Gagal ginjal stadium akhir bertahan berapa lama

Gagal ginjal stadium akhir bertahan berapa lama

Gagal ginjal stadium akhir bertahan berapa lama
Lihat Foto

Shutterstock/mi_viri

Ilustrasi penyakit ginjal, stadium penyakit ginjal, gagal ginjal stadium

KOMPAS.com - Stadium penyakit ginjal terbagi menjadi lima tahap atau tingkat keparahan.

Stadium ini menggambarkan kualitas fungsi ginjal setelah mengalami kerusakan akibat penyakit ginjal.

Berikut penjelasan lebih lanjut terkait stadium penyakit ginjal dan cara mendeteksinya yang perlu Anda ketahui.

Baca juga: 13 Tanda-tanda Penyakit Ginjal

Stadium penyakit ginjal

Berdasarkan tingkat keparahannya dan fungsi ginjal, stadium penyakit ginjal dibagi menjadi lima. Melansir Kidney Fund, berikut tahapannya:

  • Penyakit ginjal stadium 1

Di tahap awal penyakit ginjal ini, organ vital ini sudah ada kerusakan walaupun belum signifikan.

Tanda-tanda penyakit ginjal stadium awal ini bisa berupa tingginya kadar protein dalam urine.

Untuk memperlambat kerusakan ginjal, penderita jamak diarahkan untuk mengontrol kadar gula darah, tekanan darah, menjalankan pola makan sehat, tidak merokok, rajin olahraga, dan menjaga berat badan tetap ideal.

  • Penyakit ginjal stadium 2

Penyakit ginjal stadium 2 artinya tanda kerusakan ginjal secara fisik sudah mulai muncul.

Beberapa perubahan gaya hidup sehat di atas bisa dilakukan untuk mencegah kerusakan ginjal agar tidak semakin parah.

  • Penyakit ginjal stadium 3

Pada stadium 3, penyakit ginjal sudah mulai merusak ginjal dan membuat kinerja ginjal terganggu.

Gagal ginjal stadium akhir bertahan berapa lama

Gagal ginjal stadium akhir bertahan berapa lama
Lihat Foto

KOMPAS, Ryadi, Kartono

Kris Biantoro


Kompas.com — Begitu seseorang dinyatakan menderita penyakit gagal ginjal tahap akhir, obat-obatan saja tidak lagi memadai. Fungsi ginjal yang rusak harus digantikan oleh mesin dialisis (cuci darah). Bagaimana penyanyi dan MC senior Kris Biantoro bisa bertahan dengan penyakit ini sampai 38 tahun?

Kris Biantoro membuktikan ia mampu menjalani hidupnya dengan penyakit ini selama puluhan tahun meski akhirnya ajal menjemputnya di usia 75 tahun pada Selasa (13/8/2013) di Jakarta.

Sekitar setengah kasus gagal ginjal pada orang dewasa disebabkan karena diabetes dan tekanan darah tinggi yang tidak dirawat. Setengah lainnya adalah karena infeksi, cedera, atau obat-obatan.

Penyakit gagal ginjal kronis adalah penyakit menahun dan perburukannya berjalan perlahan. Penyakit ini timbul ketika unit penyaring ginjal (nefron) rusak. Penyakit ini dapat berkembang menjadi gagal ginjal stadium akhir. Jika ini terjadi maka ginjal berhenti berfungsi dan pilihannya hanyalah cuci darah dan cangkok ginjal.

Menurut dr Tunggul Situmorang, SpPD-KGH, Direktur Utama RS PGI Cikini Jakarta, seseorang disebut menderita gagal ginjal stadium akhir jika fungsi ginjalnya tinggal 15 persen dari fungsi normalnya.

Walau gagal ginjal kronis tidak dapat disembuhkan, tetapi dokter akan memberikan langkah-langkah untuk mengendalikan gejala serta memperlambat perkembangan penyakitnya.

"Kris Biantoro memang sudah menderita gagal ginjal kronis cukup lama. Namun beliau bisa mengubah gaya hidupnya menjadi lebih sehat, antara lain dengan mengendalikan tekanan darahnya," kata dr Tunggul ketika dihubungi Kompas.com, Selasa (13/8/2013).

Meski tidak menjalani cangkok ginjal, Kris Biantoro secara rutin melakukan dialisis (cuci darah), yakni cara buatan membuang produk sisa urine dan kelebihan cairan dari tubuh. Dialisis ginjal memang mampu memberi kesempatan hidup lebih panjang setelah ginjal berhenti berfungsi.

Tunggul menjelaskan, jenis dialisis yang dilakukan Kris Biantoro adalah CAPD (countinous ambulatory peritoneal dialysis). "Setahu saya Kris Biantoro sangat rajin melakukan CAPD di rumah. Dukungan keluarganya juga sangat kuat," paparnya.

CAPD adalah bentuk dialisis dengan menggunakan kateter yang ditanam secara permanen dalam perut untuk mengganti cairan dialisis empat kali sehari, selama 7 hari dalam seminggu. Dengan cara ini cairan itu terus-menerus akan berada dalam perut. Di antara waktu penggantian cairan ini pasien dapat bebas bergerak.

Menurut Tunggul, pasien gagal ginjal stadium akhir yang rutin melakukan dialisis memang dapat bertahan hidup bertahun-tahun.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Ditulis oleh: Mitra Keluarga

Gagal ginjal kronik menurut World Health Organization (WHO) menjadi permasalahan dengan tingkat kejadian, dan prevalensi yang meningkat setiap tahunnya. WHO mencatat, penyakit Chronic Kidney Disease (CKD) telah menyebabkan kematian pada 850.000 orang setiap tahunnya. 

Ketika seseorang menderita gagal ginjal kronik, maka mereka harus melakukan berbagai prosedur pengobatan seperti cuci darah. 

Lalu, apakah pasien gagal ginjal harus selalu melakukan cuci darah (hemodialisis)? Benarkah prosedur ini harus dilakukan seumur hidup? 

Yuk, simak fakta-fakta seputar cuci darah untuk mengobati gagal ginjal kronik berikut ini!

Baca juga: 7 Penyebab Gagal Ginjal yang Harus Dihindari

Fakta-fakta seputar cuci darah untuk pasien gagal ginjal

Cuci darah atau hemodialisis memang menjadi salah satu terapi pengobatan yang penting untuk pasien gagal ginjal kronik. Banyak orang yang merasa khawatir dan cemas saat harus melalui prosedur ini karena akan menyita tenaga, waktu, pikiran, dan keuangan. 

Yuk, simak apa saja fakta-fakta dari prosedur hemodialisis untuk mengobati gagal ginjal kronik.

Apakah gagal ginjal harus selalu cuci darah?

Hemodialisis (cuci darah) adalah proses pemisahan (penyaringan) sisa-sisa metabolisme melalui selaput semipermeabel di dalam dialiser mesin dialysis. Cuci darah dilakukan sebagai terapi pengganti ginjal yang berarti pengobatan yang menggantikan fungsi ginjal. 

Sebenarnya penderita penyakit ginjal tidak selalu membutuhkan perawatan hemodialisis. Bisa juga melakukan metode lainnya seperti transplantasi ginjal. 

Lalu, apakah cuci darah wajib? Tergantung, sebab ada kalanya cuci darah bersifat life saving. Cuci darah dilakukan untuk menyelamatkan nyawa pasien misalnya pasien yang mengalami sesak napas. Risikonya bisa berhenti nafas jika tidak dilakukan cuci darah. 

Namun, jika menyerang hanya satu bagian ginjal, dan bagian satunya masih dapat berfungsi dengan optimal maka pasien dapat beraktivitas normal dan biasanya cuci darah tidak perlu dilakukan. 

Pasien mungkin perlu melakukan pengobatan untuk menekan dan mengobati penyebab dan berbagai keadaan yang memperburuk gagal ginjal seperti tekanan darah tinggi, kencing manis, dan infeksi dan batu saluran kemih.

Tujuan cuci darah

Ginjal yang sehat memiliki beberapa fungsi dalam tubuh, pekerjaan yang paling terkenal adalah memproduksi urin. Nah, penyakit gagal ginjal membuat fungsi ginjal menurun. 

Seperti yang sudah dijelaskan, ada kalanya cuci darah bersifat life saving atau untuk menyelamatkan pasien. Selain itu, tujuan pengobatan ini juga untuk mengendalikan gejala, meminimalkan komplikasi dan memperlambat perkembangan penyakit.

Pada penyakit ginjal kronik ini fungsi ginjal diperkirakan menurun 25% dari normal. Ketika fungsi ginjal turun di bawah 10-15%, membuat ginjal tidak lagi mampu menyaring darah dan membuat urin. 

Hal ini menyebabkan racun menumpuk di dalam tubuh bersama dengan kelebihan cairan. Kabar baiknya, saat ini kita hidup di masa di mana ada pengobatan dan obat-obatan yang dapat menggantikan fungsi ginjal dan menjaga tubuh tetap hidup, salah satunya dengan cuci darah. 

Apabila fungsi sisa ginjal tidak dilindungi dengan baik maka akan cepat menurun sehingga tidak berfungsi yang yang pada gilirannya akan menyebabkan kematian. 

Pada tahapan inilah penderita sudah memerlukan terapi pengganti berupa cuci darah (hemodialisis) maupun cangkok ginjal.

Berapa lama cuci darah dilakukan?

Cuci darah dilakukan tergantung stadium. Semakin tinggi stadiumnya, maka durasi cuci darah juga menjadi semakin sering. Stadium 5 harus cuci darah terus menerus. Sementara stadium 3 dan 4 dapat recover.

Namun, umumnya prosedur ini dilakukan sebanyak 2-3 kali dalam seminggu. Sahabat MIKA harus meluangkan waktu setidaknya 4-5 jam per sekali tindakan. 

Pasien gagal ginjal kronik harus melakukan terapi hemodialisis seumur hidup dan secara rutin. Hal ini karena tubuh terus menghasilkan zat sisa dari proses metabolisme. Untuk mencegah terjadinya komplikasi atau merusak organ tubuh lainnya, zat sisa ini harus dibuang.

Jika pasien tidak melakukan cuci darah maka dapat muncul gejala seperti sesak napas, gelisah, penurunan kesadaran, hingga kematian. 

Di mana cuci darah dilakukan?

Hemodialisis dapat diberikan di rumah sakit, di unit dialisis yang berdiri sendiri (sering disebut unit satelit), atau di rumah. 

Di rumah sakit dan unit satelit, perawat dan asisten dialisis membantu pasien dalam perawatan. Sahabat MIKA juga dapat melakukan cuci darah di rumah dengan mengharuskan Anda atau orang lain untuk mempelajari cara menggunakan mesin.

Efek samping cuci darah

Usai melakukan cuci darah, Anda mungkin merasa lelah. Selain itu, sebagian pasien yang usai melakukan cuci darah bisa merasakan sakit kepala, tekanan darah turun, mual, muntah, kram, dan kulit menjadi kering atau gatal.

Tetapi usai terapi ini, Anda tetap aktivitas normal, meskipun pembatasan diet dan asupan cairan biasanya diperlukan.

Pengobatan selain cuci darah

Tetapi, sebenarnya ada pilihan lain apabila tidak ingin melakukan prosedur hemodialisis untuk mengobati sakit ginjal, yaitu cangkok atau transplantasi ginjal. Dengan prosedur transplantasi ginjal, maka akan dilakukan pemindahan ginjal pendonor ke tubuh penderita. 

Setelah cangkok ginjal yang sukses penderita dapat hidup seperti orang normal walaupun tetap dengan minum obat penahan reaksi penolakan tubuh. 

Namun, kesulitan melakukan transplantasi ginjal adalah mencari donor ginjal yang cocok serta ginjal tersebut harus benar benar sehat.  

Tanda-tanda dan gejala penyakit gagal ginjal kronik

Mengingat cuci darah menjadi salah satu terapi pengobatan untuk Chronic Kidney Disease (CKD) atau Penyakit Ginjal Kronik (PGK), maka mengenali gejalanya sangatlah penting.

Pada penyakit kronik gejalanya berkembang secara perlahan, pada awalnya tidak ada gejala sama sekali. Kelainan fungsi ginjal hanya dapat diketahui dari pemeriksaan darah di laboratorium. 

Adapun gejala penyakit ginjal kronik ringan sampai sedang yaitu:

  • Peningkatan urea (racun ginjal) dalam darah
  • Buang air kecil berlebih pada malam hari (nokturia) karena ginjal tidak dapat menyerap air sebagai akibatnya volume air kemih bertambah.
  • Tekanan darah tinggi karena ginjal tidak mampu membuang kelebihan garam dan air.

Sejalan dengan perkembangan penyakit, maka lama – kelamaan limbah metabolik yang tertimbun di darah semakin banyak. Pada tahapan ini pasien menunjukan gejala seperti: 

  • Mual dan muntah
  • Nafsu makan menurun
  • Badan lemah
  • Volume air kemih berkurang
  • Kurang darah
  • Tekanan darah tinggi
  • Kedutan otot
  • Kelemahan otot
  • Kram
  • Kejang bila tekanan darah terlalu tinggi atau kelainan kimia darah menyebabkan kelainan fungsi otak
  • Sesak nafas karena penimbunan cairan di paru 
  • Dapat terjadi gatal-gatal 

Lakukan pencegahan dan deteksi dini penyakit ginjal

Harus melakukan cuci darah rutin seumur hidup tentu menjadi hal yang tidak diinginkan oleh siapapun. Apalagi penyakit satu ini bisa menguras keuangan. Biaya cuci darah di rumah sakit masih belum termasuk biaya obat-obatan rutin yang harus diminum.

Untuk itu mencegah adalah lebih baik dari pada mengobati. Periksalah secara rutin fungsi ginjal ada minimal setahun sekali. 

Berobatlah secara teratur bila diketahui menderita kelainan kelainan yang dapat menyebabkan penyakit ginjal kronik seperti yang telah disebutkan di atas. 

Jalani kehidupan yang sehat yaitu makan teratur, minum yang cukup, latihan fisik teratur dan hindari pemakaian obat obatan sendiri tanpa petunjuk dokter.

Untuk memudahkan ketika ingin melakukan janji temu dengan dokter, buat janji konsultasi terlebih dahulu secara online melalui website Mitra Keluarga. 

Sahabat MIKA juga bisa memanfaatkan layanan telemedicine yang dimiliki oleh Mitra Keluarga. 

Semoga informasi ini bermanfaat, ya!

Mitra Keluarga,

life.love.laughter

Artikel ini telah ditinjau oleh: dr. Alfaria Elia Rahma Putri