Dalam teori konsentris yang dikemukakan oleh W. Burgess wilayah batas desa kota disebut

Manusia sebagai makhluk sosial sudah tentu memerlukan interaksi baik sesama manusia maupun lingkungan di mana mereka berada. Interaksi yang dilakukan antara manusia dengan lingkungannya menciptakan beragam bentuk pola – pola penggunaan lahan yang cukup beragam. Keberagaman tersebut diakibatkan kondisi lahan yang berbeda – beda, sehingga manusia juga harus memperlakukan lahan tersebut dengan cara yang berbeda pula.

Penggunaan lahan untuk membentuk sebuah tata guna lahan harus memperhatikan terlebih dahulu berbagai macam aspek seperti sosial, ekonomi, kebudayaan, adat istiadat, hukum hingga kelembagaan yang nantinya akan berguna dalam membangun rencana tata ruang wilayah ke depannya. Termasuk jika ingin membangun tata ruang untuk wilayah kota yang sudah tentu lebih kompleks jika dibandingkan dengan yang berada di desa. Hingga muncullah berbagai macam teori mengenai struktur ruang kota seperti teori inti ganda, teori konsentris, teori sektoral dan lain sebagainya. Pada pembahasan kali ini akan dibahas secara mendalam mengenai salah satu teori struktur ruang yang banyak diterapkan di beberapa kota di dunia yaitu teori konsentris.

Pengertian Teori Konsentris

Teori konsentris pertama kali dikemukakan oleh Ernest W. Burgess yang merupakan seorang sosiolog dari Amerika Serikat di mana saat itu melakukan penelitian pada kota Chicago di tahun 1920. Saat itu Burgess berpendapat jika kota Chicago sudah mengalami perkembangan dan juga pemekaran di beberapa wilayah seiring berjalannya waktu serta pertambahan penduduknya. Perkembangan tersebut terus meluas bahkan hingga ke daerah pinggiran. Ia menggambarkan jika pemekaran wilayah yang terjadi di kota Chicago mirip sebuah gelang yang melingkar.

Teori konsentris bisa terjadi di beberapa kota lain seperti yang ada di London, Chicago, Kalkuta, dan Adelaide. Kota – kota tersebut mempunyai lingkungan yang sangat mudah dibangun jalur transportasinya. Sedangkan untuk di Indonesia sendiri cukup sulit membangun kota dengan menerapkan teori konsentris, mengingat jika kontur alam di Indonesia tidaklah rata, ada banyak pengunungan, lembah hingga sungai serta beberapa daerah dipisahkan oleh lautan. Seperti yang kita ketahui kota merupakan suatu objek di mana di dalamnya terdapat masyarakat dengan kehidupan kompleks dan sudah mengalami proses interrelasi antar manusia dan juga manusia dengan lingkungannya.

Ciri Teori Konsentris

Dalam teori konsentris terdapat sebuah ciri utama yaitu adanya kecenderungan, terutama di daerah yang berada di dalam cenderung akan memperluas untuk masuk ke dalam daerah berikutnya (ke arah luar). Dalam prosesnya mengikuti sebuah urutan yang dikenal dengan nama rangkaian invasi. Cepat atau tidaknya perkembangan suatu kota tergantung dari laju pertumbuhan ekonomi dan penduduknya. Namun apabila jumlah penduduk cenderung mengalami penurunan, maka daerah yang berada di luar akan tetap sama sedangkan pada daerah transisi mengalami penyusutan ke arah dalam daerah pusat bisnis. Penyusutan yang terjadi di pada daerah pusat bisnis akan menciptakan sebuah daerah kumuh komersial serta perkampungan. Pada teori konsentrik terutama dalam aspek ekonomi, semakin dekat dengan pusat kota maka harga tanah akan semakin mahal.

Pembagian Zona Pada Teori Konsentris

Berdasarkan model konsentris yang dikemukakan oleh Burgess, perkotaan terbagi menjadi 5 zona yang melingkar dan berlapis – lapis yakni:

  • Zona 1: Daerah pusat kegiatan (Central Business District)
  • Zona 2: Zona peralihan (Transition Zone)
  • Zona 3: Zona pemukiman pekerja (Zone of working men’s homes)
  • Zona 4: Zona pemukiman yang lebih baik (Zona of better residences)
  • Zona 5: Zona para penglaju (Zone of commuters)

Untuk zona 1 atau daerah pusat kegiatan adalah zona pusat kehidupan segala macam aspek seperti sosial, ekonomi, politik dan budaya. Tidak heran jika di dalam zona ini terdapat banyak bangunan utama untuk kegiatan ekonomi, sosial, politik dan budaya. Tidak heran jika Burgess menyebut zona ini sebagai “The area of dominance”.

Untuk menjelaskan teori konsentris, Burgess selalu menggunakan istilah ekologis seperti dominasi, invasi dan suksesi. Oleh McKenzie ekologis ini diperjelas lagi secara terperinci. Menurutnya invasi sendiri terbagi menjadi 3 tingkatan yaitu:

  • Initial Stage (tahap permulaan)

Proses ini ditandai dengan adanya gejala ekspansi geografis yang berasal dari suatu kelompok sosial kemudian memperoleh tantangan dari penduduk yang terkena dampak ekspansi.

  • Secondary Stage (tahap lanjutan)

Pada tahan ini terjadi persaingan yang diikuti oleh proses displacement atau perpindahan, seleksi dan asimilasi.  Pada kelompok yang kalah bersaing akan melakukan ekspansi menuju wilayah lain yang lebih lemah.

  • Climax Stage (tahap klimak)

Jika sudah berada di wilayah atau daerah yang lemah tersebut maka muncul suksesi baru, pada proses ini sudah memasuki tahap klimak.

Dan proses ini terus berlanjut sehingga zona melingkar konsentris semakin melebar pada suatu kota. Proses berkembangnya hasil tersebut merupakan “Natural Area” yang memiliki keseragaman sifat untuk setiap zona. Untuk mempermudah penerapan teori konsentris bisa dilihat dari kota Jakarta.

  • Zona 1: Daerah Pusat Bisnis

Salah satu daerah pusat bisnis yang ada di Jakarta berada di Mangga 2 Town Square. Di sini banyak aktivitas perekonomian terjadi hampir setiap hari mulai dari perkantoran hingga pedagang kaki lima.

Bisa dikatakan jika daerah ini merupakan tempat bagi orang – orang yang tidak memiliki tempat tinggal, seperti pengemis yang tinggal di bawah jembatan. Sudah dipastikan jika lingkungan di sana jauh dari kata layak dan sehat untuk dijadikan tempat tinggal.

  • Zona 3: Daerah Pemukiman Pekerja

Para pekerja yang bekerja di daerah sekitar Menteng di Jakarta Pusat biasanya akan memilih tempat tinggal yang sederhana atau tidak jauh dari tempat kerjanya. Karena ini disesuaikan dengan pendapatan atau upah yang mereka peroleh dan kemampuan mereka untuk menyewa tempat tinggal tersebut.

  • Zona 4: Daerah Pemukiman Yang Lebih Baik

Berbeda dengan zona 3, daerah pemukiman di sini lebih baik dan biasanya berada di wilayah kompleks perumahan seperti di Kelapa Gading. Di kompleks perumahan ini hanya ditempati oleh golongan dengan panghasilan menengah ke atas seperti pengusaha.

  • Zona 5: Daerah Para Penglaju

Biasanya daerah ini berada di luar wilayah Jakarta seperti Tangerang dan Depok. Kedua tempat tersebut mempunyai jumlah penduduk yang cukup padat dengan keragaman jenis pekerjaan serta kualitas tempat tinggal yang berbeda pula (tergantung dari tingkat pendapatan). Tidak heran jika memasuki jam kerja seperti pagi dan sore, kemacetan lalu lintas tidak dapat dihindari.

Demikian penjelasan mengenai teori konsentris. Semoga informasi di atas dapat menambah pengetahuan tentang tata ruang kota berdasarkan teori konsentris.

Teori konsentris – Sadarkah kamu ketika melihat pada sebuah maps atau pemandangan dari atas, ada kota-kota di dunia yang memiliki rupa pola yang sama dan ada pula yang berbeda. Ada kota yang penuh dengan bangunan industrial serta ada juga kota yang sebagian besar adalah bangunan pemukiman. Mengapa begitu?

Dalam sebuah wilayah kecil seperti kota bahkan wilayah besar seperti sebuah negara, bangunan dan rumah-rumah didirikan berdasarkan sebuah pola strategis yang konsisten dan terstruktur. Bukan sekedar mencari lahan yang kosong saja.

Setiap pembangunan dilakukan berdasarkan tata kota yang mungkin berbeda pada setiap negara. Itulah mengapa ketika kita melalui area pemerintahan, area pendidikan sebagian besar bangunan sekolah satu dengan lainnya memiliki jarak yang dekat.

Hal tersebut juga tidak lepas dari peran sebuah tata kota yang mengatur struktur pembangunan pada sebuah wilayah. Dalam skala yang lebih besar, sebuah negara juga dibangun dengan penataan yang konsisten dan adanya pembagian zona wilayah untuk perkotaan, industri, pemukiman dan lainnya. Lalu bagaimana sebuah tata kota mengatur pembangunan serta pembagian wilayahnya?

Mempelajari Tata Ruang Kota

Mengapa ada beberapa wilayah kumuh pada sebuah kota? Kenapa pemukiman mewah kebanyakan lebih dekat dengan kawasan pinggiran dari pada pusat kota? Kamu mungkin pernah bertanya-tanya demikian ketika membaca peta atau mempelajari geografi suatu wilayah. Jawabannya adalah mungkin kota yang kamu maksud mengikuti sebuah pola tata ruang kota.

Lantas, apa sih sebenarnya tata ruang kota itu?

Tata ruang kota adalah sebuah pola yang digunakan oleh pemerintah untuk melakukan penataan pembangunan pada sebuah kota supaya terorganisasi dengan baik. Adanya penataan ruang kota ini supaya dapat mewujudkan wilayah perkotaan yang strategis, nyaman dan indah. Sehingga sarana dan prasarana dapat difungsikan secara maksimal oleh para penduduk kota.

Lebih dari itu adanya tata kota juga memungkinkan distribusi yang baik dan cepat dalam hal kebersihan, kebutuhan barang dan perbaikan atau perawatan secara berkala. Ibarat belajar fisika tata ruang kota adalah rumusnya, agar pemerintah tidak salah tempat ketika melakukan pembangunan.

Misalnya pada sebuah program perencanaan pembangunan tahunan tentu merupakan sebuah proyek besar yang tidak boleh meleset sedikitpun dari perkiraan. Maka adanya penataan ruang kota akan sangat membantu mereka mendirikan bangunan yang sesuai dengan tempat dan fungsinya.

Coba bayangkan, apabila sebuah kota tidak memiliki pola penataan dalam perencanaan pembangunan. Maka yang terjadi adalah kemacetan dimana-mana, tidak hanya jalanan yang tampak penuh sesak namun bangunan juga banyak berdiri di tempat-tempat tidak strategis, sehingga membuat semuanya tampak berantakan.

Misalnya sebuah mall yang harusnya berada di wilayah kota dan industri perkantoran, tapi dibangun di dekat pedesaan atau pinggiran. Maka yang mungkin terjadi adalah mall tersebut tidak akan ramai pengunjung. Sebab daya beli masyarakat pedesaan yang rendah membuat penduduk sekitar lebih suka berbelanja di pasar.

Oleh karena itu, penataan sebuah kota memiliki peranan penting untuk mewujudkan kota yang nyaman, indah dan strategis. Selain itu ada pula sejumlah manfaat lain dengan adanya tata ruang ini.

Manfaat Tata Ruang Kota

Melalui penataan dan pengelolaan kota, sebuah wilayah dapat dimanfaatkan secara maksimal hal ini juga memungkinkan adanya pengembangan pada sebuah wilayah di kota.

Misalnya pada kawasan industri yang jauh dari pemukiman mampu memaksimalkan produksi mereka sebab tidak prosesnya tidak mengganggu penduduk setempat. Ada pula sebuah kawasan pedesaan yang banyak menghasilkan buah-buahan dapat menjadi desa wisata dan mengembangan potensi desa maupun penduduk setempat.

Selain itu, adanya penataan ruang ini juga berfungsi untuk pemerataan pembangunan yang seimbang pada seluruh wilayah di kota, memudahkan perencanaan pembangunan serta memudahkan rencana lokasi untuk investasi di seluruh wilayah kabupaten dan kota.

Dengan adanya pola pengaturan dan pengelolaan ruang kota yang baik ini dapat mewujudkan keseimbangan antara wilayah kabupaten dan kota sehingga seimbang dan semakin potensial.

Jika kita melalui beberapa tempat di sebuah kota yang memiliki jalur yang baik, rindang dan hijau karena adanya pepohonan, lampu-lampu jalan yang tersusun rapi, bahkan trotoar yang layak bagi pejalan kaki. Semuanya tidak terlepas dari peranan sistem penataan kota ini. sehingga ketika berjalan kamu bisa melihat bahwa segalanya tersusun rapi dan sama.

Hal ini tentu menjadi pemandangan yang nyaman bagi siapapun yang melewatinya. Alih-alih untuk sekedar keindahan, sistem tata ruang ini menjadi begitu penting bagi efektifitas penduduk kota. Jalan menjadi tidak macet, tidak ada warung kaki lima yang tersebar ‘semrawut’ dan masih banyak manfaat lainnya yang juga dipaparkan dalam buku tentang penataan kota berikut.

Dalam teori konsentris yang dikemukakan oleh W. Burgess wilayah batas desa kota disebut
Dalam teori konsentris yang dikemukakan oleh W. Burgess wilayah batas desa kota disebut

Menata Kota Melalui Rencana Detail Tata Ruang: M. Arszandi Pratama, Dkk

Jika kamu melihat pemandangan kota-kota di negara maju, ada satu perubahan mencolok dengan kota di Indonesia, penataannya. Kota-kota di negara maju sudah jauh lebih dahulu memiliki sistem penataan ruang kota yang strategis dan konsisten.

Tentu Indonesia sebagai negara kepulauan juga memiliki kendala dari bentuk topografi alamnya, namun melalui buku ini kamu bisa mempelajari cara penataan kota layaknya negara maju. Sebab, ada banyak kota di Indonesia yang begitu potensial untuk mewujudkan tata kota strategis.

Memahami Teori Perencanaan Tata Ruang Kota

Seperti yang telah disampaikan, bahwa adanya tata ruang kota ini seperti sebuah rumus bagi pemerintah perencanaan untuk mengatur, mengelola dan menghasilkan kota yang baik. Maka kehadirannya tidak lekang dari sebuah teori-teori yang sedikit banyak mempengaruhi sistem penataannya.

Salah satu teori yang terkenal adalah teori konsentris yang menjadi sebuah acuan banyak negara dalam merumuskan cara penataan kota.

Teori Konsentris

Teori konsentris merupakan sebuah teori pembagian wilayah yang mana dimulai dari pusat perkotaan hingga pinggiran yang membentuk sebuah pola lingkaran atau seperti sebuah gelang. Teori konsentris pertama dicetuskan oleh Ernest W. Burgess yang berprofesi sebagai seorang sosiolog asal Amerika Serikat.

Burgess sebelum menemukan teori tersebut telah melakukan penelitian terhadap perkembangan kota Chicago pada 1920. Menurutnya kota tersebut telah berkembang pesat hingga pada zona pinggiran yang membentuk sebuah pola-pola. Pola ini seperti sebuah susunan lingkaran dimana bagian tengah lingkaran merupakan pusat kota.

Berdasarkan teori konsentris milik Burgess, sebuah kota terbagi dalam lima kawasan yang mengeliling seperti sebuah lingkaran. Beberapa contoh kota lian yang juga menerapkan penataan ruang kota dengan teori konsentris ini adalah London, Kalkuta dan Adelaide.

Di Indonesia sendiri sulit untuk melakukan penataan kota dengan teori konsentris ini sebab topografi tanah yang tidak selalu rata. Kondisi alam kita yang sudah sejak dahulu penuh dengan dataran rendah, dataran tinggi, gunung, hutan dan bahkan terpisahkan laut atau selat menyebabkan kurang memungkinkannya penerapan konsentris ini.

Pembagian Kawasan Dalam Teori Konsentris

Jika digambarkan pada sebuah kertas, teori konsentris ini berbentuk seperti lingkaran didalam lingkaran yang tersusun dalam 5 bagian. Dimana bagian terkecil berada ditengah-tengah sebagai pusatnya, dan bagian terbesar berada di sisi paling luar.

Sesuai yang pernah digambarkan Ernest W. Burgess, konsentris mengacu pembagian zona atau kawasan di 5 wilayah berbeda. Berikut detail penjelasannya berdasarkan model.

  • Kawasan 1 adalah Central Business District

Pada zona atau kawasan ini merupakan kawasan pusat untuk kegiatan, yang meliputi segala kegiatan politik, ekonomi, sosial hingga budaya. Semuanya terjadi dalam kawasan ini. Maka pada kawasan satu ini akan ada banyak bangunan perkantoran, mall, perbelanjaan dan lainnya. Sehingga mungkin kawasan pusat ini akan begitu sibuk seperti kota metropolitan yang tidak pernah tidur dan ramai.

  • Kawasan 2 merupakan Zona Peralihan

Setelah keluar dari kawasan bisnis, akan ada kawasan dimana kebanyakan merupakan jalan besar, tol, jembatan yang sebagian besar penduduk sekitarnya adalah orang-orang yang tuna wisma.

  • Kawasan 3 yakni Working Men’s Homes atau kawasan Pemukiman Pekerja

Di kawasan ini sebagian besar orang yang tinggal atau menempati adalah para pekerja. Kebanyakan orang yang bekerja akan cenderung memilih tempat tinggal yang tidak jauh dari lingkungan kerja mereka. Biaya hidup untuk tinggal di kawasan ini juga cenderung jauh lebih miring daripada pemukiman elit. Ini juga dipengaruhi oleh gaji dan pemasukan para pekerja tersebut setiap bulannya.

  • Kawasan 4 adalah Better Residence atau Pemukiman Yang Lebih Baik

Orang-orang yang berada di kawasan ini cenderung memiliki finansial yang juga lebih baik dari penduduk di kawasan lain. Jaraknya yang jauh dari pusat hiruk pikuk kota membuat kawasan pemukiman disini terasa jauh lebih nyaman, tenang dan bersih. Maka tidak heran apabila harga bangunan di daerah ini juga jauh lebih mahal.

  • Kawasan 5 merupakan zona penglaju atau Commuters

Dalam kawasan paling luar dari model lingkaran, biasanya daerah ini bisa jaadi merupakan daerah pinggiran atau bisa juga merupakan daerah perbatasan dengan kota atau provinsi lain. daerah pinggiran seperti tepi pantai, pelabuhan dan lainnya apabila kota tersebut memiliki pantai, atau bisa juga sebuah daerah yang menjadi batas peralihan dua kota seperti Tangerang dan Depok.

Di kawasan 5 ini pada kota dengan kependudukan yang tinggi, pada umumnya memiliki jumlah penduduk paling padat daripada empat kawasan sebelumnya. Hal ini juga disebabkan karena adanya variasi jenis pekerjaan serta asal para penduduk disana.

Ciri Teori Konsentris

Apabila sebuah kota dibangun berdasarkan teori konsentris maka kita dapat melihat sebuah ciri yang sangat mungkin terjadi pada penempatan teori ini dalam jangka panjang. Ciri paling besar adalah di dalam daerah pusat bisnis, ada kemungkinan terjadinya perluasan zona yang disebabkan Invasi.

Jika sebuah kota memiliki kemajuan ekonomi yang pesat tidak menutup kemungkinan adanya pelebaran kawasan pusat bisnis ini kearah luar sehingga membuat kawasan peralihan menjadi semakin sempit.

Ini juga memungkinkan adanya kesenjangan lain seperti timbulnya pemukiman kumuh di antara kawasan pusat. Hal tersebut mungkin terjadi karena semakin tingginya ekonomi di pusat membuat harga tanah dan pangan menjadi semakin mahal, sehingga akan ada penduduk-penduduk di kawasan peralihan yang semakin kurang mampu dan tinggal di ruang kota yang kumuh.

Tahap Penataan Kota Berdasarkan Teori Konsentris

Dalam proses perwujudannya, sebuah kota atau daerah dapat memberlakukan penataan ruang kota menggunakan teori konsentris, membutuhkan waktu yang lama serta secara bertahap. Bayangkan saja apabila kamu mengatur seluruh ruang dalam rumah saja membutuhkan waktu dan dilakukan secara berkala.

Apabila tidak mungkin wujud penataan tersebut tidak akan terjadi sesuai harapan sebab masih ada satu atau dua hal yang terlewat. Kalaupun bisa orang yang melakukannya akan begitu lelah. Begitu pula dengan sebuah kota, adanya kota yang nyaman, rapi dan strategis juga merupakan proyek jangka panjang dimana pengerjaannya harus sedikit demi sedikit.

Namun upaya tersebut mungkin akan menjadi lebih mudah dan ringan apabila adanya kontribusi dari banyak pihak juga. Singkatnya ada sejumlah tahapan yang diperlukan untuk mewujudkan teori konstris ini dalam sebuah wilayah.

Dalam membangun sebuah daerah supaya dapat terstruktur yang mana di tahap awal akan adanya kemunculan kawasan 1 disebabkan oleh adanya  dominasi, Invasi, dan suksesi. Ketika istilah ekologis ini juga kerap disebut-sebut oleh Burgess selama pemaparannya mengenai teori konsentris.

Menurut Mckenzie seorang ekologis yang juga mendukung teori ini menyatakan bahwa adanya tata kota konsentris sebagian besar dipengaruhi oleh Invasi yang terbagi pada tiga tahap.

Merupakan permulaan dimana ada beberapa hal kecil yang memicu terjadinya ekspansi wilayah. Pada  umumnya ini ditandai dengan adanya suatu kelompok sosial yang memperluas ekspansi geografisnya.

Dalam tahap lanjutan ini kemungkinan akan mulai muncul perpindahan, asimilasi dan seleksi kelompok masyarakat. Umumnya pada kelompok masyarakat tersebut melakukan ekspansi

Apabila sudah berada di wilayah baru maka akan muncul adanya sebuah suksesi sebagai tahap klimaks.

Dengan adanya tiga tahap tersebut maka jelas sebuah penataan kota terbentuk secara bertahap dengan adanya invasi tersebut. Di Indonesia sendiri meskipun masih sulit untuk melakukan penerapan teori konsentris ini namun tidak menutup kemungkinan adanya sejumlah perubahan sistem dalam tata ruang kota selama solusi tersebut lebih baik.

Penataan kota ini dapat berjalan dengan baik apabila semua aspek mulai dari pemerintah hingga penduduknya ikut serta membantu menjalankan proses penataan supaya dapat berjalan dengan baik dan lancar.

Buku Tentang Penataan Kota

Tidak hanya sebuah kota saja, bahkan sebuah desa pun memungkinkan memiliki pola penataan supaya lebih indah dan nyaman. Selain teori konsentris ini, sebenarnya masih ada sistem penataan kota yang sering digunakan yakni dengan sistem sektoral dan inti ganda.

Namun apapun teorinya penataan kota ini tidak terlepas dari perencanaan pembangunan gedung, penempatan taman atau hutan dan juga perkiraan jalur transportasi. Semuanya dijelaskan dalam beberapa buku berikut.

Model Perencanaan Hutan Kota

Dalam teori konsentris yang dikemukakan oleh W. Burgess wilayah batas desa kota disebut
Dalam teori konsentris yang dikemukakan oleh W. Burgess wilayah batas desa kota disebut

Model Perencanaan Vegetasi Hutan Kota: Dr.I.Khambali, S.T., Mppm

Membicarakan sebuah kota yang asri dan nyaman tentu tidak jauh dari hutan dan taman yang mulai banyak diwujudkan pada banyak kota di Indonesia. Maka melalui buku ini kamu bisa memahami bagaimana sistem vegetasi untuk hutan di sebuah kota. Penasaran? Dapatkan bukunya yuk!

Bagi kamu yang mungkin mengambil jurusan seperti teknik lingkungan atau pekerjaan lain yang sedikit banyak berhubungan dengan tata kota, kamu juga bisa membaca beberapa literasi yang membahas mengenai sistem penataan pada sebuah kota. Berikut ini beberapa referensi buku yang mungkin dapat membantu kamu mempelajari lebih banyak tentang tata ruang kota.

Tapak Penataan Wilayah Bogor

Dalam teori konsentris yang dikemukakan oleh W. Burgess wilayah batas desa kota disebut
Dalam teori konsentris yang dikemukakan oleh W. Burgess wilayah batas desa kota disebut

Riwayat Kota-Tapak Penataan Wilayah Bogor: Litbang Kompas

Lanskap Produktif Perkotaan

Dalam teori konsentris yang dikemukakan oleh W. Burgess wilayah batas desa kota disebut
Dalam teori konsentris yang dikemukakan oleh W. Burgess wilayah batas desa kota disebut

Lanskap Produktif Perkotaan: SITI NURUL ROFIQO IRWAN

Transformasi Ruang Kota: Mencari Keadilan Sosial-Ekologis

Dalam teori konsentris yang dikemukakan oleh W. Burgess wilayah batas desa kota disebut
Dalam teori konsentris yang dikemukakan oleh W. Burgess wilayah batas desa kota disebut

Prisma Edisi Transformasi Ruang Kota: Mencari Keadilan Sosial-Ekologis: Tim Prisma Jurnal

Dengan mempelajari tata ruang kota kamu bisa mengidentifikasi dan memperkirakan seperti apa tata ruang yang ada di kota kamu. beberapa kota di Indonesia seperti Bogor juga memiliki riwayat penataan kotanya.

Seiring berjalannya waktu ruang kota semakin berkembang dan kepadatan penduduk juga akan meningkat. Sehingga selalu ada kemungkinan adanya perubahan sistem perencanaan pembangunan. Jika kamu tertarik, kamu bisa mendapatkan buku lainnya sebagai referensi di Gramedia.

Layanan Perpustakaan Digital B2B Dari Gramedia

ePerpus adalah layanan perpustakaan digital masa kini yang mengusung konsep B2B. Kami hadir untuk memudahkan dalam mengelola perpustakaan digital Anda. Klien B2B Perpustakaan digital kami meliputi sekolah, universitas, korporat, sampai tempat ibadah.

  • Custom log
  • Akses ke ribuan buku dari penerbit berkualitas
  • Kemudahan dalam mengakses dan mengontrol perpustakaan Anda
  • Tersedia dalam platform Android dan IOS
  • Tersedia fitur admin dashboard untuk melihat laporan analisis
  • Laporan statistik lengkap
  • Aplikasi aman, praktis, dan efisien