumahnya hancur.

Gempa Paling Mematikan di Abad-21

Kashmir, Pakistan

Lebih 84.000 orang tewas akibat gempa berkekuatan 7,6 pada skala Richter yang melanda kawasan Kashmir Pakistan di pegunungan Himalaya, 8 Oktober 2005. Episentrum gempa terletak di sekitar kota Muzaffarabad. Juga dilaporkan 1.300 korban tewas di kawasan Kashmir India, dan puluhan tewas di Afghanistan.

Gempa Paling Mematikan di Abad-21

Bam, Iran

Lebih 40.000 orang tewas dan 30.000 cedera akibat gempa berkekuatan 6,6 pada skala Richter yang melanda provinsi Bam di Iran, pada 26 Desember 2003. Sekitar 70 persen kawasan kota termasuk bangunan bersejarah terbuat dari lempung juga hancur total. Kebanyakan korban tewas akibat tertimbun bangunan yang runtuh.

Gempa Paling Mematikan di Abad-21

Fukushima, Jepang

21.000 tewas dan lebih 4.000 dinyatakan hilang, akibat tsunami yang melanda Fukushima 11 Maret 2011. Pemicunya adalah gempa dahsyat berkekuatan 9.0 pada skala Richter dengan episentrum di kawasan laut di timur kepulauan Honshu. Bencana gempa dan tsunami juga diikuti bencana atom, akibat meledaknya pembangkit listrik tenaga nuklir Daiichi di Fukushima.

Gempa Paling Mematikan di Abad-21

Gujarat, India

Lebih dari 20.000 tewas akibat gempa berkekuatan 7,9 pada skala Richter, yang mengguncang negara bagian Gujarat di India, 26 Januari 2001, bertepatan dengan peringatan Republic Day ke-52. Ini gempa dahsyat pertama di abad ke-21 dengan korban tewas cukup banyak.

Gempa Paling Mematikan di Abad-21

Kathmandu, Nepal

Dikhawatirkan hingga 10.000 orang tewas akibat gempa berkekuatan 7.9 pada skala Richter dengan episentrum 80 km di barat ibukota Kathmandu, yang mengguncang Nepal 25 April 2015. Gempa juga memicu longsor salju (avalanche) yang menewaskan 250 warga dan puluhan pendaki gunung di Himalaya. Sejauh ini dikonfirmasi lebih 7.300 tewas, namun banyak warga Yang masih dinyatakan hilang..

Gempa Paling Mematikan di Abad-21

Yogyakarta Indonesia

Sekitar 5.800 tewas dan 36.000 cedera akibat gempa berkekuatan 6,3 pada skala Richter yang melanda Yogyakarta, 26 Mei 2006. Episentrum gempa dangkal ini berada di Samudra Hindia, sekitar 22 kilometer di tenggara Yogyakarta. Lebih 1.350 ribu bangunan hancur dan 1,5 juta orang jadi tunawisma.

Berapa besar resiko terjadinya tsunami di masa depan?

Tsunami tidak bisa diprediksi. Ketegangan antar lempeng yang bertumbukan selalu terjadi. Lempeng-lempeng kontinental di sebelah barat Sumatra sampai sekarang berada di bawah tekanan. Bulan April 2012, terjadi lagi gempa di bawah laut di kawasan ini yang berkekuatan 8,6 skala Richter. Tapi tidak terjadi gelombang tsunami yang besar dan luas. Mengapa? Karena lempengnya waktu itu bergerak secara horisontal.

hp/vlz (dpa)

Hidup di Liang Nuklir Fukushima

Petaka Dari Laut

Awalnya adalah gempa bumi berkekuatan 9.0 pada skala richter. Disusul gelombang Tsunami dahsyat yang meluluhlantakkan kawasan selatan Jepang dan memicu petaka nuklir yang mengakhibatkan hampir 100.000 penduduk meninggalkan rumah masing-masing.

Hidup di Liang Nuklir Fukushima

Kematian di Udara

Yang kemudian tersisa adalah kota hantu tak bertuan di kawasan yang terkontaminasi elemen radioaktif. Seakan iblis mematikan sedang mencekam seisi kota dan desa. Karena betapapun kokohnya bangunan dan infrastruktur kota bertahan dari gempa lima tahun silam, kematian tidak datang dari laut atau perut Bumi, melainkan menggelayut di udara yang beracun.

Hidup di Liang Nuklir Fukushima

Hidup Setelah Bencana

Tidak sedikit penduduk berusaha bertahan di wilayah yang terkontaminasi zat radioaktif, sebagian yang diungsikan bahkan kembali ke kediamannya masing-masing. Sawah kembali diairi, transportasi umum kembali berjalan dan sekolah-sekolah dibuka. Pria tua bernama Kano ini hidup dengan tumpukan tanah yang terpapar zat radioaktif dan seadanya ditutup dengan terpal berwarna biru.

Hidup di Liang Nuklir Fukushima

Di Liang Nuklir Fukushima

Sebanyak 260 kota dan desa sejatinya dinyatakan tertutup oleh pemerintah Jepang lantaran terkontaminasi elemen radioaktif. Kini, lima tahun berselang, beberapa diantaranya kembali dihuni penduduk, seperti seorang ibu di Prefektur Namie Machi ini. Kota yang dulu berpopulasi 21.000 penduduk itu kini menjadi kota hantu.

Hidup di Liang Nuklir Fukushima

Perang Tak Berkesudahan

Pemerintah Jepang hingga kini masih berupaya memerangi dampak bencana nuklir lima tahun silam. Sebanyak 8000 petugas hidup di kawasan bencana buat membebaskan Fukushima dari hantu cemaran nuklir yang masih bergentayangan. Tidak jelas sampai kapan mereka harus bertahan di wilayah tercemar berat radioaktif tersebut.

Hidup di Liang Nuklir Fukushima

Tanah Beracun

Ratusan ribu meter kubik tanah yang terkontaminasi dikumpulkan di dalam kantung hitam. Saat ini belum ada rencana bagaimana membersihkan tanah tersebut. Pemerintah Jepang beberapa tahun silam membeli lahan seluas 500 ratus hektar untuk menyimpan tanah yang terpapar zat radioaktif.

Hidup di Liang Nuklir Fukushima

Dampak Panjang Bencana Nuklir

Program pembersihan Fukushima yang dicanangkan pemerintah Jepang akan berlangsung hingga 50 tahun dan menelan biaya puluhan miliar US Dollar. Namun baru-baru ini Badan Regulasi Nuklir Jepang memperkirakan upaya pembersihan akan berlangsung hingga 80 tahun.

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA