Dari manakah bahan-bahan yang dipakai untuk membangun bait allah

Bait suci bukanlah tempat ibadat hari Minggu biasa bagi para anggota Gereja Yesus Kristus dari Orang-Orang Suci Zaman Akhir. Itu sangat berbeda dari ribuan gereja atau gedung pertemuan biasa lainnya di seluruh dunia yang digunakan untuk kebaktian hari Minggu.

                

Siapa pun, terlepas dari agamanya, dapat memasuki gedung pertemuan dan menghadiri kebaktian Orang Suci Zaman Akhir. Namun, karena kesakralan bait suci sebagai "Rumah Tuhan," hanya para anggota Gereja, yang layak yang diperbolehkan memasuki bait suci. Seorang anggota harus memperhatikan asas-asas mendasar iman dan membuktikannya kepada pemimpin setempatnya setiap dua tahun sekali agar dapat memasuki bait suci.

Kesakralan bait suci zaman dahulu dapat dilihat baik dalam Perjanjian Lama maupun dalam Perjanjian Baru. Dalam Perjanjian Lama, Musa meminta umat Israel membawa Tabernakel bersama mereka (sebuah bait suci portabel besar) sewaktu mereka bepergian di padang gurun. Raja Salomo membangun dan mendedikasikan bait suci megah yang dihancurkan oleh bangsa Babelonia pada tahun 586 SM. Itu dibangun kembali dan kemudian diperluas secara substansial, tetapi dihancurkan lagi oleh bangsa Romawi pada tahun 70 M. Tembok Barat besar masih dapat dilihat di Yerusalem dewasa ini, dan bahkan setelah ribuan tahun, masih merupakan situs suci bagi bangsa Yahudi. Perjanjian Baru memberikan penjelasan tentang Yesus Kristus membersihkan bait suci ketika kesakralannya dilanggar oleh orang-orang yang menggunakan pelatarannya sebagai pasar.

Bait suci Orang-Orang Suci Zaman Akhir dianggap sebagai rumah Allah, tempat kekudusan dan kedamaian terpisah dari kesibukan dunia. Itu menyediakan tempat di mana para anggota Gereja membuat perjanjian dan komitmen resmi kepada Allah. Itu juga merupakan tempat di mana sakramen tertinggi iman terjadi—pernikahan pasangan dan "pemeteraian" keluarga untuk selamanya.

Bait suci berfungsi sebagai satu-satunya tempat di mana tata cara seperti baptisan dan pernikahan kekal dapat dilakukan bagi mereka yang telah meninggal dunia—suatu praktik yang Orang-Orang Suci Zaman Akhir yakini diikuti pada masa Perjanjian Baru tetapi kemudian telah hilang.

Bait Suci mengarahkan Orang-Orang Suci Zaman Akhir kepada Yesus Kristus dan akhir kehidupan mereka bersama-Nya, Bapa Surgawi mereka dan para anggota keluarga mereka sesuai dengan kesetiaan mereka kepada ajaran Kristus.

Dalam wahyu zaman modern, Joseph Smith menerima arahan untuk membangun bait suci di Kirtland, Ohio (didedikasikan pada tahun 1836). Kemudian dia diperintahkan untuk membangun bait suci di Nauvoo, Illinois (1846). Bait suci sangat penting bagi para anggota Gereja zaman itu sehingga dalam jangka waktu beberapa hari setelah tiba di Lembah Salt Lake, Brigham Young memilih lokasi Bait Suci Salt Lake.

Ada lebih dari 200 bait suci di seluruh dunia baik yang beroperasi, sedang dalam pembangunan maupun diumumkan. (Lihat daftar bait suci)

Di kebanyakan bait suci, ada patung emas seorang pria yang mengenakan jubah panjang, dengan terompet pada bibirnya. Patung itu menggambarkan malaikat Moroni, seorang nabi zaman dahulu dan tokoh sentral dalam Kitab Mormon. Patung itu melambangkan pengajaran Injil Yesus Kristus ke seluruh dunia.

 

Sumber Tambahan

  • (VIDEO) Why Latter-day Saints Build Temples
  • lds.org/temples

Topik Terkait

Pernikahan Bait Suci

Pendedikasian

Pemeteraian

Bacalah sebelumnya topik Atmit Berikutnya bacalah topik Bantuan Tsunami

Catatan Panduan Gaya:Ketika melaporkan tentang Gereja Yesus Kristus dari Orang-Orang Suci Zaman Akhir, mohon gunakan nama lengkap Gereja dalam rujukan pertama. Untuk informasi lebih lanjut mengenai penggunaan nama Gereja, pergi ke panduan gaya daring kami.Panduan Gaya.

Dari manakah bahan-bahan yang dipakai untuk membangun bait allah

alghifaryaqsa333 alghifaryaqsa333

Jawaban:

Bait Allah (juga disebut Bait Suci atau Kenisah[1]) adalah sebutan untuk pusat peribadahan bangsa Israel dan orang Yahudi di Yerusalem pada zaman kuno, yang terletak di Bukit Bait Suci. Dalam bahasa Ibrani, tempat ini disebut Bait Suci (Beit HaMikdash בית המקדש). Bangunan ini digunakan untuk beribadah dan mempunyai fungsi utama untuk mempersembahkan kurban korbanot. Selama beberapa abad tempat ini menjadi pusat ibadah agama Yahudi.

Penjelasan:

maap kalau salah

Baik pada zaman dahulu maupun modern umat perjanjian Tuhan telah menganggap pembangunan bait suci sebagai pekerjaan yang secara khusus dituntut dari tangan mereka.

Gagasan utama dari bait suci adalah dan selamanya sebuah tempat yang secara khusus ditetapkan untuk pelayanan yang dianggap kudus; dalam pengertian yang lebih terbatas, bait suci adalah sebuah bangunan yang didirikan untuk dan secara eksklusif diabdikan untuk ritus-ritus dan upacara-upacara kudus.

Kata Latin templum adalah bentuk setara dari kata Ibrani beth Elohim dan berarti tempat tinggal Ketuhanan; oleh karena itu artinya secara harfiah adalah rumah Tuhan.

Bangunan semacam itu telah dibangun dalam banyak zaman berbeda, baik oleh para penyembah berhala maupun oleh para pengikut Allah yang sejati dan hidup. Sementara bagian luar dari bait suci semacam itu digunakan sebagai tempat perhimpunan umum dan upacara massa, selalu ada bagian-bagian sebelah dalam, yang ke dalamnya hanya imam yang diurapi dapat masuk dan di dalamnya, dikatakan, kehadiran Ketuhanan dinyatakan. Bait suci tidak pernah dianggap sebagai tempat perhimpunan umum biasa melainkan sebagai bangunan kudus yang dipersucikan bagi upacara-upacara paling khusyuk dari sistem pemujaan tertentu itu.

Pada zaman dahulu, orang-orang Israel dibedakan di antara bangsa-bangsa sebagai pembangun tempat-tempat kudus bagi nama Allah yang hidup. Pelayanan ini khususnya diminta dari mereka oleh Yehova, yang mereka akui mereka layani. Sejarah Israel sebagai bangsa dimulai sejak Eksodus. Baru saja mereka melepaskan diri dari lingkungan pemujaan berhala orang-orang Mesir mereka telah diminta menyiapkan sebuah tempat kudus, tempat Yehova akan menyatakan kehadiran-Nya dan memberitahukan kehendak-Nya sebagai Tuhan dan Raja yang mereka terima.

Kemah suci adalah kudus bagi Israel sebagai tempat kudus Yehova. Itu telah dibangun menurut rencana dan spesifikasi yang diwahyukan (lihat Keluaran 26–27). Itu merupakan bangunan yang ringkas dan dapat dibawa-bawa, dan, meski hanyalah sebuah tenda, dibuat dari bahan-bahan yang paling baik, paling mahal, dan paling berharga yang dimiliki bangsa itu. Keadaan unggul ini merupakan persembahan bangsa itu kepada Tuhan. Itu ada dalam segala segi yang terbaik yang mampu diberikan oleh bangsa tersebut, dan Yehova menguduskan pemberian yang ditawarkan melalui penerimaan ilahi-Nya.

Setelah Israel menetap di tanah perjanjian, ketika, setelah pengembaraan empat dekade di padang belantara, umat perjanjian itu akhirnya memiliki sebuah Kanaan mereka sendiri, Kemah Suci diberi sebuah tempat menetap di Silo, dan ke sanalah datang suku-suku bangsa untuk mempelajari kehendak dan firman Allah (lihat Yosua 18:1; 19:51; 21:2; Hakim-Hakim 18:31; 1 Samuel 1:3, 24; 4:3–4). Setelahnya Kemah Suci itu dipindahkan ke Gibeon (lihat 1 Tawarikh 21:29; 2 Tawarikh 1:3) dan belakangan ke Kota Daud, atau Sion (lihat 2 Samuel 6:12; 2 Tawarikh 5:2).

Daud, raja kedua Israel, berhasrat dan merencanakan untuk membangun sebuah rumah bagi Tuhan, menyatakan bahwa tidaklah pantas bahwa dia, sang raja, harus tinggal dalam istana dari kayu aras, sementara rumah kudus Allah hanyalah sebuah tenda (lihat 2 Samuel 7:2). Tetapi Tuhan berbicara melalui mulut Nabi Natan, menolak persembahan yang ditawarkan, karena Daud, raja Israel, walaupun dalam banyak segi adalah seseorang yang berkenan di hati Allah, telah berdosa; dan dosanya tidak terampuni (lihat 2 Samuel 7:1–13; 1 Tawarikh 28:2–3). Meskipun demikian, Daud diizinkan untuk mengumpulkan bahan-bahan bagi rumah Tuhan, yang membangunnya bukanlah dia, melainkan Salomo, putranya, yang harus mendirikannya.

Segera setelah penobatan Salomo ke takhtanya dia memulai pekerjaan itu. Dia meletakkan dasar pada tahun keempat masa pemerintahannya, dan bangunan itu selesai dalam waktu tujuh setengah tahun. Pembangunan Bait Suci Salomo merupakan peristiwa bersejarah, bukan saja dalam sejarah Israel, tetapi juga dalam sejarah dunia.

Menurut kronologi yang diterima secara umum, bait suci itu selesai kira-kira tahun 1005 SM. Dalam arsitektur dan konstruksi, dalam rancangan dan kemewahannya, itu dikenal sebagai salah satu bangunan paling menakjubkan dalam sejarah. Kebaktian pendedikasian berlangsung tujuh hari—satu minggu sukacita kudus di Israel. Penerimaan Tuhan yang penuh kemurahan dinyatakan dalam awan yang memenuhi ruangan-ruangan kudusnya sewaktu para imam masuk ke dalamnya, “sebab kemuliaan Tuhan memenuhi rumah Allah” (2 Tawarikh 5:14; lihat juga Keluaran 40:35; 2 Tawarikh 7:1–2).

Kemegahan agung dari bangunan yang indah ini memiliki masa singkat. Tiga puluh empat tahun setelah pendedikasiannya, tetapi lima tahun setelah kematian Salomo, kemerosotannya dimulai; dan kemerosotan ini segera berkembang menjadi penjarahan habis-habisan dan akhirnya menjadi pencemaran yang nyata. Salomo telah disesatkan oleh tipu daya wanita-wanita penyembah berhala, dan jalan-jalan sesatnya telah memupuk kejahatan di Israel. Bait suci dengan segera kehilangan kekudusannya, dan Yehova menarik kehadiran perlindungan-Nya dari tempat yang tidak lagi kudus itu.

Bangsa Mesir, yang darinya orang Israel telah dibebaskan, dibiarkan kembali menekan bangsa Israel. Sisak, Raja Mesir, menguasai Yerusalem “dan dia merampas barang-barang perbendaharaan rumah Tuhan” (1 Raja-Raja 14:25–26). Pekerjaan pencemaran tersebut terus berlanjut hingga berabad-abad. Dua ratus enam belas tahun setelah penjarahan oleh orang Mesir, Ahas, raja Yehuda, menyingkirkan mezbah dan bejana pembasuhan [kolam] serta meninggalkan hanya sebuah rumah dimana pernah berdiri sebuah bait suci (lihat 2 Raja-Raja 16:7–9, 17–18; lihat juga 2 Tawarikh 28:24–25). Belakangan, Nebukadnezar, Raja Babel, melengkapi penodaan terhadap bait suci itu serta menghancurkan bangunan itu dengan api (lihat 2 Tawarikh 36:18–19; lihat juga 2 Raja-Raja 24:13; 25:9).

Karenanya, kira-kira 600 tahun sebelum kelahiran Tuhan kita ke bumi, Israel ditinggalkan tanpa bait suci. Rakyat telah menjadi penyembah berhala dan benar-benar jahat, dan Tuhan telah menolak mereka serta tempat kudus mereka. Kerajaan Israel, yang terdiri dari kira-kira 10 dari ke-12 suku itu, telah dikuasai oleh Asyur sekitar 721 SM, dan satu abad kemudian kerajaan Yehuda ditaklukkan oleh bangsa Babel. Selama 70 tahun bangsa Yehuda—sesudah itu dikenal sebagai bangsa Yahudi—tetap berada dalam penawanan, bahkan sebagaimana telah diramalkan (lihat Yeremia 25:11–12; 29:10).

Kemudian, di bawah pemerintahan yang bersahabat dari Koresy (lihat Ezra 1, 2) dan Darius (lihat Ezra 6), mereka diizinkan untuk kembali ke Yerusalem dan sekali lagi membangun bait suci sesuai dengan keyakinan mereka. Dalam mengenang pemimpin pekerjaan tersebut, bait suci yang dipulihkan itu dikenal dalam sejarah sebagai Bait Suci Zerubabel. Sementara bait suci ini sangatlah kurang dalam kemegahan hiasan dan perabotannya dibandingkan dengan Bait Suci Salomo yang menawan, bait suci ini walaupun demikian merupakan yang terbaik yang dapat dibangun bangsa itu, dan Tuhan menerimanya sebagai suatu persembahan yang mencerminkan kasih dan pengabdian dari anak-anak perjanjian-Nya.

Kira-kira 16 tahun sebelum kelahiran Kristus, Herodes I, Raja Yehuda, memulai pembangunan kembali Bait Suci Zerubabel yang ketika itu sudah lapuk dan umumnya nyaris runtuh. Selama lima abad bangunan itu telah berdiri, dan tanpa diragukan itu telah menjadi puing yang termakan waktu.

Banyak kejadian dalam kehidupan duniawi Juruselamat berhubungan dengan Bait Suci Herodes. Terbukti dari tulisan suci bahwa meskipun menentang penggunaan yang merendahkan dan komersial yang mengkhianati kekudusan bait suci, Kristus mengenali dan mengakui kekudusan bangunan bait suci. Dengan nama apa pun bangunan itu dikenal, bagi-Nya itu adalah rumah Tuhan.

Kehancuran mutlak dari bait suci tersebut telah diramalkan sebelumnya oleh Tuhan kita, ketika Dia masih hidup di dalam daging (lihat Matius 24:1–2; Markus 13:1–2; Lukas 21:6). Pada tahun 70 Masehi, bait suci tersebut dihancurkan sama sekali oleh api sehubungan dengan penawanan Yerusalem oleh bangsa Roma di bawah pemerintahan Titus.

Bait suci Herodes adalah bait suci terakhir yang didirikan di Belahan Timur pada zaman kuno. Sejak kehancuran bangunan besar itu sampai masa penegakan kembali Gereja Yesus Kristus pada abad ke-19, satu-satunya catatan kita tentang pembangunan bait suci hanyalah yang terdapat dalam Kitab Mormon, yang menegaskan bahwa bait suci dibangun di tempat yang sekarang dikenal sebagai Benua Amerika, tetapi kita memiliki sedikit perincian tentang pembangunan dan bahkan lebih sedikit lagi fakta mengenai penyelenggaraan tata cara yang berkenaan dengan bait suci di belahan barat ini. Orang-orang membangun bait suci kira-kira pada 570 SM, dan ini kita ketahui adalah mengikuti Bait Suci Salomo, meskipun inferior dibanding dengan bangunan indah tersebut dalam kemegahan dan kemewahannya (lihat 2 Nefi 5:16).

Ketika Tuhan yang telah bangkit menampakkan Diri-Nya kepada bangsa Nefi di belahan dunia barat, Dia mendapati mereka berkumpul di sekitar bait suci (lihat 3 Nefi 11:1–10).

Walaupun demikian, Kitab Mormon tidak menyebut apa pun tentang bait suci bahkan hingga waktu penghancuran bait suci di Yerusalem; dan lagi, bangsa Nefi punah kira-kira empat abad setelah Kristus. Telah terbukti, oleh karena itu, bahwa pada kedua belahan bumi bait suci terhenti keberadaannya pada awal masa Kemurtadan dan pembangunan bait suci dalam pengertian yang khusus musnah di antara umat manusia.

Selama berabad-abad tidak ada persembahan tempat kudus yang dibuat bagi Tuhan; memang, tampaknya keperluan untuk itu pun tidak lagi diakui. Memang benar, banyak bangunan, kebanyakan di antaranya megah dan besar, dibangun. Di antaranya didedikasikan kepada Petrus dan Paulus, kepada Yakobus dan Yohanes; yang lainnya kepada Magdalena dan sang Perawan; tetapi tidak satu pun yang dibangun melalui wewenang dan nama untuk menghormati Yesus, sang Kristus. Di antara banyaknya kapel dan kuil, gereja dan katedral, Anak Manusia tidak memiliki tempat untuk disebut sebagai milik-Nya.

Baru ketika Injil dipulihkan pada abad ke-19, dengan kuasa dan hak istimewa zaman dulunya, imamat kudus dinyatakan kembali di antara manusia. Dan semoga diingat bahwa wewenang untuk berbicara dan bertindak dalam nama Allah sangatlah penting bagi sebuah bait suci, dan bait suci adalah hampa tanpa wewenang kudus dari imamat kudus. Melalui Joseph Smith, Injil zaman dahulu dipulihkan ke bumi, dan hukum-hukum kuno ditegakkan kembali. Dalam perjalanan waktu, melalui pelayanan sang Nabi, Gereja Yesus Kristus dari Orang-Orang Suci Zaman Akhir diorganisasi dan didirikan melalui manifestasi kuasa ilahi.

Gereja ini mulai pada masa sangat awal dari sejarahnya untuk mengupayakan pembangunan bait suci (lihat Ajaran dan Perjanjian 36:8; 42:36; 133:2). Pada hari pertama bulan Juni 1833, dalam sebuah wahyu kepada Nabi Joseph Smith, Tuhan mengarahkan pembangunan segera dari rumah kudus dan Dia berjanji untuk memberkahi para hamba pilihan-Nya dengan kuasa dan wewenang (lihat Ajaran dan Perjanjian 95). Orang-orang menanggapi seruan ini dengan kesediaan dan pengabdian. Terlepas dari kemiskinan yang hebat dan dalam menghadapi penganiayaan, pekerjaan terus berlangsung hingga selesai, dan pada bulan Maret 1836 bait suci pertama pada zaman modern didedikasikan di Kirtland, Ohio (lihat Ajaran dan Perjanjian 109). Kebaktian pendedikasian tersebut ditandai dengan manifestasi ilahi yang sebanding dengan yang ada dalam proses dipersembahkannya bait suci pertama pada zaman dahulu, dan pada kesempatan sesudahnya makhluk-makhluk surgawi menampakkan diri dalam bangunan kudus itu dengan wahyu-wahyu akan kehendak ilahi kepada manusia. Di tempat itu Tuhan Yesus sekali lagi terlihat dan didengar (lihat Ajaran dan Perjanjian 110:1–10).

Dalam waktu dua tahun dari saat pendedikasinya, Bait Suci Kirtland ditinggalkan oleh orang-orang yang membangunnya; mereka dipaksa untuk melarikan diri karena penganiayaan, dan dengan kepergian mereka bait suci yang kudus menjadi sebuah rumah biasa.

Perpindahan Orang-Orang Suci Zaman Akhir adalah pertama-tama ke Missouri, dan kemudian ke Nauvoo, Illinois. Baru saja mereka mulai mendiami rumah baru mereka ketika suara wahyu terdengar menyerukan kepada orang-orang untuk kembali membangun sebuah rumah yang kudus bagi nama Allah.

Meskipun terbukti bahwa orang-orang akan dipaksa untuk melari-kan diri lagi, dan meskipun mereka tahu bahwa bait suci akan harus ditinggalkan segera setelah penyelesaiannya, mereka bekerja dengan segala daya dan ketekunan untuk menyelesaikan dan dengan pantas memperlengkapi bangunan itu. Itu dikuduskan tanggal 30 April 1846, tetapi bahkan sebelum bangunan itu selesai, eksodus umat itu telah dimulai.

Bait suci tersebut ditinggalkan oleh mereka yang dalam kemiskinan dan dengan pengurbanan telah membangunnya. Pada bulan November 1848 bangunan itu menjadi mangsa pembakaran yang disengaja, dan pada bulan Mei 1850 angin tornado meruntuhkan apa yang tersisa dari dinding-dinding yang telah hangus itu.

Tanggal 24 Juli 1847 para pionir Mormon membangun sebuah tempat permukiman yang sekarang berdiri Salt Lake City. Beberapa hari kemudian, Brigham Young, Nabi dan pemimpin, menunjuk sebuah lahan di tengah padang tanaman sagebrush dan, mengetuk tanah kering itu dengan tongkatnya, menyatakan, “Di sini akan ada bait suci Allah kita.” Tempat itu sekarang menjadi blok bait suci yang indah, dimana sekelilingnya kota telah tumbuh. Bait Suci Salt Lake menghabiskan 40 tahun dalam pembangunannya; batu pancang diletakkan pada tanggal 6 April 1892, dan bait suci yang telah selesai itu didedikasikan satu tahun kemudian.

Baik pada zaman dahulu maupun modern umat perjanjian telah menganggap pembangunan bait suci sebagai pekerjaan yang secara khusus dituntut dari tangan mereka. Jelaslah bahwa bait suci adalah lebih dari sekadar kapel atau gereja, lebih daripada sinagoge atau katedral; itu adalah sebuah bangunan yang didirikan sebagai rumah Tuhan, kudus bagi persekutuan terdekat antara Tuhan dan imamat kudus, serta diabdikan bagi tata cara tertinggi dan terkudus. Selain itu, agar benar-benar menjadi bait suci yang kudus—diterima oleh Allah dan oleh Dia diakui sebagai rumah-Nya—persembahan tersebut haruslah diminta, dan baik pemberian maupun pemberinya haruslah layak.

Gereja Yesus Kristus dari Orang-Orang Suci Zaman Akhir menyatakan bahwa Gereja adalah pemilik imamat kudus yang kembali dipulihkan ke bumi, dan bahwa itu diberikan dengan kewenangan ilahi untuk mendirikan dan memelihara bait suci yang didedikasikan bagi nama dan pelayanan dari Allah yang benar dan hidup, serta untuk melaksanakan di dalam bangunan kudus itu tata cara-tata cara keimamatan, yang dampaknya akan mengikat baik di bumi maupun setelah kubur.

Diadaptasi dari The House of the Lord: A Study of Holy Sanctuaries, Ancient and Modern (1968)

Untuk daftar bait suci-bait suci zaman akhir, kunjungi temples.lds.org

Interior Bait Suci Kirtland sebagaimana difoto pada awal abad ke-20.

Musa mengurapi Harun untuk melayani sebagai imam dalam kemah suci.

Kemah suci berfungsi sebagai bait suci yang dapat dibawa-bawa selama pengembaraan bangsa Israel di padang belantara.

Diselesaikan pada tahun 1005 SM, Bait Suci Salomo merupakan salah satu bangunan paling menakjubkan dalam sejarah.

Kebaktian pendedikasian Bait Suci Salomo berlangsung tujuh hari—satu minggu sukacita kudus di Israel.

Selama penawanan mereka oleh Babel, bangsa Yahudi diizinkan untuk kembali ke Yerusalem dan membangun kembali bait suci.

Banyak kejadian dalam kehidupan duniawi Juruselamat memperlihatkan bahwa Dia mengenali dan mengakui kekudusan bait suci.

Ketika Tuhan yang telah bangkit menampakkan diri di Benua Amerika, Dia datang ke bait suci.

Setelah tahun-tahun kemurtadan, wewenang yang diperlukan bagi peribadatan bait suci dipulihkan melalui Joseph Smith.

Bait suci pertama zaman akhir didedikasikan di Kirtland, Ohio, pada bulan Maret 1836.

Segera setelah tiba di Lembah Salt Lake, Brigham Young menyatakan, “Di sini akan ada bait suci.”

Sejak tahun 1893 sampai saat ini, lebih dari 130 bait suci telah didirikan dan didedikasikan di seluruh dunia.

Bait Suci Tampico Meksiko. Didedikasikan pada 20 Mei 2000.

Bait Suci Apia Samoa. Didedikasikan pada 5 Agustus 1983. Didedikasikan ulang pada 4 September 2005.

Bait Suci Madrid Spanyol. Didedikasikan pada19 Maret 1999.