Jakarta: Pada dasarnya, tidak banyak hal atau benda di dunia ini yang secara alamiah menakutkan. Suatu objek hanya menjadi objek ketakutan ketika seseorang memutuskan bahwa mereka melihatnya sebagai ancaman. Misalnya, banyak orang takut akan ketinggian. Seseorang memang bisa jatuh dan mati jika mereka berada di tepi jurang yang tinggi dan kemudian terjatuh. Namun ada juga beberapa orang yang takut terhadap sesuatu yang tidak terlihat membahayakan, seperti berbicara di depan umum. Dana Dorfman, PhD, seorang psikolog klinis yang berafiliasi dengan New York University, mengatakan, “Ketakutan dan fobia merupakan produk hasil dari beberapa hal berikut ini: evolusi, genetika, perilaku yang dipelajari, atau trauma." "Ketakutan akan ketinggian (acrophobia), ruang tertutup (claustrophobia), dan rasa takut terhadap penyakit (nosophobia) mewakili potensi ancaman terhadap keselamatan fisik kita,” ujar Dorfman seperti dikutip dari Thehealthy. Hal yang sama berlaku untuk hal-hal seperti ketakutan terhadap laba-laba (arachnofobia) dan serangga. Tetapi tidak semua ketakutan utama berkaitan dengan ancaman fisik. Menurut Dr Dorfman, banyak ketakutan yang paling umum adalah ketakutan emosional, misalnya takut berbicara di depan umum atau takut ditinggalkan, dikucilkan, dihina, malu, dan sedih.
(Fobia adalah ketakutan yang ekstrem, persisten, irasional terhadap objek atau situasi, tetapi berbeda dari ketakutan. Foto: Pexels.com) Sedangkan fobia adalah ketakutan yang ekstrem, persisten, irasional terhadap objek atau situasi, tetapi berbeda dari ketakutan. Selain dapat memicu kecemasan, seseorang yang fobia terhadap suatu hal akan secara aktif menghindari hal-hal yang berkaitan dengan pemicu fobia mereka, menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders. Orang dengan jenis gangguan kecemasan ini juga mengalami ketakutan yang berlebihan atau tidak masuk akal yang tidak sebanding dengan bahaya yang sebenarnya. Ini adalah reaksi yang melampaui kegugupan atau perasaan tidak nyaman dari ketakutan sedang dan dapat merusak kemampuan mereka untuk menjalani kehidupan sehari-hari. Trauma biasanya bukan merupakan akar penyebab fobia, tetapi bisa juga jika sangat parah. Manifestasi yang paling jelas dari trauma adalah ketakutan emosional. Sebagai contoh, beberapa orang takut membuat hubungan emosional yang terlalu dekat dengan pasangan yang baru ketika mereka mengalami trauma emosional dalam hubungan yang sama sebelumnya. Dikutip dari Journal of Clinical Psychology, ini adalah upaya pikiran untuk melindungi diri dari rasa sakit emosional lebih lanjut, tetapi ini sering dapat mengakibatkan gangguan perilaku yang membutuhkan perawatan.