Faktor apa sajakah yang harus diperhatikan dalam menulis sebuah Introduction laporan ilmiah

Metode IMRAD (Introduction, Method, Result and Discussion) dikenal sebagai salah satu satu struktur penulisan yang digunakan oleh banyak penulis artikel ilmiah karena strutur ini banyak diterima oleh banyak jurnal ilmiah bereputasi. Berikut penjelasan tentang metode IMRAD.

A. PENDAHULUAN

Bagian ini berisi tentang latar belakang penelitian, keunikan dari pelitian, tinjauan pustaka (literature review), dan Keaslian penelitian (Research Gap).

B. METODE PENELITIAN

Bagian ini menguraikan dengan jelas tentang metode penelitian yang digunakan yang meliputi subjek penelitian, variabel penelitian, teknik pengolahan data, dan instrumen yang digunakan untuk meneliti, serta bagaimana data hasil penelitian itu dianalisis.

C. HASIL PENELITIAN

Bagian ini menjelaskan tentang hasil penelitian yang telah dilakukan. Hasil penelitian dapat disajikan dgn dukungan tabel, grafik/gambar. Dalam penyajiannya harus dimulai dengan narasi terlebih dahulu, baru diikuti dengan tabel atau gambar.

D. PEMBAHASAN

Bagian ini jelaskan tentang hasil yang didapatkan dalam penelitian sesuai atau tidak dengan hipotesis, dengan mengemukakan argumentasinya. Kajian teori penelitian yg relevan, hasil penelitian atau pendapat orang lain hendaknya ditulis dengan kalimat sendiri.

E. PENUTUP

Bagian ini menjelaskan kesimpulan yang merupakan jawaban atas pertanyaan penelitian, hipotesis atau rumusan masalah. Kesimpulan merupakan turunan yang logis dari hasil penelitian. Oleh karena itu tidak perlu menyimpulkan apapun dari hal-hal yang tidak diteliti.

Nah, dalam menuliskan gagasan dengan struktur IMRAD, paling tidak penulis perlu memperhatikan komponen-komponen penting dalam penulisan, yaitu harus memenuhi komponen 1) kejelasan, 2) ketepatan, dan 3) keringkasan.

Kejelasan (clarity)

Artikel ilmiah harus konkret dan jelas. Kejelasan itu tidak saja berarti mudah dipahami, mudah dibaca, tetapi juga tidak memberi ruang multitafsir, tidak boleh bersifat samar-samar, tidak boleh kabur, atau dengan katan tidak boleh ada di wilayah berada di wilayah ‘abu-abu’ dalam menyampaikan hasil penelitian.

Kejelasan di dalam artikel ilmiah itu terindikasi oleh hal-hal berikut: (1) bentuk kebahasaan yang lebih dikenal daripada bentuk kebahasaan yang masih harus dicari-cari dulu maknannya, bahkan oleh penulisnya. (2) pemakaian kata-kata yang pendek, ringkas, tajam, lugas, daripada kata-kata yang berbelit, yang panjang, yang rancu, boros, atau multitafsir, serta (3) penggunaan kata-kata dalam bahasa sendiri daripada kata-kata dalam bahasa asing yang tidak dikenal banyak orang.

Ketepatan (accuracy)

Artikel ilmiah sangat menuntut adanya keakuratan. Hasil penelitian ilmiah dan cara penyajian hasil penelitian itu haruslah disampaikan tepat/akurat. Tepat tidak hanya berarti sesuai dengan kaidah pengumpulan dan analisis data secara ilmiah, tetapi juga tepat dalam penyajiannya ke dalam artikel. Untuk itu, penulis harus cermat dan teliti dalam menyampaikan gagasan atau hasil penelitian, serta tepat dalam memilih rujukan yang sesuai dengan isu yang diangkat.

Keringkasan (brevity)

Artikel ilmiah haruslah ringkas. Dalam hal ini, ringkas tidak selalu pendek. Walapun ada artikel yang memiliki lebih dari 10.000 kata, tetapi tidak terdapat bentuk-bentuk kebahasaan yang bertele-tele, kalimat-kalimat yang bertumpukan, serta kerancuan, maka artikel tersebut dapat dikatakan ringkas

Tips Menulis Judul Artikel Ilmiah

Judul adalah elemen terpenting dari setiap artikel ilmiah dan indikasi utama subjek suatu artikel. Judul digunakan oleh pengguna sebagai sumber informasi utama untuk melakukan penilaian relevansi pada saat pencarian literatur. Judul artikel mendahului pendahuluan dan harus menunjukkan bahan kajian atau isu yang diangkat dengan jelas dan tentu saja juga membangkitkan minat calon pembaca. Judul yang ideal seharusnya cukup pendek, informatif dan menarik. Tetapi , agaknya sulit untuk menyeimbangkan kualitas-kualitas ini, dan sebagian besar judul tampak menarik tetapi tidak informatif, atau informatif tetapi tidak menarik. Padahal, judul juga memainkan peran penting dalam pemasaran artikel karena ratusan artikel diterbitkan setiap tahun dalam setiap disiplin ilmu dan dalam arti tertentu saling bersaing untuk dibaca.

Nah, agar pembaca semakin jelas dengan pemabahasan tentang struktur IMRAD dan penulisan judul yang baik, silahkan menyaksikan lebih detail dalam video berikut ini.

PRINSIP DAN TEKNIK MENULIS ARTIKEL ILMIAH

DARI LAPORAN PENELITIAN, SKRIPSI, TESIS, DAN

DISERTASI1

Tarkus Suganda

Lab. Fitopatologi Dept. Hama dan Penyakit Tumbuhan

Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

Daftar Isi

Pendahuluan

Persiapan Sebelum Menulis Artikel Ilmiah

Pelaksanaan Penulisan Artikel Ilmiah (Komponen Artikel Ilmiah)

Penutup

I. PENDAHULUAN

Dalam dunia akademik, artikel ilmiah memiliki peran yang sangat penting,

baik bagi pengembangkan ilmu pengetahuan itu sendiri maupun bagi pengembangan

karir peneliti dan akademisi. Bagi sivitas akademika (dosen peneliti dan mahasiswa),

tentunya diwajibkan melakukan penelitian. Setelah penelitian selesai, maka akan

diakhiri dengan membuat laporan penelitian yang bentuknya dapat bermacam-macam.

Untuk penelitian dosen biasanya berbentuk laporan penelitian, sedangkan laporan

penelitian sebagai suatu produk akhir dari suatu jenjang pendidikan, dapat berupa

skripsi, tesis, atau disertasi.

Walaupun memiliki kadar ilmiah, pada dasarnya, skripsi, tesis, dan disertasi

(LPSTD) belum dapat dikategorikan sebagai karya publikasi ilmiah, karena pada

dasarnya LPSTD adalah karya ilmiah yang “tidak dipublikasikan”. Oleh karena ada

slogan di dunia akademik bahwa “suatu penelitian belumlah dianggap selesai kecuali

jika hasilnya telah dipublikasikan secara luas.

Cara mempublikasikan karya ilmiah banyak ragamnya, dapat berupa makalah

yang diseminarkan lalu dijadikan prosiding, atau diunggah ke internet sebagai tulisan

dari para penelitinya. Namun demikian, nilai kredit tertinggi dari suatu publikasi

ilmiah adalah jika hasil penelitian dipublikasikan sebagai artikel ilmiah dalam jurnal

ilmiah yang direview oleh pakar sebidang ilmu (peer-reviewed articles). Dalam

tulisan ini yang dimaksud dengan artikel ilmiah adalah artikel primer (lihat sub-judul

di bawah), sehingga bahasan akan lebih difokuskan kepada artikel ilmiah primer

untuk diterbitkan dalam jurnal ilmiah.

Berbagai Jenis Artikel Ilmiah Diterbitkan Dalam Jurnal Ilmiah

Sebenarnya, ada beberapa jenis artikel ilmiah yang dapat dimuat dalam suatu

jurnal ilmiah, yaitu artikel ilmiah primer (melaporkan hasil penelitian si penulis

artikelnya sendiri), artikel ilmiah review atau kupasan (si penulisnya mengupas

berbagai artikel yang sejenis dan meramunya menjadi artikel baru secara

1 Makalah Pelatihan Penulisan Artikel Ilmiah, Kampus ITB Jatinangor, 10 Mei 2014

komprehensif), book review, surat kepada Editor jurnal (letter to editor), komunikasi

singkat (short report), laporan perdana (first report), dan lain-lain.

Artikel ilmiah primer, pada dasarnya adalah versi ringkas dari suatu laporan

hasil penelitian (laporan penelitian, skripsi, tesis, dan disertasi - LPSTD). Dengan

demikian, bagi seorang dosen termasuk juga bagi mahasiswa, seharusnya menulis

artikel ilmiah jauh lebih mudah karena pada dasarnya hanya menyingkat laporan

ilmiah versi LPSTD saja.

II. PERSIAPAN SEBELUM MENULIS ARTIKEL ILMIAH

Sebelum memulai menulis artikel ilmiah, diperlukan adanya persiapan yang

matang. Persiapan tersebut termasuk persiapan mental, keterampilan dan teknis, serta

sarana-prasarana. Persiapan mental meliputi a.l. motivasi dan daya tahan, Motivasi

terbaik untuk menulis artikel ilmiah harus datang dari diri sendiri, walaupun dorongan

dari lingkungan sekitar juga cukup berperan penting. Persiapan keterampilan dan

teknis mencakup pengetahuan tentang tata-tulis dan bahasa, baik bahasa asing

maupun bahasa Indonesia (terutama EYD) dan teknik parafrasing untuk menghindari

plagiarisme. Selain itu, diperlukan juga keterampilan menggunakan komputer, baik

untuk menganalisis data, membuat ilustrasi dan menulisnya (word processing) itu

sendiri, maupun untuk mengakses internet-mencari kepustakaan pendukung terkini

(googling atau mengakses database kepustakaan seperti Ebsco, Proquest, Science

Direct, dsb.).

Dalam makalah ini, pembahasan akan difokuskan ke persiapan teknis menulis

artikel dengan asumsi bahwa persiapan mental dan persiapan sarana-prasarana sudah

tidak ada masalah.

a. Mengikuti pelatihan penulisan artikel (atau berdiskusi dengan pakar

penulisan artikel).

Penulis artikel ilmiah tidak sama dengan novelis yang bebas berkreasi.

Penulis artikel ilmiah dipagari oleh berbagai ketentuan yang harus ditaati tanpa

syarat, baik dari segi bahasa, peristilahan, tata tulis, maupun formatnya. Jurnal

yang artikel ilmiahnya ditulis dengan ragam dan format yang berbeda-beda, tidak

akan pernah diakreditasi.

Penulis artikel ilmiah dapat diibaratkan sebagai altlet, untuk menjadi juara

diperlukan latihan yang keras. Mengikuti pelatihan penulisan dan atau

melakukan diskusi aktif dengan sesama penulis artikel, terutama yang sudah

berpengalaman, merupakan suatu keharusan (kecuali bagi penulis yang benar-

benar berbakat/gifted).

b. Membaca artikel ilmiah yang baik di bidang ilmu kita.

Artikel ilmiah, walaupun memiliki dasar-dasar yang sama, namun harus

disadari bahwa setiap bidang ilmu, bahkan setiap jurnal, memiliki gaya

selingkung (in-house style) sendiri-sendiri. Oleh karena itu, membaca (dan

mengamati) dengan seksama artikel-artikel ilmiah dalam bidang ilmu kita,

merupakan hal yang sangat penting.

c. Menetapkan jurnal ilmiah yang kita ingin kirimi artikel ilmiah.

Sebagaimana telah disampaikan di atas, karena setiap jurnal memiliki

kekhasan masing-masing, maka sebelum kita memulai proses penulisan artikel

kita, tetapkanlah terlebih dahulu jurnal ilmiah mana yang kita ingin artikel ilmiah

kita dimuat.

Sebenarnya ada tambahan lain dalam kriteria pemilihan jurnal ilmiah yang

kita akan kirimi naskah. Contohnya adalah reputasi jurnal ilmiah tersebut,

apakah terakreditasi atau tidak? Apakah tersebar luas atau tidak (memiliki situs

di internet atau tidak, memiliki penyunting pakar tidak, dlsb. Faktor biaya

penerbitan juga layak dipertimbangkan, karena sering jurnal ilmiah meminta

bayaran yang tidak dapat dipenuhi oleh calon penulis yang dananya terbatas.

Memilih jurnal ilmiah adalah proses yang memerlukan pemikiran yang

matang dari berbagai sudut pertimbangan, dan umumnya keputusannya adalah

sebuah kompromi dari berbagai pertimbangan tersebut.

d. Mendapatkan “petunjuk penulisan artikel” jurnal tersebut dan salah satu

contoh artikelnya.

Sebagai akibat dari adanya gaya selingkung, oleh karena itu, sangat penting

bagi seorang calon penulis artikel ilmiah untuk mendapatkan ‘petunjuk penulisan

artikel” dari jurnal yang dipilihnya. Selain petunjuk penulisannya, sangat

dianjurkan juga untuk mendapatkan salah satu artikel yang sudah diterbitkan

dalam jurnal tersebut. Hal ini untuk berjaga-jaga jika pemahaman kita tentang

petunjukan penulisan artikel tidak terlalu benar.

Sebagai penulis artikel, si penulis HARUS bersedia mematuhi seluruh

ketentuan yang ada di dalam petunjuk penulisan artikel jurnal tersebut, sampai ke

hal-hal yang detil, misalnya tentang cara penulisan satuan, cara penyingkatan

nama jurnal, dlsb. Jangan pernah seorang penulis artikel mencoba

mempengaruhi redaksi jurnal tersebut dengan alasan bahwa cara yang digunakan

si penulis merupakan hal yang baku di bidangnya. Jika tidak suka dengan gaya

selingkung jurnal tersebut, maka tidak ada paksaan bagi si penulis untuk

mengirimkan naskah ke jurnal tersebut.

e. Mengecek ulang data penelitian kita (analisis, metodenya, penyajiannya,

dlsb.).

Sebelum menulis artikel, si penulis harus sudah yakin bahwa penelitian yang

datanya akan dilaporkan, sudah memenuhi kaidah akademik (misalnya adanya

perlakuan pembanding atau kontrol, adanya pengulangan dan randomisasi, sudah

memenuhi ketentuan statistik, sudah menggunakan metode penelitian yang tepat

untuk tujuan penelitian tersebut, dlsb.).

Selain itu, data juga sudah harus diuji statistik (kalau datanya memang

mengharuskan diuji statistik), sudah dibuat tabulasi atau disajikan sebagai

gambar secara benar dan memenuhi kaidah keilmuan, dlsb.

f. Menjamin tidak akan ada masalah kepemilikan hak atas artikel ilmiah yang

akan diterbitkan.

Persiapan terakhir sebelum menulis adalah mengklirkan hak kepemilikan atas

artikel yang akan ditulis, terutama untuk artikel tentang penelitian kelompok atau

yang melibatkan mitra. Bagi mahasiswa, jika artikelnya berasal dari skripsi,

tesis, atau disertasi (STD), harus jelas terlebih dahulu, siapa yang lebih berhak

atas penelitian tersebut. Keteledoran tentang hak kepemilikan ini sering menjadi

masalah di kemudian hari. Redaksi jurnal biasanya tidak mau tahu tentang hal

ini, karena sudah menjadi kewajiban para penulis artikel untuk mengklirkan hal

ini sebelum artikel ditulis. Hal ini penting misalnya jika STD berupa penelitian

proyek dosen dari dana hibah, yang salah satu ketentuannya adalah harus ada

artikel ilmiah atas nama si ketua peneliti.

Pada prinsipnya, hak atas artikel ilmiah dari suatu penelitian kelompok,

seyogyanya harus ditetapkan dan disepakati oleh setiap anggota kelompok, jauh

sebelum penelitiannya sendiri dilakukan.

Salah satu tujuan penulisan artikel ilmiah selain untuk penyebarluasan

informasi ilmiah adalah untuk mendapatkan kredit point (cum). Di Indonesia

berlaku ketentuan bahwa penulis utama (penulis nomor 1 atau autor senior)

mendapatkan 60% dari total kredit point artikel tersebut. Sebanyak 40% sisanya

dibagi rata oleh autor-autor berikutnya. Kalau autornya hanya seorang, tentunya

100% dari kredit point adalah miliknya sendiri.

Pada masa lalu, setiap artikel ilmiah harus menyertakan nama kepala lab.,

tidak peduli apakah ia terlibat atau tidak di dalam percobaan/penelitian yang

dilaporkan. Penempatannya biasanya sebagai autor terakhir. Hal ini

menyebabkan kemudian orang berebutan untuk menjadi autor terakhir untuk

“prestise”. Timbul kesulitan yaitu bagaimana jika ada artikel yang penelitiannya

dilaksanakan di lebih dari satu lab?

Untuk mencegahnya, di Inggris, beberapa jurnal mengurut autor secara

alfabetis. Nampaknya memang adil, tetapi sebenarnya tidak, karena autor yang

memiliki konstribusi tinggi terhadap penelitian memiliki kredit point yang sama

atau bahkan lebih rendah dengan autor yang tidak/kurang memberikan

konstribusinya.

Oleh karena itu, menurut cara modern, pengurutan autor didasarkan atas

besar-kecilnya peranan autor dalam penelitian (dan dalam menulis artikel).

Disepakati bahwa penulis pertama adalah autor senior yang paling bertanggung

jawab dalam pelaksanaan penelitian yang dilaporkan. Komunikasi tentang artikel

tersebut dapat saja diwakilkan kepada autor lain, tidak selalu harus ke autor

senior. Yang dimaksud dengan senior bukan didasarkan atas umur, kepangkatan,

atau jabatan, namun didasarkan pada urutan peranan pentingnya autor tersebut

terhadap percobaan/penelitian yang dilakukan

Etikanya, kolega atau penyelia (supervisor) tidak selayaknya meminta

namanya dimasukkan menjadi autor jika ia tidak terlibat sama sekali dalam

penelitian/percobaan. Bahkan jika nama kita yang tidak terlibat dalam proses

pelaksanaan penelitian namun dicantumkan sebagai salah satu autor oleh si

peneliti utama, selayaknya kita menolak dengan sopan.

Sebelum meminta atau menerima nama kita dicantumkan sebagai salah satu

autor suatu artikel ilmiah, sebaiknya ingatlah bahwa seorang autor sebuah artikel

adalah seseorang yang bertanggung jawab secara intelektual terhadap hasil

riset yang dilaporkan. Setiap autor yang dicantumkan namanya harus memiliki

peran yang penting dalam riset yang dilaporkan. Sebaiknya urutan autornya

harus ditentukan sebelum percobaan dilakukan. Urutan ini bisa saja berubah jika

dalam pelaksanaannya terjadi berubahan. Secara singkat, pencantuman autor

dalam artikel ilmiah seharusnya hanya berisi nama-nama autor yang memiliki

konstribusi yang mendasar terhadap pekerjaan yang dilaporkan.

Contoh kasus (Diambil dari Day, 1988) :

Ilmuwan A merencanakan serangkaian percobaan. A menugaskan teknisi B

untuk melaksanakan percobaan dan menjelaskan bagaimana melaksanakan

percobaan. Jika percobaan berhasil dan hasilnya kemudian dipublikasikan, maka

A akan merupakan satu-satunya autor, sekalipun teknisi B melakukan semua

pekerjaan (Teknisi B dihargai dalam pernyataan tertulis di bagian “Ucapan

Terima Kasih”).

Andaikan percobaan tersebut kurang sukses, dan si Teknisi B kemudian

menyarankan kepada Ilmuwan A perbaikan pelaksanaan (misalnya mengganti

temperatur inkubasi dari 15 ke 270C), dan kemudian percobaan menjadi berhasil,

maka nama Teknisi B masuk menjadi autor kedua.

Andaikan, jika kemudian diketahui bahwa dengan merubah temperatur

inkubasi tersebut organisme yang diteliti menjadi patogenik, sementara menurut

literatur organisme tersebut sebenarnya non patogenik. Ilmuwan A kemudian

meminta bantuan Ilmuwan C untuk melaksanakan test singkat patogenisitas.

Peranan C dihargai dalam “Ucapan Terima Kasih”.

Andaikan lagi, Ilmuwan C tertarik dengan organisme tersebut dan melakukan

serangkaian percobaan terencana dan menemukan bahwa organisme tersebut

bukan hanya patogenik terhadap binatang / tanaman percobaan tetapi juga

terhadap manusia. Akhirnya sebuah tabel baru ditambahkan kedalam naskah,

dan bagian hasil dan pembahasan kemudian direvisi, maka A, B, dan C kemudian

menjadi autor.

III. PELAKSANAAN PENULISAN ARTIKEL ILMIAH (KOMPONEN

ARTIKEL ILMIAH)

A. Perbedaan Format Dasar LPSTD Dengan Artikel Ilmiah

Sebagaimana telah disampaikan di atas, artikel ilmiah memiliki format dasar

atau komponen yang berbeda dengan LPSTD. Artikel ilmiah adalah bentuk ringkas

dari LPSTD. Format baku bagian inti dari suatu artikel ilmiah, terkenal dalam

sebutan berbahasa Inggris sebagai IMRaD, yang merupakan singkatan dari

Introduction (Pendahuluan), Materials and Method (Bahan dan Metode), Results

(Hasil), and Discussion (Diskusi atau Pembahasan). Pada sebagian jurnal, bagian

Hasil digabungkan dengan Pembahasan, sebagai “Hasil dan Pembahasan”.

Berikut adalah contoh dari format atau komponen bagian inti dari LPSTD.

Latar Belakang Penelitian

Rumusan (Identifikasi) Masalah

Kegunaan (Manfaat) Penelitian

Kajian (Tinjauan) Pustaka, Kerangka Pemikiran dan Hipotesis

Kajian (Tinjauan) Pustaka

Metodologi atau (Bahan dan Metode)

Hasil dan Pembahasan (ada yang memisahkan ada juga yang tidak)

Gambar 1. Format Penulisan LPSTD berbasis metode kuantitatif

Untuk LPSTD kuantitatif, mengubahnya menjadi artikel ilmiah adalah dengan

cara menggabungkan kemudian meringkas Bab I dan Bab II menjadi bagian

Pendahuluan, sementara untuk bagian lainnya tetap namun hanya diringkas saja.

Latar Belakang Penelitian

Fokus Penelitian atau Pernyataan Masalah

Hasil dan Pembahasan (ada yang memisahkan ada juga yang tidak)

Gambar 2. Format Penulisan LPSTD berbasis metode kualitatif

Sementara itu, untuk format baku bagian inti LPSTD kualitatif tidak banyak

yang diubah, melainkan hanya menyingkatnya saja.

B. Pemahaman Fungsi dan Tata Cara Penulisan Setiap Komponen Artikel

Ilmiah

B.1. Judul

Judul adalah bagian pertama dari artikel ilmiah yang akan dibaca orang. Oleh

karena itu, penulisan judul harus dibuat sedemikian rupa agar pembaca artikel tertarik.

Judul yang baik adalah judul yang ‘terdiri atas sesedikit mungkin kata-kata namun

dapat dengan tepat menggambarkan isi tulisan’.

Kriteria judul yang baik adalah :

1. Dapat dengan ringkas mengidentifikasikan masalah yang dilaporkan oleh tulisan.

2. Dapat mengidentifikasi tujuan dari penelitian yang dilaporkan dalam artikel.

3. Menarik, dalam arti dapat mempengaruhi pembaca untuk membaca seluruh

artikel.

4. Judul artikel dibatas jumlah katanya, biasanya maksimum hanya 15 buah kata.

Jika untuk memenuhi kaidah judul yang baik di atas diperlukan lebih dari 15

buah kata, maka itu artinya menandakan bahwa mungkin penulis sebaiknya memecah

artikel tersebut menjadi lebih dari satu artikel ilmiah. Tidak perlu memaksakan agar

semua informasi dipadatkan ke dalam sebuah artikel, sehingga untuk judulnya saja

diperlukan jumlah kata yang banyak.

Satu hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa satu penelitian (LPSTD) dapat

ditulis menjadi beberapa artikel ilmiah. Dengan demikian, tidak selalu judul artikel

ilmiah harus sama persis dengan judul LPSTD.

Dari definisi tentang judul yang baik di atas, seseorang mungkin akan

menafsirkan bahwa semakin sedikit jumlah kata suatu judul tulisan, semakin baik

judul tersebut. Hal ini tidaklah selalu benar, karena judul yang pendek namun tidak

cukup deskriptif juga berarti tidak baik.

Sebagai contoh : “Biologi Ulat Sutera”. Judul ini cukup pendek, namun

sama sekali tidak deskriptif. Biologi itu sangat luas. Apakah yang dimaksud dengan

‘biologi’ adalah tentang : reproduksi, sistematik, atau lainnya. Kemudian, apakah

yang dimaksud dengan ulat sutera, apakah Bombyx mori atau spesies lainnya?

Selain itu, pada judul di atas (Biologi Ulat Sutra), tidak baik untuk sebuah

judul artikel ilmiah, namun lebih tepat merupakan judul payung penelitian, atau judul

sebuah tulisan bahan pengajaran (buku pelajaran) yang akan mengupas berbagai hal

yang berkaitan dengan biologi ulat sutera.

Contoh lain : Penghambatan antibiotik terhadap bakteri. Judul ini juga

kurang baik, karena tidak jelas apakah penghambatan yang dimaksud adalah

penghambatan terhadap semua jenis antibiotik atau hanya pada antibiotik tertentu

saja? Semua jenis bakteri-kah atau hanya jenis bakteri tertentu? Mungkin akan lebih

baik jika judul tersebut diubah menjadi (misalnya) :

“Penghambatan pertumbuhan bakteri Pseudomonas solanacearum oleh

streptomycin secara in vitro”.

Namun, perlu juga disadari bahwa panjangnya suatu judul bukan disebabkan

oleh banyaknya materi yang ingin disajikan, namun lebih disebabkan oleh kelemahan

si penulis artikel dalam memilih kata yang tepat. Si penulis mungkin terlalu royal

dengan informasi yang tidak penting, yang tidak seharusnya dicantumkan di dalam

judul. Sebagai contoh :

“Pengaruh usahatani terapan dalam meningkatkan pendapatan petani

dalam rangka swasembada pangan secara tumpang sari di Desa Kauman,

Kecamatan Banyuasih, Kabupaten DT Singapura, Provinsi DT I Jawa Utara

: Suatu studi kasus”.

“Pengaruh aplikasi pupuk hayati (inokulasi Azotobacter sp. dan mikoriza)

dan pupuk nitrogen terhadap serapan N,P dan dinamika populasi mikroba

tanah (Azotobacter sp.), derajat infeksi akar serta hasil tanaman tomat

(Lycopersicon esculentum) pada lahan marginal cultisols”.

Jika ada artikel berjudul demikian, saya yakin calon pembaca sudah akan

membatalkan niatnya untuk membaca artikel tersebut, sebagus apapun isi dari artikel

tersebut. Untuk kedua judul artikel di atas, dapatkah Anda membuatnya lebih singkat

tanpa harus kehilangan makna dan informasinya?

Selain jumlah kata, dalam membuat judul yang baik, seorang penulis artikel

harus pula dapat memilih kata dan menentukan urutan kata dengan tepat. Urutan kata

yang salah akan dapat mengacaukan maksud yang ingin dicapai. Sebagai contoh :

“Pengaruh penggantian campuran dedak dan bungkil kacang kedele oleh

bungkil biji kapok terhadap prestasi ayam broiler umur 4-8 minggu”

Pada judul di atas, kata ‘oleh’ sebaiknya diganti dengan kata ‘dengan’, karena

kata ‘oleh’ lebih menunjukkan pelaku (manusia) yang menggantikan dedak dan

bungkil kacang kedele dengan biji kapok. Selain itu, sudah tepatkah pemilihan kata

prestasi’ bagi ayam broiler? Jadi pada judul di atas, pilihan kata kurang tepat.

Contoh lain :

Pengaruh seleksi umur dalam terhadap periode pengisian biji dan hasil

pada kedelai

Dapatkah Anda mencari apa yang salah dari judul di atas dan mengoreksinya?

Hal lain yang perlu dipertimbangkan dalam membuat judul artikel ilmiah

adalah :

1. Jangan terlalu spesifik, sehingga hanya orang-orang tertentu saja yang akan

mengerti judul tersebut. Di luar negeri, artikel yang judulnya terlalu spesifik akan

langsung ditolak oleh Redaksi Jurnal. Ingat bahwa alasan penulisan artikel adalah

penyebarluasan informasi seluas-luasnya.

2. Hindari penggunaan singkatan, terutama yang belum umum, karena singkatan

dapat memiliki arti yang berbeda bagi setiap orang, sekalipun konteksnya

mungkin sejalan dengan isi jurnal. Sebagai contoh : Pengaruh kegiatan KKN

terhadap penghasilan petani Desa Cimarga”. Istilah KKN dalam judul tersebut

apakah berarti kolusi, korupsi, dan nepotisme’ atau ketahanan dan

keamanan negara’, atau ‘kuliah kerja nyata’?

3. Hindari formula kimia, istilah kuno atau kata yang tidak umum.

Judul artikel ilmiah (terutama bidang eksakta) dapat ditulis sebagai ‘bungkus’

yang lebih menjelaskan tema penelitiannya tanpa menjelaskan hasil akhirnya,

contohnya :

“Pengaruh penggunaan pupuk kandang terhadap hasil jagung di lahan

kering.”

atau dapat pula ditulis dalam redaksional lain, dengan menginformasikan hasil

penelitiannya, contohnya :

“Pupuk kandang meningkatkan produksi jagung pada budidaya lahan

kering”,

atau

“Pupuk kandang tidak mempengaruhi tingkat produksi jagung pada

budiaya lahan kering”

Beberapa jurnal ilmiah mengharuskan adanya judul pelari (running title) yang

umumnya terdiri dari tiga s.d. lima kata.

B.2. Penulisan Nama Autor (Penulis) dan Alamat

Bagian kedua dari sebuah artikel ilmiah adalah Nama Diri penulis artikel dan

alamat tempat penulis berafiliasi saat penelitian dilaksanakan. Beberapa hal berikut

perlu dipahami oleh penulis artikel ilmiah :

1. Tetaplah konsisten dalam menuliskan nama diri dari satu artikel ke artikel lainnya.

Penulisan nama yang konsisten memiliki dua sisi penting, yaitu (1) tidak

membingungkan orang ketika akan menyitir artikel Anda sebagai pustaka; dan

(2) sebagai bukti bahwa anda adalah satu orang yang sama. Di Indonesia, orang

sering tidak konsisten dalam menuliskan nama diri dalam tulisan ilmiah. Sebagai

contoh, seseorang yang bernama Deliana Rima Susanti, dapat saja menuliskan

namanya sebagai Deliana R.S.; D.R. Susanti; D. Rima Susanti, atau kombinasi

lainnya. Jika orang tersebut secara konsisten meneliti hal yang sama namun

mempublikasikan artikel ilmiah dengan nama yang berlainan, maka orang akan

bingung, apakah penulis artikel tersebut orang yang sama atau berlainan.

2. Jurnal ilmiah harus memenuhi kaidah internasional, termasuk penulisan nama.

Artinya, suka atau tidak suka, nama belakang, baik berupa marga ataupun

tidak sebaiknya jangan disingkat. Untuk contoh di atas, sebaiknya jangan pernah

menggunakan nama Deliana R.S., karena nama akan membingungkan ketika

harus ditulis dalam daftar pustaka. Nama belakang berupa singkatan (pada

contoh kasus di atas sebagai R.S.) tidak dikenal dalam sistem penulisan nama.

3. Jika autor artikel lebih dari seorang, maka cantumkanlah siapa yang bertanggung

jawab untuk komunikasi surat jika ada yang berminat menghubungi untuk

mendapatkan informasi lebih lanjut tentang artikel tersebut.

4. Alamat yang dicantumkan menyertai nama autor adalah alamat tempat

pelaksanaan penelitian yang artikelnya dilaporkan dan bukan tempat

institusi bekerja para autornya. Jadi, jika artikel melaporkan hasil riset

pascasarjana di Unpad, maka alamatnya harus alamat Unpad sekalipun penulis

utamanya merupakan pegawai di tempat lain. Jika autornya sekarang sudah tidak

lagi berada di tempat tersebut, maka hal itu biasanya diberitahukan sebagai

catatan kecil di bagian lain dari artikel tersebut.

5. Tuliskanlah alamat sejelas-jelasnya, termasuk alamat surel, sehingga akan

mempermudah orang lain yang ingin melakukan korespondensi. Salah satu tujuan

mencantumkan alamat penulis adalah selain sebagai identitas diri (contohnya

adalah membedakan "Robert" yang bekerja di instansi A dengan 'Robert' yang

bekerja di instansi B), adalah untuk keperluan komunikasi bagi yang berminat

mendapatkan informasi tambahan tentang artikel tersebut.

B.3. “Abstract”, “Abstrak”, dan “Kata Kunci”

Setelah bagian Judul dan Nama Autor, maka bagian berikutnya yang akan

dibaca orang dari suatu artikel ilmiah adalah Abstrak. Baik-buruknya sebuah Abstrak

akan menentukan apakah pembaca akan membaca atau tidak bagian-bagian lain dari

artikel tersebut. Abstrak (atau Abstract dalam Bhs. Inggris) adalah versi singkat

sebuah artikel. Abstrak merupakan ringkasan dari setiap bagian inti sebuah artikel

(IMRaD). Oleh karena itu, sebuah Abstrak yang baik harus mengandung bagian yang

berperan sebagai Pendahuluan, Bahan dan Metode, Hasil dan Pembahasan, serta

Simpulan, yang tentu saja harus ditulis secara ringkas.

Karena Abstrak dianggap merupakan ringkasan dari sebuah artikel ilmiah,

maka sistem kompilasi dan penyimpanan artikel secara eletronik (contohnya

Agricola, CAB Abstract, Websco, dll.) hanya memuat bagian Abstrak dari suatu

artikel. Perusahaan penerbit kumpulan abstrak tersebut mengasumsikan bahwa

abstrak telah ditulis dengan baik dan merepresentasikan keseluruhan isi artikel.

Dalam kata lain, Abstrak merupakan suatu ”petunjuk” bagi calon pembaca suatu

artikel ilmiah, apakah perlu meneruskan membaca seluruh artikel atau cukup berhenti

sampai bagian Abstraknya saja. Oleh karena itu, Abstrak harus ditulis dengan benar

dan penuh ketelitian. Abstrak sebaiknya ditulis ketika seluruh naskah artikel

selesai dibuat (dan dibaca berulang-ulang). Jadi, jangan karena urutan letaknya

berada setelah Judul dan Nama Autor, maka Abstrak ditulis lebih dahulu daripada

bagian lainnya.

Abstrak yang baik memiliki beberapa ciri, antara lain :

1. Konsisten dengan isi artikel. Jangan sampai terjadi ada data atau pernyataan di

dalam Abstrak berbeda dengan apa yang ditulis di dalam naskahnya.

2. Bersifat self explanatory (cukup jelas dengan sendirinya), tanpa harus merujuk ke

dalam naskahnya apalagi ke daftar pustaka. Sebagai contoh, kata-kata demikian

tidak baik dimunculkan di dalam abstrak :

“........faktor-faktor dominan yang menentukannya, akan dibahas lebih jauh

dalam artikel lengkapnya”

”..... Hasil menunjukkan bahwa ditemukan faktor X yang tepat untuk

peningkatan hasil”

3. Karena merupakan “versi ringkas” dari artikel, maka Abstrak harus mengandung :

(a) alasan mengapa eksperimen dilakukan (rasionalisasi dan justifikasi); (b) tujuan

eksperimen; (c). metode eksperimen; (d) hasil; dan (e) kesimpulan.

4. Tidak berisi grafik, tabel, atau pengacuan pustaka.

5. Jumlah kata umumnya tidak melebihi 150 kata (bahasa Indonesia) dan 100 s.d.

150 kata (bahasa Inggris) , dan sebaiknya merupakan 1 paragraf.

6. Tidak merujuk atau berisi tabel, gambar, dan daftar pustaka. Persamaan, formula,

dan singkatan juga kurang baik ditampilkan di dalam Abstrak.

7. Sampai batas tertentu, abstrak sering mengulang kata-kata yang terdapat di dalam

artikel.

Mengenai dibatasinya jumlah kata, banyak dikeluhkan oleh para ilmuwan

bidang ilmu sosial. Demi mencapai “kejelasan”, maka jumlah kata terpaksa

bertambah. Hal ini nampaknya lebih merupakan suatu ketidaksiapan dalam memilih

kata, karena rata-rata artikel berbahasa Inggris dalam bidang ilmu sosial (lihat

American Journal of Agricultural Economics dan Journal of Agribussiness) ternyata

dapat menyajikan Abstract yang ringkas dan padat.

Berikut adalah anatomi dari salah satu contoh abstrak yang baik :

Responses of barley cultivars and lines to isolates of Pyrenophora teres

A Douiyssi, DC Rasmusson, and AP Roelfs (Plant Disease, 1998)

(Penerjemahan dan pemaragrafan dimaksudkan untuk memperjelas bagian-bagian

abstrak)

Net blotch, yang disebabkan oleh Pyrenophora teres,

merupakan salah satu penyakit daun yang sangat merugikan

pada tanaman barley di seluruh dunia.

Informasi mengenai reaksi varietas lokal, galur harapan unggul,

dan variabilitas patogen mutlak diperlukan dalam

mengembangkan suatu program pemuliaan untuk mendapatkan

varitas resisten.

Reaksi dari 38 galur barley terhadap 15 isolat P. teres telah

dilakukan pada stadia bibit di rumah kaca dan hasilnya

kemudian diuji di tiga lokasi di Maroko.

Tidak ditemukan adanya galur yang resisten terhadap semua

isolat patogen. Variabilitas patogen sangat tinggi karena tidak

ada satu isolat pun yang identik. Untuk setiap isolat yang diuji,

suatu aras resisten yang tinggi ditemukan pada satu atau

beberapa galur. General adult resistance dijumpai sebagai

respon terhadap isolat I-1, sementara general seedling

resistance ditemukan terhadap isolat I-14. Resistensi dewasa

tidak dijumpai pada stadia bibit pada 9 galur terhadap isolat I-

1. Hasil pengujian stadia bibit tidak konsisten dengan hasil

pengujian stadia dewasa, sehingga mengurangi manfaat uji

stadia bibit. Resistensi lapang varitas resisten dan medium

resisten (Heartland, Minn7, CI 2333, dan CI 2549) konsisten

pada seluruh lokasi eksperimen.

Adanya variabilitas pada P. teres dan tidak adanya galur yang

resisten terhadap semua isolat mengindikasikan bahwa strategi

pemuliaan tanaman harus menekankan terhadap piramidisasi

gen-gen resistensi.

Dalam menulis abstrak/abstract, walaupun jurnal yang kita tuju tidak meminta

dibuat dalam format seperti contoh diatas (sebagian besar jurnal internasional justru

sekarang memintanya), penulis anjurkan agar tetap menggunakan pola seperti di atas.

Hal ini dimaksudkan agar abstraknya ditulis dengan benar. Jika kemudian naskah

selesai dibuat, maka kita hanya tinggal menghapus bagian-bagian tersebut sehingga

abstraknya menjadi sesuai dengan petunjuk penulisan artikelnya.

Abstract

Abtsract merupakan bagian yang paling kurang mendapat perhatian serius dari

penulis artikel di Indonesia., bahkan tesis dan disertasi pun, Abstract-nya banyakyang

tidak benar. Banyak yang masih menterjemahkan kata demi kata ke dalam Bhs.

Inggris. Kita memang bukan penulis / calon penulis artikel yang beribu-bahasa bhs.

Inggris. Hanya sebagian dari kita yang mampu menguasai penulisan bahasa Inggris

secara baik dan benar. Namun tetap saja kita dituntut untuk dapat menulis abstract

yang baik. Beberapa petunjuk yang dapat diikuti dalam membuat Abstract adalah :

1. Pada prinsipnya aturan menulis abstrak (dalam bhs. Indonesia) sama dengan

penulisan “Abstract

2. Untuk bagian “rasionalisasi”, gunakan “present tenses”. Untuk bagian-bagian

lainnya, gunakan “past tenses”.

3. Jangan lupa atau malu untuk berkonsultasi dengan rekan sejawat yang memiliki

kemampuan berbahasa Inggris lebih baik.

Kata Kunci /Key words

Abstrak biasanya dilengkapi dengan “kata kunci” atau “key words”, yaitu

sekumpulan kata-kata yang merupakan penciri atau kata penting yang dapat

mengenali artikel yang dimaksud. Jika redaksi jurnal meminta, seorang penulis wajib

memilih beberapa buah kata kunci yang akan digunakan biasanya dalam penyortiran

secara cepat (dengan komputer) tentang topik penelitian atau pembahasan dari artikel

tersebut.

Pemilihan kata kunci mutlak menjadi tanggung jawab autor, karena hanya

autorlah yang tahu kata-kata apa saja yang dianggap penting untuk mencirikan suatu

artikel. Jadi jangan coba-coba menyerahkan pemilihan kata kunci kepada Redaksi

karena kalau memang diwajibkan untuk menyertakan kata kunci dan Anda tidak

memenuhinya akan menyebabkan naskah Anda ditolak mentah-mentah.

B.4. “Pendahuluan”

Suatu artikel ilmiah harus dimulai dengan mengemukakan suatu permasalahan

secara jelas. Dalam bagian Pendahuluan, autor harus menjelaskan konsep atau hasil

riset sebelumnya yang mendasari dilakukannya eksperimen yang akan dilaporkannya,

antara lain dengan merujuk kepada pustaka atau teori yang telah terbit sebelumnya.

Namun hal ini bukan berarti bahwa bagian pendahuluan harus merupakan suatu

review (telaahan) yang ekstensif tentang permasalahan tersebut.. Pengacuan pustaka

harus hanya yang benar-benar penting dan relevan dengan permasalahan artikel yang

ditulis. Tidak perlu menyediakan acuan yang berlebihan dan terlalu panjang untuk

meyakinkan pembaca tentang pentingnya permasalahan tersebut..

Tujuan dari Pendahuluan adalah menyediakan informasi latar belakang yang

cukup sehingga dapat membuat pembaca mengerti tentang mengapa permasalahan

tersebut dianggap penting untuk dipilih sebagai topik eksperimen/penelitian artikel

tersebut. Dalam kata lain, Pendahuluan sekalipun jangan terlalu panjang namun

haruslah meliputi :

1. Pernyataan singkat mengenai masalah yang diteliti untuk menjustifikasi

dilakukannya riset/eksperimen, atau hipotesis yang mendasarinya. Jelaskan

mengapa subyek tersebut dipilih dan mengapa subyek tersebut dianggap penting.

2. Penjelasan tentang temuan orang lain yang ingin dibuktikan atau dimodifikasi.

3. Penjelasan tentang tujuan umum dari dilakukannya eksperimen.

4. Bagian akhir dari Pendahuluan haruslah menyatakan apa yang menjadi tujuan

dari artikel atau eksperimen yang dilaporkan.

B.5. “Bahan dan Metode”

Artikel ilmiah sebenarnya adalah sebuah tulisan yang melaporkan tentang

telah ditemukannya suatu ‘pengetahuan baru’ sebagai hasil dari penelitian atau

eksperimen yang dilakukan oleh autor. Temuan baru ini harus telah teruji

kebenarannya. Suatu ‘artifact’ atau hasil temuan yang diperoleh secara kebetulan,

tidak selayaknya dikatakan sebagai suatu ‘ilmu pengetahuan’, karena tidak /belum

tentu memenuhi kriteria sebagai suatu hasil yang reproduceable. Oleh karena itu,

jurnal ilmiah luar negeri biasanya mensyaratkan bahwa data yang ditampilkan dalam

artikel harus merupakan hasil dari eksperimen yang telah diulang (bukan hanya

perlakuannya yang diulang), misalnya data yang ditampilkan merupakan data dari

paling tidak dua kali eksperimen, atau satu eksperimen namun memiliki ulangan atau

sampel yang representatif (sering jauh lebih banyak daripada batas minimum yang

ditentukan).

Layak tidaknya data yang ditampilkan umumnya merupakan tugas utama

seorang editor atau Dewan Redaksi Pakar, dan bukan tanggung jawab Redaksi

Pelaksana.

Kejelasan (clarity) merupakan syarat utama dari suatu artikel ilmiah yang

baik. Oleh karena itu, bagian Bahan dan Metode yang digunakan di dalam

melaksanakan suatu eksperimen, haruslah ditulis dengan sejelas mungkin, sehingga

jika orang lain yang berkompeten mengulang riset yang sama akan diperoleh hasil

yang relatif sama pula (penelitian haruslah repeatable dan data hasil penelitian

haruslah reproduceable). Orang yang berkompeten adalah orang yang memiliki latar

belakang kemampuan atau bidang ilmu yang relatif sama.

Beberapa kiat untuk menguji apakah bagian Bahan dan Metode dari naskah

artikel kita sudah jelas atau belum :

1. Cobalah rekan se-laboratorium untuk membaca bagian tersebut, dapatkah rekan

tersebut mengikuti alur pelaksanaan penelitian kita?

2. Dalam menjelaskan secara detil, cobalah jawab pertanyaan berikut : (a) Apakah

pembaca umumnya sudah mengenal metode yang saya lakukan? (b) Apakah detil

dari metode yang dilakukan berperan penting dalam eksperimen saya?

3. Jika bahan yang digunakan cukup banyak, maka tampilkan bahan-bahan tersebut

dalam tabel khusus atau kalau perlu, jelaskan dengan gambar/diagram. Bahan

yang dimaksud misalnya adalah nama-nama isolat mikrob, judul buku-buku yang

dikaji, nama varietas yang diuji, dan sebagainya.

4. Jangan menyebut satu per satu bahan eksperimen (sebagaimana mahasiswa

melakukannya dalam menulis skripsi), tetapi rangkaikanlah urutan pekerjaan

menjadi suatu kalimat/paragraf yang menceritakan bagaimana bahan-bahan

tersebut digunakan di dalam eksperimen/riset.

5. Jika Metode yang digunakan meniru dari apa yang sudah dilakukan orang, maka

pencantuman referensi merupakan hal yang mutlak dilakukan. Jika suatu teknik

yang digunakan sudah sangat dikenal, dapat saja kita hanya dengan menyebutkan

nama teknik tersebut. Sedangkan jika metode yang digunakan adalah metode

ciptaan sendiri (sesuatu yang jarang sekali terjadi dalam riset ilmiah zaman

modern ini), maka rincian secara detil merupakan suatu hal yang mutlak harus

dijelaskan dalam artikel.

6. Dalam menyebutkan bahan percobaan, spefisikasi teknis, kuantitas, sumber

perolehan, dan metode penyiapan bahan-bahan yang digunakan dalam

eksperimen, harus dijelaskan secara detil. Jika suatu produk komersil digunakan,

berikan nama dan alamat perusahaan produsennya di dalam kurung setelah

produk tersebut ditulis.

Dalam beberapa artikel ilmiah sering dijumpai penulis yang hanya

mengatakan bahwa (contohnya) : “………… metode penelitian dilakukan menurut

Metode Dixon (1985)” Cara ini dianggap kurang jelas. Setelah kalimat di atas,

seharusnya diikuti dengan penjelasan bagaimana metode Dixon tersebut dilakukan.

Hal ini penting karena belum tentu semua pembaca mampu mendapatkan kepustakaan

yang menjelaskan secara detil bagaimana melakukan metode Dixon tersebut. Dengan

menjelaskannya, maka kita menjadi sumber kepustakaan tentang metode Dixon

tersebut, jika seandainya pustaka aslinya sulit diperoleh.

Mulailah proses penulisan bagian Bahan dan Metode pada saat penelitian

masih berlangsung, karena pada saat itu, biasanya ingatan kita masih segar tentang

bagaimana riset tersebut kita laksanakan. Hal ini penting dilakukan karena sering,

naskah artikel ilmiah ditulis berselang 1-2 tahun setelah selesainya pelaksanaan

penelitian sehingga catatan tentang bahan dan metodenya sering sudah tidak lagi

tersedia.

B.6. “Hasil”

Tergantung dari style suatu jurnal ilmiah, bagian ‘Hasil’ ada yang dipisahkan

dari, dan ada pula yang disatukan dengan bagian ‘Pembahasan’. Bagian “Hasil”

merupakan bagian artikel yang bertujuan untuk menyampaikan informasi baru hasil

temuan dari eksperimen / riset yang telah kita lakukan.

Terdapat kesalahan umum yang sering dilakukan oleh penulis artikel ilmiah

dalam membuat bagian ‘Hasil’ ini, yaitu banyak penulis yang mengulang-ulang

pernyataan dari apa yang sudah jelas tertuang dalam gambar dan grafik. Jika tabel

dan gambar telah dipersiapkan dengan benar dan baik, maka hasil dan desain

eksperimen juga pasti sudah nampak jelas. Oleh karenanya, tabel, grafik, dan ilustrasi

lainnya dalam bagian Hasil ini haruslah dengan jelas menggambarkan data

eksperimen. Data yang sudah ada dalam tabel, gambar, grafik dan ilustrasi lainnya

jangan diulas panjang lebar di dalam teks. Hanya temuan yang bermakna

(significant) dan yang berkorelasi dengan tujuan eksperimen saja yang ditonjolkan.

Tidak perlu semua data ditampilkan. Ingatlah pepatah (J.W. Powell, 1888) yang

menyatakan bahwa “orang bodoh bekerja mengumpulkan data, hanya yang

bijaksana yang dapat memilih-milihnya” (dan membuatnya menjadi bermakna,

Tarkus Suganda).

Hal ini tidak berarti bahwa kita harus menutup-nutupi jika terdapat kelemahan

di dalam eksperimen kita. Hal-hal negatif yang mungkin timbul dari eksperimen yang

kita lakukan juga harus mendapat tempat untuk dibahas dalam bagian “Hasil”.

Jika artikel melaporkan lebih dari satu eksperimen, maka tujuan setiap

eksperimen harus dinyatakan secara tegas di dalam teks. Hasil-hasilnya harus

dikaitkan satu sama lain, oleh karenanya, banyak jurnal yang menggabungkan bagian

Hasil dengan Diskusi/Pembahasan.

B.6.1. Membuat Ilustrasi Yang Efektif

Ilustrasi dalam manuskrip/naskah artikel ilmiah dapat berupa foto, gambar,

grafik, atau tabel. Foto, kecuali kalau sangat penting, biasanya tidak dianjurkan

karena harus memenuhi persyaratan yang ketat, antara lain harus dicetak pada kertas

glossy, sebaiknya hitam putih, dibuat dalam halaman terpisah, dan sebagainya. Selain

itu, perlu diingat pula bahwa biaya pencetakan foto sangat mahal.

Dalam membuat ilustrasi, janganlah mengada-ada. Jika hasil yang ingin

disampaikan dapat dikemukakan dalam kalimat sederhana, jangan gunakan tabel atau

grafik. Contoh, perhatikan gambar di bawah ini.

Data diatas sebenarnya dapat dinyatakan sebagai kalimat sederhana dan

ringkas : “..... kecepatan reaksi larutan yang diteliti mencapai maksimal pada pH 8”.

Selain tidak efisien, contoh gambar di atas merupakan contoh yang buruk

tentang ilustrasi, karena :

1. Gambar grafiknya bersifat terbuka

2. Tidak mencantumkan satuan dari aksis dan ordinat

3. Belum ada judulnya

B.6.2. Kapan Memilih Grafik, Kapan Memilih Tabel?

Jika yang ingin ditampilkan adalah “trend” atau kecenderungan perkembangan dari

data, maka pilihlah grafik;

Jika data berupa angka “mati”, tampilkan dalam tabel;

Tabel lebih murah dan mudah dibandingkan dengan grafik;

Pada grafik, jika nilai tertinggi pada absis adalah 78, maka angka tertinggi gunakan

80. Jika menggunakan 100 (terutama jika dalam persen), maka grafik akan jadi

kecil dan banyak ruang kosong;

Pada grafik, tidak perlu semua titik pada absis di”tandai” karena akan

menyebabkan grafik menjadi sangat penuh.

Gunakan huruf keterangan absis dan ordinat minimum berukuran 14

Gunakan simbol yang umum dipakai

Hindari grafik yang menggunakan warna-warna. Karena jurnal tidak dicetak

berwarna-warni, maka grafik sebaiknya dapat dikenali perbedaannya berdasarkan

tanda-tanda bukan dengan warna.

Judul Ilustrasi

Ilustrasi (tabel, grafik, dll) harus dapat menjelaskan dengan sendirinya (self

explanatory). Jangan sampai untuk memahami ilustrasi pembaca harus merujuk

pada teks

Di dalam membuat judul ilustrasi, janganlah menyebut kata ‘grafik’ untuk ilustrasi

berupa grafik, atau kata ‘tabel’ untuk ilustrasi berupa tabel. Pembaca jurnal bukan

orang bodoh yang tidak tahu membedakan grafik dari tabel. Semua orang tahu

mana yang namanya grafik, tabel, atau kurva.

Tekankan pada “peristiwa” atau “proses” yang ingin ditonjolkan dengan

menampilkan ilustrasi tersebut.

Kalau tanpa ilustrasi artikel sudah cukup jelas, maka jangan memaksakan

menampilkan ilustrasi, karena biaya ilustrasi cukup mahal. Sebaliknya, jika tulisan

kita sulit dimengerti dan ternyata ilustrasi jauh lebih dapat menjelaskan

maksudnya, maka ilustrasi adalah suatu keharusan.

B.7. “Pembahasan” atau “Diskusi”

Di dalam bagian “Diskusi” autor berkersempatan untuk membandingkan hasil

dari eksperimen yang dilakukan dengan ilmu yang sudah ada. (Suatu temuan hanya

dapat dikatakan sebagai suatu “ilmu pengetahuan” jika temuan tersebut telah

dipublikasikan ke khalayak secara ilmiah). Hal-hal penting dari temuan eksperimen

yang dilakukan kemudian akan dikelompokan ke dalam “Kesimpulan”. Oleh karena

itu, dalam banyak jurnal “Diskusi” disebut sebagai “Pembahasan”. Bagian Diskusi

menafsirkan data yang ditampilkan dalam bagian Hasil, yang dikaitkan dengan

masalah, pertanyaan, atau hipotesis yang ditampilkan di dalam bagian Pendahuluan.

Suatu diskusi yang baik akan terdiri dari :

1. Prinsip-prinsip, hubungan, dan generalisasi yang didukung oleh data hasil

eksperimen

2. Kekecualian, ketiadaan korelasi, dan definisi dari hal-hal yang belum baku,

kesenjangan pengetahuan, dan hal-hal yang memerlukan suatu penyelidikan

lanjutan

3. Penekanan pada hasil dan kesimpulan yang baik setuju maupun tidak setuju

dengan hasil-hasil pengamatan lain

4. Implikasi praktis maupun teoritis

5. Kesimpulan, dengan ringkasan bukti-buktinya

Bagian Diskusi, jika tidak digabungkan dengan bagian Hasil, jangan

merekapitulasi hasil, tetapi harus mendiskusikan arti dari hasil yang diperoleh.

Pembaca harus diberi penjelasan bagaimana hasil eksperimen memberikan suatu

jawaban terhadap permasalahan yang dinyatakan dalam bagian Pendahuluan atau

yang dinyatakan dalam tujuan eksperimen. Pekerjaan kita harus dikaitkan dengan

pekerjaan yang dilaporkan sebelumnya, dan jelaskan mengapa hasilnya sama atau

berbeda.

Spekulasi tentang fenomena yang muncul dalam riset yang dilaporkan

dianjurkan untuk dilakukan namun tetap harus beralasan, dan harus dapat dibuktikan.

Harus pula dapat diidentifikasi terpisah dari bagian Diskusi dan Kesimpulan. Jika

hasil eksperimen berbeda dengan hasil sebelumnya karena sesuatu sebab yang tidak

diketahui, penjelasan yang beralasan harus diberikan. Hasil yang kontroversi harus

didiskusikan secara jelas dan jujur.

Kesalahan umum lainnya dari penulis artikel yang belum terlatih adalah

menyajikan data tanpa menjelaskan apa manfaat dari data yang ditampilkan tersebut.

Dalam bahasa Inggris dikenal sebagai menampilkan what, tanpa menyebutkan why,

how, atau so what-nya.

B.8. “Ucapan Terima Kasih” / “Sanwacana” (Acknowledgment)

Bagian ini adalah bagian untuk mengungkapkan rasa terima kasih terhadap

perorangan atau kelompok lainnya atas bantuan, saran, biaya yang telah diterima

selama pelaksanaan eksperimen maupun selama penulisan artikel. Bagian ini

biasanya ditempatkan setelah “Diskusi” sebelum “Daftar Pustaka”.

Sebagai manusia, peneliti tidak mungkin lepas dari bantuan orang lain, apalagi

dalam melaksanakan penelitian dan menulis artikel ilmiah. Maka, sudah sewajarnya,

penulis artikel mengucapkan terima kasih kepada fihak-fihak yang telah

membantunya, sekalipun bagian “Ucapan Terima Kasih” ini boleh ada boleh juga

tidak ada dalam suatu artikel ilmiah.

Dalam bagian ini, autor berkesempatan mengucapkan terima kasih kepada

“Pelaksana Penelitian” yang biasanya diekspresikan sebagai “...... atas bantuan

teknisnya”, dan kepada “Mereka yang membantu menerangkan mengapa dan

bagaimana tentang data kita” yang biasanya diekspresikan sebagai “......atas

diskusinya”.

Penelitian umumnya didanai oleh fihak penyandang dana, dan jarang sekali

yang didanai oleh uang si peneliti sendiri. Bagian sanwacana ini disediakan untuk

mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada mereka yang membantu mulai

dari konsep penelitian sampai proses penulisan artikel.

B.9. Menuliskan “Referensi” di Dalam Naskah

Mencantumkan referensi di dalam naskah jurnal ilmiah merupakan suatu

‘keharusan’. Tanpa mencantumkan kepustakaan, maka Anda dapat dikategorikan

sebagai plagiat, yang merupakan status terhina bagi seorang ilmuwan.

Terdapat berbagai cara menuliskan referensi di dalam naskah. Setiap jurnal

memiliki gaya (style) masing-masing. Menurut O’Connor (1978) dari 52 jurnal

ilmiah internasional, ternyata terdapat 33 style yang berbeda, atau hampir berarti

bahwa tidak ada dua jurnal yang memiliki gaya penulisan referensi yang sama. Oleh

karena itu, tidak ada cara lain selain harus mempelajari dengan seksama bagaimana

gaya dari jurnal yang akan dikirimi naskah.

Secara garis besar, perhatikan hal-hal berikut :

Cantumkan hanya referensi yang benar-benar ada kaitannya dengan isi

eksperimen.

Cantumkan hanya referensi yang sudah dipublikasi.

Sekalipun diperbolehkan, minimalkan pencantuman referensi yang berupa :

o skripsi, tesis, disertasi;

o abstrak;

o data yang belum dipublikasikan;

o in press;

o komunikasi pribadi.

Jika referensi yang belum dipublikasi tersebut sangat penting, sebaiknya

cantumkan dalam teks.

Cek cara penulisan, apakah style-nya sudah sesuai dengan jurnal sasaran?

Jika referensinya bahasa asing, contoh Johanssen and Martin (1996), jangan

merubahnya menjadi “Johanssen dan Martin (1996).

Sekarang, banyak jurnal mengganti kata ‘dan’ atau ‘and’ dengan simbol ‘&’ yang

bersifat universal.

Secara singkat, perihal penulisan referensi ini sekali lagi, ikuti secara ketat

Petunjuk Penulisan Artikel dari jurnal yang kita tuju.

B.10. Menyingkat Nama Jurnal

Menyingkat nama jurnal tidak dapat dilakukan sembarangan. Jurnal yang baik

biasanya mencantumkan bagaimana nama jurnal mereka disingkat. Terdapat suatu

konsensus internasional dalam menyingkat nama jurnal, dan biasanya mengikuti suatu

daftar khusus penyingkatan nama jurnal (Official list of journal titles abbreviation).

Secara umum, jika nama jurnal terdiri dari satu suku kata, maka umumnya

tidak pernah disingkat. Contohnya : Phytopathology; Phytophilactica, dll. Jika nama

jurnal lebih dari satu kata, contohnya Plant Disease, maka umumnya disingkat

menjadi Plant Dis., Journal of Tropical Agriculture biasanya disingkat menjadi J.

Trop. Agric., dan lain-lain.

B.11. Mempersiapkan Daftar Pustaka

Daftar Pustaka adalah daftar yang lengkap memuat semua referensi tercetak

yang dijadikan acuan dalam artikel yang ditulis.

Gaya penulisannya juga bervariasi dari jurnal ke jurnal.

“komunikasi pribadi” dan “data belum dipublikasikan” hanya boleh ditulis di

dalam teks dan tidak ada di Daftar Pustaka. Biasanya ditulis di dalam tanda

kurung.

Jika ada referensi yang disebut dalam naskah tapi tidak ada dalam Daftar Pustaka,

maka editor jurnal dapat menolak naskah.

Hati-hati dengan salah ketik, baik nama maupun judul referensi. Kesalahan

pengetikan akan diartikan kita dianggap tidak memiliki atau tidak membaca

referensi aslinya. Editor tidak akan dapat membantu merevisi kesalahan ketik

dalam Daftar Pustaka.

Kiat agar penulisan Daftar Pustaka lengkap :

Buat daftar sebagai tahaf penulisan naskah paling akhir.

Baca naskah dari awal sampai akhir, lalu tulis semua referensi yang ditemui

dalam naskah dalam suatu daftar.

Gunakan daftar tersebut untuk menyusun Daftar Pustaka.

Sebenarnya, sekarang sudah tersedia berbagai perangkat lunak manajemen

pangkalan data kepustakaan, misalnya Endnote dan Mendeley, yang secara

otomatis menyusun Daftar Pustaka sesaat kita memasukkan sebuah

kepustakaan ke dalam naskah.

IV. PENUTUP

Teori, sebagus apapun tidaklah akan ada manfaatnya kecuali jika disertai

dengan praktik. Menulis artikel ilmiah, setelah mengetahui teorinya, membutuhkan

ketekunan, kesabaran, dan latihan yang terus-menerus. Kalau Anda sudah terlatih

sabar, tekun dalam melaksanakan riset, maka Anda dapat menerapkan hal yang sama

dalam menulis artikel ilmiah.

Selain berlatih, rajin membaca dan menyimak artikel-artikel ilmiah, terutama

dari jurnal-jurnal yang berbobot akan meningkatkan kepekaan kita tentang bagaimana

suatu artikel ilmiah seharusnya ditulis. Sebagaimana dalam melaksanakan penelitian,

pepatah bahwa “untuk mendapatkan anak ayam, kita tidak dapat memperolehnya

dengan memecahkan telur, tetapi harus melalui proses pengeraman yang

membutuhkan waktu dan kesabaran”, demikian pula dalam berlatih menjadi penulis

artikel ilmiah yang baik.

Jika Anda selesai menulis suatu draft artikel ilmiah, maka berhentilah

memikirkannya selama 2-3 hari. Kemudian bacalah kembali ketika Anda sudah

memiliki waktu senggang, maka Anda akan menemukan betapa masih banyaknya

kekurangan draft tersebut. Perbaikilah kembali, dan lakukan lagi hal yang sama

sampai kemudian Anda merasa puas. Kemudian cobalah rekan sejawat untuk

membaca naskah Anda, dapatkah ia memahaminya?

BUKU ACUAN

American Society of Agronomy. 1988. Publications Handbook and Style Manual.

ASA-CSSA-SSSA, Madison, WI. 92 pp.

American Society of Agronomy. 1998. Publications Handbook and Style Manual.

ASA-CSSA-SSSA, Madison, WI. 154 pp.

Committee on Graduate Training in Scientific Writing, 1989. Scientific Writing for

Graduate Students. 5th ed. Council of Biology Editors, Inc. 187 p.

Day, P.R. 1988. How to Write and Publish a Scientific Paper. 3rd ed. Oryx Press.

Phoenix, AZ. 211 p.

Lester, J.D. 1987. Writing Research Papers, a Complete Guide. 5th ed. Scott,

Foresman and Co. Glenview, IL. 281 p.

Rifai, M.A. 1995. Pegangan Gaya Penulisan, Penyuntingan, dan Penerbitan Karya

Ilmiah Indonesia. Gadjah mada Univ. Press. Yogyakarta.

-tsg-