Faktor yang menyebabkan kemunduran masyarakat Islam di dunia

Ada banyak faktor pemicu kemunduran umat Islam

Antara/Adiwinata Solihin

Ada banyak faktor pemicu kemunduran umat Islam. Ilustrasi umat Islam

Rep: Muhyiddin Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, — Dunia Islam-Arab memang sempat berhasil mencapai kejayaannya sampai abad ke-12. Namun, kini dunia Islam telah jauh tertinggal dari Eropa dalam membangun peradaban yang pernah menjadi kebanggaannya, baik di bidang ilmu pengetahuan, ekonomi, dan militer.

Baca Juga

Dunia Islam yang diyakini akan menjadi solusi kemanusiaan, justru kini masih disibukkan dengan problemnya sendiri. Dunia Islam sekarang masih terpecah ke dalam lorong-lorong sempit yang dipagari tembok sukuisme, dinastiisme, dan partaisme.

Inilah yang menjadi kegelisahan Prof Komaruddin Hidayat dalam buku berjudul “Imajinasi Islam: Sebuah Rekonstruksi Islam Masa Depan” ini. Menurut dia, situasi tersebut bertentangan dengan imajinasinya tentang misi keislaman yang dibawa dan dipesankan Nabi Muhammad Saw.

Dia mengatakan zaman sekarang ini berbeda dengan Abad Pertengahan. Berkat teknologi digital, manusia bisa semakin terkoneksi dan perjumpaan antar agama pun berlangsung lebih intens.

Menurut dia, dia dunia Barat telah banyak bermunculan pusat-pusat kajian Islam. Sedangkan dunia Arab-Islam tak lagi dipandang sebagai pusat mercusuar dunia. Karena itu, dalam bukunya ini penulis mengajak kita untuk merefleksikan kembali perkembangan dunia Islam, serta mengimajinasikan Islam sebagai peta jalan untuk hari ini dan esok.

Dia menjelaskan tentang alasan mundurnya peradaban Islam. Dengan mengutip dari beberapa buku, dia menyimpulkan bahwa aspek politik dan teologi lah yang membuat dunia Islam terbekalang.

Menurut Prof Komaruddin, salah satu sebab yang membuat dunia Islam tertinggal dalam membangun peradaban, termasuk sains, ekonomi dan politik, adalah terjadinya krisis politik berkepanjangan yang menghancurkan semua prestasi peradaban yang dibangun berabad-abad.

Menurut dia, selama ini telah terjadi perebutan kekuasaan dengan menjadikan agama dan ulama sebagai sumber legitimasi kekuasaan. Akibatnya, dunia Islam tidak memiliki pusat riset dan pengembangan kelimuan kelas dunia yang independen.

Secara ekonomi dan politik, menurut Prof Komaruddin, para ulama di dunia Islam saat ini juga berada di bawah kontrol kekuasaan. Situasi ini diperburuk oleh tiadanya kelas borjuis yang juga independen. Menurut dia, tanpa ulama dan kelas pedagang yang kuat dan berdiri di luar kekuasaan negara, maka ketika penguasa jatuh masyarakat akan jatuh.

Menurut penulis, situasi ini sangat berbeda dari peran agama Protetan ketika memasuki era modern. Negara-negara Protestan justru memberikan kontribusi bagi munculnya peradaban. Mereka mendorong lahirnya kapitalisme awal dan munculnya berbagai lembaga keilmuan serta universitas kelas dunia. Sementara, saat memasuki abad modern, dunia Islam hanya menjadi konsumen.

Buku ini kemudian ditutup dengan pembahasan tema “Masa Depan Islam”. Prof Komaruddin menjelaskan, hari ini justru negara-negara non-Muslim lah yang menjadi inang dan pengasuh bagi tumbuh dan merebaknya ilmu pengetahuan.

Baca juga : Naskah Khutbah Jumat: Keistimewaan Orang Bertakwa

Menurut Prof Komaruddin, produk vaksin untuk menangkal virus korona juga tidak dihasilkan dari lembaga keilmuan dunia Islam, meskipun secara individual tetap ada beberapa ilmuan muslim yang terlibat melakukan penelitian di Barat.

Tidak hanya itu, menurut dia, untuk belajar Islam pun orang sekarang tidak lagi ke Irak atau Damaskus sebagai pilihan utama. Padahal, dulu negara tersebut menjadi pusat keilmuan Islam. Oang sekarang lebih tertarik ke universitas papan atas di Eropa dan Amerika. Karena, di sana lah mereka bisa berjumpa dengan profesor yang datang dari dunia Islam.

Prof Komaruddin menjelaskan, dibandingkan kejayaan Amerika yang belum berlangsung empat abad, dan Tiongkok yang maju pesat empat dekade terakhir ini, sebenarnya kejayaan Islam jauh lebih panjang. Namun, jika yang dimaksud kejayaan adalah keunggulan sains, ekonomi dan militer, rasanya belum ada tanda-tanda terpenuhinya persyaratan bagi dunia Islam untuk mengungguli mereka.

Dia mengatakan  setidaknya ada tiga ajaran dasar semua Rasul Tuhan. Pertama, yaitu bertauhid dan berserah diri kepada Tuhan. Kedua, membangun keluarga yang penuh cinta kasih dan bahagia. Ketiga, membangun kehidupan sosial yang dijiwai nilai-nilai budi pekerti yang mulia.

Singkatnya, Islam mengajarkan umatnya untuk membangun peradaban yang unggul. Menurut penulis, pilar sebuah peradaban luhur yang diajarkan Islam ditandai antara lain kebertuhanan, terwujudnya keadilan, kejujuran, dan penghargaan terhadap jiwa dan martabat manusia, menghargai ilmu pengetahuan, membangun kemakmuran berdasarkan nilai dan semangat kerja sama atau tolong menolong.      

Faktor yang menyebabkan kemunduran masyarakat Islam di dunia

Penyebab kemunduran umat Islam bisa internal dan eksternal.

ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA

Penyebab kemunduran umat Islam bisa internal dan eksternal. Ilustrasi umat Islam

Rep: Hasanul Rizqa Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, Seperti disadari banyak kalangan, kaum Muslimin sedunia saat ini umumnya didera beragam persoalan, mulai dari dekadensi moral, ketimpangan pendapatan, konflik, hingga perang saudara. 

Baca Juga

Penyelidikan atas hal tersebut dapat dimulai dari sisi internal dan eksternal umat Islam. Jika ajaran-ajaran agama ini mendorong kebangkitan peradaban Islam pada zaman dahulu, mengapa tidak demikian halnya dengan masa sekarang? 

Apakah penyebab kemalangan umat Islam merupakan rongrongan pihak luar, tetapi siapa pihak yang patut disalahkan? 

Muslim Civilization: The Causes of Decline and the Need for Reform merupakan salah satu karya yang patut diperhi tungkan. Buku karangan intelektual Pakistan, Muhammad Umar Chapra, itu dengan tajam menganalisis sejumlah dugaan yang menyebabkan surutnya pengaruh Islam di kancah global.

Bagi Chapra, pertanyaan-pertanyaan krusial semacam itu patut disoroti terlebih da hulu, sehingga dapat ditemukan langkah-langkah apa yang seharusnya dikerjakan untuk memperbaiki kondisi para pemeluk agama ini.

Kebanyakan peneliti, menurut dia, menjadikan abad ke-12 sebagai patokan. Artinya, sebelum kurun waktu tersebut umat Islam pada umumnya belum begitu tertinggal.

Beberapa di antara mereka menyebutkan bahwa faktor terpenting dari kemunduran umat Islam adalah kemerosotan moral dan hilangnya sikap dinamis di tengah komunitas ini.

Hal tersebut diperparah dengan meluas nya sikap dogmatis dan kekakuan (rigidity). Beberapa juga menilai faktorfaktor yang lebih bersifat fisik, semisal munculnya peperangan dan invasi atas banyak wilayah umat Islam. Dugaan lainnya adalah menurunnya aktivitas intelektual dan sains, sedangkan golongangolongan non-Islam justru berpacu melakukannya.

Di tengah nuansa suram itu, Chapra menyuarakan optimisme yang mendasar. Sebab, jarang sekali ada komunitas di dunia yang hidup berkelanjutan selama lebih dari 1.400 tahun. 

Umat Islam terbukti merupakan suatu komunitas yang mampu bertahan, tidak kunjung punah, meski diterpa macam-macam tantangan zaman.

Maka dari itu,kata dia, perlu dipahami juga bahwa kemunduran kaum pengikut Nabi Muhammad SAW bukanlah sebuah fenomena yang terjadi serta-merta. 

Mereka masih memiliki potensi yang besar. Bila diibaratkan dengan seseorang yang mengikuti perlombaan maraton, umat Islam bukanlah pelari yang lumpuh sama sekali atau tersungkur di tepi gelanggang.

Dia hanya sedang terluka, sehingga untuk sementara waktu hanya mampu berjalan cepat, belum sampai berlari melesat. Semangat menyongsong masa depan, itulah pesan yang coba dihadirkan dalam buku setebal 210 halaman itu.

Untuk dapat melangkah dengan baik, menurut penulisnya, umat Islam juga perlu menyadari arti penting dua hal ini, yakni sumber ajaran dan pengalaman sejarah. Ihwal yang pertama tentu saja berkaitan dengan Alquran dan sunnah.

Secara eksplisit, Chapra meng ajak pembaca karyanya untuk memiliki kecenderungan kembali pada esensi agama ini. Dia mengutip sejumlah ayat Alquran yang menegaskan bahwa manusia sendiri merupakan arsitek takdir yang dijalaninya.

Di antaranya, Allah SWT tidak mengubah keadaan suatu kaum, sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. 

إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ ۗ “Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (QS ar-Ra'd: 11). 

Rasulullah SAW sendiri telah melarang umatnya untuk menjadi fatalis. Dengan pemahaman demikian, mengkaji sebab-sebab kemunduran justru men jadi langkah awal menuju kebangkitan.

Poin kedua, yakni jalannya sejarah yang telah dilalui umat Islam. Tentu saja ada banyak peristiwa yang saling berkaitan sehingga membentuk keadaan yang kini dialami mereka. 

  • islam
  • umat islam
  • jumlah umat islam
  • kemunduran umat islam
  • sejarah islam

Faktor yang menyebabkan kemunduran masyarakat Islam di dunia

sumber : Harian Republika