Cara Bergaul yang Baik Agar Anda Punya Banyak Teman Mahasiswa adalah individu unik yang masing-masing memiliki karakter yang berbeda-beda. Karakter terbentuk karena kebiasaan, lingkungan, keturunan dan pengalaman hidup. Setiap individu memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam berinteraksi. Ada yang memang pandai bergaul, namun ada juga yang cenderung pemalu dan terbatas dalam pergaulan. Bagi seseorang yang pandai bergaul, tentunya sangat mudah baginya untuk mendapatkan teman kuliah, lingkungan masyarakat, atau tempat kerja. Lalu bagaimana bila Anda pemalu dan tertutup dalam pergaulan? Apa yang akan Anda lakukan? Ayo ikuti cara bergaul yang baik agar Anda punya banyak teman. 1. Belajar Menerima Diri Sendiri Pertama, Anda harus belajar menerima diri apa adanya. Bukankah setiap orang punya kelebihan dan kekurangan, termasuk Anda? Jika Anda terus berfokus pada kekurangan-kekurangan yang ada, akibatnya Anda akan dipenuhi perasaan-perasaan negatif. Misalnya minder, merasa tidak dihargai, merasa tidak diterima, dan sebagainya. Padahal bisa jadi itu hanya perasaan Anda saja, yang mengucilkan diri sendiri. 2. Bergaul dengan Niat Baik Dengan beragam cerita kenakalan remaja jaman sekarang yang sering kita dengar, pentingnya memulai pergaulan dengan niat baik sagat perlu dilakukan. Rentannya remaja memulai suatu perilaku yang kurang baik bisa diawali dengan niat yang kurang baik ketika menjalin pertemanan dan pergaulan. Memilih teman dengan ciri ciri teman yang baik dan tulus sangatlah penting. Jika memulai pergaulan dengan niat yang baik, maka kita juga akan mencari lingkungan yang baik yang tidak akan mudah mempengaruhi atau menjerumuskan orang kepada tingkah laku yang menyimpang dari nilai sosial. 3. Perluas Lingkup Pergaulan Anda Dalam kehidupan kita harus bisa memperluas lingkup pergaulan. Jika awalnya aktivitas Anda hanya berangkat kuliah, pulang ke rumah lalu tidur, coba lakukan sedikit variasi. Mungkin Anda bisa menghubungi teman-teman lama yang selama ini Anda abaikan karena kesibukan. Lalu ajak mereka bertemu di cafe untuk membahas acara reuni misalnya atau sekadar ngobrol ngalor ngidul sambil ngopi. Atau Anda bisa mengikuti komunitas-komunitas baik offline maupun online yang memiliki kesamaan dengan Anda dalam minat dan hobi. Intinya, perluas pergaulan Anda. Cobalah bergaul yang baik dengan sebanyak-banyaknya orang. Sehingga Anda memiliki banyak teman dan kenalan yang bisa berbagi pengalaman bahkan info yang bermanfaat. Jika di tahap ini Anda tidak mengalami kesulitan, artinya Anda mulai siap membuka diri dan memperbaiki cara bergaul Anda. 4. Senyum Cara bergaul yang baik dengan teman sebaya adalah dengan selalu bersikap ramah dan murah senyum. Sering tersenyum akan memberi kesan bahwa kita adalah orang yang mudah didekati dan dapat diajak bicara. Selalu tersenyum juga merupakan ciri – ciri orang baik hati dan cara bergaul agar disenangi orang lain. Karena itulah usahakan untuk selalu tampak ramah, terbuka serta mudah didekati agar banyak orang yang ingin bergaul dengan kita. 5. Jadilah pendengar yang baik Tahukah Anda bahwa sebenarnya setiap orang suka didengar? Namun sayangnya, tak semua orang bisa menjadi pendengar yang baik. Pendengar yang baik tidak hanya mendengarkan, namun juga turut merasakannya secara pribadi seakan-akan dia sendiri yang merasakannya. Pendengar yang baik selalu menghargai orang lain dan memberi masukan yang dibutuhkan. Tak heran jika pendengar yang baik ini akan banyak dicari-cari teman karena membutuhkan saran dan dukungannya. Untuk menjadi pendengar yang baik, cobalah belajar berempati kepada orang lain. Rasakan apa yang mereka rasakan dan perhatikan apa yang mereka bicarakan. Dengan cara ini Anda akan mudah disukai dalam pergaulan. 6. Belajar Memulai Obrolan Jika selama ini Anda adalah orang yang pasif dan pemalu, sekarang saatnya untuk belajar memulai sebuah obrolan. Mungkin selama ini orang lain takut mengajak bicara karena Anda terlalu pendiam. Untuk itu, cobalah mengajak mereka berbicara terlebih dahulu. Tidak perlu mencari bahan obrolan yang terlalu rumit, sederhana saja seperti sekadar menyapa atau menanyakan sesuatu yang kurang penting. Sebuah sapaan yang menyenangkan biasanya akan diikuti dengan obrolan yang seru. Jangan berkecil hati jika di awal-awal Anda sulit melakukannya dan terkesan “garing”. Teruslah mencoba dalam setiap kesempatan dengan siapa saja yang Anda temui. Selama Anda sopan, orang lain juga akan senang menanggapi. 7. Jangan Mudah Tersinggung Bayangkan saja, apa asyiknya punya teman yang mudah tersinggung? Seseorang yang mudah tersinggung dan tidak suka dikritik akan dijauhi orang lain. Mengenal banyak orang dalam berteman, tentu Anda juga dihadapkan dengan berbagai macam karakter manusia. Ada yang sopan, ada yang egois, ada yang suka menolong bahkan ada yang suka bicara sembarangan. Agar dapat diterima dalam pergaulan, hindari sifat mudah tersinggung. Meski orang lain berbicara yang tidak enak kepada Anda, terimalah dengan besar hati dan jadikan itu sebagai pembelajaran agar Anda lebih baik lagi. Begitu juga jika teman bercanda dengan kata-kata yang tidak enak didengar, anggaplah angin lalu. Toh mereka hanya bercanda dan tidak bermaksud serius dengan kata-katanya. Berbesar hati dan tidak mudah tersinggung adalah salah satu cara bergaul yang baik agar Anda disukai dalam pergaulan. 8. Tolong Teman yang Sedang Kesusahan Siapa pun pasti senang punya teman yang baik hati dan suka menolong. Untuk memiliki karakter seperti ini, pertama-tama Anda harus peduli dan peka terhadap orang lain. Jangan berpura-pura tidak tahu atau tidak dengar jika ada teman yang kesusahan. Justru sebisa mungkin Andalah orang pertama yang menolongnya atau menyampaikan kabar tersebut kepada teman-teman yang lain. Orang yang suka menolong tidak akan pernah kekurangan teman. Banyak orang nyaman bergaul dengannya karena sifatnya yang hangat dan menyenangkan. 9. Jujur Berbicara jujur adalah salah satu modal agar Anda memiliki banyak teman. Tidak ada orang yang suka berteman dengan pembohong, bukan? Seorang pembohong biasanya akan terkucilkan dalam pergaulan dengan sendirinya, karena kebohongannya saat ini selalu diikuti dengan kebohongan-kebohongan lain lagi. Tidak ada seorang pun yang rela dibohongi, apalagi dengan teman sendiri. Karenanya, berhati-hatilah dalam berbicara, jangan melebih-lebihkan, jangan membesar-besarkan atau mengada-adakan yang tidak pernah ada. Bicaralah apa adanya, sehingga Anda mendapatkan kepercayaan yang baik dari orang lain dan pastinya menemukan teman sejati Anda. 10. Punya Rasa Humor Selalu bersikap serius akan membuat suasana dalam pergaulan menjadi tegang dan kaku. Karena itulah dibutuhkan sedikit rasa humor agar bisa terjalin cara bergaul yang baik dengan teman sebaya. Humor dapat mendekatkan orang satu sama lain dan dapat menjadi cara mudah bersosialisasi dengan orang lain. Humor adalah tips agar disukai banyak orang. Hanya saja pastikan agar humor yang dilontarkan adalah gurauan yang bermutu dan bukannya ucapan yang menyakiti orang lain. Misalnya mengejek, membully dan mentertawakan kesusahan orang lain. 11. Tidak Egois Jika selama ini Anda dikenal sebagai orang yang egois, maka usahakan untuk menghilangkannya. Sifat egois bukan hanya tidak disukai orang namun bisa dipastikan Anda akan jauh dari kebersamaan. Belajarlah untuk rendah hati dan menjadi pribadi yang lebih terbuka. Artinya Anda mau menerima kritik, saran dan nasehat orang lain untuk perbaikan diri sendiri. Pupuk terus rasa kepedulian Anda kepada sesama, saling membantu untuk meringankan beban dan terus berpikir positif. Cepat atau lambat sifat egois Anda akan memudar dan berganti menjadi sifat yang lebih menyenangkan.
Oleh : Yudi Yansyah S.Pd.i Penyuluh Agama Islam Kecamatan Bojong Genteng Kementerian Agama Kabupaten Sukabumi Assalamu'alaikum wr wb. Hadirin rohimakumulloh Sebenarnya, sangat mudah mengetahui seperti apa cerminan diri Anda. Cukup dengan melihat bersama siapa saja Anda sering bergaul, seperti itulah cerminan diri Anda. Kenyataan ini telah dipaparkan oleh Rasulullah SAW bersabda : الْمُؤْمِنُ مِرْآةُ (أخيه) الْمُؤْمِنِ Seorang mukmin cerminan dari saudaranya yang mukmin [1] Kalau seorang biasa berkumpul dengan seseorang yang hobinya berjudi, maka kurang lebih dia seperti itu juga. Begitu pula sebaliknya, kalau dia biasa berkumpul dengan orang yang rajin shalat berjamaah, maka kurang lebih dia seperti itu. Allah Azza wa Jalla menciptakan ruh dan menciptakan sifat-sifat khusus untuk ruh tersebut. Di antara sifat ruh (jiwa) adalah dia tidak mau berkumpul dan bergaul dengan selain jenisnya. Rasulullah SAW telah menegaskan hakekat ini dengan bersabda: الأَرْوَاحُ جُنُودٌ مُجَنَّدَةٌ فَمَا تَعَارَفَ مِنْهَا ائْتَلَفَ وَمَا تَنَاكَرَ مِنْهَا اخْتَلَفَ Ruh-ruh itu bagaikan pasukan yang berkumpul (berkelompok). (Oleh karena itu), jika mereka saling mengenal maka mereka akan bersatu, dan jika saling tidak mengenal maka akan berbeda (berpisah) [2] Memilih teman yang baik adalah sesuatu yang tak bisa dianggap remeh. Karena itu, Islam mengajarkan agar kita tak salah dalam memilihnya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : الرَّجُلُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ Seseorang itu tergantung pada agama temannya. Oleh karena itu, salah satu di antara kalian hendaknya memperhatikan siapa yang dia jadikan teman [3] Sudah dapat dipastikan, bahwa seorang teman memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap temannya. Teman bisa mempengaruhi agama, pandangan hidup, kebiasaan dan sifat-sifat seseorang. Syaikh ‘Abdul Muhsin Al-Qâsim [4] berkata, “Sifat manusia adalah cepat terpengaruh dengan teman pergaulannya. Manusia saja bisa terpengaruh bahkan dengan seekor binatang ternak. Rasulullah SAW bersabda : الْفَخْرُ وَالْخُيَلاَءُ فِي الْفَدَّادِينَ أَهْلِ الْوَبَرِ وَالسَّكِينَةُ فِي أَهْلِ الْغَنَمِ Kesombongan dan keangkuhan terdapat pada orang-orang yang meninggikan suara di kalangan pengembala onta. Dan ketenangan terdapat pada pengembala kambing [5] Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengabarkan bahwa mengembalakan onta akan berpengaruh akan timbulnya kesombongan dan keangkuhan dan mengembalakan kambing berpengaruh akan timbulnya sifat ketenangan. Jika dengan hewan saja, makhluk yang tidak punya berakal dan kita tidak tahu apa maksud dari suara yang dikeluarkannya, manusia saja bisa terpengaruh, maka bagaimana pendapat Anda dengan orang yang bisa bicara dengan Anda, paham perkataan Anda, bahkan terkadang membohongi dan mengajak Anda untuk memenuhi hawa nafsunya serta memperdayai Anda dengan syahwat? Bukankan orang itu akan lebih berpengaruh? [6] Setelah mengetahui betapa pentingnya memilih teman yang baik, di sini akan dipaparkan sifat dan karakter orang yang pantas dijadikan sebagai teman dan sahabat karib. Di antaranya adalah sebagai berikut: 1. Berakidah Lurus Ini menjadi syarat mutlak dalam memilih teman. Dia harus beragama Islam dan berakidah Ahlus sunnah wal-jamâ’ah. Bukankah kita semua tahu kisah kematian Abu Thalib, paman Rasulullah? Ya, dalam keadaan terbaring dan menghadapi detik-detik kematian, ada tiga orang yang menyertainya. Mereka adalah Rasulullah SAW , Abu Jahl dan ‘Abdullah bin Abi Umayyah, dua orang terakhir ini adalah tokoh kaum kafir Quraisy. Rasulullah SAW mengajak pamannya dengan berseru, “Paman! Katakanlah lâ ilâha illallâh! Satu kalimat yang akan ku jadikan bahan pembelaan bagimu di hadapan Allah.” Dua tokoh kafir itu menimpali, “Abu Thalib! Apakah kamu membenci agama Abdul-Muththalib?” Tanpa henti, Rasulullah SAW “menawarkan” kalimat itu dan sebaliknya mereka berdua juga terus melancarkan pengaruh. Sampai akhirnya Abu Thalib masih enggan mengucapkan lâ ilâha illallâh dan tetap memilih agama Abdul-Muththalib.[7] Ia pun mati dalam kekufuran. Cobalah lihat buruknya pengaruh orang-orang yang ada di sekitarnya! Padahal Abu Thalib sudah membenarkan ajaran Rasulullah SAW di dalam hatinya. 2. Bermanhaj Lurus Ini juga menjadi sifat mutlak yang kedua. Oleh karena itu, Islam melarang berteman dengan ahlul-bid’ah dan ahlul-hawa’. Ibnu ‘Abbâs Radhiyallahu anhuma berkata, “Janganlah kalian duduk-duduk bersama dengan ahlulhawa! Sesungguhnya duduk-duduk dengan mereka menimbulkan penyakit dalam hati (yaitu bid’ah ).”[8] 3. Taat Beribadah Dan Menjauhi Perbuatan Maksiat Allah Azza wa Jalla berfirman: وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ Sabarkanlah dirimu bersama orang-orang yang berdoa kepda Allah, pada waktu pagi dan petang, (yang mereka itu) menginginkan wajah-Nya (QS. al-Kahfi/18: 28) Dalam menafsirkan ayat ini, Imam Ibnu Katsîr rahimahullah menyatakan, “Duduklah bersama orang-orang yang mengingat Allâh, yang ber-tahlîl (mengucapkan lâ ilâha illallâh), memuji, ber-tasbiih (mengucapkan subhaanallah), bertakbir (mengucapkan Allâhu akbar) dan memohon pada-Nya di waktu pagi dan petang di antara hamba-hamba Allâh, baik mereka itu orang-orang miskin atau orang-orang kaya, baik mereka itu orang-orang kuat maupun orang-orang yang lemah.” 4. Berakhlak Terpuji Dan Bertutur Kata Baik Rasulullah SAW bersabda: أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِينَ إِيمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا Mukmin yang paling sempurna imannya adalah mukmin yang paling baik akhlaknya [9] Al-Ahnaf bin Qais rahimahullah berkata, “Kami dulu selalu mengikuti Qais bin ‘Ashim. Melalui dirinya, kami belajar kesabaran dan kemurahan hati sebagaimana kami belajar ilmu fikih.”[10] 5. Teman Yang Suka Menasehati Dalam Kebaikan Teman yang baik tentu tidak senang jika kawannya sendiri terjatuh dalam perbuatan dosa. Jika Anda memiliki teman, tetapi tidak pernah menegur dan tidak memperdulikan diri Anda ketika melakukan kesalahan, maka perlu dipertanyakan landasan persahabatan yang mengikat mereka berdua. Ia bukan seorang teman? Salah satu ciri orang yang tidak rugi sebagaimana disebutkan oleh Allah Azza wa Jalla pada surat al-‘Ashr, mereka saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran. Rasulullah SAW bersabda: لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ Tidak sempurna iman salah seorang dari kalian sampai dia mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri [11] 6. Zuhud Terhadap Dunia Dan Tidak Berambisi Mengejar Kedudukan Teman yang baik tentu tidak akan menyibukkan saudaranya dengan hal-hal yang bersifat keduniawian, seperti sibuk membicarakan model-model handphone, mobil mewah keluaran terbaru dan barang-barang konsumtif yang menjadi incaran kaum hedonis. Rasulullah SAW bersabda: “Bersikaplah zuhud terhadap dunia, maka Allah akan mencintaimu. Dan bersikaplah tidak membutuhkan terhadap apa-apa yang dimiliki manusia, maka manusia akan mencintaimu.”[12] 7. Banyak Ilmu Atau Dapat Berbagi Ilmu Dengannya Tidak salah lagi, berteman dengan orang-orang yang punya dan mengamalkan ilmu agama akan memberi pengaruh positif yang besar pada diri kita. 8. Berpakaian Yang Islami Teman yang baik selalu memperhatikan pakaiannya, baik dari segi syariat, kebersihan dan kerapiannya. Syaikh Bakr Abu Zaid rahimahullah berkata dalam kitab al-Hilyah, “Perhiasan yang tampak menunjukkan kecondongan hati. Orang-orang akan mengklasifikasikan dirimu hanya dengan melihat pakaianmu. Maka pakailah pakaian yang menghiasimu dan tidak menjelekkanmu, dan tidak menjadi bahan celaan dalam pembicaraan orang atau bahan ejekan orang-orang tukang cemooh.”[13] 9. Ia Selalu Menjaga Kewibawaan Dan Kehormatan Dirinya Dari Hal-Hal Yang Tidak Layak Menurut Pandangan Masyarakat Teman yang baik selalu memelihara dirinya dari perkara-perkara tersebut, kendatipun merupakan hal-hal yang diperbolehkan dalam agama, bukan maksiat. Seandainya suatu daerah menganggap bahwa main bola sodok adalah permainan tercela (sebuah aib bagi orang yang ikut bermain), maka tidak sepantasnya bergaul dengan orang-orang yang suka bermain permainan itu. Betapa indah ucapan Imam Syâfi’i rahimahullah : لَوْ أَنَّ اْلمَاءَ اْلبَارِدَ يَثْلَمُ مِنْ مُرُوْءَتِيْ شَيْئًا مَا شَرِبْتُ اْلمَاءَ إلاَّ حَارًّا Seandainya air yang dingin merusak kewibawaanku (kehormatanku), maka saya tidak akan minum air kecuali yang panas saja [14] 10. Sosok Yang Tidak Banyak Bergurau Dan Meninggalkan Hal-Hal Yang Tak Bermanfaat Rasulullah SAW bersabda: مِنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لاَ يَعْنِيهِ Di antara ciri baiknya keislaman seseorang, dia meninggalkan hal-hal yang tak bermanfaat baginya [15] Memang kelihatannya agak sulit mendapatkan teman ideal sesuai dengan pemaparan di atas. Akan tetapi, dengan idzin Allah Azza wa Jalla kemudian dengan usaha yang kuat serta doa kepada Allah, kita akan mendapatkan orang-orang seperti itu. Catatan Penting : Perlu menjadi catatan, melalui keterangan di atas yang menganjurkan mencari teman yang berlatar-belakang baik, bukan berarti kita tidak bergaul dengan orang-orang di sekitar kita. Bukan berarti kita tidak bergaul dengan orang kafir, ahlul-bid’ah, orang-orang fasik dan orang-orang berkarakter buruk lainnya. Akan tetapi, pergaulan dengan mereka mesti dilandasi keinginan dan niat untuk mendakwahi dan memperbaiki mereka. Dalam masalah ini, kita harus melihat dan mempertimbangkan sisi kemaslahatan (kebaikan) dan madharat (bahaya) yang akan terjadi pada diri kita dan orang orang lain di sekitar kita pada saat kita bergaul dengan mereka. Jika pergaulan kita dengan mereka mendatangkan manfaat yang besar bagi mereka, maka kita boleh bergaul dengan mereka. Begitu pula sebaliknya, jika tidak mendatangkan manfaat tetapi justru mendatangkan bahaya, maka bergaul dengan mereka menjadi perkara larangan. Simaklah keterangan Syaikh Muhammad al-‘Utsaimîn rahimahullah berikut, “Jika di dalam pergaulan dengan orang-orang fasik menjadikan sebab datangnya hidayah baginya, maka tidak mengapa berteman dengannya. Engkau bisa undang dia ke rumahmu, kamu datang ke rumahnya atau kamu jalan-jalan bersamanya, dengan syarat tidak mengotori kehormatan dirimu dalam pandangan masyarakat. Betapa banyak orang-orang fasik mendapatkan hidayah dengan berteman dengan orang-orang yang baik.”[16] Di tengah masyarakat, jika Anda tidak memilih teman yang baik, maka tinggal pilih; Andakah yang akan mempengaruhi orang-orang untuk menjadi lebih baik atau Andakah menjadi korban pengaruh buruk lingkungan (kawan-kawan) Ingat! Tidak ada pilihan yang ketiga. Wallâhul muwaffiq. [Disalin dan disimpulkan dari majalah As-Sunnah] ___ Footnote [1]. HR al-Bukhâri (al-Adabul -Mufrad no. 239) dan Abu Dâwud no. 4918 (ash-Shahîhah no. 926) [2]. HR al-Bukhâri no. 3336 dan Muslim no. 6708 [3]. HR Abu Dâwud no. 4833 dan at-Tirmidzi no. 2378. (ash-Shahîhah no. 927) [4]. Beliau adalah imam Masjid Nabawi dan hakim di Mahkamah Syariah Madinah. [5]. HR. al-Bukhâri no. 3499 dan Muslim no. 187 [6]. Khuthuwât ila as-Sa’âdah hlm. 141 [7]. Lihat al-Bukhâri no. 1360, Muslim no. 131 dan an-Nasâ’i no.2034 [8]. Asy-Syarî’ah, Imam al-Ajurri hlm. 61 dan al-Ibânah al-Kubrâ, Imam Ibnu Baththah (2/ 438). Nukilan dari Mauqif Ahlis Sunnah wa Jjamâ’ah min Ahlil hawâ’ wal Bida’, DR. Ibrâhîm ar-Ruhaili (2/535) [9]. HR Abu Dâwud no. 4682 dan at-Tirmidzi no.1163. (ash-Shahîhah no. 284) [10]. Al-‘Afwu wa al-A’dzâr, Ibni ar-Raqqâm. Nukilan dari Sû’ul Khuluq, Muhammad Ibrâhîm al-Hamd hlm. 134 [11]. HR. al-Bukhâri no. 13, Muslim no. 40 , an-Nasâ’i no. 5031, at-Tirmidzi no. 2515 dan Ibnu Mâjah no. 66 [12]. HR Ibnu Mâjah no. 4102 (ash-Shahîhah no.944) [13]. At-Ta’lîquts Tsamîn ‘ala Syarhi Ibni al’Utsaimîn li Hilyati Thalabil ‘Ilmi hlm. 107 [14]. Manâqib asy-Syâfi’I, Imam ar-Râzy hlm. 85. Nukilan Ma’âlim fi Tharîq Thalabil’ilmi hlm. 166 [15]. Hadits shahîh riwayat at-Tirmidzi no. 2317 dan Ibnu Mâjah no. 3976 [16]. At-Ta’lîquts Tsamîn ‘ala Syarhi Ibni al’Utsaimîn li Hilyati Thalabil ‘Ilmi hlm. 24 Dibaca: 9.253 Kali |