Berikut yang dimaksud dengan sumber sejarah primer adalah sumber

Naskah sumber atau teks sumber adalah suatu naskah dari mana suatu informasi atau ide diperoleh. Sumbernya biasanya tertulis, tetapi kadang lisan. Historiografi membedakan tiga jenis naskah sumber:

  • Sumber primer adalah bukti-bukti tertulis tangan pertama mengenai sejarah yang dibuat pada waktu peristiwa terjadi oleh orang yang ada atau hadir pada peristiwa tersebut. Contohnya adalah catatan harian, korespondensi, dan surat kabar. Jenis ini dapat pula mencakup peninggalan atau naskah yang dibuat setelah kejadian oleh orang yang ada pada peristiwa tersebut. Validitas sumber ini lebih diragukan karena kemungkinan lupa atau kemungkinan adanya keinginan untuk menulis ulang sejarah. Harap dicatat bahwa sumber primer dapat pula berupa bukti-bukti yang tak tertulis seperti temuan arkeologis: gerabah, koin, dinding, dll.
  • Sumber sekunder adalah tulisan mengenai sejarah berdasarkan bukti-bukti dari sumber pertama. Sebagai contoh dalah tulisan pada buku sejarah berdasarkan buku harian atau arsip surat kabar.
  • Sumber tersier adalah kompilasi berdasarkan sumber primer dan sekunder. Jenis ini sering ditujukan untuk menampilkan informasi yang diketahui dengan cara nyaman tanpa klaim mengenai orisinalitasnya. Contoh umum adalah ensiklopedia dan buku teks.
  • Sumber primer
  • Sumber sekunder
  • Sumber tersier
  • Historiografi
  • Wikisource
  • (Indonesia) Wikisource, proyek Wikimedia yang mengumpulkan, menyunting, dan mengkatalogkan naskah sumber.

Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Naskah_sumber&oldid=14969252"

Dalam historiografi, sumber primer adalah suatu dokumen atau sumber informasi lain yang diciptakan pada atau di sekitar waktu yang sedang dipelajari, sering kali oleh orang yang sedang dipelajari. Kata "primer" dalam hal ini bukan berfaedah superior, melainkan merujuk pada kenyataan bahwa sumber tersebut dihasilkan oleh pelaku primer. Sumber semacam ini dibedakan dari sumber sekunder, yang merupakan karya historis, seperti buku atau artikel, yang dihasilkan sesuai sumber-sumber primer.

Tipe sumber primer

Jenis-jenis sumber primer tergantung pada persoalan sejarah yang sedang dipelajari. Dalam sejarah politik, sumber primer utama yang terpenting adalah dokumen seperti laporan resmi, pidato, surat dan catatan harian oleh partisipan, laporan saksi mata (contohnya oleh seorang jurnalis yang benar pada ketika itu). Dalam sejarah ide atau sejarah intelektual, sumber primer utama mungkin adalah buku-buku literatur filsafat atau ilmiah. Suatu studi sejarah budaya dapat memasukkan sumber fiksi seperti novel atau lakon. Dalam manfaat lapang, sumber primer juga dapat mencakup obyek fisik seperti foto, film, koin, lukisan, atau yang dibangun yang diciptakan pada ketika itu. Sejarawan dapat pula mengambil artifak arkeologis dan laporan lisan serta wawancara untuk pertimbangan.

Sumber tertulis dapat dibagi menjadi tiga tipe utama

  • Sumber naratif atau literatur; yang menyampaikan suatu cerita atau pesan. Sumber-sumber ini tidak dibatasi pada sumber fiksi, tapi juga termasuk catatan harian, film, biografi, karya ilmiah, dllnya.
  • Sumber diplomatik; termasuk piagam dan dokumen legal lain yang pada umumnya mengikuti suatu format tertentu.
  • Dokumen sosial; catatan yang dihasilkan oleh organisasi, seperti akta lahir, catatan pajak, dllnya.

Mempergunakan sumber primer

Idealnya, seorang sejarawan akan semua sumber primer yang dihasilkan oleh orang-orang yang terlibat pada waktu yang sedang dipelajari. Dalam praktiknya, beberapa sumber mungkin telah rusak, atau tak tersedia untuk bahan riset. Mungkin satu-satunya laporan saksi mata yang tersedia tentang suatu peristiwa hanyalah memoir, otobiografi, atau wawancara lisan yang diterapkan beberapa tahun setelah peristiwa tersebut. Kadang, satu-satunya dokumen yang menyangkut suatu peristiwa atau orang di ketika lalu ditulis beberapa dasawarsa atau ratus tahun belakang. Hal ini merupakan persoalan umum dalam studi klasik, di mana kadang hanya simpulan suatu buku yang dapat ditemukan.

Akurasi dan objektivitas sumber primer selalu merupakan perhatian untuk para sejarawan. Partisipan dan saksi mata mungkin salah mengerti tentang suatu peristiwa atau mengacaukan laporan mereka (sengaja atau tidak) untuk memperbaiki citra atau keperluan mereka. Hal ini seperti ini dapat meningkat pengaruhnya seiring berlangsungnya waktu. Karenanya, sejarawan mendudukkan perhatian khusus pada persoalan ingatan dan upaya partisipan untuk mengingat ketika lalu menurut naskah mereka sendiri. Laporan pemerintah dapat disensor atau diubah untuk argumen propagada atau menutup-nutupi sesuatu. Kadang, dokumen yang belakang muncul lebih akurat, contohnya adalah setelah kematian seseorang, orang melebihi nyaman untuk menceritakan detail-detail yang memalukan dari orang yang meninggal tersebut.

Sejarah yang akurat adalah yang didasarkan pada sumber primer, yang dikaji oleh komunitas terdidik, yang melaporkan temuan mereka menempuh buku, artikel, dan tulisan. Sumber primer sering sulit diinterpretasikan dan dapat menyimpan tantangan tersebunyi. Makna kuno dari suatu kata atau konteks sosial tertentu merupakan salah satu jebakan yang menunggu pendatang baru dalam studi sejarah. Sebab argumen ini, interpretasi beberapa naskah primer sebaiknya diserahkan kepada orang-orang yang mempunyai pelatihan lanjut.

Suatu sumber primer tidaklah lebih otoritatif atau akurat dibandingkan sumber sekunder. Sumber sekunder sering mendapatkan kajian sepadan (peer review), lebih terdokumentasi, dan sering dihasilkan menempuh institusi di mana keakuratan cara sangat penting untuk ketika depan karir dan reputasi pengarang. Sumber primer seperti jurnal, hanya mencerminkan sudut pandang seseorang terhadap suatu peristiwa, yang bisa aci tidak jujur, akurat, atau lengkap. Sejarawan selalu harus menangani sumber primer maupun sekunder dengan sangat seksama.

Untuk aturan umum, sejarawan modern lebih memilih pilihan untuk kembali mempelajari sumber-sumber primer yang tersedia untuk mencari temuan baru atau yang terlewatkan. Sumber primer, akurat ataupun tidak, menegosiasikan masukan baru untuk pertanyaan-pertanyaan sejarah dan lebih banyak sejarah modern berkutat pada penggunaan penuh arsip dan koleksi khusus demi mencari sumber primer yang berjasa. Karya di aspek sejarah tidak akan dianggap serius jika hanya mengutip sumber sekunder sebab hal tersebut tidak menunjukkan diterapkannya suatu riset orisinil.

Lihat pula

  • Historiografi
  • Naskah sumber
  • Sumber sekunder
  • Sumber tersier

Rujukan

  • Jules R. Benjamin. A Student's Guide to History (2003)
  • Wood Gray, Historian's handbook, a key to the study and writing of history (Houghton Mifflin, 1964).
  • Martha C. Howell and Walter Prevenier. From Reliable Sources: An Introduction to Historical Methods (2001)
  • Richard A. Marius and Melvin E. Page. A Short Guide to Writing About History (5th Edition) (2004)

Pranala luar


edunitas.com


Page 2

Dalam historiografi, sumber primer adalah suatu dokumen atau sumber informasi lain yang diciptakan pada atau di sekitar waktu yang sedang dipelajari, sering kali oleh orang yang sedang dipelajari. Kata "primer" dalam hal ini bukan berfaedah superior, melainkan merujuk pada kenyataan bahwa sumber tersebut dihasilkan oleh pelaku primer. Sumber semacam ini dibedakan dari sumber sekunder, yang merupakan karya historis, seperti buku atau artikel, yang dihasilkan sesuai sumber-sumber primer.

Tipe sumber primer

Jenis-jenis sumber primer tergantung pada persoalan sejarah yang sedang dipelajari. Dalam sejarah politik, sumber primer utama yang terpenting adalah dokumen seperti laporan resmi, pidato, surat dan catatan harian oleh partisipan, laporan saksi mata (contohnya oleh seorang jurnalis yang benar pada ketika itu). Dalam sejarah ide atau sejarah intelektual, sumber primer utama mungkin adalah buku-buku literatur filsafat atau ilmiah. Suatu studi sejarah budaya dapat memasukkan sumber fiksi seperti novel atau lakon. Dalam manfaat lapang, sumber primer juga dapat mencakup obyek fisik seperti foto, film, koin, lukisan, atau yang dibangun yang diciptakan pada ketika itu. Sejarawan dapat pula mengambil artifak arkeologis dan laporan lisan serta wawancara untuk pertimbangan.

Sumber tertulis dapat dibagi menjadi tiga tipe utama

  • Sumber naratif atau literatur; yang menyampaikan suatu cerita atau pesan. Sumber-sumber ini tidak dibatasi pada sumber fiksi, tapi juga termasuk catatan harian, film, biografi, karya ilmiah, dllnya.
  • Sumber diplomatik; termasuk piagam dan dokumen legal lain yang pada umumnya mengikuti suatu format tertentu.
  • Dokumen sosial; catatan yang dihasilkan oleh organisasi, seperti akta lahir, catatan pajak, dllnya.

Mempergunakan sumber primer

Idealnya, seorang sejarawan akan semua sumber primer yang dihasilkan oleh orang-orang yang terlibat pada waktu yang sedang dipelajari. Dalam praktiknya, beberapa sumber mungkin telah rusak, atau tak tersedia untuk bahan riset. Mungkin satu-satunya laporan saksi mata yang tersedia tentang suatu peristiwa hanyalah memoir, otobiografi, atau wawancara lisan yang diterapkan beberapa tahun setelah peristiwa tersebut. Kadang, satu-satunya dokumen yang menyangkut suatu peristiwa atau orang di ketika lalu ditulis beberapa dasawarsa atau ratus tahun belakang. Hal ini merupakan persoalan umum dalam studi klasik, di mana kadang hanya simpulan suatu buku yang dapat ditemukan.

Akurasi dan objektivitas sumber primer selalu merupakan perhatian untuk para sejarawan. Partisipan dan saksi mata mungkin salah mengerti tentang suatu peristiwa atau mengacaukan laporan mereka (sengaja atau tidak) untuk memperbaiki citra atau keperluan mereka. Hal ini seperti ini dapat meningkat pengaruhnya seiring berlangsungnya waktu. Karenanya, sejarawan mendudukkan perhatian khusus pada persoalan ingatan dan upaya partisipan untuk mengingat ketika lalu menurut naskah mereka sendiri. Laporan pemerintah dapat disensor atau diubah untuk argumen propagada atau menutup-nutupi sesuatu. Kadang, dokumen yang belakang muncul lebih akurat, contohnya adalah setelah kematian seseorang, orang melebihi nyaman untuk menceritakan detail-detail yang memalukan dari orang yang meninggal tersebut.

Sejarah yang akurat adalah yang didasarkan pada sumber primer, yang dikaji oleh komunitas terdidik, yang melaporkan temuan mereka menempuh buku, artikel, dan tulisan. Sumber primer sering sulit diinterpretasikan dan dapat menyimpan tantangan tersebunyi. Makna kuno dari suatu kata atau konteks sosial tertentu merupakan salah satu jebakan yang menunggu pendatang baru dalam studi sejarah. Sebab argumen ini, interpretasi beberapa naskah primer sebaiknya diserahkan kepada orang-orang yang mempunyai pelatihan lanjut.

Suatu sumber primer tidaklah lebih otoritatif atau akurat dibandingkan sumber sekunder. Sumber sekunder sering mendapatkan kajian sepadan (peer review), lebih terdokumentasi, dan sering dihasilkan menempuh institusi di mana keakuratan cara sangat penting untuk ketika depan karir dan reputasi pengarang. Sumber primer seperti jurnal, hanya mencerminkan sudut pandang seseorang terhadap suatu peristiwa, yang bisa aci tidak jujur, akurat, atau lengkap. Sejarawan selalu harus menangani sumber primer maupun sekunder dengan sangat seksama.

Untuk aturan umum, sejarawan modern lebih memilih pilihan untuk kembali mempelajari sumber-sumber primer yang tersedia untuk mencari temuan baru atau yang terlewatkan. Sumber primer, akurat ataupun tidak, menegosiasikan masukan baru untuk pertanyaan-pertanyaan sejarah dan lebih banyak sejarah modern berkutat pada penggunaan penuh arsip dan koleksi khusus demi mencari sumber primer yang berjasa. Karya di aspek sejarah tidak akan dianggap serius jika hanya mengutip sumber sekunder sebab hal tersebut tidak menunjukkan diterapkannya suatu riset orisinil.

Lihat pula

  • Historiografi
  • Naskah sumber
  • Sumber sekunder
  • Sumber tersier

Rujukan

  • Jules R. Benjamin. A Student's Guide to History (2003)
  • Wood Gray, Historian's handbook, a key to the study and writing of history (Houghton Mifflin, 1964).
  • Martha C. Howell and Walter Prevenier. From Reliable Sources: An Introduction to Historical Methods (2001)
  • Richard A. Marius and Melvin E. Page. A Short Guide to Writing About History (5th Edition) (2004)

Pranala luar


edunitas.com


Page 3

Dalam historiografi, sumber primer adalah suatu dokumen atau sumber informasi lain yang diciptakan pada atau di sekitar waktu yang sedang dipelajari, sering kali oleh orang yang sedang dipelajari. Kata "primer" dalam hal ini bukan berfaedah superior, melainkan merujuk pada kenyataan bahwa sumber tersebut dihasilkan oleh pelaku primer. Sumber semacam ini dibedakan dari sumber sekunder, yang merupakan karya historis, seperti buku atau artikel, yang dihasilkan sesuai sumber-sumber primer.

Tipe sumber primer

Jenis-jenis sumber primer tergantung pada persoalan sejarah yang sedang dipelajari. Dalam sejarah politik, sumber primer utama yang terpenting adalah dokumen seperti laporan resmi, pidato, surat dan catatan harian oleh partisipan, laporan saksi mata (contohnya oleh seorang jurnalis yang benar pada ketika itu). Dalam sejarah ide atau sejarah intelektual, sumber primer utama mungkin adalah buku-buku literatur filsafat atau ilmiah. Suatu studi sejarah budaya dapat memasukkan sumber fiksi seperti novel atau lakon. Dalam manfaat lapang, sumber primer juga dapat mencakup obyek fisik seperti foto, film, koin, lukisan, atau yang dibangun yang diciptakan pada ketika itu. Sejarawan dapat pula mengambil artifak arkeologis dan laporan lisan serta wawancara untuk pertimbangan.

Sumber tertulis dapat dibagi menjadi tiga tipe utama

  • Sumber naratif atau literatur; yang menyampaikan suatu cerita atau pesan. Sumber-sumber ini tidak dibatasi pada sumber fiksi, tapi juga termasuk catatan harian, film, biografi, karya ilmiah, dllnya.
  • Sumber diplomatik; termasuk piagam dan dokumen legal lain yang pada umumnya mengikuti suatu format tertentu.
  • Dokumen sosial; catatan yang dihasilkan oleh organisasi, seperti akta lahir, catatan pajak, dllnya.

Mempergunakan sumber primer

Idealnya, seorang sejarawan akan semua sumber primer yang dihasilkan oleh orang-orang yang terlibat pada waktu yang sedang dipelajari. Dalam praktiknya, beberapa sumber mungkin telah rusak, atau tak tersedia untuk bahan riset. Mungkin satu-satunya laporan saksi mata yang tersedia tentang suatu peristiwa hanyalah memoir, otobiografi, atau wawancara lisan yang diterapkan beberapa tahun setelah peristiwa tersebut. Kadang, satu-satunya dokumen yang menyangkut suatu peristiwa atau orang di ketika lalu ditulis beberapa dasawarsa atau ratus tahun belakang. Hal ini merupakan persoalan umum dalam studi klasik, di mana kadang hanya simpulan suatu buku yang dapat ditemukan.

Akurasi dan objektivitas sumber primer selalu merupakan perhatian untuk para sejarawan. Partisipan dan saksi mata mungkin salah mengerti tentang suatu peristiwa atau mengacaukan laporan mereka (sengaja atau tidak) untuk memperbaiki citra atau keperluan mereka. Hal ini seperti ini dapat meningkat pengaruhnya seiring berlangsungnya waktu. Karenanya, sejarawan mendudukkan perhatian khusus pada persoalan ingatan dan upaya partisipan untuk mengingat ketika lalu menurut naskah mereka sendiri. Laporan pemerintah dapat disensor atau diubah untuk argumen propagada atau menutup-nutupi sesuatu. Kadang, dokumen yang belakang muncul lebih akurat, contohnya adalah setelah kematian seseorang, orang melebihi nyaman untuk menceritakan detail-detail yang memalukan dari orang yang meninggal tersebut.

Sejarah yang akurat adalah yang didasarkan pada sumber primer, yang dikaji oleh komunitas terdidik, yang melaporkan temuan mereka menempuh buku, artikel, dan tulisan. Sumber primer sering sulit diinterpretasikan dan dapat menyimpan tantangan tersebunyi. Makna kuno dari suatu kata atau konteks sosial tertentu merupakan salah satu jebakan yang menunggu pendatang baru dalam studi sejarah. Sebab argumen ini, interpretasi beberapa naskah primer sebaiknya diserahkan kepada orang-orang yang mempunyai pelatihan lanjut.

Suatu sumber primer tidaklah lebih otoritatif atau akurat dibandingkan sumber sekunder. Sumber sekunder sering mendapatkan kajian sepadan (peer review), lebih terdokumentasi, dan sering dihasilkan menempuh institusi di mana keakuratan cara sangat penting untuk ketika depan karir dan reputasi pengarang. Sumber primer seperti jurnal, hanya mencerminkan sudut pandang seseorang terhadap suatu peristiwa, yang bisa aci tidak jujur, akurat, atau lengkap. Sejarawan selalu harus menangani sumber primer maupun sekunder dengan sangat seksama.

Untuk aturan umum, sejarawan modern lebih memilih pilihan untuk kembali mempelajari sumber-sumber primer yang tersedia untuk mencari temuan baru atau yang terlewatkan. Sumber primer, akurat ataupun tidak, menegosiasikan masukan baru untuk pertanyaan-pertanyaan sejarah dan lebih banyak sejarah modern berkutat pada penggunaan penuh arsip dan koleksi khusus demi mencari sumber primer yang berjasa. Karya di aspek sejarah tidak akan dianggap serius jika hanya mengutip sumber sekunder sebab hal tersebut tidak menunjukkan diterapkannya suatu riset orisinil.

Lihat pula

  • Historiografi
  • Naskah sumber
  • Sumber sekunder
  • Sumber tersier

Rujukan

  • Jules R. Benjamin. A Student's Guide to History (2003)
  • Wood Gray, Historian's handbook, a key to the study and writing of history (Houghton Mifflin, 1964).
  • Martha C. Howell and Walter Prevenier. From Reliable Sources: An Introduction to Historical Methods (2001)
  • Richard A. Marius and Melvin E. Page. A Short Guide to Writing About History (5th Edition) (2004)

Pranala luar


edunitas.com


Page 4

Dalam historiografi, sumber primer adalah suatu dokumen atau sumber informasi lain yang diciptakan pada atau di sekitar waktu yang sedang dipelajari, sering kali oleh orang yang sedang dipelajari. Kata "primer" dalam hal ini bukan berfaedah superior, melainkan merujuk pada kenyataan bahwa sumber tersebut dihasilkan oleh pelaku primer. Sumber semacam ini dibedakan dari sumber sekunder, yang merupakan karya historis, seperti buku atau artikel, yang dihasilkan sesuai sumber-sumber primer.

Tipe sumber primer

Jenis-jenis sumber primer tergantung pada persoalan sejarah yang sedang dipelajari. Dalam sejarah politik, sumber primer utama yang terpenting adalah dokumen seperti laporan resmi, pidato, surat dan catatan harian oleh partisipan, laporan saksi mata (contohnya oleh seorang jurnalis yang benar pada ketika itu). Dalam sejarah ide atau sejarah intelektual, sumber primer utama mungkin adalah buku-buku literatur filsafat atau ilmiah. Suatu studi sejarah budaya dapat memasukkan sumber fiksi seperti novel atau lakon. Dalam manfaat lapang, sumber primer juga dapat mencakup obyek fisik seperti foto, film, koin, lukisan, atau yang dibangun yang diciptakan pada ketika itu. Sejarawan dapat pula mengambil artifak arkeologis dan laporan lisan serta wawancara untuk pertimbangan.

Sumber tertulis dapat dibagi menjadi tiga tipe utama

  • Sumber naratif atau literatur; yang menyampaikan suatu cerita atau pesan. Sumber-sumber ini tidak dibatasi pada sumber fiksi, tapi juga termasuk catatan harian, film, biografi, karya ilmiah, dllnya.
  • Sumber diplomatik; termasuk piagam dan dokumen legal lain yang pada umumnya mengikuti suatu format tertentu.
  • Dokumen sosial; catatan yang dihasilkan oleh organisasi, seperti akta lahir, catatan pajak, dllnya.

Mempergunakan sumber primer

Idealnya, seorang sejarawan akan semua sumber primer yang dihasilkan oleh orang-orang yang terlibat pada waktu yang sedang dipelajari. Dalam praktiknya, beberapa sumber mungkin telah rusak, atau tak tersedia untuk bahan riset. Mungkin satu-satunya laporan saksi mata yang tersedia tentang suatu peristiwa hanyalah memoir, otobiografi, atau wawancara lisan yang diterapkan beberapa tahun setelah peristiwa tersebut. Kadang, satu-satunya dokumen yang menyangkut suatu peristiwa atau orang di ketika lalu ditulis beberapa dasawarsa atau ratus tahun belakang. Hal ini merupakan persoalan umum dalam studi klasik, di mana kadang hanya simpulan suatu buku yang dapat ditemukan.

Akurasi dan objektivitas sumber primer selalu merupakan perhatian untuk para sejarawan. Partisipan dan saksi mata mungkin salah mengerti tentang suatu peristiwa atau mengacaukan laporan mereka (sengaja atau tidak) untuk memperbaiki citra atau keperluan mereka. Hal ini seperti ini dapat meningkat pengaruhnya seiring berlangsungnya waktu. Karenanya, sejarawan mendudukkan perhatian khusus pada persoalan ingatan dan upaya partisipan untuk mengingat ketika lalu menurut naskah mereka sendiri. Laporan pemerintah dapat disensor atau diubah untuk argumen propagada atau menutup-nutupi sesuatu. Kadang, dokumen yang belakang muncul lebih akurat, contohnya adalah setelah kematian seseorang, orang melebihi nyaman untuk menceritakan detail-detail yang memalukan dari orang yang meninggal tersebut.

Sejarah yang akurat adalah yang didasarkan pada sumber primer, yang dikaji oleh komunitas terdidik, yang melaporkan temuan mereka menempuh buku, artikel, dan tulisan. Sumber primer sering sulit diinterpretasikan dan dapat menyimpan tantangan tersebunyi. Makna kuno dari suatu kata atau konteks sosial tertentu merupakan salah satu jebakan yang menunggu pendatang baru dalam studi sejarah. Sebab argumen ini, interpretasi beberapa naskah primer sebaiknya diserahkan kepada orang-orang yang mempunyai pelatihan lanjut.

Suatu sumber primer tidaklah lebih otoritatif atau akurat dibandingkan sumber sekunder. Sumber sekunder sering mendapatkan kajian sepadan (peer review), lebih terdokumentasi, dan sering dihasilkan menempuh institusi di mana keakuratan cara sangat penting untuk ketika depan karir dan reputasi pengarang. Sumber primer seperti jurnal, hanya mencerminkan sudut pandang seseorang terhadap suatu peristiwa, yang bisa aci tidak jujur, akurat, atau lengkap. Sejarawan selalu harus menangani sumber primer maupun sekunder dengan sangat seksama.

Untuk aturan umum, sejarawan modern lebih memilih pilihan untuk kembali mempelajari sumber-sumber primer yang tersedia untuk mencari temuan baru atau yang terlewatkan. Sumber primer, akurat ataupun tidak, menegosiasikan masukan baru untuk pertanyaan-pertanyaan sejarah dan lebih banyak sejarah modern berkutat pada penggunaan penuh arsip dan koleksi khusus demi mencari sumber primer yang berjasa. Karya di aspek sejarah tidak akan dianggap serius jika hanya mengutip sumber sekunder sebab hal tersebut tidak menunjukkan diterapkannya suatu riset orisinil.

Lihat pula

  • Historiografi
  • Naskah sumber
  • Sumber sekunder
  • Sumber tersier

Rujukan

  • Jules R. Benjamin. A Student's Guide to History (2003)
  • Wood Gray, Historian's handbook, a key to the study and writing of history (Houghton Mifflin, 1964).
  • Martha C. Howell and Walter Prevenier. From Reliable Sources: An Introduction to Historical Methods (2001)
  • Richard A. Marius and Melvin E. Page. A Short Guide to Writing About History (5th Edition) (2004)

Pranala luar


edunitas.com


Page 5


Page 6

Tags (tagged): sumber, karangan, trenggalek, unkris, desa berada kecamatan, karangan kabupaten, kabupaten, trenggalek jawa timur, desa buluagung, jati, ngentrong salamrejo sukowetan, sumber sumberingin, kategori, daerah tingkat iv, indonesia semua, desa, indonesia, center of, studies november, 2011, semua kelurahan indonesia, edunitas sumber


Page 7


Page 8


Page 9


Page 10


Page 11

Tags (tagged): sumber, karangan, trenggalek, unkris, desa berada kecamatan, karangan kabupaten, kabupaten, trenggalek jawa timur, desa buluagung, jati, ngentrong salamrejo sukowetan, sumber sumberingin, kategori, daerah tingkat iv, indonesia semua, desa, indonesia, pusat ilmu, pengetahuan november, 2011, semua kelurahan indonesia, edunitas sumber


Page 12


Page 13


Page 14

Tags (tagged): sumber, karangan, trenggalek, unkris, desa berada kecamatan, karangan kabupaten, kabupaten, trenggalek jawa timur, desa buluagung, jati, ngentrong salamrejo sukowetan, sumber sumberingin, kategori, daerah tingkat iv, indonesia semua, desa, indonesia, center of, studies november, 2011, semua kelurahan indonesia, edunitas sumber


Page 15


Page 16


Page 17


Page 18


Page 19

Tags (tagged): Judul Topik (Artikel) 2, 2 Lacertae, 2 Letters of John, 2 Maret, 2 Mei, 2005 UEFA Champions League Final, 2005 UEFA Super Cup, 2006, 2006 African Cup, 2013 Qatar motorcycle Grand Prix, 2013-14 UEFA Women 's Champions League, 2014, 2014 (film), 2181, 2182, 2183, 2184, 2340, 2341, 2342, 2343


Page 20

Tags (tagged): Judul Topik (Artikel) 2, 2 Lacertae, 2 Letters of John, 2 Maret, 2 Mei, 2005 UEFA Champions League Final, 2005 UEFA Super Cup, 2006, 2006 African Cup, 2013 Qatar motorcycle Grand Prix, 2013-14 UEFA Women 's Champions League, 2014, 2014 (film), 2181, 2182, 2183, 2184, 2340, 2341, 2342, 2343


Page 21

Tags (tagged): Judul Topik (Artikel) A, A Cinderella Story, A Clockwork Orange, A Clockwork Orange (film), A Collection, Aaptos papillata, Aaptos pernucleata, Aaptos robustus, Aaptos rosacea, Abdul Aziz Alu-Sheikh, Abdul Aziz Angkat, Abdul Aziz bin Abdulah bin Baz, Abdul Aziz bin Abdullah Alu Syaikh, Abisai, Abit, Mook Manaar Bulatn, Kutai Barat, Abitibi-Consolidated, AbiWord, AC Arles-Avignon, AC Bellinzona, AC Martina, AC Milan


Page 22

Tags (tagged): Judul Topik (Artikel) A, A Cinderella Story, A Clockwork Orange, A Clockwork Orange (film), A Collection, Aaptos papillata, Aaptos pernucleata, Aaptos robustus, Aaptos rosacea, Abdul Aziz Alu-Sheikh, Abdul Aziz Angkat, Abdul Aziz bin Abdulah bin Baz, Abdul Aziz bin Abdullah Alu Syaikh, Abisai, Abit, Mook Manaar Bulatn, Kutai Barat, Abitibi-Consolidated, AbiWord, AC Arles-Avignon, AC Bellinzona, AC Martina, AC Milan


Page 23

Tags (tagged): Judul Topik (Artikel) B, B17, B20, B22, B25, Babirik, Beruntung Baru, Banjar, Babirik, Hulu Sungai Utara, Babirusa, Babirusa Buru, Badan Liga Indonesia, Badan Meteorologi Australia, Badan Meteorologi dan Geofisika, Badan Meteorologi Jepang, Bagik Payung, Suralaga, Lombok Timur, Bagik Polak, Labu Api, Lombok Barat, Baginda, Sumedang Selatan, Sumedang, Bagindo Aziz Chan, Bahasa Bawean, Bahasa Belanda, Bahasa Belanda di Indonesia, Bahasa Belarus


Page 24

Tags (tagged): Judul Topik (Artikel) B, B17, B20, B22, B25, Babirik, Beruntung Baru, Banjar, Babirik, Hulu Sungai Utara, Babirusa, Babirusa Buru, Badan Liga Indonesia, Badan Meteorologi Australia, Badan Meteorologi dan Geofisika, Badan Meteorologi Jepang, Bagik Payung, Suralaga, Lombok Timur, Bagik Polak, Labu Api, Lombok Barat, Baginda, Sumedang Selatan, Sumedang, Bagindo Aziz Chan, Bahasa Bawean, Bahasa Belanda, Bahasa Belanda di Indonesia, Bahasa Belarus


Page 25

Tags (tagged): Judul Topik (Artikel) C, C.G.E. Mannerheim, C.G.K. Reinwardt, C.H. Greenblatt, C.I.D. (film), Cairate, Cairina scutulata, Cairn Terrier, Cairns, Calung, Calungbungur, Sajira, Lebak, Caluso, Caluya, Antique, Canadian dollar, Canadian Football League, Canadian Grand Prix, Canadian Hot 100, Cane Toa, Rikit Gaib, Gayo Lues, Cane Uken, Rikit Gaib, Gayo Lues, Canellales, Canero


Page 26

Tags (tagged): Judul Topik (Artikel) C, C.G.E. Mannerheim, C.G.K. Reinwardt, C.H. Greenblatt, C.I.D. (film), Cairate, Cairina scutulata, Cairn Terrier, Cairns, Calung, Calungbungur, Sajira, Lebak, Caluso, Caluya, Antique, Canadian dollar, Canadian Football League, Canadian Grand Prix, Canadian Hot 100, Cane Toa, Rikit Gaib, Gayo Lues, Cane Uken, Rikit Gaib, Gayo Lues, Canellales, Canero