Cuaca yang menguntungkan kegiatan penerbangan dan pelayaran adalah

Cuaca yang menguntungkan kegiatan penerbangan dan pelayaran adalah

Pada hari Selasa, 26 Februari 2019 Stasiun Meteorlogi Maritim Perak Surabaya melaksanakan kegiatan fam voyage (ikut berlayar) ke Pulau Bawean yang bertujuan untuk mengamati cuaca sepanjang jalur pelayaran dari Pelabuhan Gresik hingga Pelabuhan Bawean. Fam voyage merupakan salah satu tugas Stasiun Meteorologi, khususnya Stasiun Meteorologi Maritim, yang tercantum dalam Peraturan Kepala BMKG Nomor 9 Tahun 2014 tentang Uraian Tugas Stasiun Meteorologi. Dasar Kegiatan fam voyage kali ini adalah DIPA Stasiun Meteorologi Maritim Perak Surabaya No : DIPA-075.01.2.28900512019 tanggal 5 Desember 2018.

Adapun peserta dari kegiatan fam voyage ini adalah observer, forecaster, dan Kepala Stasiun Meteorologi Maritim Perak Surabaya. Fam voyage kali ini juga menjadi lebih istimewa karena hadirnya Deputi Bidang Instrumentasi, Kalibrasi, Reakayasa dan Jaringan Komunikasi yang pada waktu bersamaan sedang melakukan kunjungan kerja ke Stasiun Meteorologi Klas III Sangkapura Bawean.

Pengamatan berbagai unsur cuaca dan gelombang dilakukan selama pelayaran. Pelayaran dilakukan dengan menggunakan Kapal Cepat Express Bahari. Unsur-unsur yang diamati tersebut yakni arah dan kecepatan angin, tekanan udara, serta tinggi gelombang. Hasil pengamatan ini akan dijadikan bahan verifikasi prakiraan cuaca dan tinggi gelombang yang dibuat oleh Stasiun Meteorologi Maritim Perak Surabaya.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa secara garis besar unsur cuaca dan gelombang yang diamati sesuai dengan hasil prakiraan. Pada unsur tinggi gelombang, sekitar 1 jam baik menuju ke Pulau Bawean maupun berangkat dari Pulau Bawean terjadi peningkatan 0,2 - 0,3 meter dari prakiraan. Hal ini disebabkan oleh adanya perubahan bathimetri laut dalam sebesar 60-70 meter.

Mengingat pentingnya hasil yang diperoleh dari kegiatan ini diharapkan fam voyage dapat lebih sering dilakukan. Verifikasi prakiraan sangat membantu prakirawan untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan sistem prakiraan cuaca yang dijalankan. Selain itu, hal ini juga bermanfaat untuk dapat mengetahui bagaimana penerapan upaya dan sumber daya yang seharusnya dilakukan untuk meningkatkan kualitas prakiraan yang dihasilkan.


Oleh:Tuwamin Mulyono

Agita Vivi

Geliat perekonomian nasional terus didorong oleh pemerintah di berbagai sektor, salah satunya adalah sektor pariwisata. Berdasarkan data yang dihimpun BPS dan Pusdatin Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, disebutkan bahwa jumlah kunjungan wisatawan mancanegara selama 5 bulan pertama tahun 2014 (Januari-Mei) mencapai 3,7 juta orang atau tumbuh sebesar 9,96% dibanding periode yang sama pada tahun 2013 (Kompas 2 Juli 2014). Pertumbuhan tersebut dapat ditingkatkan lagi dengan mempromosikan daerah-daerah tujuan wisata baru yang selama ini belum dikenal atau sudah dikenal, tapi kemudahan akses transportasi ke daerah tersebut belum memadai. Akses transportasi ke daerah tujuan wisata baru tersebut dapat ditingkatkan lagi dengan membuka rute penerbangan baru dan meningkatan frekuensi penerbangannya. Saat ini sudah banyak dibuka penerbangan ke kota-kota kecil tujuan wisata, namun belum dilayani penerbangan regular, seperti ke Banyuwangi, Labuhan Bajo, Raja Ampat, Wakatobi (Sultra), Silangit (Sumut), dan Kalimarau-Berau (Kaltim).

Sesuai UU No. 31 Tahun 2009 tentang Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, serta UU No. 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan, setiap bandara wajib memberikan pelayanan informasi meteorologi (cuaca) untuk mendukung keselamatan penerbangan. Sejauh ini bandara-bandara kecil tersebut belum semuanya mendapat pelayanan informasi cuaca, oleh sebab itu diperlukan upaya untuk melengkapi sarana dan prasarana operasional untuk dapat memberikan pelayanan informasi cuaca penerbangan di bandara-bandara tujuan wisata tersebut sesuai ketentuan Annex 3 ICAO. Pemberian informasi cuaca penerbangan dapat dilakukan dengan dua tahapan. Pertama, pembangunan sarana observasi dan komunikasi yang dilengkapi dengan penempatan personil yang kompeten, tanpa pendirian stasiun meteorologi baru, proses ini lebih cepat. Kedua, pembangunan sarana observasi dan komunikasi dan penyediaan personil yang kompeten sambil menyiapkan pembangunan stasiun baru, pada tahap ini diperlukan waktu yang lebih lama. Paling tidak pembangunan tahap pertama perlu segera dilakukan untuk memenuhi komitmen BMKG dalam melaksanakan Undang-undang, serta sebagai wujud kontribusi konkrit terhadap program prioritas nasional di bidang pariwisata.

Berpijak pada komitmen yang sudah dideklarasikan dalam mengimplementasikan Reformasi Birokrasi, khususnya di bidang pelayanan publik, antara lain dikenal istilah pelayanan minimal dan pelayanan prima. Dalam konteks ini dapat dijabarkan sebagai berikut:Pelayanan minimal dapat dilakukan dengan penyediaan informasi cuaca untuk pendaratan / lepas landas menggunakan data hasil observasi dari peralatan konvensional. Sedangkan pelayanan prima dilakukan dengan pemberian informasi cuaca untuk pendaratan / lepas landas dari hasil observasi alat otomatis (AWOS). Dalam pelaksanaannya, tentu sangat tergantung dari ketersediaan anggaran dan prioritas yang telah ditetapkan. Sebagai pertimbangan pembangunan peralatan otomatis dapat disesuaikan dengan panjang runway, misalnya untuk runway pendek dapat menggunakan satu sensor (Small AWOS).Disamping itu pelayanan prima dalam meteorologi penerbangan tidak cukup dengan informasi cuaca untuk pendaratan/lepas landas saja, namun perlu disertai dengan pelayanan informasi cuaca rute penerbangan.

Itu semua ditinjau dari aspek keselamatan penerbangan, bangaimana dengan kebutuhan informasi cuca keseharian bagi wisatawan? Nah, di sinilah perlunya informasi cuaca untuk masyrakat (public weather services). Saat ini di website BMKG sudah tersedia informasi cuaca harian daerah wisata yang ditampilkan pada hari Sabtu dan Minggu, namun baru terbatas pada daerah wisata yang sudah terkenal. Inilah kesempatan bagi BMKG untuk menunjukkan kontribusinya dalam mendukung program pariwisata, antara lain dengan memberikan informasi cuaca harian di daerah wisata baru, seperti Raja Ampat, Wakatobi, dan lain-lain. Akan lebih bermanfaat lagi jika informasi tersebut disajikan setiap hari, bukan hanya pada hari libur (Sabtu dan Minggu), ini suatu tantangan. Tentu saja hal ini akan menambah beban tugas bagi unit Pelayanan Informasi Cuaca Publik di kantor Pusat. Seiring dengan semangat dalam pemberdayaan UPT Daerah, tidak ada salahnya untuk memfungsikan kantor Balai Meteorologi dan Geofisika dalam pembuatan informasi cuaca daerah wisata. Terobosan ini dapat meningkatkan produkivitas Balai sekaligus mengurangi beban tugas kantor Pusat, sehingga Pusat dapat lebih fokus pada kegiatan-kegiatan yang berskala nasional dan internasional.

Ringkasnya, keberadaan bandara baru di daerah tujuan wisata perlu didukung dengan pelayanan informasi cuaca penerbangan sesuai ketentuan keselamatan penerbangan disertai dengan prakiraan / informasi cuaca harian untuk masyarakat.

Selain untuk menunjang pariwisata, pembagunan bandara baru juga bertujuan untuk meningkatkan mobilitas angkutan barang dalam rangka menumbuhkan gairah perekonomian nasional. Pembangunan bandara baru ini sebagai bagian dari peningkatan infrastruktur yang tercantum dalam Master Plan Percepatan dan Perluasan Rencana Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). Pada tahun 2013 dibangun 12 bandara baru yang tersebar di Indonesia bagian Timur dan Barat, beberapa di antaranya merupakan pintu masuk ke tujuan wisata. Selanjutnya diprogramkan pembangunan bandara baru sebanyak 7 (tujuh) bandara di tahun 2014 dan 5 (lima) di tahun 2015, sehingga total akan ada 24 bandara baru. Pembangunan bandara baru tersebut mempunyai konsekuensi adanya dukungan pelayanan informasi cuaca yang mau tidak mau memerlukan dukungan anggaran melalui APBN.

Kiraya libur panjang dalam menyambut Idul Fitri dapat dijadikan sebagai momentum dalam Peningkatan layanan informasi cuaca untuk daerah wisata. Selamat Hari Raya Idul Fitri 1435H, mohon maaf lahir dan batin.

::: wbi
  » Informasi lainnya...
BMKG Online Group Discussion Ke 2 [17/7/2014]

Kesuksesan penyelenggaraan Online Group Discussion (OGD) yang pertama Jumat, 16 Mei 2014 yang lalu, mendorong Pusat Pendidikan menyelenggarakan Online Group Discussion ke-2 (OGD#2). Sedikit berbeda dengan kegiatan sebelumnya yang mengambil tema di bidang meteorologi - klimatologi, maka OGD#2 memilih tema tentang seismologi, untuk mengakomodir permintaan dari rekan-rekan geofisika kepada Pusdiklat BMKG, yang disampaikan dalam berbagai kesempatan.


Suhu Jakarta Turun Ekstrim hingga 9 derajat Celcius dalam sehari [16/7/2014]

Pada tanggal 13 Juli 2014 Jakarta mengalami penurunan suhu drastis hingga mencapai suhu 23,6°C dari sekitar 31,2°C. Fenomena ini langka terjadi, terutama di wilayah DKI Jakarta. Oleh karenanya, Pusat Penelitian dan Pengembangan BMKG kemudian melakukan analisa pada 6 stasiun di wilayah DKI Jakarta, Jawa Barat dan Jawa Tengah (Cengkareng, Kemayoran, Tj. Priok, Curug, Cilacap, Citeko dan Dramaga) dan memperoleh hasil seperti pada Grafik 1.


Dukungan Informasi Cuaca untuk Pariwisata [14/7/2014]

Geliat perekonomian nasional terus didorong oleh pemerintah di berbagai sektor, salah satunya adalah sektor pariwisata. Berdasarkan data yang dihimpun BPS dan Pusdatin Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, disebutkan bahwa jumlah kunjungan wisatawan mancanegara selama 5 bulan pertama tahun 2014 (Januari-Mei) mencapai 3,7 juta orang atau tumbuh sebesar 9,96% dibanding periode yang sama pada tahun 2013 (Kompas 2 Juli 2014). Pertumbuhan tersebut dapat ditingkatkan lagi dengan mempromosikan daerah-daerah tujuan wisata baru yang selama ini belum dikenal atau sudah dikenal, tapi kemudahan akses transportasi ke daerah tersebut belum memadai. Akses transportasi ke daerah tujuan wisata baru tersebut dapat ditingkatkan lagi dengan membuka rute penerbangan baru dan meningkatan frekuensi penerbangannya. Saat ini sudah banyak dibuka penerbangan ke kota-kota kecil tujuan wisata, namun belum dilayani penerbangan regular, seperti ke Banyuwangi, Labuhan Bajo, Raja Ampat, Wakatobi (Sultra), Silangit (Sumut), dan Kalimarau-Berau (Kaltim).


Peran Pendidikan dan Pelatihan Dalam Membentuk Agen Perubahan Di BMKG [8/7/2014]

Perubahan adalah suatu proses yang sistimatis dengan menerapkan pengetahuan, sarana dan sumber daya yang diperlukan suatu organisasi dari kondisi saat ini (lama) menjadi kondisi yang diinginkan (baru) menuju kearah kinerja yang lebih baik. Perubahan bukanlah satu proses yang sederhana, melainkan sangat komplek karena menyangkut struktur, proses, orang, pola pikir dan budaya kerja. Perubahan dalam reformasi birokrasi mengharuskan adanya transparansi, komunikasi dan keterlibatan semua pihak dalam proses perubahan reformasi birokrasi. Perubahan tidak harus selalu berarti mengganti sama sekali kondisi lama, akan tetapi juga dapat berbentuk terobosan baru, peningkatan pola lama, memberikan nilai tambah yang lebih ekonomis, efisien atau melakukan modifikasi dengan hasil yang lebih menguntungkan. Salah satu contoh yang representatif adalah adanya perubahan di Website BMKG, yaitu perubahan dari versi lama yang terkesan statis, monoton, kurang variatif dengan materi terbatas, menjadi tampilan seperti yang saat ini , yang terlihat lebih dinamis, variatif dan terus diperbaharui.


Menyikapi Tantangan Perubahan dalam Organisasi [7/7/2014]

Secara tidak sadar kita selalu menerima perubahan. Berjalannya waktu selalu memberi perubahan pada kita, antara lain: umur kita berubah, rambut berubah, keluarga berubah dan lingkungan kita juga berubah. Itu semua berjalan secara alamiah dan kita terima sebagai keniscayaan. Suasana kampanye pilpres tentu saja juga memberikan harapan akan ada perubahan di negara kita. Pada lingkup yang lebih kecil seperti BMKG, sepertinya juga sedang terjadi perubahan. Jajaran pimpinan BMKG yang lahir pada awal-sampai pertengahan tahun 50an akan habis (pensiun) pada akhir tahun 2014 dan digantikan oleh generasi berikutnya. Pergantian pimpinan BMKG di berbagai level kali ini menjadi tonggak perubahan penting karena hampir berbarengan dengan dimulainya pelaksanaan RPJMN 2015-2019 dan RENSTRA BMKG 2015-2019 serta terpilihnya presiden baru tahun ini. Kondisi tersebut ditengarai akan mempunyai konsekuensi adanya perubahan yang signifikan, sebagai bagian dari dinamika organisasi. Ditambah lagi dengan adanya perubahan sistem baik secara internal maupun eksternal yang akan memberi kontribusi besar terhadap perubahan tata kelola organisasi.


INFORMASI PEMODELAN TSUNAMI BMKG UNTUK NEGARA NEGARA SAMUDERA HINDIA [3/7/2014]

Akibat pengaruh tektonik aktif, Indonesia menjadi wilayah berpotensi tsunami di Samudera Hindia. Belajar dari kasus Tsunami Aceh, 26 Desember 2004 maka negara-negara sekitar samudera ini terus berbenah menghadapai bencana tsunami lokal dan far-field.


MENGELOLA ALAM DENGAN KEARIFAN LOKAL [2/7/2014]

Kita harus meninggalkan mata air buat anak cucu kita, jangan tinggalkan air mata. Demikian sepenggal kata bijak yang disampaikan seorang kepala kampung dalam satu acara televisi lokal Papua beberapa bulan yang lalu.


DIKLAT sebagai Motor Penggerak, Investasi dalam Meningkatkan Kinerja BMKG [26/6/2014]

Berdasarkan pp 101 tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil, disebutkan dalam Bab I, pasal 1 bahwa Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disebut DIKLAT adalah proses penyelenggaraan belajar mengajar dalam rangka meningkatkan kemampuan Pegawai Negeri Sipil.


Sejarah Dampak El Nino di Indonesia [13/6/2014]

El Nino adalah suatu gejala penyimpangan kondisi laut yang ditandai dengan meningkatnya suhu permukaan laut (sea surface temperature-SST) di samudra Pasifik sekitar equator (equatorial pacific) khususnya di bagian tengah dan timur (sekitar pantai Peru). Karena lautan dan atmosfer adalah dua sistem yang saling terhubung, maka penyimpangan kondisi laut ini menyebabkan terjadinya penyimpangan pada kondisi atmosfer yang pada akhirnya berakibat pada terjadinya penyimpangan iklim.


Pemahaman Pola Baru Diklat Kepemimpinan Tingkat III. IV (Pemimpin Perubahan) [30/5/2014]

Sekilas untuk di pahami Diklat Kepemimpinan Pola Baru Tahun 2014. Bagi para pejabat Struktular dilingkungan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika yang sudah menduduki jabatan tetapi belum pernah mengikuti diklat yang sesuai dengan kompetensi jabatan yang diampu. yang diatur dengan Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara. Untuk Diklat Kepemimpinan Tingkat I diatur dengan Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor 10 Tahun 2013, adapun kompetensi yang ingin dibangun pada Diklatpim Tingkat I adalah kompetensi Kepemimpinan Visioner yaitu kemampuan berkolaborasi dengan stakeholder strategis untuk menangani isu nasional strategis, dan memimpin peningkatan kinerja instansinya melalui penetapan visi atau arah kebijakan yang tepat. Untuk Diklat Kepemimpinan Tingkat II diatur dengan Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor 11 Tahun 2013, kompetensi yang ingin dibangun adalah membentuk sosok pemimpin birokrasi yang memiliki kemampuan yang tinggi dalam merumuskan dan mengimplementasikan Kebijakan Strategis. Untuk Diklat Kepemimpinan Tingkat III diatur dengan Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor 12 Tahun 2013, kompetensi yang ingin dibangun adalah membentuk sosok Pemimpin Taktil yang memiliki kemampuan yang tinggi dalam menjabarkan visi dan misi instansi ke dalam program instansi serta memimpin pelaksanaanya. Untuk Diklat Kepemimpinan Tingkat IV diatur dengan Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor 13 Tahun 2013, kompetensi yang ingin dibangun adalah membentuk sosok Pemimpin Operasional yang memiliki kemampuan yang tinggi dalam menyusun perencanaan kegiatan instansi sesuai dengan tanggungjawabanya.