Gaya bahasa yang digunakan pengarang untuk meningkatkan efek tertentu dalam sebuah cerita disebut

Merdeka.com - Dalam sebuah karya sastra, kita mengenal adanya gaya bahasa. Gaya bahasa ini dikenal juga dengan sebutan majas. Tujuan penggunaan gaya bahasa ini adalah untuk membuat pembaca mendapatkan efek tertentu yang bersifat emosional dari apa yang mereka baca.

Penggunaan gaya bahasa, atau majas ini juga akan membuat sebuah cerita jadi lebih menarik dan lebih hidup. Seseorang yang membaca cerita pun juga tidak akan bosan dan bahkan bisa merasakan apa yang sedang mereka baca.

Gaya bahasa memiliki bermacam-macam jenis. Secara garis besar, gaya bahasa terbagi menjadi empat macam yang masing-masing memiliki fungsi tersendiri. Empat macam-macam gaya bahasa yaitu gaya bahasa perbandingan, gaya bahasa pertentangan, gaya bahasa sindiran, dan gaya bahasa penegasan.

Berikut ini, akan merdeka.com sampaikan beberapa macam-macam gaya bahasa, yang dilansir dari liputan6.com.

2 dari 5 halaman

Gaya bahasa yang digunakan pengarang untuk meningkatkan efek tertentu dalam sebuah cerita disebut

www.walesonline.co.uk

Macam-macam gaya bahasa yang pertama adalah majas perbandingan. Majas perbandingan adalah majas yang gaya bahasanya diungkapan dengan cara menyandingkan atau membandingkan suatu objek dengan objek lainnya, bisa berupa penyamaan, pelebihan, atau penggantian.

Majas perbandingan ini masih dibagi lagi ke dalam beberapa macam-macam gaya bahasa, seperti:

  • Personifikasi, adalah gaya bahasa yang digunakan untuk menggantikan fungsi benda mati yang dapat bersikap seperti manusia. Contohnya seperti, angin malam telah melarang aku ke luar.
  • Metafora, adalah gaya bahasa yang digunakan sebagai kiasan yang secara eksplisit mewakili suatu maksud lain berdasarkan persamaan atau perbandingan. Contoh majas metafora seperti usahanya bangkrut karena memiliki utang dengan lintah darat.
  • Eufemisme, adalah gaya bahasa di mana kata-kata yang dianggap kurang baik diganti dengan padanan kata yang lebih halus. Contohnya, Karena terjerat kasus korupsi, ia harus dihadapkan di meja hijau.
  • Metonimia, adalah gaya bahasa yang menyandingkan istilah sesuatu untuk merujuk pada benda yang umum. Contohnya, bila haus, minumlah Aqua. Kata Aqua di sini dikenal sebagai sebuah brand air mineral yang sudah cukup terkenal.
  • Simile, adalah gaya bahasa yang menyandingkan suatu aktivitas dengan suatu ungkapan. Contoh gaya bahasa ini seperti, anak kecil itu menangis bagaikan anak ayam kehilangan induknya.
  • Alegori, adalah gaya bahasa yang menyandingkan suatu objek dengan kata kiasan. Contohnya, mencari wanita yang sempurna seperti mencari jarum dalam tumpukan jerami.
  • Sinekdok, adalah majas yang terbagi menjadi dua yaitu sinekdok pars pro toto dan sinekdok totem pro parte. Contoh gaya bahasa ini seperti
    • Pars pro Toto: Hingga bel berbunyi, batang hidung Reni belum juga kelihatan.
    • Totem pro Parte: Indonesia berhasil menjuarai All England hingga delapan kali berturut-turut.
  • Simbolik, adalah gaya bahasa dengan ungkapan yang membandingkan antara manusia dengan sikap makhluk hidup lainnya. Contohnya seperti, perempuan itu memang jinak-jinak merpati.
  • Asosiasi, adalah gaya bahasa yang membandingkan dua objek berbeda, namun disamakan dengan menambahkan kata sambung bagaikan, bak, atau seperti. Contohnya, wajah ayah dan anak itu bagaikan pinang dibelah dua.
  • Hiperbola, adalah gaya bahasa yang mengungkapkan sesuatu secara berlebihan, bahkan terkesan tidak masuk akal. Contohnya, pria itu memiliki semangat yang keras seperti baja, tentu ia akan menjadi orang sukses.

3 dari 5 halaman

Macam-macam gaya bahasa yang kedua yaitu gaya bahasa pertentangan. Majas pertentangan adalah gaya bahasa dalam karya sastra yang menggunakan kata-kata kiasan di mana maksudnya berlawanan dengan arti sebenarnya.

Majas pertentangan memiliki beberapa macam-macam gaya bahasa, yaitu:

  • Paradoks, merupakan suatu gaya bahasa yang membandingkan situasi sebenarnya dengan situasi kebalikannya. Contoh majas ini seperti, di tengah keramaian itu aku merasa kesepian.
  • Antitesis, merupakan gaya bahasa yang memadukan pasangan kata di mana memiliki arti yang saling bertentangan. Contohnya, Orang akan menilai baik buruk diri kita dari sikap kita kepada mereka.
  • Kontradiksi interminus, merupakan gaya bahasa yang menyangkal pernyataan yang disebutkan sebelumnya. Biasanya majas ini disertai dengan konjungsi misalnya hanya saja atau kecuali. Contoh gaya bahasa ini seperti, Semua masyarakat semakin sejahtera, kecuali mereka yang berada di perbatasan.
  • Litotes, merupakan suatu ungkapan seperti merendahkan diri meskipun pada kenyataan sebenarnya justru sebaliknya. Contohnya seperti, silakan mampir ke gubuk kami yang sederhana ini. Kata rumah di sini disebut sebagai gubuk.

4 dari 5 halaman

Gaya bahasa yang digunakan pengarang untuk meningkatkan efek tertentu dalam sebuah cerita disebut
©2015 Pixabay

Macam-macam gaya bahasa yang ketiga adalah majas sindiran. Majas sindiran adalah gaya bahasa yang menggunakan kata-kata kiasan dengan tujuan untuk memberikan ejekan atau sindiran bagi seseorang, perilaku, dan suatu kondisi.

Beberapa jenis majas sindiran yaitu:

  • Sinisme, adalah gaya bahasa di mana seseorang memberikan sindiran secara langsung kepada orang lain. Contohnya, Kotor sekali kamarmu sampai debu debu bertebaran di mana-mana.
  • Sarkasme, adalah gaya bahasa yang digunakan untuk menyindir orang lain dengan konotasi yang kasar. Contohnya, dasar tidak becus! Kalau tidak bisa kerja, kamu hanya akan jadi sampah masyarakat.
  • Ironi, adalah gaya bahasa yang menggunakan kata kiasan dengan makna berlawanan dengan fakta sebenarnya. Contohnya, rapi sekali ruanganmu, sampai aku kesulitan untuk duduk di sini.

5 dari 5 halaman

Macam-macam gaya bahasa yang terakhir yaitu majas penegasan. Majas ini adalah gaya bahasa untuk menyatakan sesuatu secara tegas guna meningkatkan pemahaman dan kesan kepada pembaca atau pendengar.

Beberapa jenis majas penegasan adalah:

  • Repetisi, adalah gaya bahasa yang mengulang kata-kata dalam suatu kalimat. Contohnya seperti, pria itu pencopetnya, dia pelakunya, dia yang mengambil dompet saya.
  • Retorik, merupakan gaya bahasa dalam bentuk kalimat tanya tetapi sebenarnya tidak perlu dijawab. Majas ini biasanya dipakai untuk penegasan sekaligus sindiran. Contohnya, kalau kamu sholat subuh setiap kapan saja?
  • Pleonasme, merupakan gaya bahasa yang menggunakan kata-kata dengan makna sama, tapi diulang-ulang terkesan tidak efektif tapi disengaja untuk menegaskan sesuatu. Contohnya, Kita harus maju ke depan agar bisa menjelaskan pada teman sekelas. Kata maju sudah pasti ke depan.
  • Klimaks, adalah gaya bahasa yang menjelaskan lebih dari dua hal secara berurutan di mana tingkatannya semakin lama semakin tinggi. Contohnya, pada saat itu semua orang, mulai dari bayi, anak-anak, remaja, orang dewasa, hingga lansia pergi mengungsi akibat gempa.
  • Antiklimaks, adalah gaya bahasa yang menjelaskan lebih dari tingkatan tertinggi ke tingkatan terendah. Contohnya seperti, setiap hari Senin, mulai kepala sekolah, guru, staff dan siswa rutin melaksanakan upacara bendera.
  • Pararelisme, adalah gaya bahasa yang mengulang-ulang sebuah kata untuk menegaskan makna kata tersebut dalam beberapa definisi yang berbeda. Biasanya jenis majas ini digunakan pasa sebuah puisi. Contoh majas ini seperti, sayang itu sabar. sayang itu lemah lembut. sayang itu memaafkan..
  • Tautologi, merupakan gaya bahasa yang mengulang kata yang bersinonim untuk menegaskan suatu kondisi atau maksud tertentu. Contoh gaya bahasa ini seperti, sia adalah gadis yang penuh dengan kasih, sayang, dan cinta.

Liputan6.com, Jakarta Macam-macam gaya bahasa biasanya digunakan tergantung situasi dan kondisi. Gaya bahasa atau biasa disebut majas ini digunakan untuk menyampaikan pesan dengan cara yang imajinatif, atau berupa kiasan. Karena itu, majas biasanya memiliki sifat kiasan atau bukan makna sebenarnya. 

Majas sendiri merupakan jenis kalimat yang cukup sering digunakan dalam Bahasa Indonesia. Penggunaan macam-macam gaya bahasa ini mempunyai tujuan agar para pembaca dapat merasakan berbagai efek emosional dalam suatu cerita.

Macam-macam gaya bahasa digunakan dalam karya sastra untuk membuat sebuah tulisan semakin menarik. Dengan begitu, pembaca tidak akan bosan dan semakin tertarik membaca sebuah cerita. Bisa dikatakan bahwa gaya bahasa atau majas merupakan jiwa dalam suatu karya tulis.

Ada berbagai jenis majas yang biasa digunakan. Secara garis besar, macam-macam gaya bahasa dibagi menjadi empat, yaitu: gaya bahasa perbandingan, gaya bahasa pertentangan, gaya bahasa sindiran, dan gaya bahasa penegasan.

Berikut Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Kamis (15/8/2019) tentang macam-macam gaya bahasa

Scroll down untuk melanjutkan membaca

Gaya bahasa yang digunakan pengarang untuk meningkatkan efek tertentu dalam sebuah cerita disebut

Perbesar

Macam-Macam Gaya Bahasa (Ilustrasi: Humane Pursuits)

Macam-macam gaya bahasa yang pertama adalah gaya bahasa perbandingan. Gaya bahasa atau majas perbandingan digunakan dengan membandingkan atau menyandingkan suatu objek dengan objek yang lainnya, yakni melalui proses penyamaan, pelebihan, atau penggantian. Berikut pembagian macam-macam gaya bahasa perbandingan:

Personifikasi

Majas Personifikasi menggantikan fungsi benda mati menjadi dapat bersikap layaknya manusia.

Contoh Majas: Angin malam telah melarang aku ke luar.

Metafora

Majas Metafora yaitu meletakkan sebuah objek yang bersifat sama dengan pesan yang ingin disampaikan dalam bentuk ungkapan.

Contoh: Usahanya bangkrut karena memiliki hutang dengan lintah darat.

Asosiasi

Majas Asosiasi adalah membandingkan dua objek yang berbeda namun dianggap sama, dengan pemberian kata sambung bak, bagaikan, seperti.

Contoh: Wajahnya bak mentari pagi yang cerah.

Eufemisme

Eufemisme adalah gaya bahasa yang mengganti kata-kata yang dianggap kurang baik dengan padanan yang lebih halus.

Contoh: Karena terjerat kasus korupsi, ia harus dihadapkan di meja hijau.

Scroll down untuk melanjutkan membaca

Metonimia

Metonimia adalah menyandingkan merek atau istilah sesuatu untuk merujuk pada benda umum.

Contoh: Ayo kita pergi naik Honda.

Honda di sini maksudnya sepeda motor. Honda adalah sebuah merek sepeda motor.

Simile

Simile juga menggunakan kata penghubung bak, bagaikan, ataupun seperti. Namun, simile menyandingkan sebuah kegiatan dengan ungkapan.

Contoh: Kelakuannya bagaikan anak ayam kehilangan induknya.

Alegori

Alegori adalah menyandingkan suatu objek dengan kata-kata kiasan.

Contoh: Di dalam perlombaan memenangkan hati, jurinya adalah perasaan.

Sinekdok

Sinekdok dibagi menjadi dua, yaitu pars pro toto dan totem pro parte. Sinekdok pars pro toto merupakan gaya bahasa yang menyebutkan sebagian unsur untuk menampilkan keseluruhan sebuah benda. Sementara itu, sinekdok totem pro parte adalah kebalikannya, yaitu gaya bahasa yang menampilkan keseluruhan untuk merujuk pada sebagian benda atau situasi.

Contoh:

Pars pro Toto: Hingga bel berbunyi, batang hidung Reni belum juga kelihatan.

Totem pro Parte: Indonesia berhasil menjuarai All England hingga delapan kali berturut-turut.

Simbolik

Majas simbolik adalah gaya bahasa yang membandingkan manusia dengan sikap makhluk hidup lainnya dalam ungkapan.

Contoh: Perempuan itu memang jinak-jinak merpati.

Scroll down untuk melanjutkan membaca

Gaya bahasa yang digunakan pengarang untuk meningkatkan efek tertentu dalam sebuah cerita disebut

Perbesar

Gaya Bahasa Sindiran / Sumber: iStockphoto

Macam-macam gaya bahasa berikutnya adalah gaya bahasa sindiran. Sesuai dengan namanya, gaya bahasa atau majas ini bertujuan untuk menyindir seseorang atau perilaku hingga kondisi tertentu. Berikut pembagian macam-macam gaya bahasa sindiran:

Ironi

Ironi menggunakan kata-kata yang bertentangan dengan fakta yang ada.

Contoh: Rapi sekali kamarmu sampai sulit untuk mencari bagian kasur yang bisa ditiduri.

Sinisme

Sinisme adalah menyampaikan sindiran secara langsung.

Contoh: Kotor sekali kamarmu sampai debu debu bertebaran di mana -mana.

Sarkasme

Sarkasme adalah menyampaikan sindiran secara kasar.

Contoh: Dia hanyalah sampah masyarakat yang tak berguna!

Scroll down untuk melanjutkan membaca

Gaya bahasa yang digunakan pengarang untuk meningkatkan efek tertentu dalam sebuah cerita disebut

Perbesar

ilustrasi membaca buku (iStockphoto)

Macam-macam gaya bahasa selanjutnya adalah, gaya bahasa pertentangan. Gaya bahasa pertentangan merupakan suatu bentuk gaya bahasa dengan kata-kata kiasan yang bertentangan dengan yang dimaksudkan sesungguhnya. Berikut beberapa jenis dari macam-macam gaya bahasa pertentangan:

Hiperbola

Majas hiperbola yaitu mengungkapkan sesuatu dengan kesan berlebihan, bahkan hampir tidak masuk akal.

Contoh: Wajahnya benar-benar mengalihkan duniaku

Litotes

Berkebalikan dengan hiperbola yang lebih ke arah perbandingan, litotes merupakan ungkapan untuk merendahkan diri, meskipun kenyataan yang sebenarnya adalah yang sebaliknya.

Contoh: Selamat datang ke gubuk kami ini. Gubuk memiliki artian sebagai rumah.

Paradoks

Paradoks adalah membandingkan situasi asli dengan situasi yang berkebalikannya.

Contoh: Dia tersenyum, meski hatinya sedih karena ditinggal sang kekasih.

Antitesis

Antitesis adalah memadukan pasangan kata yang artinya bertentangan.

Contoh: Orang akan menilai baik buruk diri kita dari sikap kita kepada mereka.

Kontradiksi Interminis

Kontradiksi interminis adalah majas yang menyangkal ujaran yang telah dipaparkan sebelumnya. Biasanya diikuti dengan konjungsi, seperti kecuali atau hanya saja.

Contoh: Semua masyarakat semakin sejahtera, kecuali mereka yang berada di perbatasan.

Scroll down untuk melanjutkan membaca

Gaya bahasa yang digunakan pengarang untuk meningkatkan efek tertentu dalam sebuah cerita disebut

Perbesar

ilustrasi membaca buku (iStockphoto)

Gaya Bahasa penegasan adalah macam-macam gaya bahasa yang bertujuan untuk meningkatkan pengaruh kepada para pembaca atau pendengarnya agar menyetujui ujaran atau kejadian yang diungkapkan. Begini macam-macam gaya bahasa penegasan:

Pleonasme

Pleonasme menggunakan kata-kata yang bermakna sama sehingga terkesan tidak efektif, namun memang sengaja untuk menegaskan suatu hal.

Contoh: Kita harus maju ke depan agar bisa menjelaskan pada teman sekelas.

Maju tentunya selalu ke depan.

Repetisi

Gaya bahasa repetisi mengulang kata-kata dalam sebuah kalimat.

Contoh: Di tempat ini aku pertama kali bertemu dengannya, di tempat ini aku berkenalan, di tempat ini aku selalu menunggunya, di tempat ini pula ia meninggalkanku.

Retorika

Retorika yaitu memberikan penegasan dalam bentuk kalimat tanya yang tidak perlu dijawab.

Contoh: Kapan Aku pernah memintamu untuk membohongiku?

Scroll down untuk melanjutkan membaca

Klimaks

Klimaks yaitu mengurutkan sesuatu dari tingkatan rendah ke tinggi.

Contoh: Bayi, anak kecil, remaja, orang dewasa, hingga orang tua seharusnya memiliki kehidupan yang sejahtera.

Antiklimaks

Kebalikan klimaks, gaya bahasa antiklimaks menegaskan sesuatu dengan mengurutkan suatu tingkatan dari tinggi ke rendah.

Contoh: Tua, muda, juga anak-anak punya hak yang sama untuk bahagia.

Pararelisme

Gaya bahasa ini sering terdapat dalam puisi, yaitu mengulang-ulang sebuah kata dalam berbagai definisi yang berbeda. Jika pengulangannya ada di awal, disebut sebagai anafora. Namun, jika kata yang diulang ada di bagian akhir kalimat, disebut sebagai epifora.

Contoh majas: Sayang itu sabar. Sayang itu lemah lembut. Sayang itu memaafkan.

Tautologi

Tautologi adalah menggunakan kata-kata bersinonim untuk menegaskan sebuah kondisi atau ujaran.

Contoh: Dia adalah gadis yang penuh dengan kasih, sayang, dan cinta.

Lanjutkan Membaca ↓

Gaya bahasa yang digunakan pengarang untuk meningkatkan efek tertentu dalam sebuah cerita disebut