Cuci darah apakah bisa sembuh

Cuci darah apakah bisa sembuh
Ilustrasi. Juru Bicara Kemenkes Mohammad Syahril mengatakan bahwa pasien gagal dinjal akut bisa sembuh total. (iStock/AgFang)

Jakarta, CNN Indonesia --

Angka kesembuhan gagal ginjal akut cukup menjanjikan. Per Minggu (6/11), dari 324 pasien ada sebanyak 102 di antaranya yang dilaporkan sembuh.

Seperti apa kondisi pasien yang sembuh dari gagal ginjal akut?

"Gagal ginjal akut, apalagi karena intoksikasi, begitu racunnya hilang, insya Allah sembuh total," ujar Juru Bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Mohammad Syahril dalam konferensi pers daring, Senin (7/11).

Dia menjelaskan bahwa kasus gagal ginjal akut berbeda dengan gagal ginjal kronis. Untuk kasus gagal ginjal kronis, ginjal sudah mengalami kerusakan sejak lama sehingga tidak bisa pulih 100 persen.

Pilihan Redaksi

  • Bukan Cuma Obat Sirup, Ada Hal Lain yang Sebabkan Gagal Ginjal Akut
  • INFOGRAFIS: Cara Hitung Volume Air Seni Normal pada Anak
  • 7 Obat dengan Kandungan Etilen Glikol Melebihi Ambang Batas

Kasus gagal ginjal akut di Indonesia sendiri ditengarai mulai mereda. Pada hari ini, tak ada tambahan kasus baru atau kematian yang dilaporkan.

"Kasus baru GGAPA (gangguan ginjal akut progresif atipikal) mengalami penurunan sejak saat dikeluarkannya Surat Edaran Kementerian Kesehatan pada 18 Oktober 2022 yang melarang tenaga kesehatan dan apotek untuk menggunakan obat sirop pada anak," katanya.

Saat ini, total kasus gagal ginjal tercatat sebanyak 324 kasus dengan 195 kasus kematian. Sebanyak 102 di antaranya dinyatakan sembuh dan 27 lainnya dalam perawatan di rumah sakit.

Tak cuma itu, sebagian pasien juga harus menjalani cuci darah atau hemodialisa.

"Anak ini kan mempunyai organ tubuh enggak kayak orang dewasa sehingga perlu kekhususan, apalagi masuk stadium 3 memerlukan pemulihan lebih lama," imbuhnya.

Sejauh ini, Kemenkes telah menggunakan obat jenis antidotum Fomepizole injeksi sebagai pengobatan gagal ginjal akut. Obat penawar racun itu didatangkan secara khusus dari Singapura, Australia, Kanada, dan Jepang.

(els/asr)

[Gambas:Video CNN]

  • Waspada Penyakit Ginjal, Kenali Ciri dan Cara Pencegahan

    Dipublikasikan Pada : Kamis, 17 Maret 2022 00:00:00, Dibaca : 6.498 Kali

    Cuci darah apakah bisa sembuh

    Jakarta, 17 Maret 2022

    Penyakit ginjal menjadi penyebab kematian ke-10 di Indonesia dengan jumlah kematian lebih dari 42 ribu pertahun. Masyarakat perlu mewaspadai penyakit tersebut dengan melakukan pencegahan sedini mungkin dan mengenali ciri-ciri dari penyakit ginjal.

    Ginjal berfungsi untuk membuang sisa metabolisme dalam tubuh. Semua proses dalam tubuh akan dibuang melalui hati dan ginjal, pembuangan dari ginjal disalurkan melalui urin sedangkan pembuangan dari hati itu melalui anus.

    Fungsi ginjal selain memproduksi urin adalah sebagai keseimbangan cairan, misal saat suhu udara dingin maka tubuh akan lebih sering buang air kecil, tapi kalau suhu udara panas tubuh akan merasa kekurangan cairan.

    Ketua Perhimpunan Nefrologi Indonesia (Pernefri) dr. Zulkhair Ali mengatakan kalau ginjal tidak berfungsi maka akan terjadi gagal ginjal. Ia menyebut penyakit ginjal yang umum dialami adalah batu ginjal, infeksi ginjal, radang ginjal, ginjal karena diabetes, ginjal karena hipertensi, ginjal karena lupus, dan ginjal karena polikistik.

    Penyakit-penyakit tersebut dapat menurunkan fungsi ginjal. Fungsi ginjal dapat dibagi dua, umumnya yaitu gangguan ginjal akut dan penyakit ginjal kronik. Kemudian pada penyakit ginjal kronik ada fase yang dinamakan akut on kronik.

    ''Yang menarik adalah pada penyakit ginjal akut, gejala pada pasien terlihat berat sekali tapi bisa sembuh sempurna. Sedangkan penyakit ginjal kronik itu pasien tidak merasakan apapun, tidak ada gejala, tapi ketika sudah berat akhirnya harus cuci darah dan tidak bisa disembuhkan kembali,'' katanya dalam konferensi pers secara virtual Hari Ginjal Sedunia di Jakarta, Kamis (17/3).

    Penyakit ginjal kronik, lanjutnya, merupakan masalah kesehatan global karena prevalensi gagal ginjal itu semakin hari semakin meningkat. Tidak hanya itu penyakit tersebut bersifat progresif dan tidak bisa sembuh kembali, tingkat mortalitas yang tinggi, dan memakan biaya mahal.

    Karenanya perlu dilakukan pencegahan dengan deteksi sedini mungkin terhadap penderita penyakit ginjal. Pencegahan idealnya dilakukan dari fase normal, yakni menskrining orang-orang yang tidak sakit untuk mengetahui apakah ada faktor risiko terjadinya penyakit ginjal atau tidak.

    Kalau sudah ditemukan adanya faktor risiko, maka langkah selanjutnya harus menurunkan faktor risiko tersebut. Skrining juga dilakukan terhadap pasien-pasien yang sedang mengalami penyakit ginjal.

    ''Kemudian kalau sudah terjadi kerusakan kita harus melakukan pengobatan, baik melakukan pengobatan terhadap ginjalnya untuk menunda atau memperlambat progresivitas penyakit ginjalnya nya maupun mengobati komorbid yang ada,'' ucap dr. Zulkhair.

    Namun apabila sudah terjadi gagal ginjal maka harus dilakukan terapi pengganti ginjal atau transplantasi ginjal.

    Sebagai langkah pencegahan diperlukan deteksi dini penyakit ginjal dengan mengenali penyebab penyebab gagal ginjal. Penyebab penyakit ginjal yang paling sering terjadi adalah hipertensi, diabetes, dan radang ginjal.

    Sementara untuk gejala penyakit ginjal kronis antara lain mual, gatal-gatal, sesak napas, anemia, dan hipertensi. Sayangnya gejala ini baru muncul setelah tahap lanjut atau pada stadium lanjut. Pada stadium awal gejala sama sekali tidak terlihat atau tidak terasa.

    Oleh karena itu solusinya adalah harus melakukan pemeriksaan secara berkala, secara rutin terutama bagi faktor risiko menderita penyakit ginjal antara lain usia di atas 50 tahun, penderita diabetes, penderita hipertensi, perokok, obesitas, dan ada riwayat keluarga yang menderita penyakit ginjal.

    ''Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan setiap 1 tahun,'' ucapnya.

    Dari sisi fasilitas kesehatan, Koordinator Substansi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah, Kemenkes dr. Theresia Sandra Diah Ratih mengatakan Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin telah menunjuk Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) sebagai koordinator untuk pengembangan jejaring rumah sakit untuk pelayanan penyakit ginjal.

    ''Kita sudah mencoba membuat jejaring rumah sakit untuk pelayanan penyakit ginjal, dan beberapa rumah sakit diharapkan bisa mengampu rumah sakit - rumah sakit daerah untuk bisa memampukan dirinya lebih baik,'' kata dr. Theresia.

    Pemerintah telah menyediakan layanan untuk deteksi dini bagi masyarakat minimal setiap 1 tahun sekali baik itu di tingkat RT maupun RW. Layanan tersebut dalam bentuk Posyandu untuk usia produktif dan Lansia.

    ''Deteksi dini paling minimal satu tahun sekali. Seluruh masyarakat diharapkan bisa mengakses layanan itu, termasuk juga pengobatan dan konseling untuk faktor risiko penyakit ginjal,'' ucapnya.

    Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik, Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi nomor hotline Halo Kemenkes melalui nomor hotline 1500-567, SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat email kontak[at]kemkes[dot]go[dot]id (D2)

Berapa lama cuci darah ginjal?

Prosedur hemodialisis biasanya menghabiskan waktu sekitar empat jam per sesi. Pengidap gagal ginjal kronis yang memilih metode cuci darah jenis ini akan diharuskan untuk menjalani 3 sesi dalam seminggu secara rutin.

Apa kelemahan cuci darah?

Efek samping cuci darah Usai melakukan cuci darah, Anda mungkin merasa lelah. Selain itu, sebagian pasien yang usai melakukan cuci darah bisa merasakan sakit kepala, tekanan darah turun, mual, muntah, kram, dan kulit menjadi kering atau gatal.

Apakah fungsi ginjal bisa kembali normal?

"Kalau penyakit ginjal akut kita kendalikan dengan baik itu bisa sembuh sempurna, fungsi ginjal bisa kembali normal.

Berapa lama penderita gagal ginjal bisa bertahan hidup?

Pasien yang memilih untuk tidak menjalani dialisis ternyata bisa bertahan hidup hingga empat tahun setelah tidak menjalani pengobatan.